Anda di halaman 1dari 19

KURVA DEBIT SUNGAI ALUVIAL

Darmadi dan Manon Jati


Dosen Universitas Jayabaya

Abstraksi
Pengukuran hidrometri untuk sungai-sungai di Indonesia masih jarang
dilakukan. Selama ini pelaksanaannya masih terbatas pada sungai-sungai
besar. Dengan bertambahnya penduduk, peranan sungai bagi kehidupan
manusia semakin besar. Selain manfaat yang diperoleh, sungai dapat
menimbulkan bencana dengan adanya banjir.

Untuk mengatasi hal tersebut dibuat bangunan pengendali dan


pemanfaatan sungai. Dalam perancangannya, diperlukan data hidrometri,
salah satunya adalah dengan membuat kurva debit. Dengan adanya
kebutuhan yang mendesak dengan perancangan sungai yang tidak
dimungkinkan diadakan pengukuran sungai, maka dicari cara lain untuk
mendapatkan kura debit sintetis dengan formula empiris berdasar data
sedimen.

Kata kunci : hidrometri, kurva debit, sedimen

1. PENDAHULUAN

Kurva debit adalah kurva hubungan antara kedalaman aliran (d) dengan
debit aliran (Q). Debit merupakan fungsí dari kecepatan aliran (V) dan
tampang basah aliran (A). Untuk luas tampang basah tertentu, kurva debit
dapat diturunkan menjadi suatu kurva d-V.

Kurva debit biasanya didapat dengan pengukuran langsung.


Pengukuran hidrometri untuk mendapatkan kurva debit memerlukan waktu
lama agar diperoleh data yang cukup untuk pembuatan kurva tersebut. Dalam
keadaan tertentu, prosedur di atas sering tidak mungkin dilaksanakan. Di lain
pihak, data suatu sungai yang dapat segera diperoleh dalam statu pengukuran
hádala data redimen, dimensi tampang melintang sungai, slope serta parameter-
parameter lanilla. Berdasar data fisik tersebut ditempuh statu cara sehingga
didapat kurva debit sintetis. Masalah tersebut pernah diteliti oleh banyak
mepeliti depth-discharge terdahulu yang menghasilkan formula-formula
empiris. Formula empiris mengandung pengertian bahwa koefisien yang ada
dalam formula tidak lepas dari kondisi tempat penelitian didapatkan. Jadi
formula-formula empiris tidak begitu saja dapat diterapkan di Indonesia, perlu
diadakan analisis dan kalibrasi dengan data sungai-sungai di Indonesia,
sehingga didapat formula yang cocok.

Sistim dan proses yang terjadi di sungai sedemikian kompleksnya,


parameter yang terkandung di dalamnyademikian pula. Banyak formula depth-
discharge yang diajukan oleh banyak peneliti, tetapi tidak satupun yang
memasukkan semua parameter ke dalam analisis formulanya. Kalibrasi dengan
data dari lokasi yang berbeda memberikan hasil yang berbeda pula. Karena
berbagai keterbatasan, dalam penelitian ini tidak semua formula dicobakan,
tetapi dipilih diantaranya yang dipandang popular dan banyak digunakan.

Data yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari sungai


Bengawan Solo di Jurug, sekitar 3 kilometer timur Surakarta Jawa Tengah.
Peta daerah aliran sungai (DAS) Bengawan Solo serta letak Jurug disajikan
pada Lampiran 1. Kondisi data Jurug adalah sebagai berikut :
a. Range kedalaman aliran : d = 0,10 – 5,10 meter.
b. Lebar sungai rata-rata : b = 73,7 meter.
c. Slope rata-rata : 0,0003 = 3.10-4.
d. Gradasi butiran dasar sungai :
 d35 = 0,30 mm
 d50 = 0,44 mm
 d65 = 0,69 mm
 dg dan ds mengambil nilai d50.
e. Range kecepatan aliran sungai : V = 0,25 – 1,08 m/det.
f. Berat jenis air :  w = 1.000 kg/m3.
g. Berat jenis sedeimen :  s = 2.650 kg/m3.
h. Temperatur air rata-rata = 200.
i. Konstante gravitasi : g = 9,71 m/det2

2. LANDASAN TEORI

Sungai aluvial adalah sungai dengan batas tampang aliran tersusun atas
butir-butir sedimen. Gaya aliran dapat menyebabkan butir sedimen terangkat
dan terangkut untuk diendapkan di tempat lain. Interaksi antara aliran dengan
batas tampangnya membentuk konfigurasi geometri saluran dan menjadi
kekasaran hidrolik saluran (Bañón, 1975).

