Anda di halaman 1dari 116

UNIVERSITAS PROF.DR.

MOESTOPO (BERAGAMA)
FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI

SKRIPSI
POLA KOMUNIKASI COLLECTION DALAM MENANGANI
KREDIT BERMASALAH DI
PT AL-IJARAH INDONESIA FINANCE

Diajukan Oleh :
NAMA : APRIANTO ADI SUSENO
NIM : 2013 -41 -433
KONSENTRASI : HUBUNGAN MASYARAKAT

Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Mencapai


Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi
Program Studi Ilmu Komunikasi
Jakarta
2018

i
TANDA PENGESAHAN SKRIPSI

Nama : Aprianto Adi Suseno


NIM : 2013-41-433
Program Studi : Ilmu Komunikasi
Konsentrasi : Humas
Judul Skripsi : “Pola Komunikasi Collection Dalam Menangani
Kredit Bermasalah Di PT AL-IJARAH Indonesia
Finance”

Telah Dipertahankan Di Hadapan Penguji Yang Diadakan Pada Hari


Rabu Tanggal 15 Agustus 2018 Dan Dinyatakan LULUS.

PANITIA PENGUJI

Penguji I Penguji II

Dr. Natalina Nilamsari, M.Si Rialdo Rezeky, S.Sos, M.Ikom


Tanggal : …………………… Tanggal : ……………...........

Mengetahui,
Dekan Fakultas Ilmu Komunikasi UPDM (B)

Dr. Prasetya Yoga Santoso, MM.

ii
LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI

Nama : Aprianto Adi Suseno


Nim : 2013-41-433
Program Studi : Ilmu Komunikasi
Konsentrasi : Humas
Judul Skripsi : Pola Komunikasi Collection Dalam Menangani
Kredit Bermasalah Di PT AL IJARAH Indonesia
Finance

Telah memenuhi persyaratan untuk di uji baik dari segi isi maupun segi

teknis

PANITIA PEMBIMBING SKRIPSI

Pembimbing I Pembimbing II

(Dr. Hj. Hadiati, MM, M.Si) (Novalia Agung WA, M.ikom)

Tanggal : .......................... Tanggal :…............................

Mengetahui,

Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi UPDM (B)

(Dr. Wahyudi M. Pratopo, S.Ip M.Si)

i
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Aprianto Adi Suseno


Jenis Kelamin : Laki-Laki
Tempat/Tgl Lahir : Jakarta, 14 April 1995
Alamat : Jl. Amal No.55 RT03/006 Cipadu Jaya,
Larangan, Kota Tangerang
Telp/HP : 089665184294
Status : Mahasiswa
NIM : 2013-41-433
Program Studi : Ilmu Komunikasi
Konsentrasi : Hubungan Masyarakat

Dengan ini menyatakan bahwa, Skripsi :

Judul : Pola Komunikasi Collection Dalam Menangani


Kredit Bermasalah Di PT AL-IJARAH Indonesia
Finance
Pembimbing I : Dr. Hj. Hadiati, MM, Msi
Pembimbing II : Novalia Agung Wardjito Ardoyo, M.Ikom

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya buat


merupakan hasil asli (orisinal) dan bukan duplikasi dari skripsi orang lain.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan
apabila dikemudian hari ini tidak benar, maka saya sanggup untuk
dikenakan sanksi akademik sesuai yang berlaku di Fakultas Ilmu
Komunikasi Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama).

Jakarta, Agustus 2018

Aprianto Adi Suseno

ii
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur atas segala rahmat dan karunia yang telah
diberikan oleh Allah SWT yang sehingga pada saat ini penulis masih
diberikan nikmat sehat walafiat sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan baik.

Skripsi ini merupakan syarat guna mencapai gelar sarjana S1


(Strara Satu) konsentrasi Hubungan Masyarakat pada fakultas Ilmu
Komunikasi Universitas Prof. Dr. Moestopo (beragama)

Skripsi ini berjudul Pola Komunikasi Collection Dalam


Menangani Kredit Bermasalah di PT AL IJARAH Indonesia Finance.
Peneliti mengankat judul ini yang bertujuan untuk mengetahui pola
komunikasi Collection

Dalam menyusun skripsi ini penulis menyadari bahwa masih jauh


dari sempurna. Hal ini disebabkan karena keterbatasan pengetahuan dan
pengalaman penulis, oleh karenanya penulis menerima setiap kritik dan
saran guna membangun skripsi ini kearah yang lebih baik.

Jakarta, Agustus 2018

Penulis

i
UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas Rahmat
dan Karunia-Nya yang diberikan, sehingga penulisan skripsi ini dapat
terselesaikan dengan baik.

Penulis menyadari bahwa selama proses penyusunan skripsi ini


banyak hal yang menjadi kendala, namun berkat dukungan moral maupun
finalsial dari berbagai pihak akhirnya penulis dapat menyelesaikan
penulisan skripsi ini. Oleh karenanya pada kesempatan ini penulis ingin
berterima kasih kepada pihak-pihak yang membantu selama proses dalam
penyusunan skripsi ini yaitu kepada:

1. Prof. Dr. Rudy Harjanto, S.Ikom., M.M, M.Sn. Rektor Universitas


Prof. Dr. Moestopo (beragama)
2. Dr. Prasetya Yoga Santoso, M.M selaku Dekan Fakultas Ilmu
Komunikasi Universitas Prof. Dr. Moestopo (beragama)
3. Dr. Wahyudi M. Pratopo S.Ip M.Si Kepala Program (Kaprodi)
Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Prof. Dr. Moestopo
(beragama)
4. Dr. Hj. Hadiati, MM, Msi selaku dosen pembimbing I dan Novalia
Agung Wardjito Ardoyo,M.Ikom. dosen pembimbing II. Terima
kasih atas waktu, arahan, masukan serta bimbingan selama
peneliti melakukan bimbingan.
5. Untuk kedua orangtuaku, Bapak Tumino, Ibunda Sukiyanti dan
Kedua adikku, Arif Prastyo Nugroho, Adit Tri Wibowo. Mereka
yang tidak pernah berhenti memberikan doa, dukungan moral
juga finansial dan tentunya kasih sayang yang tidak pernah
lekang oleh waktu.
6. Untuk Didik Susilo, S.E, Firman Wibowo, S.Kom yang telah
membantu dari awal hingga akhir tanpa ada kata lelah,

ii
Terbaiklah kalian, dan Mbah Wayan Diana yang memberikan
motivasi dan semangat sehingga peneliti dapat menyelesaikan
skripsinya.
7. Untuk sahabat-sabahat penulis Robby, Sofian Alfi, Rohman Edi
Wibowo, Abbdul Mukti, Edo, Akbar, Iqbal, Andri, Ridwan, dan
Heru yang telah mendukung penulis selama ini dalam
menyelesaikan skripsi ini.
8. Novian Srigarnadi,SE , Abdulah Safe‟I dan Imam selaku
informan pada skripsi ini dan seluruh jajaran PT Al – Ijarah
Cabang Karawaci yang telah banyak membantu peneliti dalam
menyusun skripsi ini.
9. Dan seluruh staff Staff, khusunya Bapak Wagiyo,Spd, dan Mas
Slamet hingga staff perpustakaan UPDM(B) serta pihak tidak
dapat penulis sebutkan satu per satu atas dukungan dan
bantuannya selama ini.

Jakarta, Agustus 2018

Penulis

iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................i


UCAPAN TERIMAKASIH .......................................................................... ii
DAFTAR ISI ............................................................................................. iv
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. vii
DAFTAR TABEL .................................................................................... viii
ABSTRAK ................................................................................................ ix
ABSTRACT ............................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1
1.2 Fo kus Penelitian ............................................................................. 8
1.3 Rumusan Masalah......................................................................... 10
1.4 Tujuan Penelitian ........................................................................... 10
1.5 Kegunaan Penelitiaan ................................................................... 11
1.5.1 Teoritis .................................................................................. 11
1.5.2 Praktis .................................................................................. 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA KONSEP & TEORI......................... 12


2.1 Kajian Pustaka – Penelitian sejenis .............................................. 12
2.2 Kerangka Konsep-konsep penelitian dan Teori ............................ 17
2.2.1 Hakikat Komunikasi .............................................................. 17
2.2.2 Proses Komunikasi............................................................... 18
2.2.3 Bentuk-bentuk komunikasi ................................................... 21
2.2.4 Hakikat Komunikasi Antarpribadi ......................................... 22
2.2.5 Efektivitas Komunikasi Antarpribadi .................................... 23
2.2.6 Hakikat Pola Komunikasi ..................................................... 26
2.2.7 Komunikasi Langsung .......................................................... 26
2.2.8 Pola Komunikasi Collection Secara verbal dan non verbal 28
2.3 Kerangka Teori .............................................................................. 32
2.3.1 Teori Kinesik ........................................................................ 33
2.3.2 Teori Paralinguistik .............................................................. 34
2.4 Kerangka Pemikiran ...................................................................... 35

iv
2.5 Bagan Kerangka Pemikiran .......................................................... 36

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................................. 37


3.1 Paradigma Penelitian .................................................................... 37
3.2 Pendekatan Penelitian .................................................................. 40
3.3 Jenis Peneltian .............................................................................. 41
3.4 Metode Penelitian .......................................................................... 43
3.5 Objek dan Subjek Penelitian ......................................................... 44
3.5.1 Objek Penelitian ................................................................... 44
3.5.2 Subjek Penelitian .................................................................. 44
3.6 Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 46
3.7 Teknik Keabsaan Data .................................................................. 48
3.8 Teknik Analisa ............................................................................... 50

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .......................................... 52


4.1 Deskripsi Objek Penelitian ............................................................ 52
4.1.1 Sejarah Umum PT.Al-Ijarah ................................................. 52
4.1.2 Visi dan Misi PT.Al-Ijarah ..................................................... 53
4.1.3 Jenis Produk ........................................................................ 54
4.1.4 Struktur Organisasi Al-Ijarah................................................ 55
4.1.5 Fungsi Struktur Organisasi .................................................. 57
4.1.6 Tugas dan Tanggung Jawab Collection .............................. 62
4.2 Deskripsi Subjek Penelitian ........................................................... 63
4.2.1 Profil Informan ...................................................................... 63
4.3 Deskripsi Hasil Penelitian .............................................................. 64
4.3.1 Pola komunikasi dalam proses penagihan terhadap debitur
yang bermasalah.................................................................. 64
4.3.2 Pola Komunikasi Langsung Collection dalam penanganan
kredit bermasalah................................................................. 65
4.3.3 Pola Komunikasi Verbal dan nonverbal Collection Dalam
Penagihan Kredit Bermasalah. ............................................ 73
4.4 Pembahasan Hasil Penelitian ....................................................... 77

v
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 86
5.1 Kesimpulan ..................................................................................... 86
5.2 Saran ............................................................................................... 87

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................89
LAMPIRAN

vi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pemikiran .............................................. 36


Gambar 4.1 Struktur Organisasi Pt. Al-Ijarah Indonesia Finance
Cab Karawaci ................................................................... 57

vii
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Daftar PT Finance di Indonesia ................................................... 2


Tabel 2.1 Matriks Penelitian Terdahulu..................................................... 14
Tabel 3.1 Informan Penelitian ................................................................... 45

viii
FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS PROF. DR. MOESTOPO (BERAGAMA)
TERAKREDITASI A : SK No. 027/BAN-PT/Ak-XI/S1/X/2008
Kampus I : Jl. Hang Lekir I/8 Jakarta Pusat 12070 Telp. 7261433 Fax. 7252685
Kampus II : Jl. Swadarma Raya No. 54 Ulujami Jakarta Selatan Telp. 58902927, 58902928
Website : www.moestopo.ac.id E-mail : fikom@moestopo.ac.id

ABSTRAK

Nama : Aprianto Adi Suseno


Nim : 2013-41-433
Judul Skripsi : ”Pola Komunikasi Collection Dalam Menangani Kredit
Bermasalah di PT AL-IJARAH Indonesia Finance
Jumlah Halaman : 5 Bab + 88 Halaman
Bibliografi : 16 Buku + 3 website
Pembimbing : Dr. Hj. Hadiati, MM, Msi
Novalia Agung Wardjito Ardoyo, M.Ikom

Penelitian ini mengambil judul ”Pola Komunikasi Collection Dalam


Menangani Kredit Bermasalah di PT AL-IJARAH Indonesia Finance”
pemberian kredit kepada masyarakat sehingga dapat membantu
meningkatkan taraf hidup masyarakat pada umumnya. Sebagai penyalurkan
dana berupa pemberian cicilan kredit motor maka Al-ijarah finance wajib
menjaga dengan baik hubungan yang terjalin baik dengan masyarakat.
Penelitian ini menggunakan teori kinesik yang terdiri dari pesan fasial, pesan
postural dan pesan gestural. Sedangkan penelitian ini menggunakan teori
paralinguistic yang berbicara tentang intonasi suara. Selain itu penelitian
dikembangkan dengan menggunakan metodologi kualitatif bersifat deskriptif.
Metode penelitiannya adalah fenomenologi. Untuk teknik penelitian data
menggunakan wawancara mendalam kepada satiap informan. Hasil
penelitian yang telah dilakukan menyatakan bahwa ada beberapa Collection
yang menjelaskan bahwa pengaruh langsung seperti pesan fasial, pesan
gestural, dan pesan postural sangat perlu dilakukan dalam proses
penagihan. Karena dengan adanya komunikasi langsung dalam proses
penagihan membuat Collection mudah dalam berkomunikasi dengan debitur.
Sedangkan komunikasi tidak langsung juga sangat diperlukan agar proses
komunikasi tidak terjadi miss communication antar komunikator. Tetapi
berbeda halnya yang dikatakan oleh beberapa Collection lainnya bahwa
komunikasi langsung tidak diperlukan. Hanya bersikap sopan dan ramah
sudah cukup dalam melakukan penagihan.

Kata Kunci: Pola Komunikasi, Collection, dan Debitur

ix
FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS PROF. DR. MOESTOPO (BERAGAMA)
TERAKREDITASI A : SK No. 027/BAN-PT/Ak-XI/S1/X/2008
Kampus I : Jl. Hang Lekir I/8 Jakarta Pusat 12070 Telp. 7261433 Fax. 7252685
Kampus II : Jl. Swadarma Raya No. 54 Ulujami Jakarta Selatan Telp. 58902927, 58902928
Website : www.moestopo.ac.id E-mail : fikom@moestopo.ac.id

ABSTRACT

Name : Aprianto Adi Suseno


Nim : 2013-41-433
Title : "Communication Pattern Collection In Handling Credit
Problematic PT AL-IJARAH Indonesia Finance"
Pages : 5 Chapters + 88 Pages
Bibliography : 16 Books + 3 websites
Supervisor : Dr. Hj. Hadiati, MM, Msi
Novalia Agung Wardjito Ardoyo, M.Ikom

This study takes the title "Collection Communication Patterns in


Handling Troubled Credit (A case study of PT AL-IJARAH Indonesia
Finance) two-wheeled motorcycles" giving credit to the public so that it can
help improve the living standards of the general public. As a channel of funds
in the form of motorcycle loan installments, Al-ijarah finance is obliged to
maintain good relations with the community. This study uses kinesic theory
which consists of facial messages, postural messages and gestural
messages. Whereas this study uses paralinguistic theory that talks about
voice intonation. In addition, research was developed using descriptive
qualitative methodologies. His research method is phenomenology. For data
research techniques using in-depth interviews with informants. The results of
the research have stated that there are several Collections that explain that
direct influences such as facial messages, gestural messages, and postural
messages need to be done in the Collection process. Because with direct
communication in the billing process makes Collection easy to communicate
with the debtor. While indirect communication is also very necessary so that
the communication process does not occur miss communication between
communicators. But it's different from what other Collections say that direct
communication is not needed. Just being polite and friendly is enough to
make billing.

Keywords: Communication Pattern, Collection, and Debtor

x
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Saat ini bisnis lembaga keuangan dalam bidang pembiayaan

barang kredit menjadi salah satu bisnis yang cukup berkembang di

Indonesia, khususnya di Tangerang. Lembaga keuangan dalam bidang

pembiayaan barang (kredit) sekarang banyak ditemui dihampir setiap

sudut tempat di Tangerang. Awal pendirian perusahaan dengan

mengikuti perkembangan zaman, muncul berbagai konsep lembaga

keuangan dalam bidang pembiayaan cicilan kredit motor yang

ditawarkan untuk menarik minat masyarakat pada umumnya.

Permintaan masyarakat akan pembiayaan kredit jangka panjang

semakin meningkat, namun kewajiban membayar yang diberikan belum

sebanding, dan dipihak lain pelayanan kepada pelanggan yang sudah

ada mungkin belum optimal. Salah satu program Al-Ijarah Indonesia

finance tersebut yaitu pemberian kredit kepada masyarakat sehingga

dapat membantu meningkatkan taraf hidup masyarakat pada

umumnya. Sebagai penyalurkan dana berupa pemberian cicilan kredit

motor maka Al-ijarah finance wajib menjaga dengan baik hubungan

yang terjalin baik dengan masyarakat. Peneliti mengambil tempat

penelitian di PT Al Ijarah yaitu karena diusianya yang terbilang masih

muda dibandingkan dengan perusahan finance-finance lainya,

1
2

perusahan ini pun salah satu perusahan syariah yang ada di Indonesia

yang terbilang sangat mudah. Maka dari itu peneliti ingin mengetahuin

pola komunikasi Collection di perusahan yang masih sangat muda ini.

Tabel 1.1

Daftar PT Finance di Indonesia

NO Nama perusahaan Tahun Berdiri

1 PT. Federal International Finance 1989

2 PT. Adira Dinamika Multi Finance 1990

3 PT. Summit Oto Finance 1990

4 PT. Wahana Ottomitra Multiartha 1982

5 PT. Bussan Auti Finance 1997

6 PT. Al-Ijarah Indonesia Finance 2006

7 PT. Indomobil Finance Indonesia 1993

8 PT. BCA Finance 1981

9 PT. Oto Multi Arhta 1994

Sumber: PT Finance di Indonesia

Produk pembiayaan syariah masih terfokus pada produk-produk

murabahah (prinsip jual beli). pembiayaan murabahah sebenarnya

memiliki persamaan dengan pembiayaan ijarah, keduanya termasuk

dalam kategori Natural certainty contracts, dan pada dasarnya adalah

kontrak jual beli. yang membedakan keduanya hanyalah objek

transaksi yang diperjual belikan tersebut, dalam pembiayaan

murabahah, yang menjadi objek transaksi adalah barang, misalnya


3

motor, rumah, mobil dan sebagainya. Sedangkan dalam pembiayaan

ijarah, objek transaksinya adalah jasa, baik manfaat atas barang

maupun manfaat atas tenaga kerja. Jika dengan pembiayaan

murabahah, Bank syariah hanya dapat melayani kebutuhan nasabah

untuk memiliki barang, sedangkan nasabah yang membutuhkan jasa

tidak dapat dilayani. Dengan skim Ijarah, bank syariah dapat pula

melayani nasabah yang hanya membutuhkan jasa.

