SKRIPSI
OLEH
ROMANUS FAU
031721019
SKRIPSI
Nim : 031721019
Penguji I
Penguji II
Pembimbing
iv
HALAMAN PERYATAAN ORISINAL
NIM : 031721019
Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi yang saya susun dengan judul “
hasil karya saya sendiri dan bukan merupakan plagiat dan skripsi orang lain.
Apabila pada kemudian hari pernyataan saya tidak bener, maka saya
Romanus Fau
NIm : 031721019
ii
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Nim : 031721019
Di setujui Oleh
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan yang maha Esa, atas
mencegah kecelakaan tahun 2019” ini dengan baik dan tepat waktu.
itu penulis dengan senang hati menerima saran dan kritik yang bersifat
kepada :
tercinta yang telah membesarkan dan mendidik saya dan juga selalu
baik.
2. Bapak Drs. Mohamad sofyan hawadi, Ma. Selaku Rektor Kampus
univesitas Binawan.
3. Bapak Husen SST. K3.M.Selaku Ka. Prodi K3, Pembimbing dan
v
4. Dr. Agung cahyono, T,M.Si selaku pembimbing dalam penyusunan
penelitian.
7. Serta rekan – rekan Mahasiswa K3 Binawa yang telah memberikan
semua pihak.
Penulis
Romanus Fau
iii
PROGRAM STUDI KESELAMATAN DAN
KESEHATAN KERJA FAKULTAS KESEHATAN
MASYARAKAT UNIVERSITAS BINAWAN
ix
SAFETY AND HEALTH STUDY PROGRAM
FACULTY OF COMMUNITY HEALTH,
BINAWAN UNIVERSITY
iii
(0.05), so H0 is rejected, meaning that compliance with PPE use is
significantly associated with the incidence of needle puncture. For X
hospital nurses to pay more attention to safety in working by using
PPE that is in accordance with the standards and follow the SOP that
has been made in the workplace to prevent workplace accidents.
Bibliography: 11 Books (20014-2018), 2 websites
Keywords ; SOP compliance, use of PPE.
iii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang Masalah......................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................. 3
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................... 4
1.4 Manfaat Penelitian.................................................................. 5
1.5 Ruang Lingkup Penelitian....................................................... 7
v
5.8. Teknik Analisa Data ........................................................................... 51
5.9. Metode Pengolahan Data ................................................................. 53
BAB V. PENUTUP
1. Simpulan
2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Lampiran
v
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : JadwalPenelitian.
xv
DAFTAR SKEMA
viii
DAFTAR TABEL
..................................................................................................35
.................................................................................................51
..................................................................................................52
..................................................................................................53
..................................................................................................54
..................................................................................................55
..................................................................................................57
vii
.......................................................................................................
..................................................................................................60
vii
BAB I
PENDAHULUAN
Tertusuk jarum suntik merupakan luka tembus pada kulit karena benda
tajam pada saat tenaga kesehatan melakukan aktifitas klinis di lembaga
kesehatan, seperti rumah sakit, klinik, puskesmas, laboratorium, yang di
akibatkan karena tusukan atau robekan dari jarum suntik. Kasus tertusuk
jarum pada tahun 2015 dilaporkan 385.000 kasus dari 35 juta orang yang
bekerja dibidang kesehatan didunia, 90 % berada di negara berkembang.
1
Risiko infeksi karena luka tertusuk jarum suntik dan benda tajam di
dunia mencapai 1,8%, dengan angka bervariasi HIV2,5%, Hepatitis B dan C
sebesar 40%, yang berasal dari sumber infeksi yang diketahui atau yang
tidak diketahui, Hasil penelitian yang dilakukan oleh CDC menunjukkan dari 3
juta yang terpajan patogen darah akibat tertusuk jarum, 900.000 terpajan
virus Hepatitis B dan C dan 170.000 terpajan virus HIV / AIDS 15. Kejadian
infeksi akibat luka oleh jarum di Eropa sebesar 0,4 % lebih rendah jika
dibandingkan dengan Asia Timur yaitu 1,5%16.
2
Bentuk perlindungan diberikan selain metode eliminasi, subsitusi,
rekayasa teknis dan administrasi, tetapi rumah sakit juga sudah membuat
SOP dan pemberian APD yang sudah disediakan dan yang sudah memenuhi
standar APD rumah sakit, menyadari tingginya potensi bahaya tertusuk jarum
yang terjadi setiap tahun dirumah sakit x yang meningkat ada dilingkungan
rumah sakit x sebagai rumah sakit yang terkemuka yang berlokasi dijakarta
barat.