Mekanisme pengaliran suatu saluran secara sederhana dapat dijelaskan


seperti pada Gambar 1 di bawah ini :

B
C

G.sin α

D
A
G.cosα α
G

Gambar 1. : Mekanisme Pengaliran

Gaya pendorong yang bekerja pada ABCD adalah :


a. Gaya tekanan hidrostatika pada AB dan CD yang saling meniadakan
(untuk d sama).
b. Gaya tekanan atmosfir pada BC, tidak berpengaruh, karena tegak lurus
arah gerak.

2
c. Gaya berat (G), komponen G.sinα menyebabkan pergerakan.
Gaya penghambat :
a. Gaya gesek (friction) dengan pembatas tampang aliran, dinding dan
dasar saluran.
b. Gaya hidrodinamika terhadap partikel redimen.

Dari mekanisme pengaliran, gaya gesek dengan dinding dan dasar


saluran perlu dicermati, karena hal ini menempati porsi yang besar.

Dari tinjauan di atas, terlihat hubungan antara kekasaran hidrolik


dengan gaya gesek. Besar gaya gesek dipengaruhi kondisi kekasaran hidrolik.
Dalam penenruan kekasaran hidrolik, diameter sedimen berpengaruh besar
terhadapnya.

Berdasar hal tersebut di atas, dalam penelitian ini formula yang dipilih
secara eksplisit memasukkan parameter diameter sedimen ke dalamnya.
Kecuali untuk formula Manning, secara luas dipakai di Indonesia dan untuk
keperluan praktis memberikan hasil yang memuaskan. Formula-formula yang
dipilih adalah sebagai berikut :
a. Regime.
b. Einstein – Barbarosa.
c. Engelund.
d. Alam-Kennedy.
e. Manning.

2.1. Regime

Yang dimaksud dengan Regime adalah kondisi equilibrium, dimana


kondisi saluran dengan kecepatan aliran sedemikian sehingga tidak ada gerusan
maupun pengendapan selama pengaliran. Untuk sungai alam dengan tampang
yang berubah, mengandung 3 persamaan yang akan menghasilkan lebar, dalam
dan slope sebagai fungsi debit dan ukuran material dasar (Blench, 1970).
Formula yang diajukan Blench adalah sebagai berikut :

Fb .Q
Lebar : b  ............................................ 1.
Fs
Fs .Q
Dalam : d  3 2
............................................. 2.
Fb
1/ 8
Fb
Slope : S  ..................... 3.
 C 
K b .d 1 / 8 .1  
1/ 4

 2,330 
Dimana :
Fb = bed factor = 1,9. d g
Fs = slide factor
= 0,10 untuk timbunan material dapat lepas
= 0,20 untuk lumpur, lempung, geluh

3
= 0,30 untuk lumpur yang liat
g
K  3,63. 1 / 4

C = konsentrasi bed material (ppm)

2.2. Einstein – Barbarosa (1952)

Einstein – Barbarosa merupakan peneliti pertama yang


memasukkan kontribusi bentuk dasar aliran sebagai kekasaran hidrolik.
Untuk satu luas tampang (A) dan jari-jari hidrolik (r), oleh Einstein –
Barbarosa diperlakukan atas dua bagian, yaitu :
1. A’ dengan r merupakan satu luas yang dipengaruhi oleh
gaya hidrodinamik kekasaran butir (grain) saluran.
2. A” dengan r” merupakan satu luas yang dipengaruhi oleh
gaya akibat bentuk dasar dan ketidakteraturan lainnya.

r  r ' r" ............................................................ 4.

