Bab I Tauhid1
Bab I Tauhid1
I. TUJUAN INSTRUKSIONAL
1. Mendefinisikan arti dari istilah aqidah dan tauhid
2. Membedakan antara tauhid rububiyah dan uluhiyah
3. Memberikan contoh-contoh praktek kehidupan mayarakat yang bertentangan
dengan tauhid rububiyah dan uluhiyah. Masing-masing 3 contoh.
4. Menunjukkan ayat-ayat al-Qur'an yang berhubungan dengan tauhid rububiyah,
uluhiyah serta asma wa shifat (masing-masing 5 ayat).
5. Menjelaskan hakekat kemusyrikan secara logis.
6. Menyebutkan dan menjelaskan macam-macam bentuk kemusyrikan.
7. Menentukan sikap yang benar terhadap teman, keluarga, masyarakat yang musyrik.
8. Menjelaskan mengapa manusia berhajad kepada kehadiran Rasul-Rasul.
9. Membuat skema mata rantai kerasulan sejak Nabi Adam as hingga Nabi Muhammad
saw.
10. Mengilustrasikan dengan gambar sistematika bagaimana Allah memberikan
petunjuk tentang hakekat tuhan, alam dan manusia itu sendiri melalui Rasul-Rasul
setelah akal dan rasa manusia tidak mampu keluar dari relativitas rasio dan rasanya.
11. Menyebutkan apa misi utama rasul-rasul Allah dalam tugas kerisalahannya.
B. MAKNA TAUHID
Tauhid adalah bentuk masdar dari wazan ح ْيدًا ِ َو َّح َد – ي َُوحِّ ُد – تَ ْوyang berarti
ketunggalan, kesatuan, keutuhan, keesaan, kebulatan. Lawan dari kata tauhid adalah kata
َ ْ يُ ْش َر ُك ـ َش ِري-( َش ِر َكsyarika-yasyraku-syarikatan) yang berarti sekutu,
syirik , dari kata ًكة
teman, rekanan. Tauhid adalah prinsip ketunggalan dan keutuhan, sedangkan syirik adalah
prinsip kekacauan (chaos) kegandaan dan keterpecahan, dalam segala sesuatu.
Dalam hal keyakinan (i’tiqod), aqidah (keterikatan), mentauhidkan Allah artinya
hanya mengikatkan diri secara utuh, bulat, satu-satunya, tidak bercabang; kepada Allah
saja. Dan ikatan (aqidah) macam inilah yang ditetapkan dalam Islam. Jadi aqidah dalam
Islam adalah TAUHID! Sedangkan segala macam ikatan ketuhanan kepada selain ikatan
tunggal kepada Allah, adalah Syirik! Menghadirkan keberadaan Tuhan selain Allah, adalah
naïf, tidak realistis, irrarasional!
C. DALIL AKAL KEESAAN TUHAN
Prinsip pertama yang harus diyakini secara bulat dan penuh, adalah bahwa Allah
sebagai rabb al-‘alamin (Tuhan seru sekalian alam). Secara harfiah, diambil dari
rangkaian kata : rabba-yarubbu-rubban, yang artinya mencipta, mengasuh, memimpin,
menguasai, dan mengatur, mendidik. Prinsip ini kemudian dikenal dengan tauhid
rububiyyah. Bahwa hanya Allah-lah satu-satunya pencipta, pemelihara, penguasa,
dan pengatur alam seisinya, tidak ada yang ikut serta di dalamnya (Abdul Wahid
hasyim, K.H, 2002 : 16)
Bahwa seluruh manusia telah tertanam benih-benih tauhid rububiyah. Mereka