Berdasarkan data – data dan uraian diatas, meskipun rumah sakit telah
menerapkan SMK3 RS, namun masih banyak karyawan atau tenaga kerja
yang Prevelansi kejadian tertusuk jarum di sejumlah rumah sakit di Indonesia
masih tinggi antara 38% sampai 73% dari total petugas kesehatan. Hal ini
ditunjukan adanya 7000 petugas kesehatan terinfeksi tertusuk jarum dan
4900 diantaranya karena jarum suntik. Rumah Sakit X merupakan rumah
sakit memiliki risiko kecelakaan tertusuk jarum yang tinggi, berbagai program
kesehatan dan keselamatan kerja (K3) telah dilaksanakan dengan baik untuk
menurunkan angka kecelakaan kerja, dari tahun 2014 - 2018 tren kecelakaan
di Rumah Sakit X masih tetap banyak sementara itu diharapkan angka
kecelakaan menurun hingga zero accident dengan cara patuh terhadap SOP
dan mengerti cara penggunaan APD yang baik dan bener dirumah sakit.
3
Dengan dilaksanakannya sistem manajemen kesehatan dan
keselamatan kerja (SMK3) yang baik diharapkan rumah sakit mampu
menekan dan terus menurunkan angka kejadian kecelakaan kerja disetiap
tahunnya untuk mencapai zero accident dalam kegiatan pekerjaan. Oleh
karena itu perlu dilakuakan penelitian untuk melihat “Bagaimana hubungan
kepatuhan SOP dan Penggunaan APD terhadap kejadian tertusuk jarum
suntik pada perawat diruang rawat inap RS X untuk mencegah kecelakaan
tahun 2019.
Pertanyaan Penelitian
4
Mengetahui hubungan kepatuhan SOP dan Penggunaan APD
terhadap kejadian tertusuk jarum pada perawat dirumah sakit X untuk
mencegah kecelakaan kerja Tahun 2019
5
2. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan dalam menentukan kebijakan untuk
menekan faktor risiko dan pengendalian terkait risiko
kejadian tertusuk jarum di RS.
3) Untuk peneliti
1. Digunakan sebagai sarana untuk menerapkan dan
mengembangkan ilmu yang secara teori yang diperoleh
diperkuliahan serta untuk meningkatkan ilmu pengetahuan
dibidang keselamatan dan kesehatan kerja dirumah sakit.
2. Hasil penelitian ini dapat menjadi alternatif tambahan
informasi tentang pemecahan masalah dalam
pengendalian risiko kejadian tertusuk jarum dan
metodologi penelitian khususnya bagi peneliti selanjutnya,
mengenai kejadian tertusuk jarum suntik dan benda tajam
pada perawat dirumah sakit.
6
perawat yang sedang bertugas dirumah sakit X peneliti dilakukan dari awal
juli.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
7
keselamatan yang mungkin terjadi. Dengan kata lain hakekat dari
Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah tidak berbeda dengan pengertian
bagaimana kita mengendalikan risiko ( risk management ) agar tidak terjadi
hal yang tidak diinginkan 1
1. Kesehatan Kerja
8
Tujuan akhir dan kesehatan kerja ini adalah untuk menciptakan
tenaga kerja yang sehat dan produktif. Tujuan ini dapat tercapai, apabila
di dukung oleh lingkungan kerja yang memenuhi syarat – syarat
kesehatan 4
2. Keselamatan Kerja
9
mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat
kerja 7.
10
unsafe condition (faktor lingkungan). Menurut penelitian bahwa 80-85 %
kecelakaan disebabkan oleh unsafe action 8
a. Unsafe Action
a) Kurang pengalaman
c) Kurang terampil
b. Unsafe Condition
Unsafe condition dapat disebabkan oleh berbagai hal berikut:
1) Peralatan yang sudah tidak layak pakai
2) Ada api di tempat bahaya
3) Pengamanan gedung yang kurang standar
11
4) Terpapar bising
5) Terpapar radiasi
6) Pencahayaan dan ventilasi yang kurang atau berlebihan
7) Kondisi suhu yang membahayakan
8) Dalam keadaan pengamanan yang berlebihan
9) Sistem peringatan yang berlebihan
10)Sifat pekerjaan yang mengandung potensi bahaya.
12
tersebut. resiko- resiko yang timbul oleh penyebab fisik atau legal (seperti
bencana alam atau kebakaran, kematian, dan tuntutan hukum).
13
kinerja pengukuran dan reward, mempromosikan efisiensi operasional
dari semua tingkatan.
a. Mengidentifikasi Resiko
b. Menganalisa Resiko
14
dampak kerusakan (severity) sering kali cukup sulit untuk asset
immaterial.
