Anda di halaman 1dari 19

Volume 6, Nomor 2, Agustus 2017

PENEGAKAN HUKUM PENATAAN RUANG DALAM RANGKA MEWUJUDKAN


PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
(Spatial Plan Law Enforcement to Achieve Sustainable Development)

Ahmad Jazuli
Badan Penelitian dan Pengembangan Kebijakan
Kementerian Hukum dan HAM RI
Jalan Raya H.R. Rasuna Said Kav.4-5 Kuningan Jakarta Selatan
Email: joevikage_75@yahoo.co.id

Naskah diterima: 4 April 2017; revisi: 9 Agustus 2017; disetujui: 21 Agustus 2017

Abstrak
Sinergitas antara komponen lingkungan hidup; masyarakat; dan pengelola lingkungan dalam penataan ruang diharapkan
dapat mewujudkan tujuan pembangunan Indonesia dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Namun yang terjadi
masih menunjukan rendahnya pemahaman pentingnya pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup secara
berkesinambungan, terjadinya peningkatan pelanggaran penataan ruang, dan lemahnya penegakan hukum terhadap
pelanggaran penataan ruang. Penelitian ini mencoba menjawab permasalahan: bagaimana pelaksanaan penegakan hukum
penataan ruang dan bagaimana solusinya dalam upaya mewujudkan pembangunan berkelanjutan. Melalui metode yuridis
normatif yang bersifat deskriptif analisis, disimpulkan bahwa implementasi penegakan hukum terhadap penyimpangan
penataan ruang masih belum konsisten karena masih terjadinya pelanggaran penataan ruang serta ringannya sanksi yang
diberikan. Oleh karena itu harus ada komitmen dan political will yang kuat pemerintah dalam penegakan hukumnya yang
dilakukan secara cermat, proporsional, dan komprehensif demi perbaikan kondisi lingkungan hidup yang lebih baik serta
memperkuat partisipasi masyarakat dalam penyusunan rencana, pemanfaatan, dan pengendaliannya, sehingga kebijakan
penataan ruang berdampak positif bagi pemerintah, korporasi, dan masyarakat.
Kata Kunci: penegakan hukum, penataan ruang, pembangunan berkelanjutan

Abstract
Synergy between environment; society; and environment management in spatial planning is important tto achieve Indonesia
development objective which is to increase social welfare. However, there’s still low understanding on the importance of
sustainable natural resource management, increasing number of spatial plan violation, and weak law enforcement toward
spatial plan violation. This research tries to answer the problem about how law enforcement toward spatial plan violation
can support sustainable development effort. Through juridical normative method with descriptive analytic research
characteristic, this research conclude that law enforcement toward spatial plan violation is still not consistent. Spatial plan
violation still happens and the sanctions imposed are weak. Government needs to show strong commitment and political
will where law enforcement is carried in a detailed, proportional, and comprehensive way to make better environment.
Public participation in planning, using and controlling the spatial plan is also needed to be strengthened so that it may give
positive impact to government, corporate, and society.
Keywords: law enforcement , spatial planning , sustainable development

Penegakan Hukum Penataan Ruang dalam Rangka Mewujudkan Pembangunan Berkelanjutan (Ahmad Jazuli) 271
Volume 6, Nomor 2, Agustus 2017

A. Pendahuluan Penataan Ruang), yang menyatakan bahwa


negara menyelenggarakan penataan ruang
Salah satu cara suatu negara untuk dikenal
yang pelaksanaan wewenangnya dilakukan oleh
dunia internasional, yakni melalui peningkatan
Pemerintah pusat dan daerah (Pasal 7 ayat (2)
kualitas hidup. Hal ini juga sesuai dengan butir
dengan tetap menghormati hak yang dimiliki
Nawacita yang mengatakan bahwa salah satu
oleh setiap orang sesuai dengan ketentuan
tujuan pembangunan di Indonesia adalah untuk
peraturan perundang-undangan (Pasal ayat
meningkatkan kualitas hidup manusia.
(3), Tambahan Lembaran Negara Nomor
Ruang wilayah Negara Kesatuan Republik
4725). Dalam hal penyelenggaraan penataan
Indonesia, baik sebagai kesatuan wadah yang
ruang, tugas negara meliputi dua hal, yaitu; (a)
meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara,
policymaking, ialah penentuan haluan negara;
termasuk ruang di dalam bumi maupun
(b) task executing, yaitu pelaksanaan tugas
sebagai sumber daya, merupakan karunia
menurut haluan yang telah ditetapkan oleh
Tuhan Yang Maha Esa kepada bangsa
negara.
Indonesia yang perlu disyukuri, dilindungi
Kegiatan penataan ruang terdiri dari
dan dikelola secara berkelanjutan untuk
3 (tiga) kegiatan yang saling terkait, yaitu:
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat
perencanaan tata ruang, pemanfaatan
sebagaimana diamanatkan dalam Pasal
ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang
33 Ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara
(gambar 1), dengan produk rencana tata ruang
Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD NRI 1945)
berupa Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
yang menegaskan bahwa “Bumi dan air dan
yang secara hierarki terdiri dari Rencana Tata
kekayaan alam yang terkandung didalamnya
Ruang Wilayah Nasional (RTRWN), Rencana Tata
dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk
Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP), dan Rencana
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”.
Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota (RTRW
Untuk mewujudkan amanat tersebut
Kab/kota). Penataan ruang dapat digambarkan
maka dibentuklah Undang-Undang Nomor
seperti berikut:
26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang (UU

Gambar 1.Penataan Ruang


sumber: diolah dari dalam Pasal 1 Angka 5 UU Tentang Penataan Ruang

272 Jurnal RechtsVinding, Vol. 6 No. 2, Agustus 2017, hlm. 263–281


Volume 6, Nomor 2, Agustus 2017

Berdasarkan ketentuan dalam Pasal 1 angka pemanfaatan ruang dilakukan sesuai dengan
13 UU Penataan Ruang, bahwa yang dimaksud rencana tata ruang untuk meminimalisir adanya
dengan perencanaan tata ruang adalah suatu ketidaksesuaian pemanfaatan ruang sehingga
proses untuk menentukan struktur ruang terjaga kesesuaian pemanfaatan ruang dengan
dan pola ruang yang meliputi penyusunan fungsi ruang yang telah ditetapkan rencana tata
dan penetapan rencana tata ruang guna ruang.3
untuk menyerasikan berbagai kegiatan sektor Ketiga rencana tata ruang tersebut harus
pembangunan, sehingga dalam memanfaatkan dapat terangkum di dalam suatu rencana
lahan dan ruang dapat dilakukan secara optimal, pembangunan sebagai acuan di dalam
efisien, dan serasi sehingga dihasilkan rencana implementasi perencanaan pembangunan
umum tata ruang dan rencana rinci tata ruang berkelanjutan (sustainable development) di
(Pasal 14 UU Penataan Ruang). wilayah Indonesia dengan berpedoman pada
Pengertian pemanfaatan ruang dalam UU Penataan Ruang sebagaimana dikatakan
ketentuan Pasal 1 angka 14 UU yang sama dalam Pasal 3 bahwa penyelenggaraan
adalah upaya untuk mewujudkan struktur dan penataan ruang bertujuan untuk mewujudkan
pola ruang sesuai dengan rencana tata ruang ruang wilayah nasional yang aman, nyaman,
melalui penyusunan dan pelaksanaan program produktif dan berkelanjutan berdasarkan
serta pembiayaannya.1 Hal ini mengindikasikan Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional
bahwa pelaksanaan program pemanfaatan dengan : a. terwujudnya keharmonisan antara
ruang merupakan aktifitas pembangunan, baik lingkungan alam dan lingkungan buatan; b.
yang dilaksanakan oleh pemerintah maupun terwujudnya keterpaduan dalam penggunaan
masyarakat untuk mewujudkan rencana tata sumber daya alam dan sumber daya buatan
ruang yang dilakukan secara bertahap sesuai dengan memperhatikan sumber daya manusia;
dengan jangka waktu yang ditetapkan dalam dan c. terwujudnya pelindungan fungsi ruang
rencana tata ruang. dan pencegahan dampak negatif terhadap
Sedangkan pengendalian pemanfaatan lingkungan akibat pemanfaatan ruang.4
ruang adalah upaya untuk mewujudkan tertib Pesatnya perkembangan kawasan baik di
tata ruang (Pasal 1 angka 15 UU Penataan perkotaan dan pedesaan, selain memberikan
Ruang) yang dilakukan melalui penetapan dampak positif bagi perkembangan ekonomi,
zonasi (peraturan zonasi merupakan ketentuan ternyata di sisi lain mengakibatkan timbulnya
yang mengatur pemanfaatan ruang dan unsur- permasalahan lingkungan, hal ini terlihat
unsur pengendalian yang disusun untuk setiap dengan semakin kritisnya kondisi lingkungan
zona peruntukan sesuai dengan rencana rinci di Indonesia, yang berdampak pada intensitas
tata ruang),2 perizinan, pemberian insentif dan bencana alam yang terjadi di berbagai wilayah
disinsentif, serta pengenaan sanksi. Pengendalian