mengetahui dan yakin (knowledge and believe) bahwa alam ini tidak wujud dengan
sendirinya, tapi diwujudkan oleh Dzat Yang Maha Kuasa yaitu Allah SWT. Semua
manusia, bahkan tumbuhan, binata
ng, kompak dan sepaham, dalam satu aqidah ini. Bahkan iblis sekalipun tidak
mengingkari hal ini, karena ia tahu langsung, ketika Allah hendak mencipta Adam
(Q.S. al-Baqarah (2) : 30-39). Semua manusia memang sudah memiliki benih-benih
tauhid Rububiyah ini, karena seluruh roh manusia pernah berikrar di hadapan Allah,
bahwa RABB mereka hanyalah Allah, seperti yang diceritakan Allah dalam Surat al-
A’raf : 172 :
ت بَِربِّ ُك ْم ِ ِ ِ ِ َ ُّواِ ْذ اَخ َذ رب
ُ ك م ْن بَىِن َاد َم م ْن ظُ ُه ْو ِره ْم ذُِّريََّت ُه ْم َواَ ْش َه َد ُه ْم َعلَى اَْن ُفس ِه ْم اَلَ ْس َ َ َ
ِِ ِِ ِ
َ ىش ِه ْدنَا اَ ْن َت ُق ْولُْوا َي ْو َم الْقيَ َامة انَّا ُكنَّا َع ْن ه َذا َغافلنْي
َ َقَالُْوا َبل
“Dan ingatlah ketika Tuhanmu mengeluarkan anak-anak Adam dari punggung mereka dan Allah
mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka , “Bukankah Aku ini Rabbmu ?” mereka menjawab,
“Benar, kami menjadi saksi”. Supaya di hari akhirat kamu tidak mengatakan, sesungguhnya kami
adalah orang-orang yang lengah, tidak tahu menahu, tentang hal ini (keesaan Allah).
Q.S. Al-A’raf :172
Jika di sarikan seluruh arti bahasa tersebut, maka pengertian ilah adalah : sesuatu
(= ......) Yang dicintai, dirindukan, dicari, dicenderungi, dimintai pertolongan,
dibutuhkan dst, sedemikian rupa sehingga ia rela diperhamba oleh sesuatu (=.....) Itu
Atau :
“Segala Sesuatu yang mendominir dirinya, sehingga ia rela dominir olehnya”.
Dengan pengertian ini maka, seseorang yang telah menyatakan secara dewasa bahwa
Allah sebagai satu-satunya ilah, dengan mengucapkan syahadatain, maka dituntut
1
Tauhid Rububiyyah: 2:21, 2:131, 2:139, 3:51, 3:193, 5:28, 5:72, 5:117, 6:45, 6:71, 6:100,
melakukan tindakan ketaatan secara penuh dengan menjalankan syari’at Islam. Beribadah
hanya kepada Allah dengan ketentuan yang dicontohkan oleh Rasulullah. Dan tidak
melakukan peribadatan lain, baik ritual maupun muamalah yang tidak diajarkan dan
dicontohkan Rasulullah.
Dengan kata lain, sebagai postulat akal (dalil akal) bahwa tauhid uluhiyah
merupakan fungsi dari tauhid rububiyah yang murni dan konsekwen. 2
Bertauhid rububiyah harus dalam kerangka bertauhid uluhiyah. Bertauhid
rububiyah yang tidak diikuti dengan tauhid uluhiyah sama halnya dengan aqidahnya
iblis, fir’aun, dan orang-orang jahiliyah. Sebab mereka juga mengakui Allah sebagai
pencipta alam semasta. Tetapi mereka tidak mau mentaati-Nya sebagaimana alam-
semesta, bahkan jasmaninya sendiri telah taat kepada Allah. Memang ironis, aneh, dan
tak bermoral !
