Anda di halaman 1dari 8

BAB 1

MASALAH PADA PEREKONOMIAN ENERGI

Perekonomian energi yang sering ditemukan yaitu di negara-negara industri yang


menggunakan penyimpanan energi terutama energi fosil dalam bentuk batu bara, minyak,
dan gas alam maupun energi nuklir dalam bentuk isotope Uranium U235. Kebutuhan
manusia akan energi terdapat dua masalah. Sumber energi akan terus berlanjut apabila
sudah habis. Sebaknya sebelum hal ini terjadi, kia harus memikirkan bagaimana hidup
akan berlanjut apabila sumber energi habis dan bagaimana cara memulai untuk
mengembangkan alternatifnya . Lagipula efek samping yang tidak baik selalu mengiringi
penggunaan sumber energi tersebut. Material-material yang terkubur jauh dibawah
permukaan bumi terlepas dan menemukan cara menjadi udara, air, dan makanan. Tapi
sekarang, kerugian tersebut tidak Nampak, tetapi mereka membawa kesulitan untuk
generasi berikutnya.

1.1 Perekonomian energi


Jumlah energi kimia yang tersimpan pada pengankutan energi fosil yang terukur
dalam satuan energi, beberapa berguna dan beberapa kurang berguna (belum
dimanfaatkan). Satuan yang paling pokok adalah Joule (ditulis J) yang dimana dalam unit
kecil mewakili jumlah energi yang dibutuhkan untuk memanaskan 1 gram air dengan
satuan derajat atau jumlah energi pada hair drier dengan daya 1kW pemakaian dalam 1
ms. Satuan lainnya yaitu kWh (kilo watt hour) dimana 1 kWH sama dengan 3,6 x 10 6 J. 1
kWh adalah energi yang terdapat dalam 100 gram coklat. Satu-satunya masalah dalam
satuan ini adalah berasal dari watt, satuan untuk daya yaitu energi per satuan waktu.
Sehingga energi sama dengan daya per satuan waktu. Kejanggalan ini yang memberikan
kesalahan dalam penekanan non-science seperti kW per jam untuk daya, semejak banyak
orang yang beranggapan salah bahwa kW untuk energy yang mereka rasa sebagai satuan
2

dasar. Bahan bakar fosil biasanya dalam satuan barrel (tong) minyak atau sama dengan
(metric) tons batu bara (t coal equ) . Berikut hubungannya :

1 kWh = 3,6 x 106 J = 1 kWh


1 t coal equ = 29 x 109 J = 8200 kWh
1 kg oil = 1,4 kg coal equ. = 12,0 kWh
1 m3 gas = 1,1 kg coal equ. = 9,0 kWh
1 barrel oil = 195 kg coal equ. = 1670 kWh

Tabel 1.1 Penggunaan energi pokok di Jerman pada tahun 2002


Jenis Konsumsi Konsumsi per kapita
(106 t coal equ./a) (kW/orang)
Oil 185 2,24
Gas 107 1,30
Coal 122 1,48
Nuclear Energy 62 0,75
Others 17 0,21
Total 494 5,98

Tabel 1.2 Penggunaan energi pokok di dunia pada tahun 2002


Jenis Konsumsi Konsumsi per kapita
(109 t coal equ./a) (kW/orang)
Oil 4,93 0,82
Gas 3,19 0,53
Coal 3,36 0,56
Nuclear Energy 0,86 0,14
Others 0,86 0,14
Total 13.2 2.19

Penggunaan energi tiap waktu adalah daya yang diambil dari persediaan energi.
Lalu penggunaan 1 ton batu bara per tahun, dirata-rata jumlahnya lebih dari satu tahun
menjadi
1 ton coal equ./a = 8200 kWh /a = 0,94 kW
Sebagai contoh negara Jerman yang merupakan negara industri. Tabel 1.1
menunjukan penggunaan energi pokok pada tahun 2002 dengan populasi 82,5 x 106.
Gambaran ini meliputi penggunaaan energi listrik per tahun
570 TWh/a = 65 GW => 0,79 kW/orang
Penggunaan energi per orang di Jerman (5,98 kW) dibandingkan dengan
penggunaan energi per orang dalam bentuk makanan yaitu 2000 kcal/d = 100 W = 0,1 kW
mewakili kebutuhan minimum untuk hidup.
Tabel 1.2 menunjukan penggunaan energi di dunia pada tahun 2002 dengan
populasi 6 x 109. Penggunaan energi ini tersedia dari cadangan energi yang ada kecuali
hidrogen, angin dan biomassa. Sisa dari cadangan energi dapat dilihat pada tabel 1.3 .
Jumlah energi ini dihitung agar dapat diperoleh kembali secara ekonomis dengan teknik
3

