KIMIA ANALITIK II
PERCOBAAN III
TITRASI POTENSIOMETRI
NAMA : ANNISA SYABATINI
NIM : J1B107032
KELOMPOK : 1
ASISTEN : HANDAYANI
PROGRAM STUDI KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2009
PERCOBAAN III
TITRASI POTENSIOMETRI
I. TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan percobaan praktikum ini adalah untuk menentukan konsentrasi H PO dalam larutan dengan
3 4
Proses titrasi potensiometri dapat dilakukan dengan bantuan elektroda indikator dan elektroda
pembanding yang sesuai. Dengan demikian, kurva titrasi yang diperoleh dengan menggambarkan
grafik potensial terhadap volume pentiter yang ditambahkan, mempunyai kenaikan yang tajam di
sekitar titik kesetaraan. Dari grafik itu dapat diperkirakan titik akhir titrasi. Cara potensiometri ini
bermanfaat bila tidak ada indikator yang cocok untuk menentukan titik akhir titrasi, misalnya dalam hal
larutan keruh atau bila daerah kesetaran sangat pendek dan tidak cocok untuk penetapan titik akhir
titrasi dengan indikator (Rivai, 1995).
Titik akhir dalam titrasi potensiometri dapat dideteksi dengan menetapkan volume pada mana terjadi
perubahan potensial yang relatif besar ketika ditambahkan titran. Dalam titrasi secara manual,
potensial diukur setelah penambahan titran secara berurutan, dan hasil pengamatan digambarkan
pada suatu kertas grafik terhadap volum titran untuk diperoleh suatu kurva titrasi. Dalam banyak hal,
suatu potensiometer sederhana dapat digunakan, namun jika tersangkut elektroda gelas, maka akan
digunakan pH meter khusus. Karena pH meter ini telah menjadi demikian biasa, maka pH meter ini
dipergunakan untuk semua jenis titrasi, bahkan apabila penggunaannya tidak diwajibkan (Basset,
1994).
Reaksi-reaksi yang berperan dalam pengukuran titrasi potensiometri yaitu reaksi pembentukan
kompleks reaksi netralisasi dan pengendapan dan reaksi redoks. Pada reaksi pembentukan kompleks
dan pengendapan, endapan yang terbentuk akan membebaskan ion terhidrasi dari larutan.
Umumnya digunakan elektroda Ag dan Hg, sehingga berbagai logam dapat dititrasi dengan EDTA.
Reaksi netralisasi terjadi pada titrasi asam basa dapat diikuti dengan elektroda indikatornya elektroda
gelas. Tetapan ionisasi harus kurang dari 10 . Sedangkan reaksi redoks dengan elektroda Pt atau
-8
elektroda inert dapat digunakan pada titrasi redoks. Oksidator kuat (KMnO , K Cr O , Co(NO ) )
4 2 2 7 3 3
membentuk lapisan logam-oksida yang harus dibebaskan dengan reduksi secara katoda dalam
larutan encer (Khopkar, 1990).
Persamaan Nernst memberikan hubungan antara potensial relatif suatu elektroda dan konsentrasi
spesies ioniknya yang sesuai dalam larutan. Potensiometri merupakan aplikasi langsung dari
persaman Nernst dengan cara pengukuran potensial dua elektroda tidak terpolarisasi pada kondisi
arus nol. Dengan pengukuran pengukuran potensial reversibel suatu elektroda, maka perhitungan
aktivitas atau konsentrasi suatu komponen dapat dilakukan (Rivai, 1995).
Potensial dalam titrasi potensiometri dapat diukur sesudah penambahan sejumlah kecil volume titran
secara berturut-turut atau secara kontinu dengan perangkat automatik. Presisi dapat dipertinggi
dengan sel konsentrasi. Elektroda indikator yang digunakan dalam titrasi potensiometri tentu saja
akan bergantung pada macam reaksi yang sedang diselidiki. Jadi untuk suatu titrasi asam basa,
elektroda indikator dapat berupa elektroda hidrogen atau sesuatu elektroda lain yang peka akan ion
hidrogen, untuk titrasi pengendapan halida dengan perak nitrat, atau perak dengan klorida akan
digunakan elektroda perak, dan untuk titrasi redoks (misalnya, besi(II)) dengan dikromat digunakan
kawat platinum semata-mata sebagai elektroda redoks (Khopkar, 1990).
