Resume Kimor Reaksi Eliminasi Dan Reaksi Bersaing
Resume Kimor Reaksi Eliminasi Dan Reaksi Bersaing
Reaksi Eliminasi
Reaksi eliminasi adalah salah satu jenis reaksi organik di mana dua substituen dipisahkan dari
suatu molekul baik dalam mekanisme satu atau dua-tahap.[2] Mekanisme satu-tahap dikenal
sebagai reaksi E2, dan mekanisme dua-tahap dikenal sebagai reaksi E1. Angka pada nama
reaksi tidak berhubungan dengan jumlah tahapan dalam mekanisme tersebut, tetapi berkaitan
dengan kinetika reaksi, bimolekular dan unimolekular berturut-turut. Dalam kasus yang
jarang terjadi, untuk molekul yang memiliki gugus pergi yang buruk, jenis reaksi ketiga,
E1CB, terjadi.
Reaksi eliminasi sikloheksanol menjadi sikloheksena dengan asam sulfat serta pemanasan
Mekanisme E2
Selama tahun 1920-an, Sir Christopher Ingold mengusulkan suatu model untuk menjelaskan
sebuah tipe ganjil dalam reaksi kimia: mekanisme E2. E2 merupakan singkatan dari eliminasi
bimolekular. Reaksi tersebut melibatkan mekanisme satu-tahap di mana ikatan karbon-
hidrogen dan karbon-halogen terputus untuk membentuk ikatan rangkap dua (ikatan pi C=C).
Contoh tipe reaksi ini dalam skema 1 adalah reaksi isobutilbromida dengan kalium etoksida
dalam etanol. Produk reaksi tersebut adalah isobutilena, etanol dan kalium bromida.
Mekanisme E1
E1 adalah suatu model untuk menjelaskan jenis tertentu dari reaksi eliminasi kimia. E1
merupakan singkatan dari eliminasi unimolekular serta memiliki karakteristik berikut.
Contoh dalam skema 2 merupakan reaksi tert-butilbromida dengan kalium etoksida dalam
etanol.
Eliminasi E1 terjadi dengan alkil halida yang sangat tersubstitusi karena dua alasan.
Alkil halida yang sangat tersubstitusi sangat meruah, membatasi ruang bagi
mekanisme satu-tahap E2; karenanya, mekanisme dua-tahap E1 lebih disukai.
Kabokation yang sangat tersubstitusi lebih stabil dibanding kation tersubstitusi metil
atau primer. Kestabilan tersebut memberi waktu bagai mekanisme dua-tahap E1
terjadi.
Jika jalur reaksi SN1 dan E1 berkompetisi, jalur E1 dapat lebih disukai dengan
peningkatan panas.
-Reaksi E1
Suatu karbokation adalah suatu zat-antara yang takstabil dan berenergi tinggi, yang dengan
segera bereaksi lebih lanjut. Salah satu cara karbokation mencapai produk yang stabil lalah
dengan bereaksi dengan sebuah nukleofil. Tentu saja ini ialah reaksi SN1.
Eliminasi alkil halida (unsur H dan X keluar) : dehidrohalogenasi, artinya adalah reaksi
dimana mengeluarkan Hidrogen sekaligus Halogen dari suatu senyawa alkil halide sehingga
akan memperoleh senyawa dengan ikatan rangkap.
Namun terdapat suatu alternatif karbokation itu dapat memberikan sebuah proton kepada
suatu basa dalam suatu reaksi eliminasi, dalam hal ini reaksi E1, menjadi sebuah alkena.
Tahap pertama dalam reaksi El identik dengan tahap pertama reaksi S N 1: ionisasi alkil
halida. Tahap ini adalah tahap lambat, jadi tahap penentu laju, dari reaksi keseluruhan. Se
perti reaksi SN 1, suatu reaksi El yang khas menunjukkan kinetika order-pertama, dengan laju
reaksi bergantung hanya pada konsentrasi alkil halida saja. Karena hanya melibatkan satu
pereaksi dalam keadaan transisi (dari) tahap penentu laju, reaksi E1 adalah unimolekul seperti
reaksi SN1.
Dalam tahap kedua reaksi eliminasi, basa itu merebut sebuah proton dari sebuah atom karbon
yang terletak berdampingan dengan karbon positif. Elektron ikatan sigma karbon hidrogen in
bergeser ke arah muatan positif, karbon itu mengalami rehibridasi dari keada an sp ke
keadaan sp2, dan terbentuklah sebuah alkena.
Karena suatu reaksi El, seperti reaksi SN1, berlangsung lewat zat-antara karbokation, maka tak
mengherankan bahwa alkil balida tersier bereaksi lebih cepat daripada alkil hall da lain.
Reaksi El (dari) alkil halida berlangsung pada kondisi yang sama seperti reaksi S1 (pelarut
polar, basa sangat lemah, dan sebagainya); oleh karena itu reaksi S N1 dan El adalah reaksi
bersaingan. Pada kondisi ringan yang diminta untuk reaksi-reaksi karbokation untuk alkil
halida ini, produk SN1 biasanya menang dibandingkan produk El. Dari segi ini reaksi El alkil
halida dianggap relatif tidak penting.