masa kini pada harga smasa kini pula. Cadangan sebenarnya mungkin lebih besar 10 kali
yaitu sekitar 10 x 1012 t coal equ.
Penggunaan energi sedunia 13.2 x 109 t coal equ. per tahun Nampak sangat kecil ketika di
bandingkan dengan arus energi yang terus menerus dari matahari yang dipancarkan ke
bumi
1,7 x 107 W = 1,5 x 1018 kWh/a = 1,8 x 1014t coal equ./a

Tabel 1.3 Cadangan energi di dunia


Jenis Reserves in 109 t coal equ.
Oil 210
Gas 170
Coal 660
Total 1040

Di wilayah dengan rapat populasi seperti Jerman bagaimanapun juga


keseimbangan tidak baik jika kita membatasi diri kita dengan proses alam yaitu
fotosintesis yang mengubah energi dari matahari menjadi energi yang berguna. Arus
energi dari pancaran matahari di Jerman dengan area 0,36 x 10 6 km2 adalah sekitar 3,6 x
1014 kWh/a = 4,3 x 1010 t coal equ./a. Fotosintesis jika dirata-ratakan dengan jumlah
seluruh tanaman memiliki efisiensi kira-kira 1% dan menghasilkan sekitar 400 x 10 6 t
coal equ./a dari energi matahari. Ini tidak cukup untuk menutup kebutuhan energi pokok
yaitu 494 x 106 t coal equ./a di Jerman. Hal yang lebih penting juga menunjukan bahwa di
seluruh wilayah di Jerman, tanaman tidak dapat menghasilkan kembali oksigen dengan
fotosintesis yang digunakan dalam pembakaran gas, minyak, dan batu bara. Dan ini juga
tidak menjadi pertimbanagan bahwa biomassa menghasilkan proses penyimpanan
melainkan menggunakan oksigen yang dihasulkan dari proses fotosintesis. Perhitungan ini
juga menunjukan bahwa energi surya dapt menutupi kebutuhan energi di Jerman pada
seluruh wilayah hanya jika pada hakikatnya efisiensi lebih tinggi pada proses konversi
dibandingkan dengan fotosintesis maka dapat diterima. Fakta bahwa tidak ada kekurangan
dalam ketersediaan oksigen akan menghasilkan masa depan yang baik, yaitu angin yang
membawa oksigen dari wilayah dengan penggunaan yang lebih rendah. Dengan demikian,
sebelum ketersediaan oksigen menipis kita harus sadar bahwa kita menambah
pembakaran CO2.

1.2 Perhitungan maksimum cadangan energi fosil


Untuk perhitungannya, diasumsikan bahwa tidak ada carbon dioksida maupun
oksigen bebas yang ada di bumi ini tanpa dimulai dengan adanya kehidupan organik.
Fakta bahwa karbon dan oksigen bereaksi dengan cepat pada suhu tinggi berlaku selama
adanya sejarah bumi ini. Keduanya masing-masing membentuk CO2 dan juga nomor
unsur pada karbon dan oksigen merupakan pernyataan kuat yang mendukung asumsi ini.
Sejak hari ini, masih ada logam-logam dasar yang terdapat di permukaan bumi ,
walapupun dalam jumlah sedikit, hal itu harus diasumsikan bahwa tidak ada oksigen
maupun karbon dioksida yang tersedia untuk direaksikan.
4

Oksigen bebas yang ditemukan di atmosfir hari ini merupakan hasil fotosintesis
yang terjadi di lain waktu. Masa kini, jumlah oksigen di atmosfir membuat kita
menghitung ukuran karbon yang tersimpan pada proses fotosintesis.
Selama proses fotosintesis, air dan karbon dioksida bergabung membentuk
karbohidrat, berikut reaksinya
n × (H2O + CO2) => n × CH2O + n × O2
Produk yang dihasilkan dari proses fotosintesis adalah glukosa C 6H12O6 ≡ 6 × CH2O
untuk senyawa ini dan juga karbohidrat yang lain, rasio dari oksigen bebas dihasilkan oleh
fotosintesis menjadi penyimpanan karbon berikut
1 mol O2 => 1 mol C atau,
32 gram O2 => 12 gram C