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah erlenmeyer, neraca analitik, botol semprot, labu
ukur 100 ml, pipet volum 25 ml, buret 50 ml, pipet tetes, gelas ukur 10 ml, gelas beker, magnetik stir,
batang pengaduk, alat ukur pH.
1. B. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah larutan H PO 0,1 M, NaOH, dan akuades.
3 4
1. IV. PROSEDUR KERJA
1. Dipipet 25,0 mL larutan H PO ke dalam gelas kimia 250 mL. Diencerkan hingga tanda batas.
3 4
2. Dimasukkan pengaduk megnetik stirrer ke dalam gelas kimia tersebut dan ditempatkan gelas
kimia diatas pengaduk magnetik.
3. Dihubungkan pengaduk magnetik dan pH meter dengan sumber arus, menyalakan alat dan
menjalankan pengadukan.
4. Diatur kedudukan mula-mula larutan dalam buret dan memulai melakukan titrasi sampai
NaOH sebanyak 5 ml.
5. Ditambahkan larutan NaOH dalam buret sebanyak 1 ml hingga total NaOH
30 ml.danmengukur pH nya dengan pH meter.
6. Dilanjutkan penambahan volume penitrasi sampai terkumpul jumlah titik yang cukup untuk
membuat kurva titrasi.
7. Digambarkan kurva dan menentukan letak titik ekivalen, memakai ketiga metode penentuan.
Menghitung konsentrasi larutan H PO .
3 4
7 2,54
8 2,54
9 2,55
10 2,55
11 2,55
12 2,55
13 2,56
14 2,56
15 2,57
16 2,57
17 2,58
18 2,58
19 2,58
20 2,59
volume NaOH 50mL;
23 2,61
24 2,62
25 2,62
26 2,63
27 2,63
28 2,64
29 2,64
30 2,65
31 2,66
32 2,66
33 2,67
34 2,67
35 2,68
36 2,68
37 2,69
38 2,71
39 2,72
40 2,72
41 2,73
42 2,74
43 2,74
44 2,75
45 2,75
46 2,77
47 2,77
48 2,77
49 2,79
50 2,79
Vrt
no VNaO ∆ ∆p Vrt- ΔpH/Δ (ΔV) Δ2p -rt Δ2pH/
. H pH V H rt 1 V 2 H 2 (ΔV)2
1 0 2,63 0 0 0 0 0 0 0 0
- 1,2
2 5 2,55 5 0,08 2,5 -0,016 25 -0,08 5 -0,0032
-
3 6 2,54 1 0,01 5,5 -0,01 1 0,07 4 0,07
8 11 2,55 1 0 10,5 0 1 0 10 0
9 12 2,55 1 0 11,5 0 1 0 11 0
16 19 2,58 1 0 18,5 0 1 0 18 0
45 48 2,77 1 0 47,5 0 1 0 47 0
1. 2. Perhitungan
A. Berdasarkan grafik hubungan pH terhadap volume NaOH
[H ] = 10
+ -2,71
= 1,9498. 10 M -3
Dit : Ca
Jwb :
[H+] =
Ca =
= 5,07.10 M -4
[H ] = 10
+ -2,77
= 1,6982.10 M -3
Dit : Ca
Jwb :
[H+] =
Ca =
= 46,51 M
pH = 2,79
pH = -log [H ] +
[H+] = 10 -2,79
= 1,6218.10 M -3
Dit : Ca
Jwb :
[H+] =
Ca =
= = 5,4797. 10 M 6
artinya asam ini dapat memberikan lebih dari satu proton yang berupa ion H dan apabila bereaksi +
dengan suatu basa, akan membentuk air. Karena itu, dalam titrasi potensiometri, dapat dilakukan
pengukuran pH berdasarkan konsentrasi H yang dilepaskan asam fosfat. +
Karena sifatnya yang dapat memberikan lebih dari satu proton, asam fosfat memiliki 3 titik
kesetimbangan asam (K ). Kesetimbangan ini berasal dari nilai perbandingan konsentrasi produk
a
H PO + OH H PO + H O K =
3 4
–
2 4
–
2 a1
H PO + OH HPO + H O K =
2 4
– –
4
2-
2 a2
karena pereaksi yang digunakan merupakan NaOH, maka penulisan reaksi kesetimbangan seperti
yang telah dituliskan. Adanya 3 nilai kesetimbangan inilah yang membedakan perhitungan