Menurut fatwa dewan syari‟ah nasional No.09/DSN/MUI/IV/2000,

Ijarah adalah akad pemindahan hak guna (manfaat ) atas suatu barang

atau jasa dalam waktu tertentu melalui pembayaran sewa/upah, tanpa

diikuti dengan pemindahan kepemilikan barang itu sendiri, dengan

demikian dalam akad ijarah tidak ada perubahan kepemilikan, tetapi

hanya pemindahan hak guna saja dari yang menyewakan kepada

penyewa. Sedangkan menurut UU Nomor 10 Tahun 1998 yang menjadi

obyek adalah uang, sedangkan menurut Keppres No. 61/1998 Pasal 1

butir 2 obyeknya adalah uang dan barang modal. Praktek pembiayaan

di perbankan syariah bahwa yang menjadi obyek perjanjian selain uang

juga barang modal yakni menentukan besarnya jumlah uang untuk

pembelian barang modal.

Al-Ijarah Finance Indonesia pada mulanya didirikan untuk

melayani kebutuhan pembiayaan bagi komunitas bisnis Indonesia dan

Asia Tenggara. Krisis ekonomi global yang dimulai tahun 2010 lalu

telah mendorong Al-Ijarah untuk mengubah fokus bisnis pada


4

pembiayaan ritel. Hal ini disamping untuk meningkatkan sumber

pendanaan, juga untuk mengambil manfaat dari pertumbuhan sektor

konsumsi yang sangat besar di Indonesia dewasa ini dan di masa

mendatang. Saat ini Al-ijarah menawarkan berbagai jenis produk

pembiayaan, mulai dari pembiayaan komersial untuk investasi barang

modal untuk keperluan usaha seperti mesin dan alat berat maupun

pembiayaan konsumtif (ritel) seperti mobil dan sepeda motor. Semua

produk pembiayaan tersebut didasarkan pada prinsip keuangan

syariah dengan menggunakan skema pembiayaan Ijarah Muntahia

Bittamlik (Sewa dan Beli), dan Murabaha (Jual dan Beli).

Seperti yang di sampaikan oleh bapak Abdullah Safi‟i salah satu

staff Collection PT. Al-Ijarah Indonesia Finance fenomena yang terjadi

ketidakmampuan membayar tagihan kredit disebabkan beberapa faktor

yang dialami oleh nasabah misalkan, beralasan banyak keperluan yang

dikeluarkan oleh debitur, seperti ada keluarga sakit, biaya sekolah,

usahan yang sedang menurun. Namun sering kali terdapat nasabah

yang tidak juga membayar hutang kreditnya kepada leasing walaupun

leasing telah mengupayakan berbagai macam cara berbaikan sistem

perkreditannya, demi pembayaran kembali hutang kredit tersebut oleh

nasabahnya.

Pola komunikasi merupakan model atau cara bagaimana proses

komunikasi berlangsung. Dalam proses komunikasi sering kita jumpai

kegagalan-gagalan, hal ini biasanya dikarenakan lemahnya komunikasi


5

diterapkan. Untuk itu perlunya mengembangkan komunikasi dalam

mencapai tujuan bersama agar lebih efektif. Dalam proses penagihan

yang dilakukan oleh Collection terhadap debitur, komunikasi yang

terbentuk merupakan hasil interaksi yang mereka lakukan dimana

keduanya saling bertukar pesan.

Pada interaksi yang terjadi antara Collection dengan debitur

adapun yang diinginkan oleh Collection adalah mendapat tagihan yang

maksimal, sedangkan debitur menginginkan adanya pemahaman dari

Collection dengan kondisi debitur yang sebenarnya. Ketika Collection

melakukan interaksi dalam bentuk komunikasi maka komunikasi

tersebut sebagai rangsangan agar mendapat komunikasi timbal balik

(feedback) yang baik dari debitur dan terarah sesuai tujuan Collection

dan debitur.

Collection adalah pengelolaan piutang atau Account Receivable

sebagai akibat adanya perjanjian pembiayaan. Piutang atau Account

Receivable itu sendiri sebenarnya adalah asset perusahaan yang ada

dan tersebar di pihak lain (debitur), oleh karena itu harus dikelola

dengan baik. Berikut tugas dan tanggung jawab Collection.

1. Mengusahakan agar pembayaran dari konsumen sesuai tanggal

jatuh tempo.

2. Mengoptimalkan laba, segala sesuatu yang merupakan hak

perusahaan berupa uang yang wajib diterima lebih cepat (sesuai

jadwal) agar dana tersebut dapat di pergunakan lebih productive.


6

3. Meminimalkan kerugian atas angsuran yang tertunggak, sebab

kecepatan pembayaran Collection dapat menurunkan bahkan

meniadakan potensi piutang macet.

4. Melaksanakan hak perusahaan berkaitan dengan term &

condition yang telah di sepakati dalam perjanjian, seperti

penarikan, pengenaan denda, penalty.

5. Membuat account menjadi normal/lancar dengan usaha,

Collection yang efektif.

Dunia Collection atau penagihan oleh Collection sebenarnya

cukup luas dan tidak terbatas pada petugas Collection yang bertugas

dilapangan saja. Collection memiliki tingkatan dan cara kerja yang

berbeda-beda pula. Cara kerja tersebut, berdasarkan pada lama

tunggakan si debitur. Adapun tingkatan dan cara kerja Collection

secara umum adalah Collection Level ini merupakan level pertama dari

dunia collector, dan cara kerja yang dilakukan oleh Collection ini adalah

hanya mengingatkan tanggal jatuh tempo dari cicilan debitur dan

dilakukan dengan cara melakukan follow up dengan segera, baik

melalui telepon, surat, mebina hubungan baik dengan account

(customer/ debitur).

Juru tagih level ini merupakan kelanjutan dari level sebelumnya,

apabila ternyata debitur yang telah dihubungi tersebut belum

melakukan pembayaran, sehingga terjadi keterlambatan pembayaran,

sebelum lanjutan level berikutnya debutir dikenakan surat peringatkan


7

terlebih dahulu. Juru Sita (collector Remedial) Apabila ternyata debitur

masih belum melakukan pembayaran, maka tunggakan tersebut akan

diberikan kepada level yang selanjutnya yaitu Juru Sita atau Debt

Collector Remedial.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan menyatakan

bahwa ada beberapa Collection yang menjelaskan bahwa pengaruh

langsung seperti pesan fasial, pesan gestural, dan pesan postural

sangat perlu dilakukan dalam proses penagihan. Karena dengan

adanya komunikasi langsung dalam proses penagihan membuat

Collection mudah dalam berkomunikasi dengan debitur. Sedangkan

komunikasi tidak langsung juga sangat diperlukan agar proses

komunikasi tidak terjadi miss communication antar komunikator. Tetapi

berbeda halnya yang dikatakan oleh beberapa Collection bahwa

komunikasi langsung tidak sangat diperlukan. Cukup hanya bersikap

sopan dan ramah sudah cukup dalam melakukan penagihan.

Melihat uraian di atas, maka dapat di simpulkan bahwa tujuan

Collection selain, melakukan follow up dengan segera, baik melalui

telpon, surat, maupun kunjungan,Collection juga diwajibkan membina

hubungan baik dengan debitur, sehingga dapat mengoptimalkan laba,

segala sesuatu yang merupakan hak perusahaan berupa uang yang

wajib diterima lebih cepat (sesuai jadwal) agar dana tersebut dapat

dipergunakan lebih produktif, dan juga meminimalkan kerugian atas


8

angsuran yang tertunggak, sebab kecepatan pembayaran Collection

dapat menurunkan bahkan meniadakan potensi piutang macet.

Dalam hal ini penulis meneliti di Al-ijarah Indonesia Finance

dimana ingin mengetahui pola komunikasi yang dilakukan oleh

Collection dalam penanganan nasabah yang bermasalah. Dengan

menggunakan komunikasi antarpribadi langsung secara verbal maupun

non verbal agar mudah dalam menangani nasabah yang bermasalah.

Berdasarkan uraian diatas maka penulis memilih judul “POLA

KOMUNIKASI Collection DALAM MENANGANI KREDIT

BERMASALAH di PT. AL-IJARAH INDONESIA FINANCE”.

1.2 Fo kus Penelitian

Secara garis besar masalah yang dibahas dalam penelitian

adalah kegiatan eksternal Humas. Kegiatan eksternal humas sangat

luas dan hubungan dengan publik diluar perusahaan merupakan

keharusan yang mutlak. Karena perusahaan tidak mungkin berdiri

sendiri tanpa bekerja sama dengan perusahaan yang lain. Maka

penelitian hanya memfokuskan pada pola komunikasi Collection dalam

menangani kredit bermasalah (Motor kendaran roda dua PT Al Ijarah

Indonesia Finance).

Untuk mendapatkan kesamaan pengertian mengenai istilah-

istilah yang terdapat dalam judul, maka penulis akan memberikan

batasan sebagai berikut:


9

1. Pola Komunikasi Antarpribadi

Menurut (yosal:2007:5) komunikasi antarpribadi sebagai proses

pertukaran pesan antara komunikator dan komunikan untuk

mengembangkan sistem ekspektasi bersama. Pola-pola ketertiban

secara emosional, dan cara-cara penyesuaian sosial.

2. Komunikasi

Komunikasi atau communication berasal dari bahasa latin,

yaitu communication yang berarti berbagai atau menjadi milik bersama.

Kata sifatnya communis yang bermakna umum atau bersama-sama.

Dengan demikian komunikasi sebagai suatu proses artinya bahwa

komunikasi merupakan serangkaian tindakan atau peristiwa yang

terjadi secara berurutan serta berkaitan satu sama lainnya dalam kurun

waktu tertentu. Proses komunikasi melibatkan banyak faktor atau

unsur. Faktor atau unsur yang dimaksud antara lain dapat mencakup

pelaku atau peserta, pesan (meliputi bentuk, isi, dan cara penyajianya),

saluran atau alat yang dipergunakan untuk menyampaikan pesan,

waktu, tempat, hasil atau akibat yang terjadi.(Fajar Marhaeni:2009:26)

Komunikasi adalah prasyarat kehidupan manusia karena tanpa

komunikasi, interaksi antar manusia, baik secara perorangan, kelompok

maupun organisasi tidak akan mungkin dapat terjadi. Dua orang

dikatakan melakukan interaksi apabila masing-masing melakukan aksi

dan reaksi. Aksi dan reaksi antar manusia inilah yang dalam ilmu

komunikasi biasa disebut dengan tindakan komunikasi. Tindakan


10

komunikasi dapat dilakukan dalam berbagai cara, baik secara verbal

(dalam bentuk kata-kata,baik lisan atau tulisan) ataupun non verbal

(tidak dalam bentuk kata-kata, misalnya gestural, sikap, tingkah laku,

gambar-gambar, dan bentuk-bentuk lainya yang mengandung arti).

(Fajar Marhaeni:2009:17).

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan fokus penelitian maka pertanyaan penelitiannya adalah :

1. Bagaimana pola komunikasi langsung Collection dalam menangani

kredit bermasalah?

2. Bagaimana Pola komunikasi verbal dan non verbal dalam

menangani kredit bermasalah?

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang dan pertanyaan penelitian di atas

tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui komunikasi secara langsung Collection dalam

menangani kredit bermasalah.

2. Untuk mengetahui komunikasi verbal dan non verbal Collection

dalam penagihan kredit bermasalah.


11

1.5 Kegunaan Penelitiaan

1.5.1 Teoritis

Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan memberi manfaat

teoritis berupa sumbangan bagi pengembangan ilmu komunikasi

hubungan masyarakat, khususnya bidang penagihan mengenai

penyelesaian kredit bermasalah.

1.5.2 Praktis

Secara praktisi penulisan penelitian ini diharapkan dapat

membantu jika disaat dihadapkan pada kasus serupa yang berkaitan

dengan penyelesaian kredit bermasalah dengan menggunakan jasa

pihak ketiga (Collection), sehingga dapat dimengerti mengenai

peraturan-peraturan yang terdapat didalamnya dan menjadi jalan keluar

untuk menyelesaikan masalah tersebut.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA KONSEP & TEORI

2.1 Kajian Pustaka – Penelitian sejenis

Kajian pustaka adalah kajian hasil penelitian yang relevan

dengan permasalahan. Fungsi kajian pustaka adalah mengemukakan

sistematis tentang hasil penelitain yang diperoleh terdahulu dana ada

hubungannya dengan penelitan yang dilakukannya.

Penelitian sejenis pertama karya Della Oktavinoarti dari Kampus

Bina Widya, dengan judul “Pola Komunikasi Debt Collector Dalam

Proses Penagihan Kredit Mikro Kepada Debitur Bank Mandir i(KCP

Marpoya)” Pekanbaru. Penelitian ini di buat pada tahun 2016 dengan

masalah penelitian adalah bagaimana pola komunikasi debt collector

dalam penagihan kepada debitur. Penelitan ini bertujuan untuk

mengetahui pola komunikasi langsung dan komunikasi secra verbal

dan non verbal yang dilakukan debt collector dalam penagihan debutir

di Bank Mandiri dan untuk mendapatkan gambaran secara sistematis

factual dan akurat terdapat subjek penelitian. Teori yang digunakan

dalam penelitian ini adalah “pola komunikasi langsung dan komunikasi

secara verbal dan non verbal”. Jenis penelitan yang digunakan adalah

jenis penelitan kualitatif, Dalam penelitan ini peneliti mengumpulkan

informasi dari informan melalui wawancara yang kemutian dianalisa

12
13

dan dijabarkan menggunkan paradigma konstruktivisme, teknik

pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara mendalam.

Perbedaan secara spesifik dengan penelitan yang dilakukan

penulis adalah Collection dalam instansi perusahan sedangan debt

collector tidak terikat dengan perusahan hanya sebagai mitra dan

perbedaan pun bisa dilihat pada teori yang dipakai seperti yang dilihat

pada tabel penelitian sejenis dibawah.

Penelitian terdahulu yang ditemukan kedua berjudul “Pola

komunikasi Antar Budaya Etnis Tionghua dengan masyarakat pribumi

di kelurahan Mekarsari Tangerang” yang ditulis oleh Ega Lia. Penelitian

ini dilatarbelakangi karena adanya dua suku yang berbeda dalam satu

wilyah yaitu di Kelurahan Mekarsari Tangerang, penelitian ini

membahas “Bagaimana komunikasi antar budaya yang terjadi pada

Etnis Tionghua dalam lingkungan pribumi Tangerang Keluranan

Mekarsari Tangerang”. pendekatan penelitian yang digunakan adalah

kualitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan mengumpulkan

data-data wawancara yang mendalam.

Sedangkan penelitian ini menggunakan pendekatan

fenomenologi yang merupakan tradis Hermeneutik. Data primer

didapatkan dari wawancara mendalam dan observasi. Data sekunder

didapatkan dari studi pustaka.

Dalam melakukan penelitian yang berjudul “Pola Komunikasi

Collection Dalam Menangani Kredit Bermasalah di PT Al-ijarah


14

Indonesia Finance)” peneliti telah melakukan kajian atas penelitian-

penelitian sejenis. Hal ini dimaksud agar peneliti bisa melakukan

komparasi lebih mendalam dan melakukan komparasi lebih mendalam

dan melakukan perbandingan apa yang sudah dan harus dilakukan

dalam melakukan penelitian.

TABEL 2.1
MATRIKS PENELITIAN TERDAHULU
NO Aspek Della Oktavinoarti Abraham Aprianto Adi
Wahyu Nugroho Suseno
Kampus Bina (Universitas
Widya Sebelas Maret) (Unirsitas Prof.
Dr.Moestopo
(pekanbaru) Beragama)
2016

1 Judul Pola Komunikasi Komunikasi Pola Komunikasi


Debt Collector Interpersonal Collection
Dalam Penagihan Antara Perawat Dalam
Kredit Mikro dan Pasien Menangani
Kepada Bank (studi Deskriptif Kredit
Mandiri (KCP Kualitatif Bermasalah di
Marpoyan) Pekan Aktifitas PT. Al-ijarah
baru Komunikasi Indonesia
Terapeutik Finance
Antara Perawat
terhadapat
Pasien Di
Rumah Sakit
Umum Daerah
Dr. Moewardi
Sukarta
2 Masalah 1,Komunikasi Bagaimanakah 1.Bagaimana
langsung debt aktivitas pola komunikasi
collector dalam komunikasi langsung
proses penagihan terapeutik para Collection dalam
kredit mikro perawat dalam menangani
kepada debitur proses kredit
mandiri (kcp penyembuhan bermasalah.
15

mapoyan) pekan pasien di RSUD (PT. Al-ijarah


baru. Moewardi Indonesia
Surakarta Finance)
2. komunikasi
verbal dan non 2. Bagaimana
verbal debt komunikasi
collector dalam verbal dan non
proses penagihan verbal dalam
kredit mikro menangani
kepada debitur kredit
mandiri (kcp bermasalah.
mapoyan) pekan (PT. Al-ijarah
baru. Indonesia
Finance)
3.bentuk pola
komunikasi dan
debitur mandiri
(kcp mapoyan)
pekan baru.

3 Tujuan 1. Untuk Untuk 1.Untuk


mengetahui mengetahui dan mengetahui
komunikasi mendapatkan komunikasi
langsung (Debt gambaran verbal dan non
Collection) dalam tentang aktivitas verbal
penagihan kredit komunikasi (Collection)
bermasalah. terapeutik para dalam
perawat dalam penagihan kredit
2. Untuk proses bermasalah.
mengetahui pola penyembuhan
komunikasi verbal pasien yang 2. Untuk
dan non verbal terjadi di RSUD mengetahui pola
(Debt Collection) Moewardi komunikasi
dalam penagihan Surakarta verbal dan non
kredit bermasalah. verbal
(Collection)
dalam
penagihan kredit
bermasalah.

4 Teori Komunikasi Komunikasi Teori Kinesik


langsung dan antarpribadi
komunikasi verbal Teori
dan non verbal Kesopanan Paralinguistik
Pertukaran
sosial
16

5 Metodelogi 1.Pendekatan Pendekatan 1.Pendekatan


Kualitatif Kualitatif Kualitatif
2.Pengumpulan Metode 2.Pengumpulan
data. Fenomenologi data.
Observasi Pengumpulan Observasi
Wawancara data. Wawancara
Dokumentasi Observasi Dokumentasi
Wawancara
Dokumentasi
Teknik analisa
data

6 Hasil Dalam hasil dan Komunikasi


pembahsan dari terapeutik yang
penelitian yang diterapkan di
dilakukan maka RSUD Dr.
dapat disimpulkan Moewardi terdiri
sebagi berikut: dari empat fase.
Dalam
Pola interaksi yang melakukan
terjadi antar debt komunikasi
collector dapat terapeutik
terjadi dua arah, dengan pasien
yaitu antara debt para perawat
collector dengan menggunakan
debitur. Pola teknik-teknik
komunikasi tatap dan sikap
muka yang tertentu. Melalui
dilakukan debt jalinan
collector dalam komunikasi
proses penagihan terapeutik
kredit mikro antara perawat
kepada debutir dengan pasien
bank mandiri (kcp maka dapat
marpoyan) pekan terbina
baru memiliki hubungan baik
perbedaan antara hingga dapat
internal dan bekerja sama
eksternal mencapai tujuan
kelompok pada
internal kelompok
mereka
menggunakan
skema semua
saluran.
17

2.2 Kerangka Konsep-konsep penelitian dan Teori

2.2.1 Hakikat Komunikasi

Dalam kehidupan sehari-hari manusia sebagai makhluk sosial

tidak dapat hidup sendiri. Sebagai makhluk sosial manusia perlu

mengadakan hubungan antara satu sama lain. Manusia tidak dapat

menyendiri atau terlepas dari pergaulan masyarakat, jalinan hubungan

antara manusia itu dikenal sebagai interaksi sosial. Proses interksi

sosial ini terjadi melalui sebauah proses yang disebut komunikasi.