Massa carbon yang tersimpan mc oleh karena itu ditemukan dari massa oksigen
bebas yaitu mO2
12
mc = mO2
32
Bagian terbesar hasil oksigen dari proses fotosintesis ditemukan dalam atmosfir
hingga tingkat lebih rendah dan larut dalam lautan. Pecahan (sisa) pada atmosfir cukup
sebagai dasar untuk perhitungan.
Dari tekanan pE = 1 bar = 10 N/cm 2 pada permukaan bumi dihasilkan dari udara
yang melingkupi planet ini, kita dapat menhitung massa udara dari hubungan mudara × g =
pE × wilayah :
10 N /c m 2 2
mudara /wilayah = pE/g = 2 = 1 kg /cm
10 m/ s
Total massa udara didapatkan dari perkalian dengan ukuran permukaan bumi
mudara = 1 kg/cm2 × 4πRbumi2 = 5 x 1015 ton udara
Semejak udara terdiri dari 80% N 2 dan 20% O2 (Dibuat tidak ada perbedaan antara
persen volume dan beratnya), massa oksigennya m O2 =1015 t O2. Jumlah maksimum
karbon yang dihasilkan dalam fotosintesis dan yang sekarang tersimpan di bumi adalah
mc = 12/32 mO2 = 400 x 1012 ton karbon
hingga sekarang ditemukan 10,4 x 1012 t coal equ.

Lalu, ada alasan untuk berharap bahwa cadangan energi fosil akan terus berlanjut
seiring berjalannya penambangan. Faktanya, akhir-akhir ini cadangan energi yang
diketahui telah bertambah terus menerus dibandingkan dengan penggunaannya. Ada
rumor bahwa cadangan metana hidrate yang sangat luas di temukan di dasar lautan.
Senyawa ini terpisah menjadi metana dan air jika diangkut ke luar lautan. Prospek
cadangan yang besar ini seharusnya tak mengurangi perhatian kita untuk menambang
sumber daya ini. Jika kita menggunakan seluruh sumber daya karbon untuk kebutuhan
energi kita, kita dapat mengganti proses fotosintesis selama jutaan tahun dan mengganti
seluruh oksigen.Walaupun jika di perhitungkan ada 400 x 1012 ton karbon, kita tidak bias
membakar 400 x 1012 ton karbon karena limitnya jumlah oksigen.
5

Gambar 1.1 Penggunaan minyak tahunan . Area di bawah kurva menunjukan perhitungan
cadangan minyak.

Jika kita memeriksa penggunaan minyak dan gas sebagai contoh penggunaan
energy fosil dalam jangka waktu yang lama yaitu sejak awal masehi, gambar 1.1
menunjukan gambaran yang menakutkan . Dari awal abad 20 penggunaan energi
cadangan nyatanya sia-sia. Dari sekarang, kenaikan eksponen ke nilai maksimum selama
satu atau dua decade. Penggunaanya dapat turun lagi saat cadangan digunakan secara
berangsur-angsur.
Penggunaan maksimum diharapkan saat cadangan merosot ke keadaan awal.
Cadangan tersebut diakumulasi selama jutaan tahun akan menjadi asap hanya dalam
waktu 1000 tahun. Hal ini menjadi permasalahan yang kurang diketahui. Yang lebih
mengkhawatirkan yaitu perubahan atmosfir yang disebabkan oleh hasil pembakaran.
Pengaruh ini akan berlanjut dalam waktu yang lama. Walaupun generasi selanjutna telah
berubah pikiran untuk menyediakan energi dari sumber regenerative, mereka masih
menderita dengan warisan yang kita tinggalkan.

1.3 Efek rumah kaca


CO2 dihasilkan dari pembakaran energi fosil yang menyebar. Peningkatan
konsentrasi karbon dioksida di atmosfir membuat konsekuensi yang serius dengan iklim
bumi. Sekarang, atmosfir bumi mengandung 0,03% CO 2 . Ini setara dengan 2,3 x 1012 t
CO2.