15
C. Tinjauan Tentang Alat Pelindung Diri (APD)
16
1. Pasal 3 ayat 1 : Dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat
– syarat keselamatan kerja untuk memberikan alat-alat
perlindungan diri kepada para pekerja.
17
2. Pemilihan dan Persyaratan APD
3. Jenis-Jenis APD
18
a. Masker
19
buatannya kuat dan baik cukup memberikan perlindungan, tetapi
terhadap kemungkinan tertimpa benda - benda berat masih perlu sepatu
dengan ujung tertutup baja dan lapisan baja di dalam solnya. Lapis baja
di dalam sol perlu untuk melindungi tenaga kerja dari tusukan benda
runcing dan tajam khususnya pada pekerjaan bangunan.
i. Sarung Tangan
Sarung tangan harus diberikan kepada tenaga kerja dengan
pertimbangan akan bahaya - bahaya dan persyaratan yang diperlukan.
Antara lain syaratnya adalah bebannya bergerak jari dan tangan.
Macamnya tergantung pada jenis kecelakaan yang akan dicegah yaitu
tusukan, sayatan, terkena benda panas, terkena bahan kimia, terkena
aliran listrik, terkena radiasi dan sebagainya. Sarung tangan juga
sangat membantu pada pengerjaan yang berkaitan dengan benda
kerja yang panas, tajam ataupun benda kerja yang licin. Sarung
tangan juga dipergunakan sebagai isolator untuk pengerjaan listrik.
j. Topi Pengaman (helmet)
Topi pengaman (helmet) harus dipakai oleh tenaga kerja yang
mungkin tertimpa pada kepala oleh benda jatuh atau melayang atau
benda-benda lain yang bergerak. Topi demikian harus cukup keras dan
kokoh, tetapi ringan. Bahkan plastik dengan lapisan kain terbukti
sangat cocok untuk keperluan ini. Topi pengaman dengan bahan
elastis seperti karet atau plastik pada umumnya dipakai oleh wanita.
Rambut wanita yang memiliki risiko ditarik oleh mesin. Oleh karena itu,
penutup kapala harus dipakai agar rambut tidak terbawa putaran
mesin dengan cara rambut diikat dan ditutup oleh penutup kepala.
k. Pelindung Telinga
Telinga harus dilindungi terhadap loncatan api percikan logam,
pijar atau partikel - partikel yang melayang. Perlindungan terhadap
kebisingan di lakukan dengan sumbat atau tutup telinga. Alat
pelindung telinga merupakan salah satu bentuk alat pelindung diri
20
yang di gunakan untuk melindungi telinga dari paparan kebisingan,
sering disebut sebagai personal hearing protection atau personal
protective devices.
l. Pelindung Paru-Paru (Respirator)
Paru-paru harus dilindungi manakala udara tercemar atau ada
kemungkinan kekurangan oksigen dalam udara. Pencemaran-
pencemaran mungkin berbentuk gas, uap logam, kabut, debu dan
lainnya. Kekurangan oksigen mungkin terjadi di tempat - tempat yang
pengudaraannya buruk seperti tangki atau gudang bawah tanah.
Pencemar - pencemar yang berbahaya mungkin beracun, korosit, atau
menjadi sebab rangsangan. Pengaruh lainnya termasuk dalam bahaya
kesehatan kerja.
m. Pakaian Pelindung
Pakaian kerja harus dianggap suatu alat perlindungan terhadap
bahaya-bahaya kecelakaan. Pakaian tenaga kerja pria yang bekerja
melayani mesin seharusnya berlengan pendek, pas (tidak longgar)
pada dada atau punggung, tidak berdasi dan tidak ada lipatan-lipatan
yang mungkin mendatangkan bahaya. Wanita sebaiknya memakai
celana panjang, jala rambut, baju yang pas dan tidak memakai
perhiasan - perhiasan. Pakaian kerja sintesis hanya baik terhadap
bahan - bahan kimia korosif, tetapi justru berbahaya pada lingkungan
kerja dengan bahanbahan dapat meledak oleh aliran listrik statis.
Menurut 3, alat proteksi diri beraneka ragam. Jika digolongkan
menurut bagian tubuh yang dilindungi, maka jenis alat proteksi diri
dapat dilihat pada daftar sebagai berikut :
1. Kepala : Pengikat rambut, penutup rambut, topi dari berbagai
jenis yaitu topi pengaman (safety helmet), topi atau tudung kepala,
tutup kepala.
2. Mata : kacamata pelindung (protective goggles)
3. Muka : Pelindung muka (face shields)
4. Tangan dan jari : Sarung tangan (sarung tangan dengan ibu jari
terpisah, sarung tangan biasa (gloves) pelindung telapak tangan
21
(handpad), dan sarung tangan yang menutupi pergelangan tangan
sampai lengan (sleeve).