Yang menjadi persoalan adalah, selama ini fokus kajian tauhid yang diajarkan dan
ditanamkan di seluruh sekolah, sejak SD hingga Universitas, adalah TAUHID
RUBUBIYAH, bukan tauhid uluhiyah. Yang diajarkan tentang hafalan rukun iman,
sifat-sifat wajib (rububiyah) Allah, sifat jaiz dst. Termasuk materi tauhid yang diajarkan
ditanamkan oleh para kiyai, dan dai-dai lebih bersifat rububiyah! Sedangkan tauhid
uluhiyah, yang menuntut tindakan ketaatan total kepada Allah, justru dijauhi, bahkan
ada yang terang-terangan mengecam! Padahal, secara inhern tauhid rububiyah tidak lagi
menjadi masalah. Maka realitas pendidikan tauhid dan materi dakwah semacam ini,
adalah pemandangan yang paradoksal. Bagaiman mungkin, mengharap ketaatan total
kepada Allah, tetapi materinya tauhidnya hanya menekankan pengakuan tentang sifat-
sifat rububiyah saja, sebagaimana yang ada pada pribadi iblis, dan orang-orang
jahiliyah ? Wajarlah kalau saat ini, ummat Islam, yang yakin Tuhannya Allah, tetapi
peri lakunya , tindakannya, tidak nurut Allah dan Rasul-Nya! Shalat, tetapi tidak
tumbuh dari kesadaran melainkan sekedar mengugurkan kewajiban. Wajarlah kalau
ummat Islam, tak jauh dari sifat musuhnya, yakni Iblis dan orang-orang kafir. Mereka
bermaksiat, orang kafirpun juga berbuat maksiat. Ritualnya tidak mempengaruhi
tindakannya. Tidak beda budaya ummat Islam dengan budaya orang Yahudi dan
Nasrani. Wanita-wanita Yahudi dan Nasrani berpakaian mengumbar aurat, wanita-
wanita muslimat dan siswi-siswi, mahasiswi-mahasiswi muslimat juga berpakaian
mengumbar auratnya, walaupun Allah melarangnya.
Prinsip tauhid yang ketiga ini menyangkut, nama sekaligus sifat Allah SWT. Bahwa
dengan sifat kesempurnaan dan Maha Rahman dan Rahim-Nya, Allah terlepas dari segala
macam kekurangan dan keburukan. Segala kekurangan dan keburukan hanya melekat pada
manusia dan ciptaannya. Konsekwensi bertauhid rububiyah dan uluhiyah harus bertauhid
asma’ wa shifatiyah. Artinya bahwa tauhid sifat (asma’) ialah iman dan benar-benar
yakin bahwa Allah bersifat dengan sifat-sifat kesempurnaan dan mustahil bersifat
dengan sifat-sifat kekurangan. Oleh kerenanya sifat-sifat Allah tidak boleh dibandingkan
atau disamakan dengan sifat-sifat makhluk-Nya.
Sifat kesempurnaan dan kebaikan Allah, yang menyediakan segala kebutuhan manusia,
dan makhluknya yang lain ini tergambar jelas pada asma’ul husna yang berjumlah 99
nama, sebagiman firman-Nya :
َولِلِّ ِه اْالَمْسَ ِاءاحْلُ ْسىَن فَ ْادعُ ْوهُ هِب َ َاوذَ ُر ْواالَّ ِذيْ َن يُْل ِخ ُد ْو َن ىِف اَمْسَائِِه َسيُ ْجَز ْو َن َما
َكانُ ْوا َي ْع َملُ ْو َن
Allah mempunyai nama-nama yang baik maka serulah Dia dengan nama-nama-Nya itu, dan biarkanlah
orang-orang yang berpaling tentang nama-nama-Nya nanti mereka akan dibalas dengan setimpal dengan
apa yang mereka perbuat” (Q.S. Al-a’raf (7) :180)
2
Tauhid Uluhiyyah: 1:5, 2:21, 2:22, 2:83, 2:126, 2:131, 2:132, 2:133, 2:136, 2:139, 2:163, ,
Syarat:
Memahami asma’ul husna dengan aktif- progresif
1. Kemusyrikan i’tiqodi
Dengan tauhid Rububiyah, Allah mengenalkan Keagungan Kekuasaan kerajaan-
Nya di langit dan bumi. Dia Maha Besar, Maha Gagah. Hanya dia yang berhak dipuji,
karena segala kejadian baik pada manusia dan makhluk lainnya atas kehendak dan
kekuasaan-Nya. Tidak ada yang dapat menghalangi apa yang dikehendaki-Nya dan tidak
ada yang dapat menghendaki apapun yang tidak dikehendai-Nya. Tidak ada daya dan
kekuatan selain dari pada-Nya. Dia tidak bergantung pada sipapun, Dia tidak butuh bantuan
dari makhluk-Nya untuk mengatur dan mengendalikan alam semesta dan seinyinya,
sebagaimana firman-Nya :
اهللُ َخالِ ُق ُك َّل َش ْي ٍئ َو ُه َو َعلَى ُك ِّل َش ْي ٍئ َوكِ ْي ٌل
“Allah itu Pembikin tiap-tiap sesuatu dan Ia memelihara atas tiap-tiap sesuatu” Q.S Az-Zumar :62)
Ini semua prestise Allah, hak Allah untuk dipuji dan diagungkan. Bukan hak makhluk!