Melalui komunikasi inilah terjadi pembentukan kelompok dengan

masyarakat. Dengan komunikasi, manusia dapat menyampaikan

pikiran, perasaan, pendapat, sikap, dan informasi kepada, manusia

yang lainnya secara simbolik. Para ahli mendefinisikan komunikasi

sudut pandang mereka masing-masing:

Komunikasi mengandung makna bersama-sama (common)

istilah komunikasi berasal dari bahasa latin yaitu communication yang

berarti pemberitahuan atau pertukaran. Sifatnya communis yang

bermakna umum atau bersama-sama. (Efendy,2009 : 9). Menurut carl I.

Hovland dalam buku ilmu komunikasi bahwa komunikasi adalah proses

yang memungkinkan seseorang (komunikator) menyampaikan

stimulus/rangsangan (dalam bentuk lambing-lambang verbal) untuk

mengubah perilaku orang lain. (mulyana,2008:68)


18

2.2.2 Proses Komunikasi

Proses komunikasi terbagi menjadi dua tahap, yaitu secara primer

dan sekunder.

1. Proses komunikasi secara primer

Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian

pikiran dan atau perasaan seseorang kepada orang laindengan

menggunakan lambing (simbol) sebagai media. Lambang sebagai

media primer dalam proses komunikasi adalah bahasa, kial, isyarat,

gambar,warna dan lain sebagainya secara mampu “menerjemahkan”

pikiran dan atau perasaan komunikator kepada komunika, bahwa

bahasa yang paling banyak dipergunakan dalam komunikasi adalah

jelas karna hanya bahasalah yang mampu “menerjemahkan” pikiran

seseorang kepada orang lain.

2. Proses Komunikasi Secara Sekunder

Menyampaikan pesan oleh seseorang kepada orang lain. Dengan

menggunakan alat sarana sebagai media kedua setelah menggunakan

lambing-lambang (symbol) sebagai media pertama. Seseorang

kominkator menggunakan media kedua dalam komunikasinya karena

komunikan sasarannya berada ditempat yang relative jauh atau

jumlahnya yang banyak. Surat, telepon, faxs, majalah,radio, televisi,

adalah sebagai contoh media kedua yang sering kali dipakai dalam

komunikasi.
19

1. Tatap Muka (Face To face)

“komunikasi yang dilakukan dengan komuikator secara

langsung berhadapan muka dengan seseorang atau

sekelompok orang komunikan”.

2. Bermedia (Mediated)

komunikasi bermedia, baik itu media public atau media

massa, pada umumnya banyak dipergunakan untuk

komunikasi yang sifatnya informative karena tidak begitu

ampuh untuk mengubah tingkah laku terlebih lagi media

massa. Walapun demikian tetap ada kelebihan atau

kekurangan dari masing-masing sifat komunikasi

tersebut.komunikasi bermedia sifatnya tidak persuasive,

namun ia mampu mencapai komikan dalam jumlah yang

besar. Sedangkan komuniksi tatap muka memiliki

kemampuan untuk mengubah tingkah laku komunikan

namun dalam jumlah kecil sejauh komunikator bisa

berdialog.

3. Vebal

1. Lisan

“dalam komunikasi lisan (speech communication) yang

utama dijumpai dalam komunikasi antarpribadi terjadi

peralihan pesan-pesan verbal dal bentuk kata-kata yang


20

pasti bahwa, unsure-unsure penting dari komunikasi

tercangkup didalamnya yaitu: Sumber, saluran, pesan,

code penerima dan kerangka rujukan.setiap unsur

memberikan dukungan pada komunikasi verbal.

2. Tulisan

Tubs mengutip karya menning dan wilkonson dalam buku

bentuk mereka communication by letters and reposting,

mengumukakan bahwa tema-tema komunikasi verbal

tertulis terletak pada faktor keterbacaan. Keterbacaan,

menurut keduanya berkaitan dengan sistematik suatu

bahas yang mempertimbangkan apakah setiap pembaca

dapat mengerti semua tulisan dalam suatu wacana.

4. Non verbal

1) Isyarat

Sebagai perilaku non verbal dapat disampaikan melalui

simbol komunikasi kepada orang lain. Perilaku itu sangat

bergantung dari erat tidaknya hubungan dengan orang

lain. Dalam bagian ini akan diuraikan komunikasi non

verbal “gerakan tubuh” atau yang dimaksud dengan

kinestik.
21

2) Bergambar

Merupakan tanda-tanda nonverbal dalam komunikasi

tanda ini menunjukan contoh sesuatu.contoh: seorang

ibu melukiskan bahwa santi, puterinya sekolah di SMA

Negri dijalan Belitung, bandung mempunyai tinggi badan

tertentu. Sang ibu menaik turunkan tangannya dari

permukaan tanah.

2.2.3 Bentuk-bentuk komunikasi

Proses komunikasi dapat digolongkan dalam beberapa bentuk yaitu:

1. Komunikasi Intrapribadi (Intrapersonal Communication)

Komunikasi yang dilakukan dengan diri sendiri, baik kita sadari.

Contohnya: berfikir, merenung dan sebagainya. Komunikasi ini

merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari proses komunikasi

dua orang,tiga orang dan sebagainya, karena sebelum

berkomunikasi dengan diri sendiri terlebih dahulu (mempersepsikan

dan memastikan makna pesan orang lain). Hanya saja cara sering

kali tidak kita sadari. Keberhasilan kita berkomunikasi dengan orang

lain, bergantung pada keefektifan komunikasi kita dengan diri

sendiri.

2. Komunikasi Kelompok (group Communication)

Komunikasi antara seseorang dengan sekelompok orang dalam

situasi tatap muka. Pada tingkat ini, setiap individu yang terlibat
22

masing-masing berkomunikasi sesuai dengan peran dan

keduduknya dalam kelompok. Pesan atau informasi yang

disampaikan juga menyangkut kepentingan seluruh anggota

kelompok, bukan sifat pribadi. Misalnya, ngobrol-ngobrol antara

ayah, ibu dan anak dalam keluarga, diskusi guru dan murid dikelas

tentang topik bahasan, dan sebagainnya.

3. Komunikasi media massa (massa media Communication)

Liliweri berpendapat, bahwa komunikasi massa sebenernya sama

seperti bentuk komunikasi lainnya, dalam arti memiliki unsur-unsur

seperti: sumber (orang), bidang pengalaman, pesan, saluran

gangguan, hambatan, efek, konteks maupun umpan

balik.(Liliweri;1991,36).

2.2.4 Hakikat Komunikasi Antarpribadi

Komunikasi memainkan peran penting dalam kehidupan manusia.

Hamper setiap saat kita bertindak dan belajar dengan dan melalui

komunikasi. Sebagaian besar kegiatan komunikasi berlangsung dalam

situasi komunikasi antarpribadi. Komunikasi antarpribadi mempunyai

berbagai macam manfaat. Melalui komunikasi anatarpribadi kita dapat

menganl diri kita sendiri dan orang lain, kita dapat mengetahui dunia

luar, bisa menjalin hubungan yang lebih bermakna, bisa memperoleh

hiburan dan menghibur orang lain dan sebagainya.


23

Joseph A Devinto yang dikutip dalam bukunya “the Interpersonal

Communication Book” mendefiniskan komunikasi antarpribadi sebagai:

“proses pengeriman dan penerimaan pesan-pesan antara dua orang

atau lebih diantara sekelompok kecil orang-orang, dengan beberapa

efek dan beberapa umpan balik seketika”

2.2.5 Efektivitas Komunikasi Antarpribadi

Komunikasi anatarpribadi sebagai suatu bentung perilaku, dapat

berubah dan sangan tidak efektif. Pada suatu saat komunikasi bisa

lebih buruk dan pada saat lain bisa lebih baik. Namun demikian, perlu

diingat bahwa setiap tindakan komunikasi adalah berbeda dan

mempunyai keunikan-keunikan sendiri. Sehingga prinsip-prinsip yang

dibicarakan disini harus di terapkan secara fleksibel.

Karakteristik-karakteristik efektivitas komunikasi antarpribadi ini oleh

Yoseph Devito dilihat dari 2 perspektif, yaitu:

1. Humanistik, meliputi sifat-sifat

1) Keterbukaan

Sifat keterbukaan menunjukan paling tidak pada 2 aspek

tentang komunikasi antarpribadi. Aspek pertama adalah

bahwa kita harus terbuka pada orang-orang yang berinteraksi

dengan kita. Aspek kedua, dari keterbukaan menunjukan

pada kemauan kita untuk memberikan tanggapan terhadap


24

orang lain dengan jujur terus terang tentang segala sesuatu

yang dikatakannya.

2) Perilaku suportif

Deskriptif suasana yang akan menimbulkan sikap suportif

dibanding dengan suasana evaluatif. Spontanitas orang yang

spontan dalam berkomunikasi adalah orang yang terbuka

terus terang tentang apa yang dipikirkanny. Provisionalisme

seseorang yang memiliki sifat ini adalah orang yang memiliki

sikap berfikir terbuka, ada kemauan untuk mendengar

pandangan yang berbeda dan bersedia menerima pendapat

orang lain.

3) Perilaku positif

Komunikasi antarpribadi akan berkembang bila ada

pandangan positif terhadap orang lain dan berbagai situasi

komunikasi.

4) Empatis

Empati adalah kemauan seseorang untuk menempatkan

dirinya pada peranan atau posisi orang lain.

5) Kesamaan

Hal ini mencakup dua hal, pertama kesamaan bidang

pengalaman diantara para pelaku komunikasi. Kedua

kesamaan dalam percakapan diantara para perilaku

komunikasi memberi pengertian bahwa dalam komunikasi


25

antar pribadi harus ada kesamaan dalam hal mengirim dan

menerima pesan.

2. Pragmatis, meliputi sifat-sifat

1) Bersikap yakin

Komunikasi antarpribadi akan lebih efektif bisa seseorang

mempunyai keyakinan diri. Orang yang mempunyai sikap ini

akan bersikap luwes dan tenang, baik secara verbal maupun

non verbal.

2) Kebersamaan

Seseorang bisa meningkatkan efektivitas komunikasi

antarpribadi dengan orang lain bila ia bisa membawa ras

kebersamaan. Orang dengan sifat ini,akan memperhatikan

dan merasakan kepentingan orang lain.

3) Manajemen interaksi

Seseorang yang meninginkan komunikasi efektif akan

mengontrol dan menjaga interaksi agar dapat memuaskan

kedua belah pihak.

4) Perilaku ekspresif

Perilaku ekspresif memperlihatkan keterlibatkan seseorang

secara sungguh-sungguh dalam berinteraksi dengan orang

lain.
26

5) Orientasi pada orang lain

Seringkali dalam berkomunikasi kita berorientasi pada diri kita

sediri. Untuk mencapai efektivitasi komunikasi, seseorang

harus memiliki sifat yang berorientsi pada orang lain.

2.2.6 Hakikat Pola Komunikasi

Pola adalah bentuk atau model yang bisa dipakai untuk membuat

atau untuk menghasilkan suatu bagian dari sesuatu, khususnya jika

sesuatu yang ditimbulkan cukup mempunyai suatu yang jenis untuk

dasar ditunjukan atau terlihat, yang mana sesuatu itu dikatakan

memamerkan pola.

Komunikasi adalah prasyarat kehidupan manusia karena tanpa

komunikasi, interaksi antar manusia, baik secara perorangan,

kelompok, maupun organisasi tidak akan mungkin dapat terjadi. Dua

orang dikatakan melakukan interaksi apabila masing-masing

melakukan aksi dan reaksi. Aksi dan raksi antara manusia inilah yang

dalam ilmu komunikasi biasa disebut dengan tindakan komunikasi.

2.2.7 Komunikasi Langsung

Pola komunikas langsung merupakan model atau cara bagaimana

proses komunikasi berlangsung. Dalam proses komunikasi sering kita

jumpai kegagalan-kegagalan, hal ini biasanya dikarenakan lemahnya

komunikasi yang diterapkan. Untuk itu, perlunya mengembangkan


27

komunikasi dalam mencapai tujuan bersama agar lebih efektif. Dalam

proses penagihan yang dilakukan oleh collction terhadap debitur,

komunikasi yang terbentuk merupakan hasil interaksi yang mereka

lakukan dimana keduanya saling bertukar pesan.

Pada interaksi yang terjadi antara Collection dengan debitur

adapun yang diingikan oleh Collection adalah mendapatkan tagihan

yang maksimal, sedangkan debitur menginginkan adanya pemahaman

dari Collection dengan kondisi debitur yang sebanarnya. Ketika

Collection melakukan interaksi dalam bentuk komunikasi maka

komunikasi tersebut sebagai rangsangan agar mendapatkan (feedback)

yang baik dari debitur dan terarah sesuai tujuan Collection dan debitur.

Komunikasi langsung pada penelitian ini berkaitan dengan

bagaimana Collection merumuskan berbagai aspek untuk

memaksimalkan profesi sebagai Collection tersebut dalam proses

penagihan kredit bermasalah kepada debitur sesuai dengan SOP yang

telah ditetapkan Pt. Al Ijarah, seperti alasan pemilihan dan juga kriterian

atau persyaratan yang harus dipenuhi oleh pegawai yang telah ditunjuk

untuk menjadi petugas yang melakukan tersebut.

Dalam proses penagihan kredit bermasalah petugas Collection

berinteraksi dengan debitur secara langsung. Komunikasi langsung

adalah komunikasi yang dilakukan secara face to face (tatap muka).

Selain itu juga, komunikasi langsung dapat dilakukan dengan cara

melakukannya melalui telepon. Pada saat Collection melaksanakan


28

tugas penagihan, terlebih dahulu petugas Collection membangun

kontak dengan debitur melalui saluran telepon.

Komunikasi tatap muka dapat diartikan juga sebagai komunikasi

dengan ralasi dua arah, semacam diskusi tentang sesuatu dimana

Collection dan debitur saling memberikan perhatian dan mendengarkan

aktif satu sama lain. Pada komunikasi tatap muka tanggapan dari

komunikan dapat segera diketahui sehingga komunikator mempunyai

kesamaan mengubah gaya berkomunikasi dan umpan balik yang terjadi

bersifat langsung atau seketika.

2.2.8 Pola Komunikasi Collection Secara verbal dan non verbal

Bahasa merupakan sarana untuk berhubungan dengan orang

lain. Ringkanya bahasa memungkinkan kita bergaul dengan orang lain

untuk kesenangan kita dan mempengaruhi mereka untuk mencapai

tujuan kita. Pesan yang disampaikan oleh komunikator dapat berupa

pesan verbal (berupa kata-kata) dan non-verbal (selain daripada kata-

kata).

1. Komunikasi verbal

Dalam melakukan proses penagihan, Collection harus

mengetahui bahasa yang baik dan menarik untuk disampaikan

kedapa debitur. Penggunanaan bahasa yang jelas dan tepat juga

mampu mempengaruhi debitur untuk memberikan tanggapan


29

terhadap pesan yang disampaikan.bahasa verbal adalah sarana

utama untuk menyatakan pikiran, perasaan dan maksud kita.

1) Vocabulary (perbendaharaan kata-kata)

Komunikasi antara Collection dengan debitur terjadi secara

langsung maupun tidak langsung. Pola komunikasi yang

terjadi secara langsung seperti seorang Collection langsung

bertemu dan berbicara langsung kepada debitur mengenai

apa yang menjadi kendala dalam pembayaran angsuran dan

ditanggapai oleh debitur secara langsung mengenai hal-hal

yang dianggap menjadi penghambat dalam melakukan

pembayaran. Interaksi komunikasi yang terjadi antara

Collection dengan debitur terjadi langsung tanpa adanya

perantara. Karena memiliki gaya bahasa yang sama dan

sama-sama dapat mengerti dengan apa yang dibicar akan.

2) Racing (kecepatan)

Komunikasi akan lebih efektif dan sukses bila kecepatan

bicara dapat diatur dengan baik, tidak terlalu cepat atau

lambat. Menurut pengamatan Collection dalam melakukan

komunikasi dengan debitur cenderung berkomunikasi secara

verbal dan kecepatanya bicara yang lambat sopan dan tegas

dengan debitur.
30

3) Intonasi (penekanan)

Intonasi suara akan mempengaruhi arti pesan secara

dramatis sehingga pesan akan akan menjadi lain artinya bila

diucapakan dengan intonasi suara yang berbeda. Intonasi

suara yang tidak proposional merupakanhambatan dalam

berkomunikasi.

4) Timing (waktu yang tepat)

Waktu yang tepat adalah hal penting yang perlu diperhatikan

karena berkomunikasi akan efektif bila seseorang bersedia

menyediakan waktu untuk mendengar atau memperhatikan

apa yang disampaikan. Dalam lingkup komunikasi antara

Collection dengan debitur komunikasi dapat berlangsung

hingga beberapa jam. Dalam rentang waktu tersebut

Collection benar-benar focus pada inti permasalahan, karena

keterbatasan waktu Collection memanfaatkan waktu yang

ada untuk bertanya kepada debitur tentang masalah-masalah

mengapa terjadi tunggakan dalam pembayaran. Namun

komunikasi dalam intruksi yang disampaikan oleh Collection

akan berlangsung jika hanya Collection ingin memberikan

intruksi seputar kepentingan debitur.

2. Komunikasi Non verbal

Komunikasi nonverbal menjadi unsur yang tidak bisa

dipisahkan dari pola komunikasi yang dilakukan Collection dalam


31

proses penagihan kredit bermasalah kepada debitur PT. Al Ijarah.

Keterbatasan pemahaman maksud dan tujuan dari masing-

masing pihak seperti tidak dipahaminya maksud dari bahasa

daerah yang digunakan oleh debitur sering kali menjadi hambatan

dalam penagihan. Untuk itu pesan non verbal dapat dijadikan

pendukung komunikasi dalam proses penagihan. Komunikasi non

verbal adalah penyampaian pesan yang dikomunikasikan tanpa

menggunakan kata-kata atau linguistic. Ada tiga komponen utama

komunikasi non verbal yang dilakukan Collection dalam proses

penagihan kredit yaitu pesan facial, pesan gestural, pesan

postural.

1) Pesan Fasial

Collection menggunakan pesan fasial sebagai pendukung

dari komunikasi verbal yang dilakukan, pesan fasial digunakan

sebagai ungkapan kesusahan pada suatu hal. Sedangkan

debitur menggunakan pesan fasial lebih sering daripada

Collection, misalnya dalam menaggapi suruhan dari petugas,

ungkapan yang disampaikan dengan anggukan dan senyuman.