1
http://erepo.unud.ac.id1163230ca82e87cb23dbfe065a21b41e2cdeb5.pdf, (diakses 7 April 2017).
2
Hasni.Hukum Penataan Ruang dan Penatagunaan Tanah. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2010), hlm. 194.
3
http://erepo.unud.ac.id1163230ca82e87cb23dbfe065a21b41e2cdeb5.pdf, op. cit.
4
Laporan Akhir Kajian Hukum Tentang Penegakan Hukum Penataan Ruang dalam Kerangka Otonomi Daerah,
(Jakarta: BPHN, 2014) dalam http://www.bphn.go.iddatadocumentslaporan_lengkap.pdf,(diakses 7 April 2017).

Penegakan Hukum Penataan Ruang dalam Rangka Mewujudkan Pembangunan Berkelanjutan (Ahmad Jazuli) 273
Volume 6, Nomor 2, Agustus 2017

di Indonesia yang salah satu penyebabnya nasional, rendahnya partisipasi masyarakat


adalah karena pelanggaran tata ruang. dalam penataan ruang, hingga perencanaan
Kementerian Pekerjaan Umum menemukan pembangunan yang tidak sesuai dengan
indikasi pelanggaran tata ruang di 788 lebih penataan ruang atau bahkan tanpa disertai
di wilayah Jabotabek dan kawasan Puncak rencana tata ruang yang komprehensif. Disisi
serta Cianjur. Pelanggaran tata ruang juga lain, lemahnya aspek penegakan hukum menjadi
terindikasi terjadi di banyak daerah antara lain salah satu penyebab terjadinya pelanggaran
di Makasar, dan kawasan situs Trowulan di penataan ruang. Kenyataan ini menggambarkan
Jawa Timur.5 Bahkan pada tahun 2015, terdapat keberadaan UU Penataan Ruang belum mampu
105 perusahaan (Kalimantan Tengah) dan 89 dijadikan ruh perbaikan penataan ruang di
perusahaan (Kalimantan Barat) yang diduga Indonesia.
melanggar Rencana Tata Ruang Wilayah yang Berdasarkan latar belakang tersebut di atas
berpotensi kerugian negara sebesar Rp. 21,59 maka ada beberapa permasalahan pokok seperti
triliun dan sedang dalam penanganan Komisi masih rendahnya pemahaman akan pentingnya
Pemberantasan Korupsi.6 Terkait Kebakaran pengelolaan SDA dan lingkungan hidup secara
hutan dan lahan yang terjadi di sejumlah provinsi berkesinambungan, lemahnya penegakan
di Indonesia, berdasarkan data Kementerian hukum terkait pelanggaran penataan ruang yang
Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Kementerian berakibat pada masih terjadinya pelanggaran
LHK) tahun 2015 ada 413 perusahaan yang penataan ruang (pusat dan daerah), masih
sedang diselidiki, dan hasilnya 14 perusahaan tingginya tingkat pencemaran lingkungan hidup
telah dikenakan sanksi oleh Kementerian akibat belum dipatuhinya peraturan di bidang
Lingkungan Hidup dan Kehutanan dengan rincian sumber daya alam dan lingkungan hidup,8 Serta
3 perusahaan dicabut izinnya, 7 perusahaan kurang adanya keselarasan pengaturan antara
dibekukan izinnya, dan 4 perusahaan menjalani pemerintah pusat dan daerah. Ketidakselarasan
sanksi paksaan pemerintah.7 ini menghambat pelaksanaan koordinasi dan
Terjadinya berbagai permasalahan melemahkan penegakan hukum. Dan kalau
dalam penyelenggaraan penataan ruang di disimpulkan secara garis besar maka akan
Indonesia karena berbagai hal, antara lain: mengerucut pada Bagaimanakah Implementasi
dominasi kebijakan sektoral yang didasari penegakan hukum dalam penataan ruang
oleh kepentingan tertentu di tiap sektoral, berdasarkan Undang-Undang Nomor 26 Tahun
perencanan tata ruang tanpa Kajian Lingkungan 2007 tentang Penataan Ruang?, Bagaimanakah
Hidup Strategis (KLHS), ketidaksesuaian antara solusi yang dilakukan dalam rangka penegakan
rencana tata ruang kota/kab, propinsi, dan


5
ibid.

6
http://kabar24.bisnis.com/read/20151105/16/489087/pelanggaran-tata-ruang-data-194-perusahaan-di-
kalteng-dan-kalbar-diserahkan-ke-kpk#&gid=1&pid=1, (diakses 8 Agustus 2017, pukul 13.27 WIB).

7
http://pktl.menlhk.go.id/index.php?pg=w2530y2545c2610c2565v2620z2525&id=k2460, (diakses 8 Agustus
2017, pukul 13.52 WIB).

8
http://www.bappenas.go.id/index.php/download_file/view/9567/1781/. (diakses 26 Februari 2015. pukul
08.37 WIB).

274 Jurnal RechtsVinding, Vol. 6 No. 2, Agustus 2017, hlm. 263–281


Volume 6, Nomor 2, Agustus 2017

hukum penataan ruang dalam kerangka kemampuannya, mengingat wilayah Indonesia


mewujudkan pembangunan berkelanjutan? yang terdiri lebih dari 17.000 pulau besar dan
kecil, baik yang berpenghuni maupun yang tidak
B. Metode Penelitian berpenghuni, sumber daya alam yang melimpah,
Tipologi penelitian ini bersifat deskriptif hutan, gunung, sungai besar dan kecil, sumber
analisis yang bertujuan untuk menggambarkan, daya hayati, baik di darat, laut maupun udara
menginventarisir, dan menganalisis kondisi diatasnya, oleh karena itu diperlukan campur
yang sebenarnya tentang penegakan hukum tangan pemerintah dalam pengelolaan sumber
terkait penataan ruang guna mewujudkan daya dan yang menyangkut kehidupan orang
pembangunan yang berkelanjutan melalui banyak.11
penelitian kepustakaan (library reseach) dengan Hukum dalam pembangunan adalah sebagai
menekankan pada sumber data sekunder.9 Data salah satu sarana yang harus mampu mendorong
sekunder yang digunakan dalam penelitian proses modernisasi, sejalan dengan fungsi
ini dikumpulkan dari sumber primer berupa tersebut maka pembentuk undang-undang
perundang-undangan.10 Data yang sudah ter­ meletakan berbagai landasan yuridis dalam
kumpul akan dianalisis dengan penelaahan melakukan berbagai kegiatan pembangunan,
terhadap peraturan perundang-undangan yang salah satunya adalah UU Penataan Ruang ini.12
mengatur tentang penataan ruang di Indonesia. Pembangunan secara makro, terutama
pembangunan ekonomi masyarakat, mulai
C. Pembahasan dari pembangunan industri, perumahan,
transportasi, perdagangan, perkebunan,
Pertumbuhan penduduk yang sangat cepat pertanian, kelautan/maritim dan lain-lain sudah
di Indonesia, diikuti pesatnya pertumbuhan tentu memerlukan lahan yaitu tempat manusia
ekonomi dan dinamika sosial kehidupan, dan makhluk hidup lainnya melakukan kegiatan
menyebabkan meningkatnya kebutuhan dan memelihara kelangsungan hidupnya dan
akan sarana dan prasarana. Mengantisipasi tata ruang berupa wujud struktur ruang dan
hal tersebut dan sebagai perwujudan akan pola ruang (Pasal 1 ayat (1 dan ayat (2) UU
pengamalan negara kesejahteraan (Welfare Penataan Ruang) yang sangat luas, dengan
State) yang sesuai dengan Pancasila dan Undang- sendirinya pula harus memperhatikan daya
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun dukung lingkungan, serta merubah lingkungan
1945, maka pemerintah berkewajiban untuk yang lama menjadi lingkungan yang baru
mengatur, menata dan menyelenggarakan dalam segala aspeknya guna mewujudkan
pemenuhan kehidupan masyarakat sesuai batas masyarakat yang sejahtera. Ini berarti bahwa


9
Amirudin & Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, (Jakarta, Radja Grafindo Persada, 2004), hlm.
118.
10
Ronny Haitijo Soemitro, Metodologi Penemuan Hukum, (Jakarta: Ghalian Indonesia, 1982), hlm. 24.
11
Laporan Akhir BPHN, op.cit.,hlm. 15.
12
Mochtar Kusumaatmadja, Konsep-konsep Hukum dalam Pembangunan, (Bandung: Alumni 2002), hlm. 104. dalam
http://prepository.unhas.ac.idbitstreamhandle12345678920523BAB%20II%20TINJAUAN%20PUSTAKA%20
repository%20unhas.pdfsequence=1, (diakses 07 April 2017, pukul 10.02 WIB).