konsentrasi asam poliprotik seperti asam fosfat, dengan asam monoprotik dan asam diprotik. Dalam
percobaan ini, asam fosfat direaksikan dengan NaOH dengan persamaan reaksi sebagai berikut:
H PO + 3NaOH → Na PO + 3H O
3 4 3 4 2
Hal tersebut menunjukkan terjadinya suatu reaksi penetralan larutan asam lemah yaitu asam posfat,
H PO dengan titran berupa basa kuat, NaOH. Larutan NaOH merupakan golongan oksidator kuat,
3 4
yang mampu mengubah larutan yang bersifat asam menjadi larutan yang bersifat basa dengan
penambahan volume NaOH ke dalam larutan asam yang berperan sebagai titrat.
Titrasi potensiometri yang digunakan untuk menentukan konsentrasi asam fosfat dilakukan dengan
pengukuran pH pada setiap penambahan basa dengan volume tertentu. Penambahan basa (larutan
NaOH) ini menyebabkan pH larutan semakin meningkat. Maka volume penambahan NaOH diatur
atau berkurang dari 1 mL agar nilai pH yang terukur konstan. Pada titik-titk penambahan tertentu
peningkatan pH mengalami lonjakan yang cukup besar. Lonjakan ini merupakan titik pH dimana
larutan mencapai kesetaraan yaitu sebagai titik kesetaraan pH larutan.
Sebelum penambahan basa, pH asam fosfat yang telah diencerkan adalah 2,63. Penambahan basa
yaitu NaOH secara teratur dengan volume yang telah ditentukan meningkatkan pH hingga setelah 50
mL NaOH ditambahkan, pH akhir larutan adalah 2,79. Kenaikan pH akibat penambahan basa tidak
dapat ditentukan secara matematis. Hal ini disebabkan faktor waktu yang digunakan dalam
penetesan, kesempurnaan pengadukan dengan magnetik stirrer sehingga diperoleh larutan yang
homogen, dan kepekaan pH meter yang digunakan.
pH meter merupakan suatu elektroda gelas atau kaca, dimana diketahui bahwa elektroda gelas
merupakan elektroda yang paling sensitif karena membrannya sensitif terhadap ion H serta paling
+
sering digunakan, namun satu kelemahan yang utama dari elektroda ini yaitu tidak efektif pada
pengukuran pH di atas 10. Sebenarnya dalam titrasi potensiometri juga dilakukan pengukuran voltase
atau tegangan untuk membandingkan besarnya voltase yang ditimbulkan akibat penambahan basa.
Hanya saja dalam percobaan ini tidak dilakukan.
Dari grafik hubungan pH dengan volume penambahan titran nampak terjadi kenaikan kurva yang
tidak berbeda jauh ketika titik ekivalen tercapai. Sebelum dan sesudah titik ekivalen tercapai, kurva
kembali melandai. Pada penambahan NaOH mencapai 38 mL, terjadi kenaikan nilai pH yang cukup
signifikan sehingga pada titik ini ditandai sebagai titik ekivalen pertama dengan pH yang tercatat
sebesar 2,71. Kenaikan juga terjadi pada saat penambahan NaOH mencapai 46 mL, dengan pH
sebesar 2,77. Titik ini ditandai sebagai titik ekivalen kedua. Sedangkan titik ekivalen ketiga terjadi
saat penambahan volume NaOH mencapai 49 mL dengan pH yang terukur sebesar 2,79. Titik
ekivalen merupakan titik pada saat dimana tercapainya suatu kesetimbangan kimia dalam larutan.