1.3.1 Pembakaran
Karbon murni yang di gunakan berdasarkan reaksi berikut C + O2 => CO2. Maka
12 g C + 32 g O2 => 44 g CO2 menghasilkan pembakaran yang diberikan oleh massa
karbon yang di gunakan berdasarkan mCO2 = 44/12 mc. Pembakaran dari I t karbon
menghasilkan 3,7 CO2.
Untuk senyawa karbon lain sebagai berikut :
-Karbohidrat
30 g CH2O + 32 g O2 => 18 g H2O + 44 g CO2
menghasilkan mCO2 = 1,47 mCH2O. Ini merupakan reaksi kimia untuk pembajaran
makanan dalam tubuh manusia.
-Metana
16 g CH4 + 64 g O2 => 36 g H2O + 44 CO2
menghasilkan mCO2 = 2,75 mCH4
Penggunaan energi masa kini 1010 t coal equ. /a secara umum menghasilkan => 2,2 x
10
10 t CO2 per tahun. Setengahnya tersebar di perairan samudera dan sisanya tersebar di
atmosfir. Jika penggunaan energi tahunan tidak meningkat, jumlah CO2 di atmosfir akan
menjadi dua kali lipat hanya dalam 200 tahun. Tetapi berdasarkan catatan, penggunaan
6

energi terus bertambah sesuai kebutuhan. Saat ini, pertambahan 1% per tahun relative
rendah. Di negara-negara berkembang, penggunaan energi menurun pada tahun 1999,
karena negara-negara ini tidak mampu membayar energi lebih. Jika penggunaan energi
meningkat secara global 1% per tahun, konsentrasi CO 2 di atmosfir jumlahnya dua kali
lipat dalam waktu 100 tahun. Peningkatan ini lebih rendah dari penggunaan energi per
kapita dibandingkan dengan peningkatan populasi global. Peningkatan konsentrasi CO 2 di
atmosfir berpengaruh pada suhu di bumi.

1.3.2 Suhu bumi


Suhu bumi tidak berubah, dengan kata lain konstan seiring waktu jika arus energi
diserap dari matahari dan dipancarkan oleh bumi secara seimbang. Kita ingin menghitung
suhu bumi pada kondisi tetap.
Rapat arus energi dari matahari terhadap posisi bumi (diluar atmosfir bumi) adalah
jE,matahari = 1,3 kW/m2
Untuk kasus penyerapan sempurna, arus energi yang diserap oleh keseluruhan
bumi adalah peristiwa saat arus energy diproyeksikan di bumi yaitu
IE,abs = πRe2 jE,matahari dengan Re = 6370 km (jari-jari bumi)
Berdasarkan hukum radiasi Stefan-Boltzmann, rapat arus energi yang dipancarkan
oleh bumi ke luar angkasa adalah
jE,bumi = σTe4
dimana σ = 5,67 x 10-8 W/(m2K4) yang merupakan konstanta Boltzmann. Arus
energi yang dipancarkan oleh bumi secara keseluruhan adalah
IE,emit = 4πRe2σTe4
Dari kondisi tetap IE,abs = IE,emit berarti perhitungan suhu bumi adalah Te = 275 K.
Nyatanya, suhu bumi 288 K. Kebetulan, perhitungan tersebut kurang lebih sesuai.
Kira-kira 30% radiasi matahari dipantulkan kembali ke luar angkasa oleh atmosfir bumi
dan hanya sekitar 70% (1 kW/m2) yang sampai di permukaan bumi dan suhunya 258 K.
Nyatanya, suhu bumi lebih besar karena radiasi yang dipancarkan oleh bumi sebagian
diserap di atmosfir. Lalu atmosfir menjadi semakin panas dan memancarkan kembali
panasnya ke bumi. Efek yang sama terjadi pada rumah kaca dimana kaca menutupi
penyerapan radiasi termal yang dipancarkan oleh rumah kaca tersebut dan memancarkan
kembali ke rumah kaca itu sendiri.
Kita dapat mengetahui efek rumah kaca pada atmosfir menggunakan model
sederhana. Pada temperature matahari 6000 K, spectrum radiasinya (ditunjukan sebagai
arus energi per panjang gelombang) dimana maksimumnya 0,5 µm pada atmosfir secara
jelas.