Penegakan Hukum Penataan Ruang dalam Rangka Mewujudkan Pembangunan Berkelanjutan (Ahmad Jazuli) 275
Volume 6, Nomor 2, Agustus 2017

pembangunan dilakukan bukan semata untuk diharapkan mampu menjadi bagian pendorong
mengeksploitasi lingkungan dengan tidak dari kelancaran pelaksanaan otonomi daerah,
terkendali (sembarangan) dan hanya untuk khususnya bagi peningkatan keterlibatan
mengikuti dorongan keinginan segelintir pihak/ masyarakat dalam pemanfaatan ruang demi
korporasi dalam meraih keuntungan tanpa terwujudnya ‘good governance’.
memikirkan dampaknya di kemudian hari. Hal ini sejalan dengan pemetaan
Oleh karena itu, penyelenggaraan permasalahan yang menjadi perhatian di
pembangunan wilayah yang berbasis dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang
penataan ruang seharusnya dilakukan secara Nasional (RPJPN 2005-2025), yaitu antara lain:13
terpadu dengan melibatkan seluruh pelaku 1. Kondisi krisis penataan ruang di Indonesia.
pembangunan (stakeholder) di wilayah Hal ini disebabkan pembangunan yang
setempat dalam pola pembangunan yang dilakukan di suatu wilayah masih sering
berkelanjutan (sustainable development) dilakukan tanpa mengikuti rencana
dengan mengembangkan tata ruang yang tata ruang, tidak mempertimbangkan
humanopolis (mengutamakan kepentingan keberlanjutan dan daya dukung lingkungan
masyarakat dan menciptakan lingkungan serta tidak memperhatikan kerentanan
yang asri) berdasar wawasan nusantara dan wilayah terhadap terjadinya bencana alam.
ketahanan nasional. Atas dasar hal tersebut Dampak yang terjadi turunnya kualitas dan
maka prinsip dasar yang harus dipedomani dan kuantitas sumber daya alam dan lingkungan
diterapkan dalam mendukung kegiatan tersebut hidup, serta memperbesar resiko timbulnya
antara lain: 1) menempatkan masyarakat korban akibat bencana alam.
sebagai pelaku yang sangat menentukan dalam 2. Terjadinya konflik pemanfaatan ruang antar
proses pemanfaatan ruang; 2) memposisikan sektor, contohnya konflik antara kehutanan
pemerintah sebagai fasilitator dalam proses dan pertambangan. Beberapa penyebab
pemanfaatan ruang; 3) menghormati hak yang utamanya terjadinya permasalahan tersebut
dimiliki masyarakat serta menghargai kearifan adalah (a) belum tepatnya kompetensi
lokal dan keberagaman sosial budayanya; sumber daya manusia dalam bidang
4) menjunjung tinggi keterbukaan dengan pengelolaan tata ruang, (b) rendahnya
semangat tetap menegakkan etika, dan 5) kualitas dari rencana tata ruang, (c) belum
memperhatikan perkembangan teknologi dan diacunya perundangan penataan ruang
bersikap profesional. sebagai payung kebijakan pemanfaatan
Menindaklanjutkan prinsip dasar tersebut ruang bagi semua sektor; dan (d) lemahnya
di atas, maka penyusunan pedoman partisipasi penerapan hukum berkenaan dengan
masyarakat dalam proses pemanfaatan pemanfaatan ruang.
ruang disusun oleh berbagai komponen, baik 3. Keterbatasan akses masyarakat di wilayah
pemerintah pusat, daerah, swasta, lembaga tertinggal terhadap pelayanan sosial,
swadaya masyarakat, forum warga maupun ekonomi, dan politik serta terisolir dari
warga masyarakat secara umum. Pedoman ini wilayah sekitarnya.

Laporan Akhir BPHN, op.cit.,hlm. 17-21.


13

276 Jurnal RechtsVinding, Vol. 6 No. 2, Agustus 2017, hlm. 263–281


Volume 6, Nomor 2, Agustus 2017

4. Ketertinggalan pembangunan wilayah kualitas lingkungan fisik kawasan perkotaan


perbatasan, termasuk pulau-pulau kecil akibat terjadinya perusakan lingkungan dan
terluar yang memiliki potensi SDA yang cukup timbulnya polusi; (4) menurunnya kualitas
besar dan sangat strategis bagi pertahanan hidup masyarakat di perkotaan karena
dan keamanan negara. Walaupun demikian, permasalahan sosial-ekonomi; serta (5)
pembangunan di beberapa wilayah tidak mandiri dan terarahnya pembangunan
perbatasan masih sangat jauh tertinggal kota-kota baru sehingga justru menjadi
di bandingkan dengan pembangunan di tambahan beban bagi kota inti.
wilayah negara tetangga. Kondisi soal
Memperhatikan permasalahan-perma­sa­
ekonomi masyarakat yang tinggal di daerah
lahan tersebut di atas yang dapat terjadi baik
tersebut umumnya jauh lebih rendah
secara vertikal maupun horizontal, maka di
dibandingkan dengan kondisi sosial ekonomi
dalam penyelenggaraan penataan ruang harus
warga negara tetangga. Permasalahan
dilakukan berdasarkan asas-asas yang diatur
utama dari ketertinggalan pembangunan di
dalam UU Penataan Ruang, yaitu:
wilayah perbatasan adalah arah kebijakan
a. Keterpaduan: bahwa penataan ruang
pembangunan kewilayahan yang selama ini
diselenggarakan dengan mengintegrasikan
cenderung berorientasi “inward looking”
berbagai kepentingan yang bersifat lintas
sehingga seolah-olah kawasan perbatasan
sektoral, dan lintas pemangku kepentingan
hanya menjadi halaman belakang dari
(antara lain pemerintah pusat, pemerintah
pembangunan negara. Akibatnya, wilayah-
daerah, dan masyarakat).
wilayah perbatasan dianggap bukan
b. Keserasian, keselarasan, dan keseimbangan:
merupakan wilayah prioritas pembangunan
bahwa penataan ruang diselenggarakan
oleh pemerintah pusat maupun daerah.
dengan mewujudkan keserasian antara
Sementara itu, pulau-pulau kecil yang ada
struktur ruang dan pola ruang, keselarasan
di Indonesia sulit berkembang terutama
antara kehidupan manusia dengan
karena lokasinya sangat terisolasi dan sulit
lingkungannya, keseimbangan pertumbuhan
dijangkau, diantaranya banyak yang tidak
dan perkembangan antar daerah serta
berpenghuni atau sangat sedikit jumlah
antara kawasan perkotaan dan kawasan
penduduknya serta belum banyak tersentuh
perdesaan.
oleh pelayanan dasar dari pemerintah.
c. Keberlanjutan: bahwa penataan ruang di
5. Dampak negatif yang ditimbulkan dari
selenggarakan dengan menjamin kelestarian
kota-kota besar dan metropolitan, antara
dan kelangsungan daya dukung dan daya
lain, adalah (1) terjadinya eksploitasi yang
tampung lingkungan dengan memperhatikan
berlebihan terhadap sumber daya alam di
kepentingan generasi mendatang.
sekitar kota-kota besar dan metropolitan
d. Keberdayagunaan dan keberhasilgunaan:
untuk mendukung dan meningkatkan
bahwa penataan ruang diselenggarakan
pertumbuhan ekonomi; (2) konversi lahan
dengan mengoptimalkan manfaat ruang dan
pertanian produktif menjadi kawasan
sumber daya yang terkandung di dalamnya
pemukiman, perdagangan, dan industri
serta menjamin terwujudnya tata ruang
secara terus menerus; (3) menurunnya
yang berkualitas.