2) Pesan Gestural

Collection dalam proses penagihan kredit bermasalah

kepada debitur PT Al Ijarah juga menggunakan gerakan-

gerakan tubuh yang membantu dalam proses interaksinya ke

debitur. Penelitian yang dilakukan, Collection akan selalu


32

memberikan gerakan tubuh yang mengisyaratkan kata-kata

apa yang diucapkannya untuk membantu kejelasan maksud

yang ingin disampaikan. Ada beberapa contoh pesan gestural

yang dilakukan oleh beberapa Collection salah satunya seperti

disaat menunjukan buku tagihan kepada debitur, Collection

akan menunjukan jari telunjuknya dan menggelengkan kepala

untuk menyatakan tidak mau atau tidak bisa.

3) Pesan Postural

Secara postural, Collection yang bertugas, sebesar apapun

postur dan power yang dimiliki oleh Collection, ketika

melaksanakan tugas dari perusahaan dia tidak bisa bertindak

sesukannya. Setiap peraturan harus dipatuhi, jika ada upaya

pembangkangan atau upaya yang memicu kerusuhan maka

akan ada konsekuensinya yang didapat berupa hukuman.

2.3 Kerangka Teori

Teori merupakan salah satu konsep dasar penelitian sosial. Teori

merupakan seperangkat konsep atau konstruk, definisi, dan proposisi

yang berusah menjelaskan hubungan sistematis suatu fenomena,

dengan cara memerinci hubungan sebab akibat terjadi dalam penelitian

ini, penelitian menggunakan teori kinesik, teori paralinguistik, dan teori

aturan percakapan.
33

2.3.1 Teori Kinesik

Pesan kinesik adalah pesan non verbal yang menggunakan

gerakan tubuh yang mengandung arti : pesan kinesik terdiri dari tiga

komponen utama yaitu : (a) Pesan fasial, (b) pesan gestural, dan (c)

pesan postural. Pesan fasial menggunakan air muka atau raut wajah

untuk menyampaikan makna tertentu, bahwa wajah dapat

menyampaikan paling sedikit sepuluh kelompok makna yakitu:

kebahagiaan, rasa terkejut, ketakutan, kemarahan, kesedihan,

kemuakan, pengecaman, minat, ketakjuban, dan tekat. Dale G.

Leathers (2014) menyimpulkan wajah mengkomunikasikan penilaian

dan ekspresi senang dan tak senang, yang menunjukkan apakah

komunikator memandang objek penelitiannya baik atau jelek. Wajah

mengkomunikasikan berminat atau tak berminat pada orang lain atau

lingkungan. Wajah mengkomunikasikan intensitas keterlibatan dalam

suatu situasi. Wajah mengkomunikasikan tingkat pengendalian individu

terhadap perrnyataannya sendiri.Wajah barangkali mengkomunikasikan

adanya atau kurangnya pengertian.

Pesan gestural menunujukan gerakan tubuh sebagaian anggota

badan seperti mata dan tangan untuk mengkomunikasikan berbagai

makna. Pesan postural berkenanan dengan keseluruhan anggota

badan, makna yang dapat disampaikan adalah: immediacy, power, dan

responsiveness. (a) Immediacy adalah ungkapan kesukaan atau

ketidaksukaan terhadap individu yang lain. Postur yang condong ke


34

aarah yang diajak bicara menunjukkan kesukaan dan penilaian positif.

(b) Power mengungkapkan status yang tinggi pada diri komunikator.

Anda dapat membayangkan postur orang yang tinggi hati di depan

Anda dan postur orang yang merendah. Individu mengkomunikasikan

responsiveness bila ia bereaksi secara emosional pada lingkungan,

secara positif dan negatif. Bila postur Anda tidak berubah, Anda

mengungkapkan sikap yang tidak responsif.

2.3.2 Teori Paralinguistik

Paralinguistic terletak diantara batas antara perilaku pesan

verbal dan nonverbal, jadi bagaimana mengorganisasikan penerapan

vocal dengan Kinesik dalam komunikasi antarpribadi.

Trager membagi perilaku pesan melalui isyaray verbal-vokal atas

empat jenis yakni:

1) Kualitas suara, adalah cara menggunkan vocal berdasarkan tanda-

tanda tertentu, misalnya tingkat letupan suara.kulitas tekanan suara

(keras,lembut,serius,santai) dan kecepatan suara atau irama.

2) Ciri-ciri vocal, adalah cara membunyikan suara ketika anda sedang

tertawa, menangis, berteriak, menguap meludah, dan mengisap.

3) Pembatasan vocal, adalah cara membunyikan suara pada setiap

kara dan „frase‟ kata. Contoh , satu kata mungkin bisa diucapkan

dengan nada suara halus hingga letupan kasar. Demikian pula


35

suatu „frase‟ diucapkan secara perlahan-lahan kemudian makin

cepat dan menguat.

4) Pemisahan vocal, cara membunyikan suara berdasarkan katagori

irama yang mempunyai konstribusi tertentu pada suatu percakapan.

Misalkan, anda menyebut “Uh atau Um!, bertepuk tangan, dan lain-

lain.

2.4 Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran merupakan alur pikir yang dijakdikan

sebagai skema pemikiran atau dasar-dasar pemikiran untuk

memperkuat sub focus yang melatar belakangi penelitian ini. Dalam

kerangka pemikiran ini peneliti akan mencoba menjelaskan masalah

pokok penelitian yaitu mengenai pola komunikasi Collection dalam

menangani kredit bermasalah di PT Al-Ijarah Indonesia Finance Dari

uraian konsep-konsep yang telat dikemukanan peneliti membuat

kerang pemikiran sebagai berikut :


36

2.5 Bagan Kerangka Pemikiran

Judul
pola komunikasi collection dalam menangani kredit
bermasalah di PT Al-Ijarah Indonesia Finance

Fenomena yang
diteliti
Metodelogi Pola komunikasi
Pendekatan collection dalam Teori kinesik
kualitatif menangani kredit Teori paralinguistik
Jenis :Deskripsi bermasalah yang
Paradigma : meliputi cara
kontruktivisme penyampaian, isi
pesan, gaya
bahasa atau
pemilihan kata-
kata, durasi
komunikasi serta
media
komunikasinya

Kesimpulan

Komunikasi collection dalam menangani kredit bermaslah

Gambar 2.1

Bagan Kerangka Pemikiran


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Paradigma Penelitian

Paradigma didefinisikan sebagai kumpulan tentang asumsi yang

secara logis dianut bersama, konsep atau proposisi yang mengarahkan

cara pikir dan cara penelitian”. (Moeleong:2009:30).

Paradigma adalah suatu cara pandang untuk memahami

kompleksitas dunia nyata. Paradigma menunjukan pada mereka apa

yang penting, absah, dan masuk akal. Paradigma juga bersifat

normative, menujukan kepada praktisinya apa yang harus dilakukan

tanpa perlu melakukan pertimbangan eksistensialatau epistemology

yang panjang. (Mulyana,2009:9).

Paradigma membantu meremusakan apa yang seharusnya

dijawab, dan bagaimana menjawabnya serta aturan-aturan apa yang

harus diikuti dalam menginterprestasikan informasi yang dikumpulkan

dalam rangka menjawab persoalan tersebut. (simatupang,2006:59)

Sejak abad pencerahan hingga era globalisasi, terdapat empat

paradigma ilmu pengetahuan yang dikembangkan oleh para ilmuawan.

Empat paradigma ilmu pengetahuan yang dikembangkan tersebut

adalah post positivism yang kemudian dikenal sebagai Classial

37
38

paradigma atau conventionalism paradigma critical/theory (realism) dan

concructivism. (salim:2006:63)

Dalam penelitaian ini, paradigma yang di gunakan peneliti

adalah paradigma constructivism (konstruktivisme) paradigma ini

hampir merupakan antithesis terhadap paham yang menempatkan

pentingnya pengamatan dan objektivitas dalam menemukan suatu

relitas atau ilmu.

Pengetahuan secara ontologis, aliran ini menyatakan bahwa

realitas itu ada dalam beragam bentuk konstruksi mental yang

didasarkan pada pengatahuan sosial, bersifat local dan spesifik, serta

tergantung pada pihak yang melakukannya. Karena itu, realitas yang di

amati oleh seseorang tidak bisa dilakukan dikalangan positivist dan

post-positivist.

Atas dasar filosofi ini, aliran ini menyatakan bahwa hubungan

epistimologi antara pengamat dan objek merupakan suatu kesatuan,

subjektif, dan merupakan hasil perpaduan antara keduannya.

(salim,2011:71)

Secara metodologis, aliran ini menerapkan metode

hermeneutika dan dialektika dalam proses mencapai kebenaran atau

konstruksi pendapat orang per-orang, sedangkan metode kedua

mencoba untuk membandingkan dan menyiangkan pendapat pendapat

orang per-orang yang diperoleh melalui metode pertama, untuk

memperoleh suatu consensus kebenaran yang disepakati bersama.


39

Dengan demikian, hasil akhir dari suatu kebenaran merupakan

perpaduan yang bersfat relative, subjektif, dan spesifik mengenai hal-

hal tertentu, “paradigma konstruktivisme yaitu memandang ilmu sosial

sebagai analisa sistem atau, socially meaningful action” melalui

pengamatan langsung terhadap actor soial dalam setting yang alamiah,

agar dapat memahami dan menfsirkan bagaimana actor sosial

mencipta dan memelihara dunia sosial”. (salim,2006:72). “tujuan

penelitan dalam paradigma konstruktivisme adalah memahami dan

membentuk ulang konstruksi-konstruksi yang saat ini dipegang

(termasuk oleh periset itu sendiri)”. (salim,2006:75)

Menurut Agus Salim pada bukunya “Teori dan Paradigma

Penelitian Sosial (buku Sumber untuk Penelitian Kualitatif), paradigma

konstruktivisme menyebut tingkat kepercayaan (trustworthiness) dan

keaslian (authenticity) sebagai kriteria kebenaran. Kedua aspek

tersebut mengacu pada berbagai konsep yang mengandung tujuh

unsur berikut:

1. Kredibilitas (kepercayaan yang berasal dari dalam)

2. Transferabilitas (garis kebenaran yang bisa dikembangkan /

disandarkan kepada unsur kebenaran yang lain)

3. Konfirmabilitas (penegasan terhadap objektivitas)

4. Keaslian-ontologis (kemapuan untuk memperluas konstruks

konsepsi yang ada)


40

5. Educative-authenticity (kebeneran pendidik, kemampuan memimpin,

dan mengadakan perbaikan)

6. Catalytic-authenticity (kemampuan dalam merangasang dan

bertindak)

7. Tactical-authenticity (kemampuan untuk memberdayakan

masyarakat) (Salim,2006:75)

3.2 Pendekatan Penelitian

Pendekatan atau perspektif beeker adalah seperangkat gagasan

yang melukiskan karakter situasi yang memungkinkan pengambilan

tindakan atau suatu spesifikasi jenis-jenis tindakan yang secara layak

dan masuk akal dilakukan orang (Kriyantono,2006:50)

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang

merupakan konseptual untuk menemukan, mengidentifikasi, mengolah,

dan menganalisa dokumen untuk memahami peristiwa atau makna

(Bungin.2004:147)

Riset kualitatif bertujuan untuk memperjelaskan fenomena

dengan sedalam-dalamnya. Secara umum riset yang menggunakan

metodologi kualitatif mempunyai ciri-ciri:

1. Intensif, partisipasi periset dalam waktu lama pada setting lapangan,

periset adalah instrument polok riset.


41

2. Perekaman yang sangat hati-hati terhadap apa yang terjadi dengan

catatan-catatan dilapangan dan tipe-tipe lain dari bukti-bukti

documenter

3. Analisis data lapangan

4. Melaporkan hasil termasuk deskripsi detail, quotes (kutipan-kutipan)

dan komentar-komentar

5. Tidak ada realitas yang tunggal, setiap periset mengkreasi realitas

sebagai bagaian dari proses risetnya. Realitas dipandangan

sebagai dinamis dan produk konstruksi sosial.

6. Subjektif dan berada hanya dalam refernsi periset.periset sebagai

sarana penggalian interprestasi data.

7. Realitas adalah holistic dan tidak dapat dipilah-pilah.

8. Periset memproduksi penjelasan unik tentang situasi yang terjadi

dan individu-individunya.

9. Lebih pada kedalaman (depth) daripada keluasan (breadth)

10. Prosedur riset: empiris-rasional dan tidak berstruktur.

11. Hubungan antara teori, konsep dan data:data memunculkan atau

membentukan teori baru. (Kriyantono,2008:57)

3.3 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan penulis dalam melakukan

penelitan ini adalah dengan menggunakan pendekatan kualitatif yang

bersifat deskriptif. Pendekatan penelitian berusaha memahami dan


42

menafsirkan peristiwa interaksi tingkah laku manusia dalam situasi

tertentu menurut perpsektif penulis sendiri. Pada penelitian ini tidak

memakai hitungan angka, tetapi lebih pada data-data deskriptif.

Dalam penelitian ini, salah satu sifat yang digunakan adalah

deskriptif , penelitian ini bertujuan membuat deskriptif, gambaran, atau

lukisan secara sistematis,factual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-

sifat serta hubungan antara fenomena yang diselidiki. Menurut Jalaludin

Rakhmat, penelitian ini tidak mencari atau menjelaskan hubungan, tidak

menguji hipotesis atau membuat prediksi (Jalaludin:2007:24).

Dari penjelasan diatas menurut penulis bahwa penelitian

deskriptif adalah penelitian yang diarahkan untuk memberikan gejala-

gejala, fakta-fakta atau kejadian secara sistematis dan akurat,mengenai

sifat-sifat popular atau tertentu. Dalam penelitian deskriptif cenderung

tidak perlu mencari hubungan dan tidak menguji hipotesis.

Penelitian deskriptif bertujuan untuk mengambarkan atau

mendeskripsikan hal-hal yang ditanyakan dalam penelitian, seperti

siapa,yang mana,kapan,dimana dan mengapa, tentang karakterristik

(ciri-ciri) individu,situasi, atau kelompok tertentu. Penelitian ini relative

sederhana tidak memerlukan landasan teoritis rumit atau pengajuan

hipotesis tetentu. Oleh karna itu, penulis dituntut untuk melakukan

penelitian standar yang layak, baik dalam perencanannya maupun

pelaksanaannya. Dengan demikian penulis dapat meneliti hanya pada


43

satu variable, dan termasuk penelitian mengenai gejala atau hubungan

antara dua gejala atau lebih.

3.4 Metode Penelitian

Dalam penelitian ini, medote yang digunakan deskripsi.

Penelitian ini bertujuan membuat deskripsi, gambaran, lukisan secara

sistematis, factual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat serta

hubungan fenomena yang diselidiki. Dalam buku Moh. Nazir metode

penelitian whitney mengemukakan, “metode deskriptif adalah fakta

dengan interpretasi yang tepat.(Nazir2005:54).

Penelitian deskriptif ditunjukan untuk:

1. mengumpulkan informasi actual secara rinci yang melukis gejala

yang ada

2. mengidentifikasikan masalah atau memeriksa kondisi dan praktek-

praktek yang berlaku

3. membuat perbandingan dan evaluasi

4. menentukan apa yang dilakukan orang lain dalam menghadapai

masalah yang sama dan belajar dari pengalaman mereka untuk

menetapkan rencana dan keputusan pada waktu yang akan datang


44

3.5 Objek dan Subjek Penelitian

3.5.1 Objek Penelitian

Objek penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah pola

komunikasi Collection dalam menangani kredit bermasalah.

3.5.2 Subjek Penelitian

Key informan adalah orang utama yang merupakan kunci yang

diharapkan menjadi narasumber informasi atau informasi kunci dalam

penelitian. Sementara informan merupakan seseorang atau

sekelompok orang yang mengalami suatu peristiwa komunikasi yang

berkaitan dengan masalah peneltian (Ruslan,2003:261). Jadi informan

disini berfungsi sebagai pendukung informan dan sebagai tambahan

informasi yang didapatkan dari sumber (key informan). Informasi

memang sangat penting sekali, tanpa informasi penelitian tidak dapat

menjadi data yang akurat dan valid. Setelah data yang diperoleh dari

informan kunci sudah dikumpulkan, peneliti dikenalkan oleh informan

kunci ke informan tambahan untuk menambah informasi dan data

penelitian yang lebih akurat.

Peneliti memilih beberapa kriteria orang yang dianggap dapat

menjadi informan serta dapat memberikan uraian penjelasaan dari

pertanyaan-pertanyaan suatu permasalahan yang peneliti ajukan

kepada informan yang terpilih. Informan yang peneliti gunakan dalam

melakukan penelitian ini, yaitu :


45

A. Kepala Collection

B. Sttaf Collection

C. Debitur

Tabel 3.1

Informan Penelitian

Nama Jabatan Status Penelitian

Nofvian Srigarnadi, SE Kepala Collection key informan

Abdul Safi‟I, SE Sttaf Collection key informan

Imam Sttaf Collection key informan

Dalam penelitian ini telah ditentukan beberapa informan melalui

wawancara langsung dimana para informan akan diberikan beberapa

pertanyaan yang berkaitan dengan judul penelitian ini akan tetapi dari

beberapa informan yang telah di tentukan, perlunya menetukan

informan sebagai bahan rujukan untuk mendapatkan data-data secara

akurat dan terpercaya dalam pengembangan penelitian ini, dalam

penelitian disini menyebutkan sebagai “Key Informan“ dimana key

informan akan membantu dalam memberikan informasi seputar

bagaimana pola komunikasi Collection dalam proses penagihan kredit

bermasalah.
46

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Menurut Sugiyono (2014:62) dalam buku memahami penelitian

kualitatif dan kuantitatif, R&D bahwa teknik pengumpulan data

merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena

tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan pembuktian

terhadapat informasi atau keterangan yang diperoleh data. Tanpa

mengetahui teknik pengumpulan data, maka penelitian akan

mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan.

Teknik pengumpulan data kali ini, peneliti menggunakan

wawancara mendalam dan studi pustaka, untuk mengumpulkan

informasi-informasi dalam penelitian ini, berikut penjelasan:

a. Wawancara

Wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk

bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab sehingga dapat

dikonstruksikan makna dalam suau topik tertentu. Wawancara

digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin

melakukan studi pendahuluan untuk untuk menempukan permasalahan

yang harus diteliti, tetapi juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal

dari responden yang lebih mendalam. Teknik pengumpulan data ini

mendasarkan diri pada laporan tentang diri sendiri atau self-report, atau

setidak-tidaknya pada pengetahuan dan keyakinan pribadi.


47

Metode wawancara semiterstruktur adalah jenis wawancara ini

sudah termasuk dalam katagori in-dept interview, dimana dalam

pelaksanaanya lebih bebas bila disbanding dengan wawancara

tersetruktur. Tujuan dari wawancara jenis ini adalah untuk menemukan

permsalahan secara lebih terbuka, dimana pihak yang diajak

wawancara diminta pendapat, dan ide-idenya. Dalam melakukan

wawancara, peneliti perlu mendengarkan secara teliti dan mencatat apa

yang dikemukanan oleh informan.

b. Observasi

Nasution (1998) menyatakan bahwa, observasi adalah dasar

semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat bekerja

berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang

diperoleh melalu observasi. Data itu dikumpulkan dan sering dengan

bantuan berbagai alat yang sangat cenggih, sehingga benda- benda

yang sangat kecil.

c. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber kedua atau

sumber sekunder dari data yang kita butuhkan. (Bungi,2008:122)

Data sekunder dikumpulkan dengan beberapa teknik atau cara

untuk mendapatkan data-data yang lengkap, akurat, dan dapat

dipertanggung jawabkan. Teknik pertama penulis menggunakan reknik

pengumpulan data yaitu melalu pengamatan. Peran pengamatan yang

dipilih dalam peneltian ini adalah studi pustaka.