5. Kaki : Sepatu pengaman (safety shoes).
6. Alat pernapasan : Respirator, masker, alat bantu pernafasan.
7. Telinga : Sumbat telinga, tutup telinga.
8. Tubuh : Pakaian kerja menurut keperluan yaitu pakaian kerja tahan
panas, pakaian kerja tahan dingin, pakaian kerja lainnya.
9. Lainnya : Sabuk pengaman.
22
menyatakan bahwa perilaku seseorang ditentukan oleh tiga faktor,
yaitu faktor predisposisi, faktor pendorong, dan faktor penguat 10.
a) Pengetahuan
23
menurut Maulana (2009) sebagian besar pengetahuan diperoleh
melalui mata dan telinga, berdasarkan pengalaman dan penelitian,
diperoleh bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan lebih
langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari pengetahuan. Dari
pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari
oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak
didasari oleh pengetahuan. Penelitian Rogers (1974)
mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru
(berperilaku baru), di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang
berurutan yaitu :
24
bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum
merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan
‘pre-disposisi’ tindakan atau perilaku. Sikap itu masih merupakan
reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka tingkah laku yang
terbuka. Lebih dapat dijelaskan lagi bahwa sikap merupakan reaksi
terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan
terhadap obyek.
Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap ini terdiri dari
berbagai tingkatan yakni (Notoatmodjo, 2007) :
1. Menerima (Receiving)
2. Menerima, diartikan bahwa orang (subyek) mau dan
memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).
3. Merespon (Responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan
menyelesaikan tugas yang diberikan.
4. Menghargai (Valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mengindikasikan
dengan orang lain terhadap suatu masalah.
5. Bertanggung Jawab (Responsible)
6. Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya
dengan segala risiko.
Pengukuran sikap dilakukan dengan secara langsung dan
tidak langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana
pendapat atau pernyataan responden terhadap suatu objek. Secara
tidak langsung dapat dilakukan dengan pernyataan - pernyataan
hipotesis, kemudian ditanyakan pendapat responden.
c) Tindakan
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan.
Untuk terwujudnya sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan
faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan antara
lain adalah fasilitas. Di samping faktor fasilitas juga diperlukan
faktor dukungan (support) dari pihak lain, misalnya: orang tua,
25
saudara, suami, isteri, dan lain-lain, yang sangat penting untuk
mendukung tindakan yang akan dilakukan. Tingkatan tindakan
(practice) yaitu:
1. Persepsi (Perception). Mengenal dan memilih berbagai
obyeksehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah
merupakan tindakan tingkat pertama.
2. Respon terpimpin (Guide responce). Dapat melakukan sesuatu
sesuai dengan urutan yang benar sesuai dengan contoh adalah
merupakan indikator tindakan tingkat kedua.
3. Mekanisme (Mechanism). Apabila seseorang telah dapat
melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis atau sesuatu
itu sudah merupakan kebiasaan maka ia sudah mencapai
tindakan tingkat ketiga.
4. Adaptasi (Adaptation). Adaptasi adalah suatu tindakan yang
sudah berkembang dengan baik, artinya tindakan itu sudah
dimodifikasi sendiri tanpa mengurangi kebenaran tindakan
tersebut (Notoatmodjo, 2003).
26
menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara fasilitas
APD dengan penggunaan APD
b) Kenyamanan Fasilitas
27
membahayakan tenaga kerja itu sendiri dan orang lain disekitarnya.
Antara lain pemakaian APD yang tidak semestinya dan cara memakai
yang salah. Pengusaha perlu memperhatikan cara kerja yang dapat
membahayakan ini, baik pada tempat kerja maupun dalam
pengawasan pelaksanaan pekerjaan sehari-hari.
28
c) Mengurangi kontaminasi tangan petugas kesehatan
dengan mikro organisme yang dapat berpindah dari satu
pasien ke pasien lain.
2)Masker
3) Pelindung Mata
4) Gaun Penutup
6) Apron
Apron dibuat dari karet atau plastik sebagai suatu pembatas
air di bagian depan dari tubuh petugas kesehatan. Apron
29
harus dipakai kalau sedang membersihkan atau melakukan
tindakan dimana darah atau cairan tubuh akan tumpah.
7) Alas Kaki
30
perilaku seseorang antara lain pengetahuan, sikap, keyakinan,
kepercayaan, nilai tradisi. Seorang ibu mau membawa anaknya
ke posyandu, karena tahu bahwa disana akan
dilakukan penimbangan anak untuk mengetahui pertumbuhannya
serta akan memperoleh imunisasi untuk mencegah penyakit.