Penegakan Hukum Penataan Ruang dalam Rangka Mewujudkan Pembangunan Berkelanjutan (Ahmad Jazuli) 277
Volume 6, Nomor 2, Agustus 2017

e. Keterbukaan: bahwa penataan ruang penataan ruang adalah menciptakan hubungan


diselenggarakan dengan memberikan akses yang serasi dan harmonis antara berbagai
yang seluas-luasnya kepada masyarakat kegiatan pada wilayah-wilayah sehingga akan
untuk mendapatkan informasi berkaitan mempercepat proses tercapainya kemakmuran
dengan penataan ruang. dan terjaminnya kelestarian lingkungan hidup.15
f. Kebersamaan dan kemitraan: bahwa Dengan demikian konsep penataan ruang yang
penataan ruang diselenggarakan dengan berusaha menjamin adanya kelangsungan
mengutamakan kepentingan masyarakat. pembangunan yang berkelanjutan harus
g. Kepastian hukum dan keadilan: bahwa menjadi dasar acuan bagi upaya pengelolaan
penataan ruang diselenggarakan dan pemanfaatan serta pemeliharaan
dengan berlandaskan hukum/ketentuan lingkungan hidup.16 Oleh karena itu pemerintah
peraturan perundang-undangan dan harus menggiatkan dan memperkuat partisipasi
bahwa penataan ruang dilaksanakan masyarakat dalam hal menjaga kelestarian
dengan mempertimbangkan rasa keadilan alam seperti melakukan program reboisasi,
masyarakat serta melindungi hak dan pemberdayaan masyarakat adat dalam menjaga
kewajiban semua pihak secara adil dengan hutan lindung, sosialisasi tentang pentingnya
jaminan kepastian hukum. menjaga kelestarian alam dan lingkungannya
h. Akuntabilitas: bahwa penyelenggaraan serta menjadikan masyarakat sebagai pengawas
penataan ruang dapat di pertanggung terhadap lingkungan yang menjadi tempat
jawabkan, baik prosesnya, pembiayaannya, kehidupannya.
maupun hasilnya.14
1.
Implementasi penegakan hukum
Berdasarkan asas-asas tersebut, UU penataan
dalam penataan ruang berdasarkan
ruang menegaskan bahwa penyelenggaraan Undang-Undang Nomor 26 Tahun
penataan ruang dilakukan oleh pemerintah 2007
dengan melibatkan peran masyarakat dalam
Penegakan hukum merupakan rangkaian
penyusunan rencana tata ruang, pemanfaatan
proses untuk menjabarkan nilai, ide, cita yang
ruang, dan pengendalian penataan ruang.
cukup abstrak yang menjadi tujuan hukum.
Namun dalam implementasinya, pelibatan
Nilai-nilai tersebut harus mampu diwujudkan
masyarakat dalam penataan ruang menjadi
dalam realitas nyata (dapat diimpelementasikan
aspek yang sering kali terabaikan. Jikapun
atau tidak). Menurut Soerjono Soekanto, secara
terlaksana, pelibatan masyarakat hanya sebatas
konsepsional inti dan arti penegakan hukum
pemberian informasi dan konsultasi (formalitas),
terletak pada kegiatan menyerasikan hubungan
sehingga ketika terjadi permasalahan di
nilai-nilai yang terjabarkan di dalam kaidah-
kemudian hari, maka masyarakat lah yang
kaidah yang mantap dan mengejawantah sikap
akan merasakan akibatnya, padahal tujuan
dan tindak sebagai rangkaian penjabaran nilai

14
Penjelasan atas Undang-Undang Republik Indonesia No. 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang.
15
Laporan_lengkap BPHN, op. cit. hlm. 34.
16
Fungsi-Tata-Ruang-Dalam-Menjaga-Kelestarian-Lingkungan-Hidup-Kota-Gorontalo, repository.ung.ac.id...
Fungsi-Tata-Ruang-Dalam-Menjaga-Kelestarian-Lingkungan-, op.cit.

278 Jurnal RechtsVinding, Vol. 6 No. 2, Agustus 2017, hlm. 263–281


Volume 6, Nomor 2, Agustus 2017

tahap akhir, untuk menciptakan, memelihara hanyalah sebagian kecil dari sebuah sistem
dan mempertahankan kedamaian pergaulan penegakan hukum, yaitu hukum pidana saja.21
hidup.17 Menurut Satjipto Rahardjo, penegakan Oleh karena itu, berbicara masalah
hukum pada hakikatnya merupakan penegakan penegakan hukum tidak dapat dilepaskan dari
ide-ide atau konsep-konsep yang abstrak pengertian sistem hukum itu sendiri, dimana
tersebut. Penegakan hukum merupakan usaha didalamnya tercakup tiga komponen yang
untuk mewujudkan ide-ide tersebut menjadi tidak terpisahkan satu dengan yang lain, yaitu
kenyataan.18 struktur hukum, substansi hukum dan budaya
Penegakan hukum sebagai sarana untuk hukum.22 Sehingga untuk menegakkan hukum
mencapai tujuan hukum, maka sudah semestinya secara optimal wajib memperhatikan ketiga
seluruh energi dikerahkan agar hukum mampu komponen tersebut.
bekerja untuk mewujudkan nilai-nilai moral Berkenaan dengan dinamika di tengah
dalam hukum. Kegagalan hukum untuk masyarakat terkait tata ruang, telaahan kritis
mewujudkan nilai hukum tersebut merupakan terhadap UU Penataan Ruang adalah sebagai
ancaman bahaya akan bangkrutnya hukum berikut: (1) tata ruang merupakan konsep
yang ada. Hukum yang miskin implementasi dinamis, oleh karena dipengaruhi oleh kondisi
terhadap nilai-nilai moral akan berjarak serta sosial, ekonomi dan budaya serta teknologi,
terisolasi dari masyarakatnya. Keberhasilan sehingga dalam pelaksanaannya tata ruang
penegakan hukum akan menentukan serta hendaknya memperhatikan kondisi-kondisi
menjadi barometer legitimasi hukum di tengah- tersebut; (2) dalam penerapan konsep tata
tengah realitas sosialnya.19 ruang tidak bisa dilakukan secara kaku dan rigit,
Penegakan hukum merupakan suatu bentuk oleh karena itu secara periodik membutuhkan
konkrit penerapan hukum dalam masyarakat revisi berdasarkan cakupan tentang alam dan
yang mempengaruhi perasaan hukum, perkembangan teknologi dalam membangun
kepuasan hukum dan kebutuhan atau keadilan lingkungan buatan; (3) dalam hal visi,
hukum masyarakat.20 Dalam pandangan umum, pengendalian dengan memperhitungkan
penegakan hukum identik dengan proses yang daya tampung dan daya dukung lingkungan
terjadi pada lembaga-lembaga penegak hukum terhadap berbagai acuan normatif; (4) dalam
seperti Kepolisian, Kejaksaan, Pengadilan, menentukan ketentuan sanksi, hendaknya
Lembaga Pemasyarakatan dikenal sebagai memperhatikan ketentuan dari Undang-Undang
penegakan hukum pro-justisia yang sebenarnya Penataan Ruang, terkecuali jika suatu tindakan

17
Laporan Akhir BPHN, op. cit.,hlm. 8.
18
Satjipto Rahardjo, Masalah Penegakan Hukum Suatu Tinjauan Sosiologis, (Bandung: Sinar Baru, 2009), hlm. 15.
19
Laporan Akhir BPHN, op. cit., hlm. 8.
20
Bagir Manan, Penegakan Hukum Yang Berkeadilan, dalam Bagir Manan, Menemukan Hukum Suatu Pencarian,
(Jakarta: Asosiasi Advokat Indonesia, 2009), hlm. 52.
21
Rahayu Prasetianingsih, Negara Hukum yang Berkeadilan, (Bandung: Pusat Studi Kebijakan Negara, Fakultas
Hukum UNPAD, 2011), Cetakan Pertama, hlm. 553.
22
Lawrence M Friedman, 1984, Hukum Amerika, Sebuah Pengantar, Terjemahan Wishnu Basuki, (Jakarta: Tatanusa
Indonesia, 2001), hlm. 7.