48

Data pustaka adalah penggunan dokumen arsip, yaitu setiap bahan

tertulis (Moleong,2005:205). Data ini diperoleh dari studi pustaka. Dapat

disimpulkan bahwa studi pustaka penting dilakukan sebelum peneliti

terjun kelapangan. Adapun data yang diperoleh dari studi pustaka yaitu

dikumpulkan melalui buku-buku referensi, dokumen-dokumen dari

tempat penelitain tersebut.semua ini perlukan sebagai referensi dan

informasi pendukung untuk keperluan penulis.

3.7 Teknik Keabsaan Data

Untuk memperoleh data yang valid/akurat maka dalam penelitian

ini peneliti menggunakan triangulasi sebagai teknik untuk menguji

keterpercayaan data (memeriksa keabsaan data atau verifikasi data)

atau dengan istilah lain yang dikenal dengan „Trustworthinnes‟ dengan

memanfaatkan hal-hal yang lain ada diluar data tersebut untuk

keperluan mengadakan pengecekan atau sebagai pembandingan

terhadap data yang telah dikumpulkan.

Menurut Sugiyono (2009:83) triangulasi di artikan sebagai teknik

pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik

pengumpulan data dan sumber data yang telah ada”.

Triangulasi dalam pengujian kredibilitas diartikan sebagai

pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan

berbagai waktu. Dengan demikian terdapat triangulasi sumber,

triangulasi teknik pengumpulan data, dan waktu.


49

1) Triangulasi sumber

Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data dilakukan

dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa

sumber. Data tidak bisa dirata-ratakan seperti dalam penelitian

kualitatif, tetapi dideskripsikan, dikatagorikan, mana pandangan yang

sama, yang berbeda, dan mana spesifik.

2) Triangulasi teknik

Trianglasi teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan

dengancara mengecek data kepda sumber yang sama dengan teknik

yang berbeda. Misalnya data diperoleh dengan wawancara, lalu dicek

dengan observasi, dekumentasi, atau kuesioner. Bila dengan tiga teknik

pengujian kredibilitas data tersebut, menghasilkan data yang berbeda-

beda, maka peneliti melakukan diskusi lebih lanjut kepda sumber data

yang bersangkutan atau yang lain, untuk memastikan data mana yang

dianggap benar, atau yang semuanya benar, karena sudut pandang

yang berbeda-beda.

3) Triangulasi waktu

Waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas data. Data yang

dikumpulkan dengan teknik wawancara dipagi hari pada saat nara

sumber masih seger, belum banyak masalah, akan memberikan data

yang lebih valid sehingga lebih kredibel. Untuk itu dalam rangka

pengujian kredibilitas data dapat dilakukan dengan cara melakukan

pengecekan dengan wawancara, observsi atau teknik lain dalam waktu


50

situasi yang berbeda. Bila hasil uji menghasilkan data yang berbada,

maka dilakukan secara berulang-ulang sehingga sampai ditemukan

kepastian.

3.8 Teknik Analisa

Riset kualitatif adalah riset yang menggunakan cara berfikir

induktif, yaitu cara berpikir yang berangkat dari hal-hal yang khusus

(fakta empiris) menuju hal-hal yang umum (tataran konsep). Analisa

data kualitatif dimulai dari analisa berbagai data yang berhasil

dikumpulkan periset dilapangan. Data tersebut terkumpul baik melalui

observasi, wawancara, focus grup discussion maupun dokumen-

dokumen. (Kriyantono,2009:194)

Analisa data kualitatif digunakan apabila data-data yang

terkumpul dalam riset adalah kualitatif. Setelah diklasifikasikan, priset

melakukan pemakna terhadat data. Pemaknaan ini merupakan prinsip

dasar riset kualitatif yaitu bahwa realitas ada pikiran manusia. Realitas

adalah hasil konstruksi tersebut, priset dituntut berteori untuk

menjelaskan dan beragumentasi (Kriyantono,2009:196).

Teknik analisa data deskriptif merupakan suatu cara dalam

meneliti status kelompok manusia, suatu objek, kondisi, sistem

pemikiran atau juga peristiwa masa sekarang. Jenis peneltian ini

berusaha menjelaskan fenomena sosial pada saat tertentu.

(Sugiyono,2012:10)
51

Metode analisa data deskriptif kualitatif ini digunakan untuk

mengembangkan teori yang telah dibangun dari data yang didapatkan

dilapangan. Melalui analisa data deskriptif dapat memungkinkan peneliti

untuk menemukan informasi.


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Objek Penelitian

4.1.1 Sejarah Umum PT.Al-Ijarah

PT. Al-Ijarah Indonesia Finance (AL IJARAH) adalah perusahan

keuangan syariah yang didirikan untuk memenuhi kebutuhan keuangan

pembiayaan masyarakat Indonesia. Al Ijarah didirikan pada bulan

Desember 2006 di Jakarta dan memulai oprasional pada tanggal 27

Agustus 2007.

Modal awal yang disetorkan Al-Ijarah adalah sebesar 105 Miliyar

Rupiah, yang ditempatkan sama rata oleh tiga lembaga keuangan

terkemuka Indonesia dan Timur Tengah, yaitu Bank Muamalat

Indonesia, Bank Boubyan Kuwait, Alpha Lease and Finance Holding

BSC, kerajaan Bahrain.

Al Ijarah pada mulanya didirikan untuk melayani kebutuhan

pembiayaan bagi komunitas bisnis Indonesia dan Asia Tenggara,

dengan menawarkan pembiayaan minimal sebesar Rp 2 Miliar per

transaksi dan jasa konsultasi keuangan. Krisis ekonomi global yang

dimulai pada tahun 2008 lalu telah mendorong Al Ijarah untuk

mengubah focus bisnis pada pembiayaan ritel. Hal ini disamping untuk

meningkatkan sumber pendanaan, juga untuk mengambil manfaat dari

52
53

pertumbuhan sector konsumsi yang besar di Indonesia dewasa ini dan

dimasa mendatang.

Saat ini Al-Ijarah Indonesia Finance menawarkan berbagai jenis

produk pembiayaan, mulai dari pembiayaan komersial untuk investasi

barang modal bagi keperluan usaha seperti mesin dan alat berat

sampai dengan pembiayaan konsumtif (ritel) seperti sepeda motor dan

mobil.

Saat ini Al Ijarah telah memiliki jaringan sebanyak 43 kantor

yang tersebar di Jawa, Sumatera, Nusa Tenggara, dan Kalimantan.

Jaringan tersebut didukung oleh karyawan tetap sebanyak 186 orang

dan diperkuat juga oleh 286 orang tenaga outsourcing yang

mengelolah asset pembiayaan sekitar Rp1,3 Triliun hingga akhir tahun

2011.

Seiring dengan perkembangan sector konsumsi dan kembalinya

Indonesia pada status Investment grade, Al Ijarah optimis untuk terus

berpatisipasi akfit dalam perkembangan ekonomi Indonesia yang

berkelanjutan. Untuk itu sejumlah upaya telah dan terus dilakukan guna

memberikan pelayanan terbaik bagi segenap stakeholder Al Ijarah.

4.1.2 Visi dan Misi PT.Al-Ijarah

a. VISI
Menjadikan siapapun (dimanapun ia) untuk mampu memiliki

apapun (yang menjadi keinginan hatinya) guna mewujudkan

kehidupan yang berharga.


54

b. MISI

1. Memahami, menerapkan dan menjadi syariah sebagai prinsip

dasar yang mendorong kesuksesan bisnis kami.

2. Membantu mewujudkan keinginan karyawan, mitra dan

pelanggan kami dalam mencapai keuntungan finasial dengan

manfaat yang maksimal.

3. Meningkatkan aksesibilitas produk dan layanan kami

sehingga senatiasa berada dalam keterjangkauan dimanapun

dan kapanpun

4. Secara konsisten menjawab tantangan yang menjadi standar

industri kami.

5. Hadir secara universal ditengah masyarakat Indonesia untuk

memahami dan memenuhi berbagai kebutuahan produk dan

layanan finansial yang beragam.

6. Senantiasa adaptif dalam menyediakan produk dan layanan

finansial dan terus berusaha untuk memuaskan preferensi

pasar yang terus berubah.

4.1.3 Jenis Produk

Saat ini, Al-Ijarah Indonesia Finance Cabang Karawaci memilik

beberapa produk untuk pembiayaan, yaitu :


55

1. Pembiayaan Konsumen

Pembiayaan konsumen ditunjukaj kepada bagi siapa pun yang

ingin memiliki kendaraan baru maupun purna pakai, dengan

jangka waktu pembiayaan antara 24 (dua puluh empat) sampai

dengan 60 (enam puluh) bulan.

2. Pembiayaan Mobil Baru

Pembiayaan mobil baru ditunjukan bagi semua jenis dan merek

kendaraan dengan jangka waktu pembiayaan sampai dengan 60

(enam puluh) bulan.

3. Pembiayaan Mobil Purna Pakai

Pembiyaan mobil purna pakai diutamakan bagi mobil-mobil

keluaran Jepang dengan usia mobil maksimal 15 (lima belas)

tahun saat pembiayaan berakhir dengan jangka waktu pembiyaan

sampai dengan 48 (empat puluh delapan) bulan.

4. Pembiayaan Sepeda Motor

Pembiyaan sepeda motor baru diutamakan bagi sepeda motor

dengan jenis dan merek yang menguasi pangsa pasar minimal

10% diseluruh Indonesia, dengan jangka waktu pembiayaan

maksimal selama 48 (empat puluh delapan) bulan.

4.1.4 Struktur Organisasi Al-Ijarah

Untuk menjalankan kerja sama yang baik diperlukan suatu tempat

yang dinamakan organisasi. Organisasi adalah suatu tempat


56

sekelompok orang yang bekerja sama dalam strukutur dan koordinasi

tertentu dalam mencapai tujuan tertentu. Berbagai organisasi memiliki

tujuan yang berbeda-beda tergantung pada jenis organisasinya. Salah

satunya adalah organisasi perusahaan yang bertujuan untuk

memperoleh profit atau keuntungan.

Sekalipun tidak semua perusahaan bertujuan untuk mencari

keuntungan, namun profit adalah salah satu tujuan yang ingin dicapai

oleh perusahan dimanapun. Jika tujuan sari perusahaan adalah profit,

maka perusahaan atau organisasi bisnis adalah sekumpulan atau

kelompok yang memiliki tujuan untuk meraih profit dalam kegiataan

bisnisnya. Sehingga mereka berupaya untuk mewujudkan tujuan

tersebut melalui kerja sama didalam organisasi tersebut.

Biasanya dalam pengorganisasian, manager mengalokasikan

keseluruh sumber daya organisasi sesuai dengan rencanayang telah

dibuat berdasarkan suatu kerangka kerja. Kerangka kerja organisasi

tersebut disebut sebagai desain organisasi (Organizational design).

Bentuk spsifik dari kerangka kerja organisasi dinamakan dengan Struktur

Organisasi (Structure Organizational).

Struktur organisasi pada dasarnya merupakan desian organisasi

dimana manajer melakukan alokasi sumber daya organisasi, terutama

yang terkait dengan pembagian kerja dan sumber daya yang dimiliki

organisasi serta bagaimana keseluruhan kerja tersebut dapat

dikoordinasikan dan dikomunikasikan.


57

Struktur organisasi pada PT Al-Ijarah Indonesia Finance (ALIF)

Finance Cabang Karawaci berbentuk fungsional. Hal ini dikarnakan

hubungan keterkaitan antara bawahan dengan atasan tidak dapat

dipisahkan melainkan memiliki hubungan yang sangat erta dan

fungsional. Berikut ini dapat kita lihat bentuk strukur organisasi PT. Al-

Ijarah Indonesia Finance Cabang Karawaci.

Gambar 4.1

STRUKTUR ORGANISASI PT. AL-IJARAH INDONESIA FINANCE CAB

KARAWACI

BM

SH HC & CS KASIR RI RS CRSH

SALES SALES ADMIN


CRC
ADMIN FIELD CALL

4.1.5 Fungsi Struktur Organisasi

1. Brand Manager

Kepala cabang merupakan perwakilan dari kepala pusat yang

bertugas untuk mengawasi jalannya oprasional perusahaan.

Adapun tugas dan tanggung jawab kepala cabang sebagai

berikut :

a) Mengawasi jalanya aktivitas marketing.


58

b) Mengontrol keadaan HRD perusahaan.

c) Mengawasi tingkat kelancaran pelayanan.

d) Mengontrol pencairan pembiayaan pembelian produk.

2. Sales Head

Adapun tugas dan tanggung jawab sales Head adalah sebagai

berikut:

a) Mengontrol tingkat penjualan.

b) Mengawasi aktivitas marketing eksekutif.

c) Mengontrol jalannya kegiatan sales field.

d) Melakukan kegiatan promosi dan pameran.

3. Kasir

Adapun tugas dan tanggung jawab kasir adalah sebagai

berikut:

a) Bertanggung jawab terhadap pelayanan pembayaran

costumer.

b) Mengontrol tingkat kelancaran kredit.

c) Bekerja sama dengan tim kredit.

4. Recovery Sttaf

Adapun tugas dan tanggung jawab recovery sttaf adalah

sebagai berikut:

a) Bagian internal dalam tugas mengawasi kedisplinan

nasabah dalam pembayaran secara berkala atau cicil.


59

b) Memastikan dan mengkoordinator (strategi dalam

pengawasan pembayaran.

5. Collection Remedial Section Head

Adapun tugas dan tanggung jawab Collection Remedial Section

Head adalah sebagai berikut:

a) Mengelolah unit penarikan.

b) Mencari penjualan unit.

6. Collection Remedial Coordinat

Adapun tugas dan tanggung jawab Collection Remedial

Coordinat adalah sebagai berikut:

a) Menarik unit (kendaranan bermotor) karena nasabah tidak

mampu lagi membayar angsuran.

b) Melakukan upaya penagihan atau penarikan barang atas

customer dan bersifat kasus.

c) Mengusulkan digunakannya tenaga pihak ke tiga untuk

melakukan penarikan bila dirasa mengalami kesulitan.

d) Memberilkan laporan, informasi, dan feed back kepada BM/

RM/ HO tentang masalah yang di hadapi.

e) Membuat analisa kasus atas kasus-kasus yang akan

diserahkan kepada pihak ke tiga.

f) Melaporkan dan mendiskusikan masalah/kesulitan yang

dialami kepada atasannya.


60

7. Head Collection

Berikut ini adalah beberapa tugas dan tanggung jawab dari

seorang yang memiliki jabatan sebagai HC (Head Collection):

a) Mengelolah BPKB kendaraan ditempat penyimpanan.

b) Mengurusi absensi dan ketidak hadiran pegawai.

c) Menyerahkan BPKB kepada nasbah jika telah melunasi

semua angsuran.

d) Memantau pasar penjualan kendaraan di berbagai Dealer,

e) Menyusun strategi penjualan dengan membuat Paket dan

Promosi dengan persetujuan Kepala Cabang dan Kantor

Pusat,

f) Memberikan dan menawarkan kepada Dealer price

list/paket pembiayaan perusahaan yang telah disetujui oleh

Kantor Pusat,

g) Menentukan besarnya refund dengan persetujuan Kepala

Cabang,

h) Membina dan memberikan arahan kepada CMO dalam

melakukan survey ke tempat calon Debitor,

i) Memeriksa adanya Memo Pending dari CMO agar segera

dilengkapi,

j) Ikut menjaga hubungan baik dengan Dealer (Relationship

Dealer) dan Debitur,


61

k) Bersama-sama dengan CMO dan Kepala Cabang menjalin

kerjasama dengan Dealer dan menawarkan paket penjualan

yang telah disetujui Kantor Pusat,

l) Meminta biaya pembatalan perjanjian kredit kepada

debitur/dealer.

8. Sales admin

Berikut ini adalah beberapa tugas dan tanggung jawab dari

seorang yang memiliki jabatan sebagai Sales Admin:

a) Menangani permintaan pelanggan, mengejar harga jual dan

menekan target penjualan harian.

b) Mempertahankan hubungan pelanggan yang baik

c) Menjawab permintaan pelanggan melalui telepon

Memproduksi laporan, Menumbuhkan bisnis dan

Mempertahankan catatan klien.

d) Mendukung perwakilan penjualan saat mereka berada

dilapangan.

e) Menangani panggilan masuk dan korespondensi.

f) Memperbarui repetisi status pesanan dan rincian

pengiriman sehingga mereka dapat terus menginformasikan

pelanggan.

9. Sales field

Berikut ini adalah beberapa tugas dan tanggung jawab dari

seorang yang memiliki jabatan sebagai Sales Field:


62

a) Melakukan penagihan terhadap nasabah jika memasuki

waktu jatoh tempo.

b) Mencari nasabah.

c) Menyunsun rencana kerja (proyeksi pencapaian,

perencanaan penjualan, rencana produktifitas).

d) Mengatur jadwal yang efektif demi tercapainya pertemuan

dan negosiasi.

4.1.6 Tugas dan Tanggung Jawab Collection

1. Melakukan monitoring, penagihan, dan penarikan unit atas

kontrak konsumen yang past due (tertunggak).

2. Memeriksa daftar penerimaan bukti setoran dari Staff

Adm/Kasir. (khusus konsumen yang telah past due lebih

dari 3 hari).

3. Bertanggung jawab atas bukti setoran (TTS) yang diterima

dari Staff Adm. Collection.

4. Melakukan penagihan atas seluruh bukti setoran yang

diterima dari Staff Adm. Collection tanpa kecuali.

5. Harus melakukan penyetoran atas hasil tagihan yang

dilakukan baik tunai maupun giro kepada Staff Kasir pada

sore harinya.
63

6. Membuat laporan harian atas bukti setoran yang

diterimanya dan hasil penagihan pada hari itu serta bukti

setoran yang tidak tertagih.

7. Melaporkan kepada Head Collection atas bukti setoran yang

tidak tertagih beserta alasan dan tindakan yang telah

diambil.

8. Melaporkan secara rutin kepada Head Collection mengenai

perkembangan kasus yang dibebankan kepadanya dan

input-input atas penyelesaian kasus-kasus yang

ditanganinya.

9. Melakukan tindakan negosiasi dan persuasif dalam

penyelesaian kasus.

10. Membuat laporan kunjungan harian (call report)

11. Mencapai target individu yang sudah ditetapkan oleh

perusahaan, melindungi dan memelihara asset perusahaan.

12. Melaksanakan seluruh pekerjaan yang dibebankan

perusahaan dan menjalin kerjasama yang baik antara

sesama karyawan.