maka siapapun hamba-Nya yang meyakini bahwa ada pihak lain, selain Allah, yang ikut
serta mengatur, menguasai alam dan menetukan segala kejadian, yang bisa memberi
keberkahan, mendatangkan kemalangan, menetukan nasib manusia, maka Ia sangat murka.
Dan siapapun yang lebih menghormati, mengagumi, merasa takut, dan oleh karenanya dia
memuji-muji segala sesuatu selain Allah melebihi hormatnya, kagumnya, takutnya kepada
Allah, maka ia sangat menyinggung perasaan , prestise, dan harga diri Allah.). Maka
kebaikan apapun dan berapun kepada sesamanya menjadi tidak dihargai-Nya.
Ketersinggungan Allah membuat dosa-dosa lain tak diampuni, selama dosa syirik masih
ada sekecil apapun Ia tersinggung harga diri Kebesaran-Nya. Dan hamba itu layak
mendapatkan murka-Nya atas kebodohan, kepicikannya yang fatal. Inilah hakekat
kemusyrikan i’tiqodi (keyakinan)
2. Kemusyrikan Ta’abudi
3
Syirik
Hukum syirik
Syirik adalah kezaliman: 2:51, 2:54, 2:57, 2:59, 2:92, 2:165, 6:45, 6:82, 7:5, 31:13
o Syirik adalah dosa terbesar: 4:36, 4:48, 4:116, 4:117, 5:17, 5:72, 5:73,
Hukum memohon bantuan orang musyrik: 9:23, 33:1, 60:1, 60:4, 60:9, 60:13
o Kelemahan tuhan selain Allah: 5:76, 6:40, 6:41, 6:46, 6:51, 6:63, 6:70, 6:80, , Trinitas: 4:171,
5:73
o Siksa orang kafir: 2:27, 2:123, 2:165, 2:167, 3:151, 4:48, 4:116, 4:119, 4:121, Perintah tidak
mengikuti orang musyrik: 2:120, 2:135, 2:145, 3:28, 3:149,
o Menjadikan makhluk sebagai tuhan: 19:81
Maka tidak ada yang paling berhak untuk disyukuri, mendapat ucapan terima kasih
dan dicintai kecuali Dia. Dia menyadang segala gelar kebaikan, kemuliaan, dan
kesempurnaan. Ini juga prestise Allah! Oleh kerana itu kecintaan manusia kepada selain
Dia yang melebihi kecintaan kepada-Nya adalah sangat menyinggung prestisenya, harga
diri-Nya. Ucapan dan sebutan yang bertentangan dengan sifat kesempurnaan Dia di
hadapan hamba-Nya, adalah sangat melukai harga Diri-Nya. Dan ini adalah hakekat
kemusyrikan asma wa ash-shifati.
rasa rasa
rasa = Syirik nativisme : dinamisme, animisme dst
Robot
Allah Allah
(kebenra
n ? Kitab2
mutlak) Allah
Garis Diciptakan
relativita Malaikat
s (alat)
manusia Paket2 informasi
(tuhan, alam,
manusia, qiyamat,
Bingung ! Jalan buntu! taqdir)
1. Aqidah dalam Islam adalah TAUHID. Sedangkan segala macam ikatan ketuhanan
(aqidah) kepada selain ikatan (aqidah) tunggal kepada Allah, adalah Syirik ! Menghadirkan
keberadaan Tuhan selain Allah, adalah naïf, tidak realistis, tidak rasional.