Penegakan Hukum Penataan Ruang dalam Rangka Mewujudkan Pembangunan Berkelanjutan (Ahmad Jazuli) 279
Volume 6, Nomor 2, Agustus 2017

yang berkaitan dengan penataan ruang yang berpotensi terjadi antara dua wilayah Kota
mengandung unsur pidana; dan (5) penegakan atau Kabupaten atau lebih yang terletak pada
hukum adalah pilihan dan kesepakatan rakyat satu kesatuan hamparan ekosistem; b) Potensi
dan negara sebagai perwujudan negara konflik antar sektor. Perbedaan kepentingan
hukum.23 terhadap suatu obyek oleh dua sektor menjadi
Dengan demikian ada 3 (tiga) aspek pokok pemicu utama konflik ini. Misalnya pemanfaatan
yang harus diperhatikan dalam penataan ruang kawasan tertentu yang diperebutkan oleh
yaitu: a) Aspek lingkungan hidup fisik umumnya sektor pertanian (pertanian), sektor kehutanan
dan sumber daya alam khususnya yang (kawasan lindung) dan sektor pariwisata (obyek
dimanfaatkan; b) Aspek masyarakat termasuk wisata); dan c) Potensi konflik antar masyarakat
aspirasi sebagai pemanfaat; dan c) Aspek dan pemerintah. Konflik ini terjadi karena
pengelola lingkungan fisik oleh pemerintah yang perbedaan kepentingan antara masyarakat
dibantu masyarakat, dengan memperhatikan dengan pemerintah dalam menetapkan zona
dan mempertimbangkan kondisi dan potensi peruntukan ruang.25
lingkungan fisik serta kebutuhan masyarakat Berikut ini adalah tabel perkara yang terkait
agar pemanfaatan ruang tersebut dapat penataan ruang yang penulis dapatkan dari
dilaksanakan secara berkelanjutan.24 laman Kementerian LHK tahun 2015 (statistik
Terkait dengan pelanggaran penataan ruang perkara tahun 2016-2017 belum ada), mulai
yang terjadi, hal ini disebabkan, antara lain: a) dari proses perkara, tipologi perkara, dan status
Potensi konflik antar wilayah. Konflik ini dapat penyelesaian perkara:26

Tabel 3. Verifikasi Perkara Pidana Lingkungan Hidup dan Kehutanan Tahun 2015

No Proses Perkara Pidana LHK Jumlah Perkara Pidana


1 Sampai P.21 118 Kasus
2 Penyidikan 23 Kasus
3 Pembuktian dan Pengumpulan data 64 Kasus
dan Keterangan
Jumlah 205 Kasus
sumber: http://www.menlhk.go.id.

23
Juniarso Ridwan dan Achmad Sodik, op.cit. hlm. 159.---lihat Laporan Akhir BPHN, hlm. 124.
24
Fungsi-Tata-Ruang-Dalam-Menjaga-Kelestarian-Lingkungan-Hidup-Kota-Gorontalo, repository.ung.ac.id...
Fungsi-Tata-Ruang-Dalam-Menjaga-Kelestarian-Lingkungan-,op. cit. hlm. 10.
25
ibid, hlm. 62-67.
26
http://www.menlhk.go.id/downlot.php?file=Statistik_KLHK_tahun_2015.pdf, (diakses 8 Agustus 2017, pukul
14.31 WIB).

280 Jurnal RechtsVinding, Vol. 6 No. 2, Agustus 2017, hlm. 263–281


Volume 6, Nomor 2, Agustus 2017

Tabel 4. Tipologi Perkara Pidana Lingkungan Hidup dan Kehutanan Tahun 2015
Proses Perkara
No Tipologi kasus Jumlah
Penyidikan P21
1 Pembalakan liar 0 Kasus 43 Kasus 43 Kasus
2 Perambahan hutan 8 Kasus 28 Kasus 36 Kasus
3 Peredaran Tumbuhan 6 Kasus 43 Kasus 49 Kasus
dan Satwa Liar Illegal
4 Pencemaran lingkun- 4 Kasus 4 Kasus 8 Kasus
gan
5 Kebakaran hutan 5 Kasus 0 Kasus 5 Kasus
Jumlah 23 Kasus 118 Kasus 141 Kasus
sumber: http://www.menlhk.go.id.

Grafik 1.Status Penyelesaian Sengketa Lingkungan melalui pengadilan tahun 2015

sumber: http://www.menlhk.go.id.

Jika melihat pada tabel-tabel di atas, maka sanksi perdata (Pasal 66, 67 dan 75) dan sanksi
kasus pelanggaran dan penyimpangan penataan pidana (Pasal 69-74). Sanksi pidana yang diatur
ruang adalah didominasi pembalakan liar, hal dalam Pasal 69 sampai dengan 71 ditujukan pada
inilah yang menyebabkan semakin berkurangnya perilaku yang melanggar kewajiban yang diatur
kuantitas hutan di Indonesia sehingga jika terjadi dalam Pasal 61 yaitu: (a) Menaati rencana tata
pembiaran akan mengancam pembangunan ruang yang telah ditetapkan; (b) Memanfaatkan
berkelanjutan khususnya terkait penataan ruang sesuai dengan izin pemanfaatan ruang
ruang dan lingkungan hidup. dari pejabat yang berwenang; (c) Mematuhi
Di sisi lain lemahnya penegakan hukum ketentuan yang ditetapkan dalam izin
terhadap pelanggaran tata ruang serta ringannya pemanfaatan ruang dan (d) Memberikan
sanksi yang dijatuhkan adalah persoalan utama akses terhadap kawasan yang oleh ketentuan
terjadinya pelanggaran tersebut, padahal UU peraturan perundang-undangan dinyatakan
Penataan Ruang telah mengatur penerapan milik umum. Namun demikian, Pasal 62 dan
sanksi yaitu sanksi administrasi (Pasal 62-64), 63 memberikan sanksi administratif terhadap

Penegakan Hukum Penataan Ruang dalam Rangka Mewujudkan Pembangunan Berkelanjutan (Ahmad Jazuli) 281
Volume 6, Nomor 2, Agustus 2017

perilaku serupa, sehingga dalam penerapannya pentingnya pemanfaatan tata ruang sesuai
akan menimbulkan kerancuan terkait sanksi dengan kebutuhan.
yang akan diberikan. Disamping itu, ancaman Demikian pula penegakan hukum secara
hukuman yang dijatuhkan masih tergolong represif harus diambil dengan tegas kepada
ringan sebagaimana diatur dalam Pasal 63 yakni siapapun yang melakukan pelanggaran dalam
peringatan tertulis; penghentian sementara memanfaatkan tata ruang dan lingkungan hidup,
kegiatan; penghentian sementara pelayanan baik terhadap pengambil kebijakan maupun
umum; penutupan lokasi; pencabutan izin; masyarakat dan pengusaha yang kedapatan
pembatalan izin; pembongkaran bangunan; merusak lingkungan hidup berupa sanksi pidana
pemulihan fungsi ruang; dan/atau denda (penjara dan denda), sanksi perdata (ganti
administratif.27 kerugian dan atau tindakan tertentu) dan sanksi
Oleh karena itu, penegakan hukum administrasi (paksaan pemerintah, uang paksa,
lingkungan tidak hanya ditujukan untuk dan pencabutan izin).
memberikan hukuman kepada perusak atau Mas Achmad Santosa30 menyatakan
pencemar lingkungan hidup.Tetapi juga ditujukan penegakan hukum administrasi di bidang
untuk mencegah terjadinya perbuatan atau lingkungan hidup memiliki beberapa manfaat
tindakan yang dapat menimbulkan perusakan strategis dibandingkan dengan perangkat
dan atau pencemaran lingkungan hidup. Oleh penegakan hukum lainnya (perdata dan pidana),
karena itu penegakan hukum lingkungan tidak yaitu: a) dapat dioptimalkan sebagai perangkat
hanya bersifat represif, tetapi juga bersifat pencegahan (preventif). Penegakan hukum
preventif,28 Sehingga hukum lingkungan administrasi (preventif) dapat lebih efisien dari
bekerja di dalam menyelamatkan, melindungi, sudut pembiayaan dibandingkan penegakan
melestarikan lingkungan hidup dan melindungi hukum pidana dan perdata; b) pembiayaan
keberlangsungan kehidupan umat manusia dari untuk penegakan hukum administrasi (rutinitas
kemungkinan kerusakan lingkungan hidup.29 biaya pengawasan lapangan dan pengujian
Penegakan hukum secara preventif terhadap laboratorium) lebih murah dibandingkan
pemanfaatan tata ruang yang mendukung dengan upaya pengumpulan bukti, investigasi
kelestarian lingkungan hidup dapat dilakukan lapangan, memperkerjakan saksi ahli untuk
dengan mencegah berbagai kegiatan berupa membuktikan aspek kausalitas (sebab akibat)
pengambilan kebijakan yang dapat diindikasikan dalam kasus pidana dan perdata, dan c)
merusak tatanan lingkungan hidup serta memberikan peluang yang lebih terhadap
memberikan kesadaran kepada masyarakat partisipasi masyarakat yang dilakukan mulai
dan juga pengguna tata ruang tentang arti dari proses perijinan, pemantauan penataan,
pengawasan, dan pengajuan keberatan serta