Tanpa adanya pengetahuan ini, ibu tersebut mungkin tidak akan
membawa anaknya ke posyandu.
2. Faktor-faktor pemungkin (Enabling Factors) adalah faktor-faktor
yang memungkinkan atau memfasilitasi perilaku atau tindakan.
Yang dimaksud dengan faktor pemungkin adalah sarana dan
prasarana atau fasilitas untuk terjadinya perilaku kesehatan,
misalnya Puskesmas, Posyandu, Rumah Sakit, makanan bergizi.
Sebuah keluarga yang sudah tahu masalah kesehatan
mengupayakan keluarganya untuk menggunakan air bersih,
makan bergizi dan sebagainya. Tetapi apabila keluarga tersebut
tidak mampu mengadakan fasilitas itu semua, maka dengan
terpaksa menggunakan air kali, makan seadanya.
3. Faktor-faktor penguat (Reinforcing Factors) adalah faktor yang
mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku. Kadang-kadang
meskipun seseorang tahu dan mampu untuk berperilaku sehat,
tetapi tidak melakukannya. Perlu adanya contoh-contoh perilaku
sehat dari para tokoh masyarakat.
31
sakit, untuk merasakan dan mengenal keadaan kesehatannya
atau rasa sakit, meliputi kemampuan untuk mengidentifikasi
penyakit, penyebab penyakit serta usaha mencegah penyakit.
3. Perilaku peran sakit (the sick role behavior), yakni tindakan
atau kegiatan yang dilakukan oleh individu yang sedang sakit
untuk memperoleh kesembuhan.
F.TEORI DOMINO
Teori Domino Heinrich oleh H.W. Heinrich, salah satu teori ternama
yang menjelaskan terjadinya kecelakaan kerja. Dalam Teori Domino
Heinrich terdapat lima penyebab kecelakaan, di antaranya:
1. Hereditas
Hereditas mencakup latar belakang seseorang, seperti pengetahuan
yang kurang atau mencakup sifat seseorang, seperti keras kepala. 14
2. Kesalahan manusia
Kelalaian manusia meliputi, motivasi rendah, stres, konflik,
masalah yang berkaitan dengan fisik pekerja, keahlian yang tidak
sesuai, dan lain-lain.
32
berbahaya sebelum memulai pekerjaan dengan risiko tinggi, dan
sebagainya.
4. Kecelakaan kerja
Kecelakaan kerja, seperti terpeleset, luka bakar, tertimpa benda di
tempat kerja terjadi karena adanya kontak dengan sumber bahaya.
5. Dampak kerugian
Dampak kerugian bisa berupa:
Adanya Gap atau jarak dari kartu kedua dengan kartu keempat,
jika kartu kedua jatuh, ini tidak akan sampai meruntuhkan kartu
keempat. Pada akhirnya, kecelakaan (kartu keempat) dan dampak
kerugian (kartu kelima) dapat dicegah.
33
Untuk menguatkan Teori Domino Heinrich, konsep Piramida
Kecelakaan juga menjelaskan hal yang sama.
34
Kerangka Teori
kerangka teori diambil dari teori kecelakaan kejadian tak terduga dan
tidak dikehendaki yang mengacaukan proses suatu aktivitas yang telah
UNSAFE
diatur. ACTION
Dimana menurut Penelitian 80 – 85 % kecelakaan disebabkan oleh
unsafe action 8
Ketidak seimbangan fisik
tenaga kerja
Kurang pendidikan :
disertai dengan
kurangnya pengalaman
dan salah mengartikan
SOP. 35
KECELAKAAN
TERTUSUK
JARUM
UNSAFE CONDITION
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Kerangka Konsep
36
risiko kesehatan dan keselamatan yang mungkin terjadi. Alat Pelindung
Diri (APD) yaitu alat yang digunakan untuk melindungi pekerja dari luka
atau penyakit yang diakibatkan oleh adanya kontak dengan bahaya
(hazards) di tempat kerja dirumah sakit yang dilakukan oleh perawat,
saat selakukan pemberian obat dan penggambillan darah kejadian
tertusuk jarum dan lainnya 8. Dalam pelaksaannya ketika sedang
bekerja sorang petugas seharusnya selalu menggunakan Alat Pelindung
Diri yang tepat, dimana dalam penggunaannya seorang petugas harus
mengetahui betapa pentingnya menggunakan APD ketika sedang
bekerja atau ketika sedang berada di dalam laboratorium kesehatan.