2. Tauhid Rububiyah sebenarnya secara telah inhern di dalam diri setiap Bani Adam ketika
ruh manusia memberi kesaksian dan pengakuannya terhadap keesaan Allah. Sedangkan tauhid
uluhiyah ialah tindak lanjutnya dalam kehidupan nyata dengan mengutuhkan pengabdian
kepada Allah SWT. Tauhid Uluhiyah adalah konsekwensi dan fungsi tauhid rububiyah yang
bersih danmurni.
3. ArttiTauhid asma wa shifah bahwa tauhid sifat (asma’) ialah iman dan benar-benar yakin
bahwa Allah bersifat dengan sifat-sifat kesempurnaan dan mustahil bersifat dengan sifat-sifat
kekurangan. Oleh kerenanya sifat-sifat Allah tidak boleh dibandingkan atau disamakan
dengan sifat-sifat makhluk-Nya.
4. Kemusrikan, baik secara I'tiqodi, ta'abudi maupun asma' wa shifati, adalah kesalahan dan
dosa yang paling besar dan tak terampuni jika dibawa hingga mati. Hal ini wajar dan logis,
karena menyinggung prestise Kekuasaan Allah SWT.
5. Kehadiran Rasul-Rasul Allah adalah bukti kasih say ang Allah pada hamba-Nya. Ia
tida relaIV.
danEVALUASI
tidak tega terhadap kesesatan manusia dalam menempuh kebahagiaan hakiki
akibat keterbatasan akal dan rasa manusia yang tak mungkin sampai kepada keadilan dan
kebenaran yang obyektif. Apalagi menemukan tuhan sebenarnya jika tanpa pertolongan
(hidayah Allah).
6. Misi tunggal Para Rasul ialah menawarkan dan megakkan Tauhid dalam kehidupan
ummat manusia dan menyelamatkan manusia dari segala macam tirani taghut.
1. Apa arti dari istilah aqidah ?
2. Apa arti yang terkandung dari istilah tauhid
3. Sebutkan dan bedakan antara tauhid rububiyah dan uluhiyah!
4. Sebutkan contoh-contoh praktek kehidupan mayarakat yang bertentangan
dengan tauhid rububiyah dan uluhiyah. Masing-masing 3 contoh.
5. Carilah ayat-ayat al-Qur'an yang berhubungan dengan tauhid rububiyah, serta
asma wa shifat (masing-masing 5 ayat).
6. Jelaskan apa hakekat kemusyrikan! Jelaskan secara logis mengapa Allah sangat
murka bahkan tidak mengampuni orang yang membawa dosa syirik hingga mati ?
7. Sebutkan dan jelaskan macam-macam bentuk kemusyrikan!
8. Jelaskan mengapa manusia berhajad kepada kehadiran Rasul-Rasul Allah?
9. Gambarkan Mata rantai kerasulan sejak Nabi Adam as hingga Nabi Muhammad
saw.
10. Ilustrasikan dengan gambar sistematika bagaimana Allah memberikan petunjuk
tentang hakekat tuhan, alam dan manusia itu sendiri melalui Rasul-Rasul setelah
akal dan rasa manusia tidak mampu keluar dari relativitas rasio dan rasanya!
11. Sebutkan apa misi utama rasul-rasul Allah dalam tugas kerisalahannya !
REFERENSI
1. Al-Qur’an
2. Al-Badits (kutubusssittah)
3. Ala-a-Maududi, Abul., Principles of Islam, Terj. Suhaili, Abdullah,
Penerbit PT Alma’arif, Bandung, 1985
4. Al-Faruqi, Isma’il Raj’I , Islamization of Knowledge, Islamisasi
Pengetahuan, terj. Anas Mahyudin, Penerbit Pustaka, Bandung, 1984
5. Al-Faruqi, Isma’il Raj’I , TAUHID, Its Implications for Thought and Life,
terj. Rahmani Astuti, Penerbit Pustaka, Bandung, 1982
6. AM Rasyidi, Bible, Qur’an dan Sain
7. Galab, Inilah Hakekat Islam
8. Mamud Syaltut, Islam aqidah wasyari’ah
9. Sidi Gazalba, Azas-azas Islam
10. Saleh, Khairul, Menunu Kedewasaan Berislam, Penerbit: BP Polines,
2005