27
Laporan Akhir BPHN, op. cit., hlm. 7.
28
Sri Sundari Rangkuti, Hukum Lingkungan Dan Kebijaksanaan Lingkungan Nasional. (Surabaya: Airlangga
University Press, 2000),Edisi Kedua.hlm. 209-210.
29
Syahrul Machmud, Penegakan Hukum Lingkungan Indonesia, (Yogyakarta: Graha Ilmu,2012), hlm.21.
30
Fungsi-Tata-Ruang-Dalam-Menjaga-Kelestarian-Lingkungan-Hidup-Kota-Gorontalo, repository.ung.ac.id...
Fungsi-Tata-Ruang-Dalam-Menjaga-Kelestarian-Lingkungan-,op. cit. hlm. 22.

282 Jurnal RechtsVinding, Vol. 6 No. 2, Agustus 2017, hlm. 263–281


Volume 6, Nomor 2, Agustus 2017

meminta pejabat tata usaha negara untuk pembinaan atas pemanfaatan ruang yang tidak
memberlakukan sanksi administrasi. sesuai dengan rencana tata ruang.Pemanfaatan
Hal ini sejalan dengan pandangan Ten Berge ruang yang tidak sesuai dengan rencana
yang menyebutkan bahwa instrumen penegak tata ruang, baik yang dilengkapi dengan izin
hukum administrasi meliputi pengawasan dan maupun yang tidak memiliki izin dikenai sanksi
penegakan sanksi. Pengawasan merupakan adminstratif, sanksi pidana penjara, dan/atau
langkah preventif untuk memaksakan kepatuhan sanksi pidana denda.36
yang dapat dilakukan oleh pemerintah (pusat Terkait dengan hal tersebut di atas maka
dan daerah) serta masyarakat31, sedangkan pemerintah menerbitkan UU No. 23 tahun 1997
penerapan sanksi merupakan langkah represif yang sekarang sudah diganti lagi dengan UU
untuk melaksanakan kepatuhan.32 Sanksi No. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan
merupakan inti dari penegakan hukum Pengelolaan Lingkungan Hidup, yang mengatur
administrasi33, yang secara umum dikenal dan melaksanakan proteksi atau perlindungan
beberapa macam sanksi dalam hukum terhadap sumber daya alam yaitu udara, tanah,
administrasi, yaitu: paksaan pemerintah air, pesisir dan laut, keanekaragaman hayati,
(bestuursdwang); penarikan kembali keputusan pedesaan pedesaan, perkotaan, lingkungan
yang menguntungkan (izin, subsidi, pembayaran, sosial agar tidak mengalami kerusakan dan atau
dan sebagainya); pengenaan uang paksa oleh pencemaran. Dalam Pasal 1 UU tersebut di
pemerintah (dwangsom); dan pengenaan uraikan bahwa pengelolaan lingkungan adalah
denda administratif (administratieve boete).34 upaya terpadu untuk melestarikan fungsi
Di dalam UU Penataan Ruang, pengenaan lingkungan hidup yang meliputi kebijaksanaan
sanksi tidak hanya diberikan kepada penataan, pemanfaatan, pengembangan,
pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan pemeliharaan, pemulihan, pengawasan dan
ketentuan perizinan pemanfaatan ruang pengendalian lingkungan hidup.37
semata (Pasal 37 ayat (2)), tetapi dikenakan pula Namun penegakan hukum terkait penataan
kepada pejabat pemerintah yang berwenang ruang ini masih belum konsisten dilakukan hal ini
yang menerbitkan izin pemanfaatan ruang karena tanpa adanya peraturan zonasi ini , tidak
yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang.35 ada dasar hukum yang kuat untuk menindak
Jadi pengenaan sanksi merupakan salah satu semua jenis pelanggaran, karena perizinan
upaya pengendalian pemanfaatan ruang, yang yang diterbitkan itu sendiri sesungguhnya
dimaksudkan sebagai perangkat tindakan “cacat hukum” , sehingga apabila terjadi konflik

31
Peraturan Presiden No. 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang, Pasal 199 ayat (1) dan ayat
(2).
32
Ridwan H.R., Hukum Administrasi Negara, (Jakarta: RajaGrafindo Persada) 2006, hlm. 311.
33
ibid, hlm.313.
34
ibid, hlm. 319.
35
http://erepo.unud.ac.id1163230ca82e87cb23dbfe065a21b41e2cdeb5.pdf, (diakses 7 April 2017, pukul 09.58
WIB).
36
http://digilib.unila.ac.id812915BAB%20II.pdf, (diakses 07 April 2017, pukul 10.00 WIB).
37
Lihat penjelasan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup.

Penegakan Hukum Penataan Ruang dalam Rangka Mewujudkan Pembangunan Berkelanjutan (Ahmad Jazuli) 283
Volume 6, Nomor 2, Agustus 2017

yang diselesaikan lewat lembaga peradilan keselamatan lingkungan hidup dan masyarakat
pemerintah seringkali dikalahkan. Bagi aparat dalam jangka panjang.39
juga sulit untuk mengambil tindakan atas Pada akhirnya penegakan hukum terhadap
berbagai macam pelanggaran, karena tidak pemanfaatan tata ruang demi kelestarian
jelas pasal mana yang dilanggar dan tidak jelas lingkungan hidup tidak hanya ditujukan untuk
juga sanksi yang akan diberikan. Kewajiban memberikan hukuman kepada perusak atau
untuk menaati rencana tata ruang adalah pencemar lingkungan hidup, tetapi juga
kaidah perilaku yang sangat mendasar. Sebab, ditujukan untuk mencegah terjadinya perbuatan
upaya apa pun yang dilakukan dalam penataan atau tindakan yang dapat menimbulkan
ruang tidak akan berguna jika tidak disertai perusakan atau pencemaran lingkungan hidup.
dengan kepatuhan terhadap rencana tata
ruang yang telahditetapkan. Ketika kepatuhan 2. Solusi penegakan hukum penataan
terhadap hukum mengendur karena pudarnya ruang dalam rangka mewujudkan
kesadaran hukum, ancaman sanksi mutlak
pembangunan berkelanjutan
diperlukan. Kebutuhan akan sanksi saat ini telah Beranjak dari banyaknya pelanggaran tata
diakomodasi dalam UU Penataan Ruang (PR) ruang yang kalau dibiarkan justru semakin tidak
Nomor 26 Tahun 2007. Saat ini, berdasarkan terkendali dan dapat merusak lingkungan serta
ketentuan Pasal 68 UUPR, penyidikan kehidupan, sebagaimana digambarkan dalam
pelanggaran terhadap rencana tata ruang data statistik bencana Indonesia tahun 2017 per
dapat diserahkan sepenuhnya kepada penyidik Maret 2017 (Tabel 1 dan tabel 2), bencana yang
kepolisian dan penyidik pegawai negeri sipil tercatat adalah:40
yang diberi wewenang khusus sebagai penyidik
yang membantu pihak kepolisian.38
Padahal tujuan pengenaan sanksi terhadap
pelanggaran rencana tata ruang pada intinya
adalah untuk mencegah timbulnya dampak
negatif terhadap keselamatan lingkungan
dan hidup warga. Sulitnya pembuktian setiap
bentuk pelanggaran tata ruang dalam intensitas
rendah, baik yang dilakukan oleh satu orang
maupun korporasi, adalah sulitnya untuk
langsung dibuktikan apakah perbuatan itu
telah merusak lingkungan dan kehidupan warga
atau tidak. Hal ini akan menjadi preseden bagi
timbulnya banyak pelanggaran sejenis sehingga
secara agregat berdampak negatif terhadap

38
http://v2.bkprn.org/?p=644, (diakses 8 Agsustus 2017, pukul 14.54 WIB).
39
ibid.
40
http://dibi.bnpb.go.id/, (diakses 12 April 2017, pukul 09.12 WIB).