Perilaku para petugas dipengaruhi oleh pengetahuan, sikap serta
tindakan yang selalu menggunakan APD
KEPATUHAN
TERHADAP SOP
TERTUSUK JARUM
KEPATUHAN
TERHADAP APD
37
KARAKTERISTIK
USIA
PENDIDIKAN
38
Perawat yang dijadikan sample pada penelitian ini yaitu
yang berisiko tinggi menangani langsung pasien dengan
memberikan obat pada pasien dengan penyakit menular
seperti perawat pada ruang isolasi atau infeksius, dan ruang
IMC dan ICU. Jumlah sample yaitu 46 orang perawat dengan
rincian sebagai berikut:
39
3.5. Definisi Operasional
40
3.6 Teknik Pengumpulan Data Penelitian
41
likert. Jawaban dari responden skor: 1 sangat jarang: 2 jarang: 3 sering:
4 sangat sering.
15 x 4 = 60
42
b. Menetapkan nilai terendah yaitu jumlah pertanyaan dikalikan skor 1.
15x 1 = 15
Menentukan range, dengan cara nilai tertinggi dikurangi nilai terendah.
60 – 15 = 45
c. Range dibagi 4 kategori untuk lebar kelas (interval) dari kategori nilai
a
P= x 100
b
Keterangan :
P : presentase
a : Jumlah responden dalam kategori tertentu.
b : Jumlah keseluruhan responden.
1. Uji Validitas
Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar
2. Uji reliabilitas
Setelah mengukur validitas, maka perlu mengukur reabilitas data
apakah alat ukur dapat digunakan atau tidak. (Hidayat, 2015: 100).
43
Relibilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat
sesuai SOP di ruang rawat inap Rumah Sakit jakarta barat tahun
dengan menggunakan koefisien phi (Ø). Hasil uji statistik yang bermakna
Rumus :
∅= I - I
( + ) ( + ) ( + )
44
ketentuan:
Menurut 16.
3. Penyajian Data
Data yang telah diolah dan dianalisis, disajikan dalam bentuk tabel
BAB IV
yang kompeten dalam bidangnya dan para perawat yang sudah memiliki
baik, rumah sakit ini juga menampung pelayanan rujukan dari rumah
45
sakit. Rumah sakit ini termasuk rumah yang besar didaerah jakarta barat,
tempat ini tersedia 225 tempat tidur inap jumlah dokter dari rumah sakit X
kelas menengah – keatas 220 tempat tidur di rumah ini berkelas super
VIP.
MRI
3. Peralatan bedah : seperti autoclave untuk sterilan, meja operasi, alat
untuk urologi
4. Peralatan bidan : seperti incubator bayi dan USG
1. Visi
nasional dan internasional pada semua aspek pelayanan rumah sakit dan
2. Misi
kedokteran.
46
b. meningkatkan kuantitas dan kualiatas sarana dan prasarana untuk
berbagai bentuk.
Kebijakan Mutu :
Menjadi rumah sakit yang terkemuka dan terpandang secara nasional dan
tenaga profesional dengan nilai - nilai inti yang diukur sebagai berikut:
1. Ramah
2. Antisipatif
3. Mutu pelayanan
4. akurat
5. Jadwal kegiatan
Dapat dilihat dilampiran.
47
C. Analisis Univariat
1 Deskripsi Usia
tahun, dalam penelitian ini umur yang diambil adalah umur antara 24 -45
tahun, sehingga usia tersebut masih termasuk usia kerja yang produktif
jarum.
Tabel 5.1.
di Rumah Sakit X
2019 ( n = 46 )
Usia Frekuensi %
17-25 tahun 10 21.7
26-35 tahun 29 63.0
36-45 tahun 7 15.2
Total 46 100.0
Pada Tabel 5.1. distribusi frekuensi responden berdasarkan usia,
17-25 tahun, 29 orang (63.0%) usianya 26-35 tahun, dan 7 orang (15.2%)
48
Depkes RI menyebutkan bahwa usia produktif adalah antara 15 -54
tahun, dalam penelitian ini umur yang diambil adalah umur antara 24 -45
tahun, sehingga usia tersebut masih termasuk usia kerja yang produktif
2 Deskripsi Pendidikan
sebuah pola pikir yang berbeda pula, dengan pola pikir yang berbeda
Tabel 5.2.
di Rumah Sakit X
2019 ( n = 46 )
Pendidikan Frekuensi %
D3 28 60.9
S1 10 21.7
Ners 8 17.4
Total 46 100.0
49
orang (17.4%) pendidikannya Ners. Dari hasil tersebut sebagian besar
diinginkan
Tabel 5.3.
di Rumah Sakit X
2019 ( n = 46 )
50
4 Deskripsi Kepatuhan Penggunaan APD
Tabel 5.4.