4.2 Deskripsi Subjek Penelitian

4.2.1 Profil Informan

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pengumpulan data

melalui wawancara. Peneliti menggunakan subjek penelitian, dimana


64

menggunakan Tiga informan sebagai target wawancara dari penelitian

ini, Tiga informan tersebut yaitu:

1. Novian srigarnadi SE, lulusan stie bhakti pembangunan sebagai

mantan Collection Al Ijarah cabang Bintaro, sekarang beliau

menjabat sebagai CSR dicabang karawaci, usia 38 tahun.

2. Abdullah Safi‟i SE, lulusan stie bhakti pembangunan,sekarang

beliau menjabat sebagai staff Collection dan sudah bekerja di Al-

Ijarah selama 3 tahun, usia 28 tahun.

3. Imam beliau sebagai staff Collection sudah bergabung selama 4

tahun di Al-Ijarah, usia beliau 38 tahun.

4.3 Deskripsi Hasil Penelitian

4.3.1 Pola komunikasi dalam proses penagihan terhadap debitur

yang bermasalah

Setelah melakukan penelitian dan wawancara terhadap

informan, peneliti menemukan bahwa komunikasi menjadi hal yang

sangat penting dalam proses penagihan. Komunikasi mengacu pada

kemampuan berkomunikasi secara efektif. Suatu proses penagihan

dapat dipahami bahwa hal ini layak dikomunikasikan pada orang tertentu

dalam lingkungan tertentu. Pola komunikasi Collection terhadap debitur

misalnya, yaitu adalah pola kamunikasi yang terjalin antara Collection

dengan debitur. Pola komunikasi Collection dengan debitur Al-Ijarah ini

dimulai ketika debitur tidak mampu membayar tunggakan pada tepat


65

jatuh tempo, ini berlangsung secara tatap muka maupun tidak, artinya

terjadi kontak antara komunikator yaitu Collection dengan komunikan

yaitu debitur selain itu terdapat beberapa aspek yang membentuk pola

komunikasi Collection yang telah peneliti dapatkan ketika melakukan

observasi. Komunikasi yang terjalin antara Collection dengan debitur ini

dapat dikatakan seperti komunikasi antar pribadi, dimana komunikasi

antar pribadi ini dapat dilihat dari cara Collection berkomunikasi secara

langsung maupun menggunakan pesan fasial, gesture tubuh dan postur

tubuh dengan debitur pada saat pertama kali proses penagihan.

4.3.2 Pola Komunikasi Langsung Collection dalam penanganan

kredit bermasalah

1. Pesan fasial yang terjalin pada Collection

Pesan Fasial merupakan pesan yang menggunakan air

muka atau raut wajah untuk menyampaikan makna tertentu hal

ini sesuai seperti yang dikatakan oleh Novian Srigarnadi, selaku

Collection Remedial Coordinat dan berikut hasil kutipan dari

hasil wawancara beliau:

“menurutnya menggunakan pesan fasial itu ya perlu,


bagaimana rautnya ketika melakukan proses penanggihan
wajah harus terlihat fresh, semangat menjalankan tugas
yang diberikan oleh kantor, tidak terlihat kucal atau lesu,
dengan mimik wajah terlihat tersenyum memaknakan
bawah dengan begitu debitur terasa nyaman dengan datang
kita.”
66

Sedanglkan hal lain yang dinyatakan oleh bapak Abdul

Safi‟i staf Collection beliau mengatakan:

“menggunakan pesan fasial itu tentu saja perlu. Karena


dengan makna pesan fasial kita dengan mudah untuk
menyampaikan pesan berkomunikasi. wajah harus terlihat
tersenyum ketika sedang melakukan proses penagihan,
menandakan bawah kita datang dengan maksud dan tujuan
yang baik. Dengan tersenyum menunjukan bawah kita
datang dengan sopan, tapi pada situasi yang ada
dilapangan ada saatnya kita menunjukan wajah marah kita
karena debitur selalu meleset pembayaranya.”

Hal serupa juga dinyatakan oleh Imam selaku sttaf

Collection beliau menuturkan bawah:

“bagi saya menggunakan pesan fasial tidak begitu perlu,


menurut saya cukup dengan sopan dan lemah lembut
sudah bisa berkomunikasi dengan baik. Memakai raut
wajah yang ditunjukan oleh seorang Collection ialah
dengan wajah yang sopan dan santun dengan cara
tersenyum, dengan senyum tentunya memaknakan bahwa
kita sopan.”

Dari penjelasan dua narasumber diatas sudah

membuktikan bahwa perlunya menggunakan pesan fasial untuk

berkomunikasi. Tujuan ini bertujuan untuk mempermudah

debitur dalam menangkap apa yang dikatakan Collection. Salah

satu contoh yang dilakukan Collection dengan sebuah

senyuman. Karena dengan senyuman merupan awal dari

sebuah percakapan yang baik. Penuturan ini juga menjelaskan

seberapa pentingnya menggunakan pesan fasial pada saat

proses penagihan dan bagaimana cara menyampaikan sebuah


67

makna pesan dengan menggunakan pesan raut wajah atau

mimik muka.

Adapun pola yang digunakan adalah merujuk pada pola

komunikasi dalam penyampaian makna pesan menggunkan

raut wajah seorang Collection terhadap debitur dalam

memberikan informasi mengenai keadaan debitur dengan cara

face to face guna dalam proses penaggihan berlangsung.

Jadi dapat disimpulkan bahwa pola komunikasi

menggunakan pesan fasial atau raut wajah sangatlah perlu

dengan menggunakan raut wajah. Karena dengan pesan fasial

seperti raut muka lawan bicara kita akan cepat menangkap

sebelum mengucapkan sebuah kalimat.

2. Pesan menggunankan gestural dan postural

Dalam proses penaggihan yang selanjutnya menggunakan

pesan gestural. Dimana pesan gestural menunjukan sebagian

anggota tubuh seperti mata dan tangan mengomunikasikan

berbagai makna. Hal ini sesuai dengan yang disampaikan oleh

Collection Abdul Safe‟I berdasarkan hasil wawancara dengan

beliau, berikut penuturan beliau:

“menggunakan gesture dengan tubuh menunduk saat


memasuki rumah debitur dan harus memberikan ucapan
salam atau ucapan selamat pagi terlebih dahulu, lalu
berjabat tangan dan memberikan senyuman.”

Pernyataan menurut Collection Safe‟I membangun

komunikasi dengan cara memberikan salam terlebih dahulu dan


68

memberikan senyuman agar suasana menjadi mencair. Menurut

beliau gesture tubuh menunduk juga sangatlah penting karena

maknanya adalah suatu kesopanan dalam etika bertamu.

Dengan awal yang sopan dan etika yang pasti debitur akan

memberikan efek yang baik pula menurut kata Collection Safe‟i.

Hal ini berbeda terbalik dengan cara yang disampaikan oleh

Novian dan Safe‟I. Menurut Imam berdasarkan hasil wawancara

dengan beliau:

“Sebenarnya membangun kedekatan dengan debitur tidak


harus dengan langsung kerumah, melalui media komunikasi
pun sudah bisa membangun kedekatan dengan debitur.
Misalnya menelepon debitur dengan cara berkata yang
sopan seperti mengucapkan salam, menanyakan kabar
kepada debitur.”
Penuturan yang dikatakan Imam sangat berbanding terbalik

dengan yang dikatakan dua Collection diatas. Menurutnya

membangun kedekatan dengan debitur cukup dengan gaya

bahasa melalui media komunikasi. Dengan gaya bahasa yang

baik dan sopan menurutnya sudah cukup untuk menjalin

kedekatan dengan debitur.

Pola Komunikasi antarpribadi hadir dalam situasi-situasi

yang berkaitan dengan hubungan antar manusia. Hubungan

antar manusia yang dibangun berlandaskan komunikasi ini

diharapkan mampu memahami berbagai pesan dalam

komunikasi antarpribadi. untuk menyampaikan dan menerima

pesan dalam hubungan antar pribadi diperlukan pesan kinesik


69

adalah pesan nonverbal yang menggunakan gerekan tubuh

yang mengandung arti. Pesan kinesik memiliki salah satu

komponen yaitu pesan gestural (gerakan tubuh) sehingga dapat

mengkomunikasikan atau menyampaikan pesan melalui

gerakan tubuh.

Pesan gestural menunjukkan gerakan sebagaian anggota

badan seperti mata dan tangan untuk mengkomunikasikan

berbagai makna. Pesan gestural berkenaan dengan

keselurahan anggota badan, makna yang disampaikan adalah:

(a) Immedicay yaitu ungkapan kesukaan dan ketidaksukaan

terhadap individu yang lain. (b) power mengungkapkan status

yang tinggi pada diri komunikator (c) Responsiveness, adalah

gerakan anggota badan dari individu dapat bereaksi secara

emosional pada lingkungannya secara positif dan negative.

Pesan gestural menjadi salah satu bagian dari pola

komunikasi yang bertujuan untuk menyampaikan pesan maupun

menerima pesan pada saat aktivitas komunikasi. Dalam

melakukan penelitian ini, penulis dapat melihat pesan gestural

yang terdapat dalam proses komunikasi antara Collection

dengan debitur. Hal ini didukung dengan pernyataan seorang

Collection yang bernamna Novian dalam melakukan pola

komunikasi terhadap debitur yang berkenaan dengan pesan

gestural tersebut yaitu sebagai berikut:


70

“diperlukan gesture tubuh karena dengan gesture tubuh


debitur dapat menerima pesan atau rangsangan yang
disampikan melalui dengan cara berjabat tangan, atau
menundukan sedikit kepala menandakan bahwa saya
menghormati debitur secara tidak langsung.”

Pernyataan Collection Novian ini dapat menunjukan bahwa

berbagai aktivias komunikasi ini dapat terwujud didalam proses

komunikasi pada penagihan Collection dengan debitur tersebut.

Artinya, komunikasi menggunakan gesture tubuh dapat

memberikan informasi secara tidak langsung bagi debitur tetapi

didalam komunikasi juga terdapat aspek lainya yaitu pesan

secara nonverbal.

Komunikasi menggunakan pesan gestural ini tidak dapat

dilepaskan dari aktivitas manusia ini dapat berlangsung dua

arah secara verbal maupun nonverbal. Komunikasi yang

berlangsung dua tentunya sangat efektif dalam aktivitas proses

penagihan. Hampir setiap Collection mengingikan debitur yang

ikut aktif terlibat langsung dalam proses komunikasi tersebut.

Seperti yang dikutip berdasarkan hasil wawancara dengan

Collection Imam, yaitu :

“Sebenarnya untuk menyampaikan pesan tidak hanya


menggunakan gesture tubuh, bisa seperti menelepon
nasabah atau memberikan surat tagihan kepada debitur
yang bermasalah.”

Komunikasi yang berlangsung dua arah memang

dibutuhkan untuk proses ke tahap selanjutnya, walaupun

demikian dalam kenyataan komunikasi antar pribadi yang selalu


71

diharapkan bersifat dua arah ini tidak selalu berjalan sesuai

dengan keinginan para Collection terhadap debitur. Tidak

semua debitur dapat turut aktif dalam proses komunikasi

tersebut karena ada beberapa hal yang terjadi. Hal ini

disampaikan oleh Collection Safe‟I beliau menuturkan bahwa

tidak semua debitur dapat melakukan komunikasi secara

langsung disebabkan waktu.

Hal ini disampaikan oleh Novian berikut hasli wawancara

dari beliau:

”Karena setiap debitur memiliki aktivitas yang berbeda.


Maka dari itu Collection harus melakukan konfirmasi terlebih
dahulu kepada debitur agar dapat mengatur waktu yang
tepat untuk melakukan penagihan yang tidak menggangu
aktivitas debitur,dari situ adanya aktivitas komunikasi secara
langsung.”

Komunikasi yang menjadi dasar pada setiap aktivitas juga

memliki berbagai macam fungsinya. Dalam melakukan

penelitian ini, penulis melihat fungsi-fungsi komunikasi yang

sangat melekat dalam proses komunikasi Collection dengan

debitur adalah fungsi informasi dan motivasi. Hal ini didukung

dengan pernyataan Novian mengenai aktivias penagihan yang

berkenaan dengan fungsi komunikasi tersebut.

“dengan adanya komunikasi yang baik antara Collection


dengan debitur, kita dapat memberikan informasi dan
penjelasan mengenai tunggakan yang dialamai debitur.
Selain itu kita dapat menagih debitur secara baik-baik tanpa
harus ada kontak fisik. Sehingga proses penagihan
terhadap debitur dapat berjalan dengan baik.”
72

Komunikasi yang tidak dapat dilepaskan dari aktivitas

manusia ini dapat berlangsung dua arah. Komunikasi yang

berlangsung dua arah tentunya sangat efektif dalam aktivitas

penagihan. Hampir setiap Collection mengingikan debitur yang

ikut aktif terlibat langsung dalam proses komunikasi tersebut.

Seperti yang dikutip berdasarkan hasil wawancara dengan

Novian yaitu:

“memang sebaiknya dalam proses penagihan harus ada


unsur komunikasi dua arah yang fungsinya ditujuhkan
kepada kedua belah pihak (Collection-debitur). Agar tidak
terjadinya kesalah pahaman dalam berkomunikasi yang
sering disebut dengan missed communication.”

Komunikasi dua arah yang terbuka semacam ini akan

memudahkan terjadinya saling pemahaman dalam komunuikasi,

dan selanjutnya sangat menolong mengembangan suatu

hubungan yang memuaskan bagi kedua belah pihak serta

kerjasama yang efektif. Komunikasi berlangsung dua arah

antara komunikator dan komunikan dan sebaliknya ini juga

dapat memberikan feedback atau umpan balik yang dapat

diketahui secara langsung didalam aktivitas komunikasi

tersebut. Oleh karenanya, komunikasi dua arah dinilai sangat

efektif dalam aktivitas Collection dengan debitur ini.tidak hanya

Collection yang aktif sebagai komunikator tetapi debitur yang

berlaku sebagai komunkan juga diharap turut aktif didalam

aktivitas komunkasi yang berlangsung duarah tersebut.


73

4.3.3 Pola Komunikasi Verbal dan nonverbal Collection Dalam

Penagihan Kredit Bermasalah.

Didalam sebuah komunkasi tentu terdapat bentuk-bentuk

komunikasi yang dapat menujang aktivitas komunikasi Collection

terhadap debitur tersebut. Bentuk-bentuk komunikasi ini yaitu

komunikasi verbal dan non verbal. Komunikasi pada lingkup Collection

dan debitur ini pun juga meliputi dua bentuk tersebut, memang pada

saat konsultasi Collection dengan debitur berlangsung sudah dapat

dipastikan bahwa seorang Collection menggunakan komunikasi dalam

bentuk verbal (lisan dan tulisan) tetapi juga tidak jarang Collection yang

menggunakan bentuk komunikasi non verbal untuk mendukung sebuah

pernyataan yang sering kali ia sampaikan.

Kompetensi komunikasi juga mencakup kemampuan tentang

tata cara perilaku nonverbal, seperti kedekatan, sentukan fisik, dan

nada suara. Seperti yang telah diamalkan Collection dalam aktivitas

dengan debitur tersebut, komukasi nonverbal sangat membantu dalam

pembentukan makna pada setiap pesan komunikasi. Faktor-faktor

nonverbal sangat menentukan makna dalam komunikasi antar pribadi,

lewat komunikasi non verbal ini gagasan dan pikiran lewat pesan-pesan

nonverbal akan tersampaikan ketika kita sedang berkomunikasi secara

tutup mata. Fungsi lain yaitu dengan berkomunikasi nonverbal,

perasaan dan emosi lebih cermat disampaikan lewat pesan nonverbal

dibandingkan pesan verbal.


74

Penggunaan komunikasi verbal dan nonverbal diungkap oleh

Abdul Safi‟I dapat membantu Collection dalam melihat keragunaan

debitur. Dalam komunikasi verbal dan nonverbal membahas tentang

kualitas suara, ciri-ciri vocal pembatasan vocal dan pemisahan vocal.

Seperti yang dikutip dari hasil wawancara dengan safe‟I, bahwa:

“Collection melakukan penagihan dengan lembut dan penuh


ketegasan. Kualitas suara yang tegas, mencarikan jalan
keluarnya kenapa debitur tidak mampu membayar. Kita pun
sebagai Collection hanya menjalankan tugas dari kantor.
Berbicara serius tegas dengan nada sedikit penekanan kepada
debitur. Pemisahan vokal perlu pada suatu percakapan harus
ada pemisahan jika tidak debitur tidak akan mengerti apa yang
kita bicarakan”

Dalam hasil wawancara dari Collection Abdul syafi‟I menyatakan

bahwa menggunakan kualitas suara, intonasi suara, ciri-ciri suara,

pembatasan vokal dan pemisahan vokal sangat diperlukan. Karena

dengan adanya teori paralinguistic komunikasi dalam proses penagihan

akan bejalan dengan baik dan tidak terjadi kesalahpahaman

Pada komunikasi verbal dan nonverbal dapat disimpulkan bahwa

Collection dapat menjalankan pesan verbal dan nonverbal ini tidak

hanya dilakukan oleh Abdul Safe‟I sebagaimana seorang komunikator

dalam menujang proses komunikasi verbalnya tetapi juga dapat

digunakan oleh debitur dalam menunjangkan perasaanya ketika

aktivitas komunikasi berlangsung. Seperti yang dilakukan oleh

Collection imam ini ketika Collection imam menceritakan pengalamnya.

Artinya, komunikasi nonverbal ini dapat dilakukan oleh siapa aja


75

dengan maksud memperkuat pesan verbal dan nonverbal yang ingin

disampaikan sehingga dapat bermakna.

Komunikasi tidak dapat dipisahkan dari setiap individu hidup,

didalam komunikasi yang terdapat interaksi juga terkadang tidak efektif

karena terdapat hambatan-hambatan yang dari berbagai aspek. Hal ini

terjadi karena adanya keterbatasan setiap manusia dalam menelaah

sebuah komunikasi yang ingin disampaikannya dan bisa juga terjadi

kepada seseorang/ individu yang menerimnya. Begitupun dalam

komunikasi verbal dan nonverbal yang dilakukan Collection dengan

debitur ini. Terdapat hambatan-hambatan yang sering kali dialami pada

saat aktivitas penagihan. Berdasarkan hasil wawancara dengan tiga

informan, ternyata masing-masing dari Collection pernah mengalami

hambata-hambatan tersebut didalam aktivitas penagihan. Seperti hal

yang dialami Collection Imam, ia mengatakan bahwa:

“Menurutnya intonasi yang sering digunakan yaitu lembut, tegas,


dan serius santai. Karena kita pun sebagai Collection hanyalah
menjalankan tugas dan kita pun dikerja kan target dari ataskan.
Sedangkan atas kita tidak mau tau gimana yang terjadi
dilapangan. Sedangkan kualitas nada suara yang keras untuk
debitur yang membangkah karena sulit untuk mencicil
tagihanya. Pemisahan nada sangat diperlukan, karena jika
irama dalam perkataan tidak dipisahkan maka akan membuat
debitur tidak paham. ”

Dalam hasil wawancara dari Collection Imam berbeda dengan

apa yang dikatakan Collection Abdul Syafi‟I dan Novian menyatakan

bahwa menggunakan kualitas suara, intonasi suara, ciri-ciri suara,

pembatasan vokal dan pemisahan vokal tidak begitu diperlukan.


