TINJAUAN PUSTAKA
Berdasarkan Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Kawasan Minapolitan
adalah kawasan yang terdiri atas satu atau lebih pusat kegiatan pada wilayah perdesaan sebagai
sistem produksi pertanian/perikanan dan pengelolaan sumber daya alam tertentu yang ditunjukkan
oleh adanya keterkaitan fungsional dan hirarki keruangan satuan sistem permukiman dan sistem
agrobisnis.
Kawasan Minapolitan menurut Lamia dkk, 2017 dapat diartikan sebagai kota perikanan atau kota di
daerah lahan perikanan atau perikanan di daerah kota yang tumbuh dan berkembang karena
berjalannya sistem dan usaha perikanan serta mampu melayani, mendorong, menarik kegiatan
pembangunan ekonomi daerah sekitarnya.
2.3. Karakteristik Kawasan Minapolitan
Karakteristik Kawasan Minapolitan Dalam KepMen Kelautan dan Perikanan No. 18/Men/2011
tentang Pedoman Umum Minapolitan Suatu kawasan minapolitan sebaiknya mempunyai
karakteristik sebagai berikut:
1. Suatu kawasan ekonomi yang terdiri atas sentra produksi, pengolahan, dan/atau pemasaran
dan kegiatan usaha lainnya, seperti jasa dan perdagangan;
2. Mempunyai sarana dan prasarana sebagai pendukung aktivitas ekonomi.
3. Kawasan minapolitan harus bisa tumbuh dan berkembang sebagai kawasan mandiri;
4. Menampung dan mempekerjakan sumberdaya manusia di dalam kawasan dan daerah
sekitarnya;
5. Mempunyai dampak positif terhadap perekonomian di daerah sekitarnya.
Menurut Wiadnya,2011 dimensi ruang pada suatu kawasan minapolitan sebaiknya mempunyai
karakteristik sebagai berikut:
1. Satu kota kecil sebagai sentra (mungkin wilayah administrasi kecamatan) dan beberapa
wilayah (desa atau kecamatan) di sekitarnya pada radius melakukan commuting ke arah
sentra;
2. Sentra kota mempunyai cadangan sumber daya ikan atau kapasitas produksi ikan yang
mampu menjadi penggerak ekonomi seluruh kawasan minapolitan (sentra dan wilayah
sekitarnya) (CMEA, 2011);
3. Kawasan minapolitan harus bisa tumbuh dan berkembang sebagai kawasan mandiri;
4. Faktor kenyamanan dan pergerakan ekonomi harus bisa menjadi daya saing untuk
memberikan pilihan alternatif bagi urbanisasi ke wilayah metropolitan;
5. Pengembangan atau pertumbuhan (ekonomi dan keruangan) pada kawasan minapolitan
harus dilakukan secara terkontrol. Ketika kapasitas daya dukung tercapai, telah
teridentifikasi kawasan minapolitan atau agropolitan lain sebagai alternatif;
6. Pengembangan kawasan minapolitan harus dilakukan secara terpadu dan efisien melibatkan
instansi dari tingkat pusat dan daerah maupun instansi lintas sektor.
Tujuan dan sasaran pengembangan kawasan minapolitan disebutkan pada Keputusan Menteri
Kelautan dan Perikanan No. 18/Men/2011 tentang Pedoman Umum Minapolitan. Secara esensial,
dapat dijadikan 4(empat) hal utama sebagai berikut:
1. Pelayanan secara terpadu dan efisien dari instansi pusat dan daerah serta instansi lintas-
sektor pada kawasan minapolitan
2. Berkembangnya sektor ekonomi dari komoditas sektor perikanan
3. Kawasan sentra minapolitan bersama wilayah sekitarnya tumbuh sebagai kota mandiri
4. Pengisian tenaga kerja pada wilayah sekitar sentra minapolitan sesuai dengan kapasitas daya
dukung produksi perikanan
Menurut Wulanningrum dan Jayanti, 2016 Tujuan pembangunan sektor kelautan dan perikanan
dengan konsep minapolitan adalah sebagai berikut :
a. Meningkatkan produksi, produktifitas dan kualitas
b. Meningkatkan pendapatan nelayan, pembudidaya, dan pengolah ikan yang adil dan merata,
c. Mengembangkan Kawasan Minapolitan sebagai pusat pertumbuhan ekonomi di daerah dan
sentra- sentra produksi perikanan sebagai penggerak ekonomi rakyat.
2.6. Prinsip Minapolitan
Menurut Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor PER.18/MEN/2012
tentang pedoman penyusunan rencana induk pengembangan kawasan minapolitan dengan konsep
Minapolitan diharapkan pembangunan sektor kelautan dan perikanan dapat dilaksanakan dengan
prinsip-prinsip sebagai berikut :
a. Prinsip Integrasi
Diharapkan dapat mendorong agar pengalokasian sumberdaya pembangunan direncanakan
dan dilaksanakan secara menyeluruh dengan mempertimbangkan kepentingan dan
dukungan stakeholders. Kepentingan dan dukungan tersebut dibutuhkan agar program dan
kegiatan peningkatan produksi didukung dengan sarana produksi, permodalan, teknologi,
sumberdaya manusia, prasarana yang memadai, dan sistem manajemen yang baik.
b. Prinsip Efisiensi
Pembangunan sektor kelautan dan perikanan harus dilaksanakan secara efisien agar
pembangunan dapat dilaksanakan dengan biaya murah namun mempunyai daya guna yang
tinggi. Dengan konsep minapolitan pembangunan infrastruktur dapat dilakukan secara
efisien dan pemanfaatannya pun diharapkan akan lebih optimal. Selain itu prinsip efisiensi
diterapkan untuk mendorong agar sistem produksi dapat berjalan dengan biaya murah,
seperti memperpendek mata rantai produksi, efisiensi, dan didukung keberadaan faktor-
faktor produksi sesuai kebutuhan.
c. Prinsip Berkualitas
Pelaksanaan pembangunan sektor kelautan dan perikanan harus berorientasi pada kualitas,
baik sistem produksi secara keseluruhan, hasil produksi, teknologi maupun sumberdaya
manusia. Dengan konsep minapolitan pembinaan kualitas sistem produksi dan produknya
dapat dilakukan secara lebih intensif.
d. Prinsip Berakselerasi tinggi
Percepatan diperlukan untuk mendorong agar target produksi dapat dicapai dalam waktu
cepat, melalui inovasi dan kebijakan terobosan. Prinsip percepatan juga diperlukan untuk
mengejar ketinggalan dari negara-negara kompetitor, melalui peningkatan market share
produk- produk kelautan dan perikanan Indonesia tingkat dunia.
Rencana zonasi kawasan minapolitan menurut Wiadnya, 2011 dapat mengikuti beberapa prinsip
dasar sebagai berikut:
a. Ruang lingkup zonasi: meliputi wilayah sentra produksi dan wilayah (hinterland) di
sekitarnya;
b. Dibuat melekat atau terintegrasi dengan sistem keruangan (spatial planning) yang telah ada;
c. Dibuat sedemikian rupa menyesuaikan dengan sistem keruangan yang sudah ada saat ini.