APD
di Rumah Sakit X
2019 ( n = 46 )
patuh, untuk itu perlu ditingkatkan lagi akan kesadaran dan sosialisasi
51
5 Deskripsi Kejadian Tertusuk Jarum
kesehatan oleh karena itu perlu nya diberikan pelatihan dan dan
Tabel 5.5.
di Rumah Sakit X
2019 ( n = 46 )
Terjadi 20 43.5
Tidak Terjadi 26 56.5
Total 46 100.0
(43.5%) terjadi kejadian tertusuk jarum dan 26 orang (56.5%) tidak terjadi
e. Analisis Bivariat
52
Analisis bivariat bertujuan untuk melihat hubungan secara langsung
Jarum
Tabel 5.6.
Hubungan Kepatuhan SOP dengan Kejadian Tertusuk Jarum
di Rumah Sakit X
2019 ( n = 46 )
Kejadian Tertusuk
Jarum P
Kepatuhan Jumlah OR
Tidak Value
SOP Terjadi
Terjadi
n % N % n %
Kurang 62. 37. 2 100.
15 9
Patuh 5 5 4 0
22. 77. 2 100.
Patuh 5 17 5.667 0.015
7 3 2 0
43. 56. 4 100.
Total 20 26
5 5 6 0
(62.5%) terjadi kerjadian tertusuk jarum dan 9 orang (37.5%) tidak terjadi
0.015 dimana nilai P Value lebih kecil dari alpha (0.05) maka H 0 ditolak,
53
tertusuk jarum. Nilai OR sebesar 5.667 atau dibulatkan menjadi 6, artinya
jika kepatuhan SOP tidak patuh maka peluang terjadinya tertusuk jarum
adalah 6 kali lebih besar dibandingkan jika kepatuhan SOP nya patuh
Tertusuk Jarum
Tabel 5.7.
Hubungan Kepatuhan Penggunaan APD dengan Kejadian Tertusuk Jarum
di Rumah Sakit X
2019 ( n = 46 )
Kejadian Tertusuk
Kepatuhan Jarum
Jumlah P
Penggunaan Tidak OR
Terjadi Value
APD Terjadi
n % n % n %
70. 30. 2 100.
Kurang Patuh 14 6
0 0 0 0
23. 76. 2 100.
Patuh 6 20 7.778 0.004
1 9 6 0
43. 56. 4 100.
Total 20 26
5 5 6 0
orang (70.0%) terjadi kerjadian tertusuk jarum dan 6 orang (30.0%) tidak terjadi
tertusuk jarum dan 20 orang (76.9%) tidak terjadi kejadian tertusuk jarum.
Berdasarkan hasil uji Chi Square diperoleh nilai P Value sebesar 0.004
dimana nilai P Value lebih kecil dari alpha (0.05) maka H 0 ditolak, artinya
tertusuk jarum. Nilai OR sebesar 7.778 atau dibulatkan menjadi 8, artinya jika
54
kepatuhan penggunaan APD tidak patuh maka peluang terjadinya tertusuk
jarum adalah 8 kali lebih besar dibandingkan jika kepatuhan penggunaan APD
nya patuh
C. Pembahasan
Adapun aspek yang diteliti dalam penelitian ini diklarifikasi kan kedalam
tahun 2019.
Kepatuhan berasal dari kata patuh yang berarti suka menurut, taat
pada perintah, aturan, berdisiplin. Kepatuhan adalah ketaatan dalam
melakukan sesuatu yang dianjurkan (Depdikbud, 1996). Kepatuhan
adalah tingkat perilaku pasien yang tertuju terhadap intruksi atau petunjuk
yang diberikan dalam bentuk terapi apapun yang ditentukan, baik diet,
latihan, pengobatan atau menepati janji pertemuan dengan dokter 13.
0.015 dimana nilai P Value lebih kecil dari alpha (0.05) maka H 0 ditolak,
55
tertusuk jarum. Nilai OR sebesar 5.667 atau dibulatkan menjadi 6, artinya
jika kepatuhan SOP tidak patuh maka peluang terjadinya tertusuk jarum
adalah 6 kali lebih besar dibandingkan jika kepatuhan SOP nya patuh.
Tertusuk Jarum
Alat Pelindung Diri (APD), telah digunakan bertahun-tahun
lamanya untuk melindungi pasien dari mikroorganisme yang terdapat
pada petugas yang bekerja pada suatu tempat perawatan kesehatan.