76

Karena menurutnya menjadi Collection tidak selalu mengikuti atasan

dalam melakukan tugasnya. Komunikasi yang lembuh sudah cukup

dalam proses penagihan akan bejalan dengan baik.

Penuturannya ini menjelaskan bahwa ada beberapa faktor yang

tidak memungkinkan dalam proses penagihan. Salah satu kendalanya

adalah pada kualitas suaranya yang keras. Dengan kualitas suara yang

keras dapat terkendala dalam berkomunikasi dengan debitur. Dengan

hambatan yang terjadi otomatis akan menghambat proses komunikasi

yang menjadi singkat..

Bersamaan dengan hambatan yang berasalan dari faktor

pribadinya. Collection Imam juga menceritakan pengalamnya mengenai

hambatan yang pernah ia alami. Menurutnya hambatan ini sangat

mengganggu aktivitasnya. Seperti yang dikutip berdasarkan hasil

wawancara dengan Novian bahwa :

“Menurutnya dengan bicara yang lembut, halus, saya biasanya


dengan memperkecilkan intonasi suara dan meneguhkan hati
debitur agar kembali termotivasi. sedikit mengeraskan suara kita
dan kita berikan sedikit tekanan kepada debitur jangan hanya
mengambil kendaraanya saja mau tetapi tidak mau untuk
membayarnya, tentu saja perlu, dengan adanya pemenggalan
atau pemisahan kata pada saat berbicara,jika tidak ada
pemisahan debitur pun akan bingung apa yang disampaikan oleh
Collectionnya”

Dalam hasil wawancara dari Collection Novian tidak berbeda

jauh dengan apa yang dikatakan Collection Abdul Syafi‟i menyatakan

bahwa menggunakan kualitas suara, intonasi suara, ciri-ciri suara,

pembatasan vokal dan pemisahan vokal juga sangat diperlukan.


77

Karena dengan adanya teori paralinguistik komunikasi dalam proses

penagihan akan bejalan dengan baik dan tidak terjadi

kesalahpahaman.

Maksud yang dikatakan oleh Novian kendala yang terjadi bukan

terjadi pada faktor dirinya tetapi terjadi dengan faktor eksternal. Debitur

tidak akurat dalam memberikan data tempat tinggal, dengan data yang

diberikan salah Collection harus selalu mencari tau keberadaan debitur.

Dari penjelasan yang diberikan oleh Imam harus selalu memonitoring

keberadaan debitur dengan cara aktif bertanya kepada tetangga

terdekatnya ataupun sodaranya. Untuk tidak terjadi hal seperti ini lagi

Collection harus selalu mecari tau mencari informasi sebanyak-

banyaknya agar tidak terjadi hal yang dikatakan oleh Imam.

Semua Collection yang terjadi dalam proses penagihan terjadi

pada cara berbahasa. Dengan debitur yang bermacam-macam suku

beliau harus mengetahui beraneka ragam suku agar dapat

berkomunikasi dengan yang baik. Bahasa yang digunakan sangat perlu

digunakan agar tidak terjadi kesalahan komunikasi dengan pihak

debitur. Pada hambatan yang dikatakan oleh Collection Safe‟I untuk

mencegahnya yaitu dengan mengusai bahasa yang beraneka ragam

suku di Indonesia.

4.4 Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan dari paparan deskripsi hasil penelitian, bagian ini

membahas mengenai tentang analisis lapangan yang dikaitkan dengan


78

beberapa teori yang diterangkan pada peneliti ini. Melalui penelitian ini,

peneliti memahami bahwa komunikasi merupakan hal yang sangat

penting didalam sebuah hubungan Collection dan Debitur. Komunikasi

pada dasarnya merupakan landasan bagi setiap manusia didalam

membangun hubungan dengan lingkungan sosialnya. Setiap orang

melakukan aktivitas sosial yang tidak dapat meraka hindari untuk

memenuhi kebutuhnya.

Komunikasi sangat penting dan berguna disemua sektor

kehidupan manusia, tidak terkecuali penagihan. Komunikasi dalam

lingkup Collection dengan debitur ini sangat penting pada, dengan

komunikasi yang efektif maka Collection dengan debitur dapat

mencapai tujuan bersama, dalam hal ini yaitu proses penagihan.

Aktifitas penagihan antara Collection dengan debitur ini melibatkan

beberapa unsur komunikasi didalamnya kenyataanya. Kemudian unsur-

unsur yang sering hingga selalu di gunakan ini membentuk suatu pola

komunikasi antara Collection dengan debitur. Pola komunikasi antara

Collection dengan debitur disini dapat dilihat dari bagaimana proses

penagihan terjadi, penyampaian pesan/informasi kepada debitur,

pemilihan kata serta bahasa yang digunakan seorang Collection, durasi

atau waktu penagihan tersebut hingga pada media yang digunakan

untuk menyampaikan informasi penagihan. Aktifitas penagihan antara

Collection dengan debitur ini merupakan komunikasi secara langsung

yaitu tatap muka di tempat debitur tersebut.


79

Dalam aktivitas penagihan Collection dengan debitur, pesan atau

informasi biasanya disampaikan secara verbal artinya berupa lisan

maupun tulisan,tetapi tidak jarang Collection menggunakan komunikasi

non verbal sebagai bentuk dukungan untuk menyampaikan rasa empati

terhadap debiturnya. Pesan non verbal itu seperti mimic wajah

Collection yang terlihat tidak boleh terlihat tegang, gesture tubuh yang

meyakinkan, gerakan tangan untuk mendukung penjelasan yang

diberikan hingga pada tinggi rendahnya suara dalam menyampaikan

suatu informasi terhadap debitur. Menurut Suryanto dalam bukunya

Pengantar Ilmu Komunikasi (2015:183) perilaku non verbal sangan

beragam dan banyak serta sangan membantu pembentukan makna

pada saat seetiap pesan komunikasi. Kemudian, pemilihan kata serta

gaya bahasa yang digunakan seorang Collection terbilang sangat

sederhana, artinya mereka menggunakan bahasa sehari-hari dengan

kata-kata yang sangat mudah dimengerti. Collection melihat latar

belakang debitur juga, karena guna memilih kata-kata yang sesuai

dalam mengahadapi debitur. Pesan atau informasi yang disampaikan

disini berupa hal yang berkenaan tentang solusi, informasi sebuah

penuggakan atau keterlembatan yang dialami debitur, hingga pada

informasi tambahan lainya seperti pekerjaan, kondisi kesehatan, hingga

kondisi sosialnya yang diungkapkan masing-masing pihak setiap

mereka sedang berkomunikasi. Kemudian durasi pada saat aktivitas

penagihan berlangsung, dapat dikatakan aktivitas penagihan antara


80

Collection dengan debitur memakan waktu rata-rata sekitar 20-45 menit

tergauntung debitur yang meraka hadapi.

Komunikasi yang efektif antara Collection dengan debitur

merupaka suatu harapan yang diingikan setiap Collection, terlebih

mendapatkan debitur yang aktif dalam menyampaikan berbagai hal

mengenai keterlambatan sehingga Collection pun dapat dengan mudah

menjelaskan solusinya seperti apa yang terbaik, nampun pada

kenyataanya semua komunikasi antara Collection dengan debitur pada

saat aktivitas penagihan dapat berjalan lancar sesuai harapan. Hal

tersebut terjadi karena adanya hambatan dan gangguan komunikasi

yang berasal dari dalam serta dari luar pada saat aktivitas menagihan

ditempat debitur. Seperti halnya yang dikemukakan oleh Liliweri

(1994:15) bahwa sebagian besar sukses komunikasi manusia sangat

tergantung pada cara mengatasi gangguan yang berbentuk :

Eksternal,Internal, maupun Semantik.

Menurut teori kinesik sumber yang dikemukakan oleh Dale G.

Leathers mengatakan Pesan kinesik adalah pesan non verbal yang

menggunakan gerakan tubuh yang mengandung arti: pesan kinesik

terdiri dari tiga komponen utama yaitu: (a).pesan fasial, (b) pesan

gestural,dan (c) pesan postural. Pesan fasial menggunakan air muka

atau raut wajah untuk menyampaikan makna tertentu, bahwa wajah

dapat menyampaikan paling sedikit sepuluh kelompok makna yakitu:

kebahagiaan, rasa terkejut, ketakutan, kemarahan, kesedihan,


81

kemuakan, pengecaman, minat, ketakjuban, dan tekat. Dale G.Leathers

(1976) menyimpulkan penelitian-penelitian tentang wajah sebagai

seperti berikut (a). wajah mengkomunikasikan penelitian dengan

ekspresi senang dan tidak senang. Yang menunjukan apakah

komunikator memandang objek penelitiannya baik atau buruk: (b).

wajah mengkomunikasi berminat atau tidak berminat pada orang lain

atau lingkungan: (c). wajah mengkomunikasikan intensitas keterlibatan

dalam situasi: (d). wajah mengkomunikasi tingkat pengendalian individu

terhadap pernyataan sendiri dan (e). wajah barangkali

mengkomunikasikan adanya atau kurang pengertian.

Sedangkan Pesan gestural menunjukkan gerakan sebagaian

anggota badan seperti mata dan tangan untuk mengkomunikasikan

berbagai makna, dan pesan postural berkenaan dengan keseluruhan

anggota badan.makna yang dapat disampaikan adalah: (a) Immediacy

adalah ungkapan kesukaan atau ketidaksukaan terhadap individu yang

lain. Postur yang condong ke aarah yang diajak bicara menunjukkan

kesukaan dan penilaian positif: (b).Power mengungkapkan status yang

tinggi pada diri komunikator. Anda dapat membayangkan postur orang

yang tinggi hati di depan Anda dan postur orang yang merendah.

(c).Cresponsiveness bila ia bereaksi secara emosional pada

lingkungan, secara positif dan negatif. Bila postur Anda tidak berubah,

Anda mengungkapkan sikap yang tidak responsif.


82

Hasil wawancara ini sesuai dengan apa yang dikatakan oleh

pesan kinesik yang terdiri dari pesan fasial bahwa untuk membangun

hubungan antara Collection dengan debitur dengan menggunakan air

muka atau raut wajah untuk menyampaikan makna tertentu. Seperti

halnya yang dikatakan narasumber Collection Novian dan Safe‟I sesuai

dengan pesan teori pesan fasial. Menyatakan bahwa pada saat

melakukan penagihan harus dengan raut muka yang tersenyum.

Karena dengan tersenyum akan memberikan dampak positif dalam

berkomunikasi. Makna yang disampaikan dengan tersenyum yaitu

mempunyai kesan kebahagiaan.

Sedangkan narasumber imam tidak sesuai dengan teori pesan

fasial. Karena menurut pernyataannya bertentangan seperti yang di

jelaskan oleh teori pesan fasial. Dimana penjelasannya menjelaskan

bahwa pesan fasial tidak diperlukan. Cukup dengan lemah lembut dan

sopan sudah cukup baginya. Menurutnya makna pesan fasial hanya

dipergunakan untuk orang yang mengerti.

Gerakan tubuh yang dilakukan dengan cara menundukan

tubuhnya saat memasuki kedalam rumah debitur. Pada saat

berkomunikasi gerakan tubuh yang dilakukan dengan cara

menundukkan kepalanya sebagai tanda menghormati apa yang

dikatakan oleh debitur.

Pada saat melakukan komunikasi dengan debitur gaya bahasa

pun sangat diperlukan agar tidak terjadi kesalapahaman. Untuk


83

menghindarkan hal yang tidak diinginkan bahasa yang digunakan

umumnya menggunakan bahasa formal. Pemilihan gaya bahasa

sangatlah diperlukan, salah satunya dari hasil wawancara yang

dilakukan bahasa asing seperti gua, jika tidak layak digunakan agar

tidak terjadi kesalahpahaman. Seperti dalam penekanan yang

dilakukan pada proses penagihan pun juga dengan bahasa yang

sopan.

Sedangkan pada pesan gestural Collection melakukan

penagihan harus bersikap tegas agar debitur merasa segan terhadap

Collection dan memberikan dampak positif bagi Collection. Sikap tegas

yang dimaksud ini dengan tidak mengganti kata-kata yang sudah

dikatakannya. Dengan menggunakan gesture tubuh yang menujukan

bahwa Collection sedang menekan debitur agar dapat membayar

tagihan seperti memukul benda yang ada disekitar.

Menurut teori paralinguistic yang di kemukakan oleh Trager

adalah perilaku pesan melalui isyarat-isyarat verbal vocal. Menurut

Trager kualitas suara adalah cara menggunakan vocal berdasarkan

tanda-tanda tertentu. Ciri-ciri vocal adalah cara membunyikan suara

ketika sedang berbicara. Sedangkan pebatasan vocal adalah cara

membunyikan suara pada setiap kata. Pengelompokan yang ketiga dari

perilaku nonverbal adalah paralinguistic atau disebut juga dengan

perilaku pesan melaui isyarat-isyarat verbal vokal. Paralinguistic

terletak diantara perilaku pesan verbal dan nonverbal. Jadi bagaimana


84

mengorganisasikan penerapan vokal dengan kinesik dalam

antarpribadi. (Trager,1997:78-80).

Ketika peneliti melakukan observasi, memang bener adanya

hambatan komunikasi sering terjadi, dan hal tersebut dapat

menghambat proses proses komunikasi antara Collection dengan

debitur pada saat aktivitas penagihan. Hambatan yang sering kali

terjadi pada saat proses penagihan terkadang disebabkan oleh debitur

itu sendiri yang tidak bisa membayar cicilan kepada pihak finance,

dikarena faktor faktor tertentu beberbagai alasaan yang diterima oleh

pihak Collection antar lain: disebabkan ada.

Menurut hasil observasi yang didapatkan oleh peneliti dari fakta

lapangan terdapat beberapa hal yang tidak sesuai dengan teori seperti

didalam komunikasi Collection dengan debitur. Dalam proses

penagihan antara Collection dengan debitur, pesan atau informasi

biasanya disampaikan secara verbal artinya berupa lisan atau tulisan,

tetapi tidak jarang Collection menggunakan komunikasi non verbal

sebagai bentuk dukungan untuk menyampaikan rasa empati terhadap

debitur. pesan nonverbal itu seperti mimik wajah Collection yang tidak

boleh terlihat tegang, gesture tubuh yang menyakinkan, gerakan

tangan untuk mendukung penjelasan yang diberikan hingga pada tinggi

rendahnya nada suara dalam menyampaikan suatu informasi kepada

debitur. Menurut Suryanto (2015:183) dalam bukunya pengantar Ilmu

Komunikasi perilaku nonverbal sangat beragam dan banyak serta

sangat membantu pembentukan makna pada setiap pesan komunikasi.


85

Kemudian pemilihan kata serta gaya bahasa yang digunakan seorang

Collection terbilang sangat sederhan, artinya merekan menggunakan

bahasa sehari-hari dengan kata-kata yang sangat mudah dimengerti.

Collection melihat latar belakang debitur juga, guna melilih

penggunanaan kata-kata yang sesuai dalam menghadapi debiturnya.

Collection jarang sekali menggunakan bahasa baku. Pesan dan

informasi yang disampaikan disini berupa hal yang berkenaan tentang

penagihan.

Pada dasarnya komunikasi antara Collection dengan debitur

dalam aktivitas penagihan ini sudah berjalan sesuai dengan teori yang

telah diungkapkan tetapi setiap Collection memiliki cara berkomunikasi

yang berbeda-beda tergantung dari debitur yang mereka hadapi. Dalam

hal ini setiap Collectionpun telah mengemban dasar komunikasi ketika

mereka dihadapkan pada situasi dan kondisi debitur tertentu.

Hal ini sesuai dengan teori Paralinguistik yang menyakatakan

bahwa intonasi suara sangat diperlukan. Hal ini sesuai dengan hasil

wawancara yang dilakukan dengan debitur. Pada saat melakukan

komunikasi harus dengan bertutur kata yang baik, lembut, halus dan

jelas. Bertutur kata lembut disini dengan intonasi suara yang pelan

tetapi jelas perkataannya. Penerapan teori paralinguistik ini dari hasil

wawancara yang dilakukan pada saat berkomunikasi ketika sedang

menguap disembunyikan dengan cara menutup mulut dengan salah

satu tangan. Hal ini seperti apa yang dikatakan oleh Trager pada teori

paralinguistik.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat penulis sampaikan setelah melakukan

penelitian dan pembahasan mengenai Pola Komunikasi Collection

dalam menangani kredit bermasalah, maka dapat disimpulkan sebagai

berikut:

1. Pola Komunikasi yang digunakan oleh Collection yaitu membentuk

pola komunikasi langsung. Pada pola komunikasi langsung meliputi

pesan fasial, pesan gestural, dan pesan postural. Pada pesan fasial

pada beberapa pesan fasiaal ada yang menyatakan bahwa pesan

fasial itu sangat diperlukan dalam berkomukasi. Karena dengan

adanya pesan fasial untuk terjadi kegagalan paham sangatlah

minim. Tetapi ada beberapa yang menyatakan bahwa pesan fasial

tidak begitu diperlukan hanya dengan kesopanan sudah cukup.

Sedangkan pada pernyataan debitur ada beberapa Collection yang

baik dalam penerapan pesan fasial da nada belum menerapkannya.

Sehingga pola Komunikasi yang dilakukan Collection dalam satu

hari normalnya terjadi secara berulang-ulang mulai dari

kebiasaannya, pengetahuan, pertukaran informasi, cara berinteraksi,

lalu simbol yang digunakan, berulang setiap harinya.

86
87

2. Pola Komunikasi yang selanjutnya menggunakan pesan gestural

dan postural. Pada pesan gestural dan postural ada yang

menyatakan bahwa pesan gestural dan postural itu sangat

diperlukan dalam berkomukasi. Karena dengan adanya pesan

gestural dan postural agar tidak terjadi kegagalan paham sangatlah

minim. Tetapi ada beberapa yang menyatakan bahwa pesan

gestural dan postural tidak begitu diperlukan hanya dengan lemah

lembuh sudah cukup. Sedangkan pada pernyataan debitur ada

beberapa Collection yang baik dalam penerapan pesan gestural dan

postural ada yang belum menerapkannya.

3. Pola komunikasi verbal dan non verbal seperti layaknya keualitas

suara, pembatasan vokal, ciri-ciri vokal, dan pembatasan nada

sangatlah penting digunakan oleh setiap Collection agar mudah

dipahami satu sama lain. Collection harus bersikap sopan dalam

menjalankan penagihan karena salah satu kunci komunikasi dengan

debitur agar terjalin hubungan yang baik. Serta intonasi suara yang

lembuh dan tegaslah agar penagihan dapat berjalan dengan lancar.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka saran yang dapat penulis

ajukan adalah sebagai berikut:

1. Perlunya peningkatan pemahaman tentang pesan langnsung dan

verbal dan nonverbal. Penagihan oleh Collection secara


88

keseluruhan agar pelaksanaan di lapangan berjalan sesuai dengan

arahan perusahaan serta efektif efisien.

2. Proses penagihan yang begitu panjang demi tercapainya tujuan

perusahaan sudah baik, tetapi akan menjadi lebih baik lagi apabila

dievaluasi tahapan-tahapan yang tumpang tindih dalam pemberian

wewenang agar lebih berjalan dengan efektif dan efisien.