284 Jurnal RechtsVinding, Vol. 6 No. 2, Agustus 2017, hlm. 263–281


Volume 6, Nomor 2, Agustus 2017

Tabel 1.Jumlah Kejadian Bencana, Korban, dan Dampaknya sampai bulan Maret 2017
Korban (jiwa) Kerusakan (unit)
Jumlah Rumah
Jenis Bencana Meninggal Luka- Menderita & Fasilitas Fasilitas Fasilitas
Kejadian Rusak Rusak Rusak
& Hilang Luka Mengungsi Terendam Kesehatan Peribadatan Pendidikan
Berat Sedang Ringan
BANJIR 313 50 60 846.208 546 61 634 133.537 16 101 169
BANJIR DAN TANAH
22 16 6 87.962 98 192 1.765 13.626 0 1 8
LONGSOR
GELOMBANG PASANG
4 0 0 10.155 22 0 2 0 0 0 0
/ ABRASI
GEMPA BUMI 4 0 19 0 7 0 75 0 0 3 7
KEBAKARAN HUTAN
1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
DAN LAHAN
KECELAKAAN
2 17 46 0 0 0 0 0 0 0 0
TRANSPORTASI
PUTING BELIUNG 287 17 95 8.466 959 1.546 4.661 0 8 31 43
TANAH LONGSOR 251 20 48 8.649 257 234 500 0 2 11 6
TOTAL 884 120 274 961.440 1.889 2.033 7.637 147.163 26 147 233
sumber: Data dibi.bnpb.go.id

Tabel 2. Data Bencana di Wilayah Indonesia

sumber: dibi.bnpb.go.id

Jika memperhatikan 2 (dua) tabel di atas, telah mengamanatkan bahwa seluruh Provinsi,
tentu menjadi sebuah keprihatinan bagi kita Kabupaten, Kota harus mempunyai Rencana Tata
karena ada yang salah dalam hal implementasi Ruang Wilayah (RTRW) yang digunakan sebagai
penataan ruang di wilayah serta adanya acuan dalam melaksanakan pembangunan.
indikasi pelanggaran penataan ruang baik yang Oleh karena itu, maka penerapan sanksi
dilakukan oleh individu, masyarakat, korporasi, administrasi harus dilakukan semaksimal
dan pemerintah, padahal undang-undang ini mungkin, bahkan apabila dimungkinkan dapat

Penegakan Hukum Penataan Ruang dalam Rangka Mewujudkan Pembangunan Berkelanjutan (Ahmad Jazuli) 285
Volume 6, Nomor 2, Agustus 2017

dilakukan gugatan untuk membayar ganti rugi41 memiliki daya tanggap terhadap keinginan
dan penuntutan secara pidana42 dalam hal maupun keluhan dari setiap stakeholders;
terjadinya pelanggaran tata ruang yang bersifat 5. Orientasi bersama (Consencus
masif dan terstruktur yang menyebabkan Orientation). Good governance menjadi
kehancuran lingkungan yang sangat luar biasa perantara kepentingan yang berbeda
dan menimbulkan bencana dengan korban jiwa. untuk memperoleh pilihan terbaik bagi
Menurut Sadjijono, demi keberlangsungan kepentingan yang lebih luas;
pembangunan yang berkelanjutan dan 6. Keadilan (Equity). Semua warga negara
terjaganya kelestarian alam maka upaya yang mempunyai kesempatan yang sama untuk
dapat dilakukan antara lain meliputi:43 memperoleh kesejahteraan;
1. Partisipasi (participation). Setiap warga 7. Efektif dan efisien (Effectiveness
negara mempunyai hak dan kewajiban untuk and Efficiancy). Proses dan lembaga
mengambil bagian dalam proses bernegara, menghasilkan sesuai dengan apa yang telah
berpemerintahan serta bermasyarakat, digariskan dengan menggunakan sumber
baik secara langsung maupun melalui yang tersedia sebaik mungkin;
intermediasi institusi legitimasi yang 8. Akuntabilitas (Accountability). Para pem­
mewakili kepentingannya mulai dari tahapan buat keputusan dalam pemerintahan,
penyusunan kebijakan, pelaksanaan, sektor swasta dan masyarakat (civil society)
evaluasi serta pemanfaatan hasil-hasilnya; bertanggung jawab kepada publik dan
2. Penegakan Hukum (Rule of Law). Salah lembaga stakeholders; dan
satu syarat kehidupan demokrasi adalah 9. Visi Strategis (Strategic Vision). Para
adanya penegakan hukum yang adil dan pemimpin dan publik harus mempunyai
dilaksanakan tanpa pandang bulu untuk prespektif good governance dan
mewujudkan good governance dengan pengembangan manusia yang luas serta
membangun sistem hukum yang sehat, jauh ke depan.
baik perangkat lunak (soft ware), perangkat
Berdasarkan pembahasan di atas, maka
kerasnya (hard ware), maupun sumber
upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk
daya manusia yang menjalankan sistemnya
meminimalisir pelanggaran penataan
(human ware);
ruang dan kritisnya penataan ruang serta
3. Transparansi (Transparancy). Keterbukaan
lingkungan hidup, antara lain: a) melakukan
adalah merupakan salah satu karakteristik
inventarisasi dan evaluasi sumber daya alam
good governance yang mencakup semua
dan lingkungan hidup. Inventarisasi dilakukan
aspek aktivitas dan kepentingan public;
untuk meningkatkan pengenalan terhadap
4. Daya tanggap (Responsiveness).
kuantitas dan kualitas sumber daya alam serta
Pembangunan good governance perlu
mengembangkan evaluasi terhadap daya

41
Peraturan Presiden No. 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang, Pasal 168 ayat (2).
42
Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Pasal 69.
43
Sadjijono, Fungsi Kepolisian Dalam Pelaksanaan Good Governance, (Sleman: Laksbang Yogyakarta, 2010), hlm.
189-190.

286 Jurnal RechtsVinding, Vol. 6 No. 2, Agustus 2017, hlm. 263–281


Volume 6, Nomor 2, Agustus 2017

dukung dan terjaminnya ketersediaan sumber masyarakat dengan pemerintah. Di sisi lain
alam yang berkelanjutan; b) konservasi hutan, lemahnya penegakan hukum lingkungan
tanah dan air. Hal ini dilakukan guna pelestarian serta kecenderungan sanksi yang ringan tidak
fungsi dan daya dukung sumber alam hayati menimbulkan efek penjeraan terhadap pelaku
dan non hayati serta lingkungan hidup melalui pelanggaran penaataan ruang, sehingga
penyelamatan hutan, tanah dan air sebagai menyebabkan permasalahan terkait penataan
sumber kekayaan alam dan lingkungan hidup; ruang dan penegakan hukumnya tidak
c) pembinaan terhadap peningkatan kualitas berjalan efektif. Seharusnya hukum lingkungan
empat komponen terkait yaitu: sumberdaya bekerja di dalam menyelamatkan, melindungi,
manusia, kemampuan organisasi pemerintah, melestarikan lingkungan hidup dan melindungi
pelaku usaha, dan masyarakat dalam keberlangsungan kehidupan umat manusia
pengelolaan lingkungan hidup; d) pengendalian dari kemungkinan kerusakan lingkungan hidup.
pencemaran lingkungan hidup yang diarahkan Oleh karena itu perlunya pengaturan penataan
untuk mengurangi rendahnya kualitas dan ruang demi terwujudnya ketertiban dalam
terganggunya fungsi lingkungan hidup baik di penyelenggaraan penataan ruang, adanya
darat laut, dan udara yang disebabkan oleh kepastian hukum dan keadilan bagi seluruh
makin meningkatnya eksploitasi kegiatan pemangku kepentingan yang harus dilakukan
pembangunan; e) rehabilitasi lahan kritis. secara cermat, proporsional, dan komprehensip
Upaya ini dilakukan untuk memulihkan sehingga terwujud pembangunan yang
kemampuan hutan dan tanah yang rusak agar berkelanjutan (sustainable development).
dapat produktif kembali yang dilakukan secara Atas beberapa temuan diatas
kontinyu, dan g) konsistensi dalam penegakan direkomendasikan untuk Pemerintah dan
hukum. Lemahnya penegakan hukum terhadap instansi terkait (POLRI, Kejaksaan, Pengadilan)
pelanggaran penataan ruang berimplikasi harus memiliki komitmen dan political will yang
terhadap meningkatnya pelanggaran terhadap kuat dalam penegakan hukum pelanggaran
lingkungan hidup. Dengan penegakan penataan ruang yang dilakukan secara
hukum yang konsisten dan tidak tebang pilih cermat, proporsional, dan komprehensip
diharapkan terjadinya peningkatan ketertiban dengan sanksi berjenjang dimulai peringatan,
dan kepastian hukum dalam penataan ruang denda, pencabutan izin, dan sanksi pidana
sehingga mendorong partisipasi masyarakat yang lebih berat dan tegas sebagai ultimum
secara bertanggung jawab dan terjaminnya remedium, apalagi jika terjadi pelanggaran
perlindungan hukum akan hak-hak masyarakat. dan penyimpangan secara meluas terhadap
penataan ruang yang mengakibatkan kerugian
D. Penutup besar dan menimbulkan korban jiwa. Selanjutnya
Berdasarkan penelitian dapat disimpulkan Pemerintah (pusat dan daerah) memetakan
bahwa implementasi penegakan hukum secara proporsional dan kontinyu peruntukan
berdasarkan UU Penataan Ruang belum lahan sesuai kebutuhan dan keberlangsungan
optimal dalam meminimalisir pelanggaran sumber daya dalam penataan ruang sesuai
penataan ruang dikarenakan adanya potensi dengan karaketristik wilayahnya masing-
konflik antar wilayah, antar sektor, dan antar masing. Kemudian melakukan penguatan forum