Akhir-akhir ini dengan timbulnya AIDS (Acquired Immune Deficiency
Syndrome), HBV (Hepatitis B Virus), HCV (Hepatitis C Virus) dan
munculnya kembali tuberkulosis di banyak negara, penggunaan APD
12.
menjadi sangat penting untuk melindungi petugas
56
tertusuk jarum suntik dan variabel indenpenden adalah pengawasan,
Chi square. Hasil dari penelitian ini dapat diketahui bahwa faktor –faktor
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
57
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan sebagai
berikut:
dimana Dari hasil penelitian pada Tabel 5.6. menyatakan bahwa dari 24
(62.5%) terjadi kerjadian tertusuk jarum dan 9 orang (37.5%) tidak terjadi
tertusuk jarum adalah 6 kali lebih besar dibandingkan jika kepatuhan SOP
nya patuh dimana SOP Juga merupakan salah satu cara dalam mengurangi
angka kecelakaan jarum suntik di RS X tahun 2019 kalau SOP yang ada
dimana dari Dari hasil penelitian pada Tabel 5.7. menyatakan bahwa dari 20
orang (70.0%) terjadi kerjadian tertusuk jarum dan 6 orang (30.0%) tidak
kerjadian tertusuk jarum dan 20 orang (76.9%) tidak terjadi kejadian tertusuk
jarum. Dan berdasarkan hasil uji Chi Square diperoleh nilai P Value sebesar
0.004 dimana nilai P Value lebih kecil dari alpha (0.05) maka H 0 ditolak,
58
artinya jika kepatuhan penggunaan APD tidak patuh maka peluang
kepatuhan penggunaan APD nya patuh. Artinya APD juga merupakan salah
2019.
3. Ada hubungan antara sikap perawat dengan Kepatuhan Menggunakan Alat
Pelindung Diri (APD) dan kepatuhan Standard Operating Procedure (SOP)
Di Ruang Rawat Inap rumah sakit X tahun 2019.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan serta kesimpulan, maka
dapat dikemukakan saran-saran sebagai berikut:
1. Diharapkan kepada Kepala Rumah Sakit X agar lebih mensosialisakan
dan memberikan pelatihan kepada perawat tentang pentingnya
menggunakan APD sesuai dengan standar SOP di ruang rawat inap yang
baik dan benar melalui pelatihan atau training, penyuluhan atau seminar
tentang Kesehatan dan Keselamatan Kerja di rumah sakit.
2. Diharapkan kepada para prawat untuk selalu bekerja dengan aman dan
selalu menggunakan APD yang sesuai dengan SOP yang telah ditetapkan
guna untuk mencegah terjadinya kecelakaan di tempat kerja.
3. Diharapkan bagi peneliti selanjutnya dapat menjadikan penelitian ini
sebagai bahan masukan dan informasi serta dapat melakukan penelitian
tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di rumah sakit dengan
variabel-variabel lain yang relevan.
DAFTAR PUSTAKA
59
1 Milyandra, 2010 K3( Kesehatan dan keselamatan kerja, jakarta erlangga.
2 Haryono, 2009 Higiene perusahaan dan kesehatan kerja (hiperkes), Jakarta CV sagung
seto, IKAPI
3 Suma’mur P.K, 2009 Higiene perusahaan dan kesehatan kerja , Jakarta CV sagung
seto.
5 Harrianto, ridwan, 2010 Kesehatan kerja dan keselamatan kerja ,jakarta, Erlangga.
6 Lukmanul, 2004 Kesehatan dan keselamatan lingkungan kerja, yogyakarta, Graha ilmu
7 Modul K3 ITB, 2009 Occupational safety and health administration, Jakarta Personal.
8 Anizar, 2009 Teknik keselamatan dan kesehatan kerja industri, Bandung, Graha Ilmu
11 Mulyanti, 2008 Buku pintar keselamatan dan kesehatan kerja terhadap APD. Jakarta,
ECG
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.825 10
Item-Total Statistics
Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Total Correlation Deleted
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.899 10
Item-Total Statistics
Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Total Correlation Deleted
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.903 10
Item-Total Statistics
Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Total Correlation Deleted
Bulan
No
Kegiatan Maret April Mei Juni Juli Agustus September
.
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Penyusunan Proposal
2. Ujian Proposal
3. Perbaikan Proposal
4. Pengesahan Proposal
5. PelaksanaanPenelitian
6. PengolahandanAnalisa Data
7. Penyusunan Skripsi
8. Sidang Skripsi
9. Perbaikan SKripsi
Usia :........................................
Alamat :........................................
Responden
( )
KUESIONER
Nama : (inisial)
Umur :
Tanggal :
B. Data Demografi
1. Program Studi
S1 Keperawatan DIII Keperawatan
Nurse
C. Daftar Pertanyaan
RIWAYAT HIDUP
IDENTITAS
Umur : 30 Tahun
Agama : Katolik
PENDIDIKAN FORMAL
PENDIDIKAN INFORMAL