3. Dalam penyampaian komunikasi dengan pola komunikasi yang

dilakukan Collection tersebut, diharapkan dalam pelaksanaannya

untuk melakukan kegiatan komunikasi persuasif yang lebih

mendalam dan teknik negosiasi yang baik serta seminim mungkin

dihindari noise atau gangguan-gangguan yang masuk dalam

penagihan oleh Collection agar pekerjaan sesuai dengan harapan

perusahaan dan semua pihak.

4. Proses penagihan dalam menggunakan gesture tubuh dan intonasi

suara harus dipelajari oleh para Collection. Karena itu adalah salah

satu nilai plus sebagai Collection.


DAFTAR PUSTAKA

Budyatna, Muhammad dan Leila Mona Ganiem. 2011. Teori Komunikasi


Antarpribadi. Jakarta: Kencana.

Bungi, Burhan. 2003. Analisa Penelitian Kualitatif. Jakarta: Raja Grafindo


Persada.

Devito, joseph A. 2011. Komunikasi Antarmanusia. Tangerang Selatan:


KARISMA Publishing Group.

Effendy, Onong Uchjana. 2007. Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek.


Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Fajar, Marhaen. 2009. Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek. Yogyakarta:


Graha Ilmu.

Harapan, Edi dan Ahmad, Syawani. 2016. Komunikasi Antarpribadi: Perilaku


Insani Dalam Organisasi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafino
Persada.

Kiryantono, Rachmat. 2009. Teknik Praktis Riset Komunikasi, Jakarta:


PT.Kencana.

Liliweri, Alo. 2015. Komunikasi Antarpribadi. Bandung: Citra Adiya Bakti.

Mulyana, Deddy. 2010. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: PT


Remaja Rosdakarya.

Mulyana, Deddy. 2005. Ilmu Komunikasi. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya

---------------------. 2008. Suatu pengantar ilmu komunikasi, Bandung:


PT.Remaja Rosdakarya.

Meleong. 2005. Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja


Rosdakarya.

89
90

Morissan. 2015. Teori Komunikasi Individu Hingga Massa, PT Fajar


Interpratama Mandiri.

Nazir, Moh. 2005. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Sugiyono. 2009. Medote Penelitian Bisnis (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,


dan R&D). Bandung: Alfabeta.

------------. 2015. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Suryanto. 2015. pengantar Ilmu Komunikasi. Bandung: CV Pustaka Setia

Sutopo. H.B. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif : Dasar teori dan


Terapannya dalam Penelitian. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

Wiryanto. 2004 . Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Grasindo.

Yasir. 2009. Pengantar Ilmu Komunikasi. Pekanbaru: Pusat Pengembangan


Universitas Riau.

Skripsi Sebelumnya

Paramita, Ayudyah. 2017 Pola komunikasi dokter-pasien dalam aktivitas


konsultasi dipoli umum (studi kasus di rs. Permata pemulang).
Skripsi

Prianti, Fenny.2012. pengaruh komunikasi antarpribadi Guru BP terhadap


disiplin siswa (kalangan siswa sma budi mulia ciledug-tangerang)
skripsi

Oktavinoarti, Della 2016. Pola Komunikasi Debt Collector Dalam Proses


Penagihan Kredit Mikro Kepada Debitur Bank Mandiri (KCP
MARPOYAN).Skripsi
91

Internet

https://www.kreditpedia.net/daftar-perusahaan-multifinance-di-indonesia-
2017/ (diakses pada 25 desember 2017 pukul 21:00)

http://digilib.unila.ac.id/29203/3/SKRIPSI%20TANPA%20BAB%20PEMBAHA
SAN.pdf(diakses pada 27 desember 2017 pukul 17:00)

https://jom.unri.ac.id/index.php/JOMFSIP/article/viewFile/11539/11187(diaks
es pada 29 desember 2017 pukul 22:00)
92

TRANSKIP WAWANCARA COLLECTION I

Nama : Abdul Safi‟I,SE

Jabatan : Sttaf Collection

Usia : 28 Tahun

1. Apakah proses penagihan perlu menggunakan pesan fasial?


Jawab : ya, tentu saja perlu. Karena dengan makna pesan fasial kita
dengan mudah untuk menyampaikan pesan berkomunikasi.

2. Bagimana raut wajah collection pada saat melakukan proses penagihan?


Jawab : raut wajah harus terlihat tersenyum ketika sedang melakukan
proses penagihan,menandakan bawah kita datang dengan maksud dan
tujuan yang baik.

3. Bagaimana cara collection menyampaikan makna dengan mimik wajah?


Jawab : ya, dengan tersenyum menujukan bawah kita datang dengan
sopan, tapi pada situasi yang ada dilapangan ada saatnya kita
menunjukan wajah marah kita karena debitur selalu meleset
pembayaranya.

4. Apakah ada kendala yang dialami collection dalam menyampaikan pesan


fasial?
Jawab : pastinya ada kendala seperti jika wajah atau mimik muka flat
atau biasa saja dikira kita terlihat cuek atau menyeramkan

5. Apakah proses penagihan perlu menggunakan pesan gestural untuk


mempermudah komunikasi dengan debitur?
Jawab :ya tentu saja perlu, tanpa tidak sengaja gerak tubuh pastinya
selalu bergerak,tidak mungkin dong kita menagih hanya berbicara saja
tubuh kita terdiam seperti patung

6. Seberapa penting pesan gestural digunakan dalam proses penagihan?


Jawab : sangatlah penting sebagai manusia yang normal tentunya tubuh
kita bergerak

7. Bagaimana pandangan mata collection pada saat melakukan penagihan?


93

Jawab : pandangan mata kita menatap lawan bicara kita (debitur)


menadakan bawah kita mengharagai lawan bicara kita

8. Bagaimana gerakan tangan collection pada saat melakukan penagihan?


Jawab : gerakan tangan collection dilakukan pada saat melakukan
penagihan dengan tangan menunjukan buku tagihan kearah debitur,
bahwa tagihannya sudah pada jatuh tempo.

9. Bagaimana cara collection menggunakan gesture tubuhnya dalam proses


penagihan?
Jawab : gesture tubuh yang dilakukan dengan menggabungkan tatapan
mata dan gerakan tangan kepada debitur agar makna pesan fasial
tersampaikan oleh debitur. tujuannya agar mempermudah berkomunikasi
dengan debitur.

10. Bagaimana cara collection menyampaikan makna pesan postural pada


saat penagihan?
Jawab : cara yang biasa saya lakukan dengan tegaknya badan saya
karena itu akan dianggap berwibawa dan tegas dalam melakukan
penagihan.

11. Apakah gerakan postur tubuh colletion diperlukan pada saat penagihan?
Jawab : ya sangat diperlukan, karena tujuannya baik untuk
mempermudah debitur dalam berkomunikasi.

12. intonasi seperti apa yang digunakan collection dalam proses penagihan?
Jawab : dengan lembut, penuh ketegasan

13. Bagaimana intonasi suara collection pada saat debitur bersedih karena
tidak mampu membayar?
Jawab : ya dengan suara yang tegas, mencarikan jalan keluarnya kenapa
debitur tidak mampu membayar, kita pun sebagai collection hanya
menjalankan tugas dari kantor

14. Bagaimana intonasi suara collection pada saat melakukan penagihan


kepada debitur yang sulit membayar tagihan?
Jawab : berbicara serius tegas dengan nada sedikit penekanan kepada
debitur

15. apa perlu pemisahkan irama dalam suatu percakapan penagihan?


Jawab : tentu saja perlu, suatu percakapan harus ada pemisahan jika
tidak debitur tidak akan mengerti apa yang kita bicarakan
94

TRANSKIP WAWANCARA COLLECTION II

Nama : Imam

Jabatan : Sttaf Collection

Usia : 38 Tahun

1. Apakah proses penagihan perlu menggunakan pesan fasial?


Jawab : bagi saya tidak perlu, menurut saya cukup dengan sopan dan
lemah lembut sudah bisa berkomunikasi dengan baik.

2. Bagimana raut wajah collection pada saat melakukan proses penagihan?


Jawab : raut wajah yang ditunjukan oleh seorang collection ialah dengan
wajah yang sopan dan santun dengan cara tersenyum

3. Bagaimana cara collection menyampaikan makna dengan mimik wajah?


Jawab : dengan senyum tentunya memaknakan bahwa kita sopan

4. Apakah ada kendala yang dialami collection dalam menyampaikan pesan


fasial?
Jawab : bagi orang awam seperti saya sangat terkendala karena pesan
fasial tidak pernah saya pelajari sebelumnya.

5. Apakah proses penagihan perlu menggunakan pesan gestural untuk


mempermudah komunikasi dengan debitur?
Jawab : tentunya bagi orang yang mengerti itu sangatlah perlu, tetapi
bagi orang awam seperti saya pesan gestural tidaklah perlu.
6. Seberapa penting pesan gestural digunakan dalam proses penagihan?
Jawab : seperti yang saya bilang di pertanyaan sebelumnya, pesan
gestural itu sebenarnya penting bagi orang yang sudah paham. Bagi
orang awam seperti saya perlu mempelajari dulu untuk menerapkannya.
7. Bagaimana pandangan mata collection pada saat melakukan penagihan?
Jawab : pandangan mata pada saat melakukan penagihan dengan
menatap mata lawan bicara saya. Karena dengan menatap mata lawan
bicara saya menandakan bahwa attitude kita terlihat sopan.
8. Bagaimana gerakan tangan collection pada saat melakukan penagihan?
Jawab : bagi saya gerakan tangan yang digunakan cukup dengan seperti
apa yang saya katakan. Biasanya yang sering dilakukan dengan
mempersilahkan lawan bicara saya berbicara dengan menunjuk jari
jempol tangan kearah debitur.
95

9. Bagaimana cara collection menggunakan gesture tubuhnya dalam proses


penagihan?
Jawab : menurut saya dengan menggabungkan gerakan mata dan
gerakan tangan yang tadi saya jawab. Semua sesuai dengan perkataan
saya pada saat melakukan penagihan kepada debitur.
10. Bagaimana cara collection menyampaikan makna pesan postural pada
saat penagihan?
Jawab : karena dengan pesan postural saya tidak begitu paham maka
yang biasanya saya lakukan dengan postural yang tegak sudah cukup.
11. Apakah gerakan postur tubuh colletion diperlukan pada saat penagihan?
Jawab : perlu, seperti yang saya katakan tegaknya badan kita sudah
menandakan bahwa kita tegas dan wibawa.
12. intonasi seperti apa yang digunakan collection dalam proses penagihan?
Jawab : ya biasanya intonasi yang sering digunakan yang lembut, tegas,
serius santai
13. Bagaimana intonasi suara collection pada saat debitur bersedih karena
tidak mampu membayar?
Jawab : memberikan intonasi yang tegas, karena kita pun sebagai
collection hanyalah menjalankan tugas dan kita pun dikerja kan target
dari ataskan, sedangkan atas kita tidak mau tau gimana yang terjadi
dilapangan
14. Bagaimana intonasi suara collection pada saat melakukan penagihan
kepada debitur yang sulit membayar tagihan?
Jawab : dengan nada suara yang keras untuk debitur yang membangkah
karena sulit untuk mencicil tagihanya
15. apa perlu pemisahkan irama dalam suatu percakapan penagihan?
Jawab : sangat diperlukan, karena jika irama dalam perkataan tidak
dipisahkan maka akan membuat debitur tidak paham
96

TRANSKIP WAWANCARA COLLECTION III

Nama : Novian Sigarnadi,SE

Jabatan : Kepala Collection

Usia : 38 Tahun

1. Apakah proses penagihan perlu menggunakan pesan fasial?


Jawab : ya perlu, karena dengan melakukan senyuman sudah
mendadakan bahwa itu menjadi pesan fasil atau mimik wajah
2. Bagimana raut wajah collection pada saat melakukan proses penagihan?
Jawab : wajah harus terlihat fresh,semangat menjalankan tugas yang
diberikan oleh kantor, tidak terlihat kucal atau lesu
3. Bagaimana cara collection menyampaikan makna dengan mimik wajah?
Jawab : mimik wajah terlihat tersenyum memaknakan bawah dengan
begitu debitur terasa nyaman dengan datang kita dan juga lebih
4. Apakah ada kendala yang dialami collection dalam menyampaikan pesan
fasial?
Jawab : tidak ada.
5. Apakah proses penagihan perlu menggunakan pesan gestural untuk
mempermudah komunikasi dengan debitur?
Jawab : sangat perlu, jika lawan bicara kita paham dengan pesan
gestural akan sangat membantu dalam proses komunikasi. Pengalaman
saya pesan gestural digunakan ketika lawan bicara kita adalah orang
yang keterbelakangan mental. Dengan menggunakan bahasa tubuh
salah satunya tangan kita dengan symbol-simbol huruf yang dimengerti
lawan bicara kita.
6. Seberapa penting pesan gestural digunakan dalam proses penagihan?
Jawab : seperti yang saya jawab dipertanyaan sebelumnya, pesan
gestural sangat penting ketika kita mendapatkan lawan bicara yang
keterbatasan mental.
7. Bagaimana pandangan mata collection pada saat melakukan penagihan?
Jawab : pandangan mata tentunya melihat kearah lawan bicara itu
menandakan kita menghormati mereka
8. Bagaimana gerakan tangan collection pada saat melakukan penagihan?
Jawab : gerakan tangan kita ya pada saat melakukan penagihan seperti
tangan kita berada diatas paha kita.
9. Bagaimana cara collection menggunakan gesture tubuhnya dalam proses
penagihan?
Jawab : cara yang saya lakukan pada saat melakukan gesture tubuh ini
ketika lawan bicara saya orang yang keterbatasan fisik. Caranya dengan
97

menatap kedua matanya dan menggunakan jari-jari saya pada saat


berkomunikasi.
10. Bagaimana cara collection menyampaikan makna pesan postural pada
saat penagihan?
Jawab : biasanya saya menyampaikan dengan badan yang tegak dan
dengan suara yang lantang.
11. Apakah gerakan postur tubuh colletion diperlukan pada saat penagihan?
Jawab : perlu, karena itu dapat meyakinkan lawan bicara kita pada saat
melakukan penagihan
12. intonasi seperti apa yang digunakan collection dalam proses penagihan?
Jawab : bicara yang lembut, halus
13. Bagaimana intonasi suara collection pada saat debitur bersedih karena
tidak mampu membayar?
Jawab : saya biasanya dengan memperkecilkan intonasi suara dan
meneguhkan hati debitur agar kembali termotivasi.
14. Bagaimana intonasi suara collection pada saat melakukan penagihan
kepada debitur yang sulit membayar tagihan?
Jawab : sedikit mengeraskan suara kita dan kita berikan sedikit tekanan
kepada debitur jangan hanya mengambil kendaranya saja mau tetapi
tidak mau untuk membayarnya
15. apa perlu pemisahkan irama dalam suatu percakapan penagihan?
Jawab : tentu saja perlu, dengan adanya pemenggalan atau pemisahan
kata pada saat berbicara,jika tidak ada pemisahan debitur pun akan
bingung apa yang disampaikan oleh collectionnya.
98

Pertanyaan debitur

Nama : agus

Umur : 30th

1. Apakah pada saat proses penagihan collection menggunakan pesan


fasial?
Jawab : iyaa, biasanya collection yang datang menghampiri saya
menggunakan pesan fasial. Menurut pemahaman saya pesan fasial itu
sangat diperlukan untuk berkomunikasi agar komunikasi tidak salah
paham.
2. Bagimana raut wajah collection pada saat melakukan proses penagihan?
Jawab : kebanyakan yang datang menghadap saya dengan raut wajah
yang tersenyum.
3. Bagaimana cara collection menyampaikan makna dengan mimik wajah
terhadap debitur?
Jawab : awalnya penyampian dengan mimik wajah yang tersenyum,
setau saya mimik wajah tersenyum menunjukan kegembiraan dan
kesopanan.
4. Apakah ada kendala dengan collection dalam menyampaikan pesan
fasial terhadap debitur ?
Jawab : tentu ada, collection yang datang menghadap saya tidak
semuanya mengerti tantang pesan fasial. Ada beberapa collection yang
masih bersikap polos, itu mungkin collection yang baru belajar di dunia
collection.
5. Menurut anda apakah perlu dalam proses penagihan menggunakan
pesan gestural untuk mempermudah komunikasi dengan debitur?
Jawab : tentu, dengan menggunakan pesan gestural berarti collection
dapat menunjukan kewibawaannya. Contohnya pada saat berkomunikasi
collection menggunakan bahasa tangannya untuk menujukan sesuatu.
6. Seberapa penting pesan gestural digunakan dalam proses penagihan?
Jawab : sangat begitu penting.
7. Bagaimana pandangan mata collection pada saat melakukan penagihan
terhadap debitur?
Jawab : banyak collection yang bertemu saya dengan mata yang saling
bertatapan, karena kontak mata seperti itu menunjukan kesopanan dalam
berbicara.
8. Bagaimana gerakan tangan collection pada saat melakukan penagihan
dengan debitur?
Jawab : pada saat penagihan gerakan tangan collection tersinkronkan
dengan bahasa yang diucapkan. Contohnya collection mempersilahkan
saya untuk menjelaskan apa yang menjadi kendala dalam pembayaran
99

yaitu dengan menunjuk saya memakai jari jempolnya saja. Itu bagi saya
menunjukan gerakan tangan yang sopan.
9. Apakah gerakan postur tubuh colletion diperlukan pada saat penagihan
dengan debitur?
Jawab : dengan postur tubuh yang tegak yang datang menghadap saya.
10. intonasi seperti apa yang digunakan oleh collection ?
Jawab : intonasi yang lemah lembut dan sopan.

11. Bagaimana intonasi suara collection pada saat melakukan penagihan


kepada debitur?
Jawab : contoh intonasi yang lemah lembuh yaitu dengan memperkecil
suaranya tidak berteriak-teriak.
12. Apa collection melakukan pemisahkan irama dalam suatu percakapan
dengan debitur?
Jawab : iya, karena jika tidak ada pemisahaan irama saya akan bingung
menangkap pembicaraannya
100
101
FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI
102
UNIVERSITAS PROF. DR. MOESTOPO (BERAGAMA)
TERAKREDITASI A : SK No. 027/BAN-PT/Ak-XI/S1/X/2008
Kampus I : Jl. Hang Lekir I/8 Jakarta Pusat 12070 Telp. 7261433 Fax. 7252685
Kampus II : Jl. Swadarma Raya No. 54 Ulujami Jakarta Selatan Telp. 58902927, 58902928
Website : www.moestopo.ac.id E-mail : fikom@moestopo.ac.id

BIODATA PESERTA UJIAN SKRIPSI


FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS PROF. DR. MOESTOPO (BERAGAMA)

Nama Lengkap : Aprianto Adi Suseno


Nim : 2013-41-433
Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 14 April 1995
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Jl. Amal Rt03/006 no.55 Cipadu jaya-Larangan– Kota
Tangerang
No. Handphone : 089665184294
Judul Skripsi : ”Pola Komunikasi Collection Dalam Menangani Kredit
Bermasalah di PT AL-IJARAH Indonesia Finance

Jakarta, Agustus 2018


Mahasiswa,

(Aprianto Adi Suseno)

Anda mungkin juga menyukai