- Reaksi E2
Reaksi eliminasi alkil halida yang paling berguna ialah reaksi E2 (eliminasi
bimolekular). Reaksi E2 alkil halida cenderung dominan bila digunakan basa kuat,
seperti -OH dan -OR. dan temperatur tinggi. Secara khas reaksi E2 dilaksanakan
dengan memanaskan alkil halida dengan K+-OH atau Na+ -OCH₂ CH3 dalam etanol.
Reaksi E2 berjalan tidak lewat suatu karbokation sebagai zat-antara, melainkan berupa
reaksi serempak yakni terjadi pada satu tahap, sama seperti reaksi SN2.
Dalam reaksi E2, seperti dalam reaksi E1, alkil halida tersier bereaksi paling cepat
dan alikil halida primer paling lambat. (Bila diolah dengan suatu basa, alkil halida
primer blan nya begitu mudah bereaksi substitusi, sehingga hanya sedikit alkena
terbentuk.)
Reaksi SN2 dan E2 memiliki banyak kesamaan. Keduanya membutuhkan gugus pergi
atau leaving group yang baik. Reaksi SN2 membutuhkan nukleofil yang baik, sedangkan
reaksi E2 membutuhkan basa yang baik. Namun dalam banyak permasalahan, nukleofil yang
baik juga merupakan basa yang baik. Jadi SN2 dan E2 sering bersaing dalam kondisi reaksi
yang sama. Pemenang ditentukan oleh derajat percabangan α dan β dan kekuatan nukleofil
atau basa. Peningkatan percabangan α dan β dan kebasaan yang kuat mendukung eliminasi
E2. Peningkatan nukleofilisitas mendukung reaksi SN2.
Identitas nukleofil atau basa juga menentukan mekanisme mana yang disukai. Reaksi
E2 membutuhkan basa kuat. Reaksi SN2 membutuhkan nukleofil yang baik. Oleh karena itu
nukleofil yang baik yang merupakan basa lemah akan menguntungkan SN2 sedangkan
nukleofil yang lemah adalah basa kuat akan disukai E2. Nukleofil yang besar sulit mencapai
karbon, dan dengan demikian meningkatkan proporsi E2 ke SN2. Polar, pelarut aprotik
meningkatkan nukleofilisitas, dan dengan demikian meningkatkan laju SN2.
Agar reaksi berlangsung melalui mekanisme SN2, nukleofil harus mampu menyerang
180° ke kelompok yang meninggalkan. Ketika ini terjadi, reaksi melewati keadaan transisi di
mana kelima atom dikaitkan dengan karbon yang diserang. Akhirnya, nukleofil menambah
dan meninggalkan kelompok secara bersamaan. Mekanisme SN2 tidak melibatkan
karbokation. Dimana reaksi berlangsung dalam satu langkah.
Reaksi SN2 :
1. Nilai tergantung pada konsentrasi alkil halida dan konsentrasi nukleofil.
2. Ketika karbon yang mengandung halida menjadi lebih tersubstitusi, laju reaksi
menurun.
3. Laju reaksi juga berkurang ketika ukuran substituen pada karbon yang menahan
halida meningkat.
4. Reaksi SN2 adalah proses bimolekul satu langkah dengan satu keadaan transisi.
5. Kemampuan kelompok meninggalkan meningkat dengan menurunnya kebasaan.
6. Nukleofilisitas meningkat dengan meningkatnya kebasaan dalam pelarut aprotik.
7. Nukleofilisitas meningkat dengan meningkatnya ukuran atom dalam pelarut protik
polar.
8. Dalam pelarut protik, nukleofilisitas meningkat dengan menurunnya kebasaan.
Tetapi, jika kita mulai meningkatkan jumlah gugus non-hidrogen, reaksi mulai bergerak
ke arah mekanisme E2. Karena kelompok non-hidrogen yang jauh lebih besar dari hidrogen.
Perhatikan gambar berikut :
Pada pembahasan di atas bahwa dalam mekanisme SN2, nukleofil harus mampu
menyerang 180 ° ke kelompok yang meninggalkan. Ketika kelompok-kelompok bertambah
besar, ruang bagi serangan nukleofil untuk menyerang semakin kecil. Ini berarti semakin sulit
bagi nukleofil untuk melihat dan menyerang karbon. Dan akan memungkinkan terjadinya
reaksi E2.
Reaksi E2 :
1. Nilai tergantung pada konsentrasi alkil halida dan basa.
2. Reaksi E2 adalah proses bimolekul satu langkah dengan satu keadaan transisi.
3. Reaksi E2 bersifat regioselektif karena ketika dua produk eliminasi berbeda
dimungkinkan dari alkil halida awal yang sama, produk dengan ikatan rangkap yang
lebih tersubstitusi biasanya mendominasi (aturan Zaitsev).
Eliminasi E1
Eliminasi E1cb
Reaksi eliminasi yang terjadi, dan produknya hanyalah alkena jika OH atau CN
sebagai nukleofil. Persaingan antara substitusi dan eliminasi dapat diketahui dari alkil halide.
Perbedaan yang paling tampak pada reaksi bersaing ini adalah pada pembentukan karbonium,
yang merupakan tahap penentu reaksi SN1 dan E1.