Penegakan Hukum Penataan Ruang dalam Rangka Mewujudkan Pembangunan Berkelanjutan (Ahmad Jazuli) 287
Volume 6, Nomor 2, Agustus 2017

bersama yang sudah ada dengan melibatkan Soerjono, Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian
K/L terkait, LSM, masyarakat, dan akademisi Hukum Normatif: Suatu Tinjauan Singkat,
(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006).
dalam mengatasi permasalahan pelanggaran
penataan ruang, dan melakukan sinkronisasi Makalah/Artikel/Laporan/Hasil Penelitian
dan harmonisasi peraturan pusat dan daerah Laporan Akhir Kajian Hukum Tentang Penegakan
(provinsi, kab/kota) terkait pelaksanaan tata Hukum Penataan Ruang dalam Kerangka
ruang untuk kepentingan nasional. Otonomi Daerah, (Jakarta: BPHN, 2014)
Pasaribu, Ifransko, Tesis, Kebijakan Hukum Pidana
(Penal Policy) Dalam Pemberantasan Tindak
Daftar Pustaka Pidana Korupsi (Tinjauan Analisis Terhadap
Buku Pembebanan Pembuktian Dan Sanksi Dalam UU
No. 31 Tahun 1999 Jo. UU No. 20 Tahun 2001,
Amirudin & Zainal Asikin, Pengantar Metode (Medan: Sekolah Pasca Sarjana Universitas
Penelitian Hukum, (Jakarta: Radja Grafindo Sumatera Utara, 2007).
Persada, 2004).
G. Kartasasmita, Administrasi Pembangunan Internet
(Perkembangan Pemikiran dan Prakteknya di
Indonesia), (Jakarta: LP3ES, 1997). h tt p : / / k i p ra h . p u . g o . i d /e d i t i o n / d e ta i l / 4 1 /
Hasni, Hukum Penataan Ruang dan Penatagunaan Menuju-100-0-100, (diakses 12 April 2017,
Tanah, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2010). pukul 09.42 WIB).
Kusumaatmadja, Mochtar, Konsep-konsep Hukum Majalah KIPRAH, http://kiprah.pu.go.id/, Volume 72
dalam Pembangunan, (Bandung: Alumni, 2002). tahun XV, Maret-April 2016, hlm. 9. (diakses 12
M Friedman, Lawrence, 1984, Hukum Amerika, April 2017, 10.15 WIB).
Sebuah Pengantar, Terjemahan Wishnu Basuki, http://erepo.unud.ac.id1163230ca82e87cb23dbfe
(Jakarta: Tatanusa Indonesia, 2001). 065a21b41e2cdeb5.pdf, (diakses 7 April 2017,
Machmud, Syahrul, Penegakan Hukum Lingkungan pukul 09.58 WIB).
Indonesia, (Yogyakarta: Graha Ilmu,2012). http://dibi.bnpb.go.id/, (diakses 12 April 2017,
Manan, Bagir, Penegakan Hukum Yang Berkeadilan, 09.12 WIB).
dalam Bagir Manan, Menemukan Hukum Suatu http://www.bappenas.go.id/index.php/download_
Pencarian, (Jakarta: Asosiasi Advokat Indonesia, file/view/9567/1781/., (diakses 26 Februari
2009). 2015. pukul 08.37 WIB).
Prasetianingsih, Rahayu, Negara Hukum yang Fungsi-Tata-Ruang-Dalam-Menjaga-Kelestarian-
Berkeadilan, (Bandung: Pusat Studi Kebijakan Lingkungan-Hidup-Kota-Gorontalo, repository.
Negara, Fakultas Hukum UNPAD, 2011). ung.ac.id...Fungsi-Tata-Ruang-Dalam-Menjaga-
R. Ridwan H. Hukum Administrasi Negara (Jakarta: Kelestarian-Lingkungan-, (diakses 7 April 2017,
RadjaGrafindo Persada. 2006). pukul10.10 WIB).
Rahardjo, Satjipto, Masalah Penegakan Hukum http://prepository.unhas.ac.idbitstreamhandle1
Suatu Tinjauan Sosiologis, (Bandung: Sinar Baru, 2345678920523BAB%20II%20TINJAUAN%20
2009). P U S TA K A % 2 0 r e p o s i t o r y % 2 0 u n h a s .
Rangkuti, Sri Sundari, Hukum Lingkungan Dan pdfsequence=1, (dikases 07 April 2017, pukul
Kebijaksanaan Lingkungan Nasional. (Surabaya: 10.02 WIB).
Airlangga University Press, 2000), Edisi Kedua. http://www.bphn.go.iddatadocumentslaporan_
Ridwan, Juniarso dan Achmad Sodik, Hukum lengkap.pdf,(diakses 7 April 2017, pukul 09.24
Tata Ruang (dalam Konsep Otonomi Daerah) WIB).
(Bandung: Nuansa, 2008). http://digilib.unila.ac.id812915BAB%20II.pdf,
Sadjijono, Fungsi Kepolisian Dalam Pelaksanaan (diakses 07 April 2017, pukul 10.00 WIB).
Good Governance, (Sleman: Laksbang htt p : / / ka b a r 2 4 . b i s n i s . co m /
Yogyakarta, 2010). read/20151105/16/489087/pelanggaran-
Soemitro, Ronny Haitijo, Metodologi Penemuan tata-ruang-data-194-perusahaan-di-kalteng-
Hukum, (Jakarta: Ghalian Indonesia, 1982).

288 Jurnal RechtsVinding, Vol. 6 No. 2, Agustus 2017, hlm. 263–281


Volume 6, Nomor 2, Agustus 2017

dan-kalbar-diserahkan-ke-kpk#&gid=1&pid=1, Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009 tentang


(diakses 8 Agustus 2017, pukul 13.27 WIB). Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan
http://pktl.menlhk.go.id/index.php?pg=w2530y254 Hidup.
5c2610c2565v2620z2525&id=k2460, (diakses 8 Undang-Undang No. 17 tahun 2007 tentang Rencana
Agustus 2017, pukul 13.52 WIB). Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun
http://v2.bkprn.org/?p=644, (diakses 8 Agsustus 2005-2025.
2017, pukul 14.54 WIB). Peraturan Presiden No. 15 Tahun 2010 tentang
Penyelenggaraan Penataan Ruang.
Rencana Pembangunan Jangka Panjang 2005-2025.
Peraturan
Undang-Undang Dasar 1945, amandemen keempat.
Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 Tentang
Penataan Ruang.

Penegakan Hukum Penataan Ruang dalam Rangka Mewujudkan Pembangunan Berkelanjutan (Ahmad Jazuli) 289

Anda mungkin juga menyukai