Gambar 1.2 Keseimbangan


penyerapan dan pemancaran arus
energi pada permukaan bumi
7

Pada suhu bumi yang lebih rendah, pemanacaran dari bumi kira-kira maksimum
pada 10 µm (sinar inframerah). Molekul tri-atomic termasuk CO 2 merupakan penyerap
yang baik pada wilayah inframerah. Akibatnya ketika radiasi matahari berada pada
permukaan bumi , bagian terbaik pemancaran energi dari permukaannya diserap di
atmosfir. Ini menyebabkan atmosfir panas, yang menyebabkan pemancaran balik ke
bumi . Suhu bumi maksimum ketika radiasi dari permukaan bumi seluruhnya diserap oleh
atmosfir, ini merupakan situasi dimana konsenterasi CO2 terus meningkat.
Pada model ini, diasumsikan bahwa permukaan bumi menyerap seluruh radiasi
dari matahari dan atmosfir. Pada keadaan tetap, hal itu juga memancarkan arus energi.
Semua energi dipancarkan dalam wilayah inframerah yang diasumsikan untuk diserap
oleh atmosfir. Kondisi pada gambar 1.2 sebagai berikut
IE bumi = IEmatahari + ½ IEatm
Semejak radiasi dipancarkan oleh permukaan bumi seluruhnya diserap oleh
atmosfir, arus energi matahari hanya dapat dipancarkan ke luar angkasa oleh pemancaran
dari atmosfir.
½ IEatm = IEmatahari dan IEbumi = 2IEmatahari
lalu
IEbumi = 4πRe2σTe4,rumahkaca = 2πRe2 x 1,3 kW/m2
Hasil suhu nya adalah
Te,rumahkaca = √4 2 Te = 1,19 x 275 K = 327 K = 540C
dengan suhu tersebut, bumi hampir tak dapat dihuni.
Akan tetapi, bertambahnya penyerapan radiasi inframerah di atmosfir terhadap
pengaruh manusia hanya mewakili produksi CO2 dan sisanya dihasilkan dari metana,
florin, dan nitrogen oksida.
Untuk memperkirakan efek rumah kaca, kita anggap atmosfir sebagai fire-screen
yang membiarkan radiasi matahari lewat, tapi penyerapan radiasinya dari bumi. Fakta
bahwa suhu pada atmosfir tidak seragam, penjelasan lebih baiknya dalam bentuk fire-
screen ditempatkan di belakang. Model fire-screen diperluas hingga ke n, suhu pada
pemukaan bumi menjadi
Te,rumah kaca = Te √4 n+1
Nilai n suhu bumi berubah menjadi besar dan secara umum lebih besar
dibandingkan dengan suhu matahari. Hal ini tentu saja tidak benar. Jika suhu bumi sama
dengan suhu matahari, pancaran spectrum dari bumi akan sama persis dengan spectrum
matahari. Hal itu tidak mungkin untuk radiasi matahari melewati atmosfir, ketika radiasi
yang dipancarkan dari bumi akan diserap sebagaimana asumsi model fire-screen.
Selama kebutuhan terpenuhi, dengan hasil lebih dari suhu fire-screen. Kondisi ini
berlaku pada planet Venus. Jarak antara Venus dan matahari adalah 0,723 kali jarak dari
bumi ke matahari. Rapat arus energi dari radiasi matahari ke posisi venus merupakan dua
kalinya yang sampai ke bumi. Atmosfir di Venus hampir seluruhnya CO 2. Anggap
atmosfir venus sebagai satu-satunya fire-screen yang menghasilkan suhu sebesar 116C,
factor √4 2lebih besar dari bumi. Suhu venus sebenarnya adalah 475C.
Angka dari fire-screen dibutuhkan untuk mendeskripsikan atmosfir yang
tergantung pada garis edar pemancaran radiasi setelah terserap pada atmosfir tersebut.
Karena tingginya kerapatan pada atmosfir venus, dengan tekanan 90 bar, ini berarti garis
edar pada venus lebih pendek dibandingkan dengan bumi.
8

Untungnya kita tidak perlu khawatir dengan suhu bumi, tidak seperti pada venus.
Walaupun seluruh persediaan oksigen dibumi digunakan, hasil tekanan CO2 sekitar 0,2
bar, suhu bumi tidak akan pernah sama dengan venus. Namun terjadi perubahan yang
serius yaitu peningkatan suhu yang nyatanya mungkin terjadi. Kita juga harus memikirkan
akan adanya efek timbal balik yang terjadi. Yang paling membahayakan adalah
bertambahnya metana dimana gas rumah kaca ini lebih parah dibandingkan dengan CO 2,
saat metana hidrat melebur pada lautan yang panas.

Anda mungkin juga menyukai