Kesetimbangan kimia terjadi pada saat laju pembentukan produk sama dengan laju penguraian
reaktan.
Untuk membandingkan apakah pada saat kurva titrasi naik dengan curam, benar-benar tercapai titik
kesetimbangan, maka dibuat grafik hubungan antara pH dengan volume titan, grafik ΔpH/ΔV dengan
volum titran, grafik hubungan Δ pH/ΔV dengan volume titran. Maka dapat dihitung konsentrasi dari
2 2
ion (H ) yaitu Titik ekuivalen pertama terjadi pada saat penambahan volume NaOH sebanyak 38 mL
+
dengan pH 2,71 diperoleh konsentrasi [H ] sebesar 1,9498. 10 M dan konsentrasi larutan yaitu
+ -3
5,07.10 M. Titik ekivalen kedua terjadi pada penambahan volume NaOH sebanyak 46 mL dengan pH
-4
2,77 diperoleh konsentrasi [H ] sebesar 1,6982.10 M dan konsentrasi larutan yaitu 46,51 M.
+ -3
sedangkan titik ekivalen ketiga terjadi pada penambahan NaOH sebanyak 49 mL dengan pH 2,79
dengan konsentrasi [H ] sebesar 1,6218.10 M dan konsentrasi larutan yaitu 5,4797. 10 M.
+ -3 6
Grafik yang ditunjukkan pada percobaan ini merupakan grafik hubungan antara volume NaOH
dengan pH, DpH/DV dan D pH/(DV) . Titik ekuivalen ditunjukkan oleh grafik yang mengalami kenaikan
2 2
yang cukup drastis. Setelah titik ekuivalen tercapai, maka konsentrasi asam fosfat dapat dihitung
melalui nilai pH pada titik kesetaraan. Grafik yang diperoleh bervariasi, dengan kurva naik turun dan
tidak linear. Grafik hubungan antara volume NaOH dengan pH larutan tersebut didapatkan berbentuk
integral seperti pada literatur. Dari semua grafik yang diperoleh, grafik tersebut memiliki puncak dan
penurunan pH yang sangat drastis pada saat penambahan larutan NaOH.
VI. KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan ini adalah:
1. Titrasi potensiometri merupakan metode elektroanalisis suatu zat dengan menggunakan elektroda
pembanding dan elektroda indikator dan dalam percobaan ini digunakan untuk menentukan
konsentrasi asam fosfat H PO .
3 4
2. Asam fosfat merupakan suatu asam poliprotik dimana asam ini dapat melepaskan tiga buah
proton dalam bentuk ion H sehingga memiliki tiga nilai tetapan kesetimbangan (K ).
+
a
3. Titik ekivalen titrasi terjadi saat penambahan 38 mL NaOH pada pH 2,71, penambahan 46 mL
NaOH pada pH 2,77, dan penambahan 49 mL NaOH dengan pH 2,79.
4. Titik dimana peningkatan pH mengalami lonjakan yang cukup besar merupakan titik pH dimana
larutan mencapai kesetaraan yaitu sebagai titik kesetaraan.
5. Berdasarkan hasil perhitungan: [H PO ] = 5,07.10 M, [H PO ] = 46,51 M, dan [HPO ] = 5,4797.
3 4
-4
2 4
–
4
2-
10 M.
6
DAFTAR PUSTAKA
Basset, J, et al. 1994. Buku Ajar Vogel Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Penerbit Buku Kedokteran
EGC. Jakarta.
Khopkar. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta.
Rivai, Harrizul. 1995. Asas Pemeriksaan Kimia. Penerbit UI Press. Jakarta.