Untuk menghitung harga r’ dipakai :


1. Untuk batas tampang aliran kasar (rough boundary) dengan
1/ 6
k .U ' V  r' 
: s *  5,0 , dipakai rumus :  7,66.  ………….. 5
11,6. U* '  ks 
2. Untuk batas tampang aliran halus (smooth boundary) dengan :
k s .U * ' V  12,2r ' 
 5,0 , dipakai rumus :  5,75. log  …….. 6.
11,6. U* '  k s .x 
Dimana :
Kecepatan gesek : U *'  g .r '.S
k
x = merupakan fungsi dari s yang disajikan dalam Gambar 2.

4
Gambar 2. : Faktor x Pada Persamaan Distribusi Kecepatan Einstein - Barbarosa
Kontribusi bentuk dasar terhadap faktor gesek, tergantung pada
konfigurasi bentuk dasar yang menurut Einstein - Barbarosa dapat diubah
menjadi fungsi laju transportasi sedimen. Berdasar konsep Einstein,
transportasi sedimen sepenuhnya tergantung pada variabel tak berdimensi :
     d 
 '   s w . 35  .
  w   r '.S 
Besarnya faktor gesek seperti pada rumus 7.

2
U "  g.r".S
f "  8. *   6. ........................................... 7.
V  V2

V
Hubungan antara dengan ' disajikan pada Gambar 3.
U*"

Gambar 3. : Einstein – Barbarosa Bar Resistance Graph

2.3. Engelund (1966 – 1967)

Engelund dan Hansen membagi parameter slope S dan variable gaya


gesek f serta tegangan gesek * masing-masing terdiri ata dua komponen yaitu:

S  S ' S " ………………………………………….. 8.

Dimana :
S ' = slope akibat kekasaran butir
S " = slope akibat konfigurasi bentuk dasar

5
Demikian pula untuk :
f  f ' f "
*  * ' *"
* '  *  * " ……………………………………………. 9.
Dengan :
dS
*  ..………………………………………….. 10.
s  1.d s
d'S
* '  ………………………………………….. 11.
s  1.d s
F 2 .h 2
*"  …………………………………….. 12.
S .s  1.d s .L
Dimana :
d' = kecepatan aliran untuk tampang dengan jari-jari hidrolik r’

s s
w
d s ' = ukuran partikel sedimen
F = angka Freude
h = tinggi gelombang bentuk konfigurasi dasar
L = panjang gelombang bentuk konfigurasi dasar

Dengan demikian, nilai * ' tergantung bentuk konfigurasi dasar; nilai


* " untuk dunes; sedang *" untuk anti dunes.
Dari Persamaan 9 dan Persamaan 12 akan didapat :

F 2 .h 2
* '  *  ....................................................... 13.
8.s  1.d s .L

Hubungan * ' dengan * disajikan dalam Gambar 4.

6
Gambar 4. : Kurva Engelund Hubungan * ' dengan *
2.4. Alam dan Kennedy (1969)

Dari peneliti terdahulu, terlihat ketergantungan yang besar terhadap f”


yaitu faktor gaya gesek yang diakibatkan oleh bentuk dasar. Hal ini
mengantarkan Alam dan Kennedy untuk meneliti, guna mendapatkan besaran f”
sebagai fungsi dari parameter-parameter bentuk konfigurasi dasar.

Kemudian Alam dan Kennedy dalam penelitiannya menemukan


formula seperti Persamaan 14 di bawah ini :

 V d 
f "  f " , 50  ....................................................... 14.
 g .d rb 
 50

Persamaan 14 ini dapat disajikan dalam bentuk kurva seperti Gambar 5.


Harga f” merupakan f b " (b = bed), faktor gaya gesek akibat bentuk dasar.

Gambar 5. : Kurva Alam dan Kennedy Dengan f b " Sebagai Fungsi Dari Angka Freude
rb
dan
d50
Harga f  f f  f b " ; dengan f f merupakan faktor gaya gesek untuk dasar rata
yang besarnya seperti Persamaan 15.

7
 V .r r 
f f  F  R  b , b  ............................................................ 15.
  d 50 
Persamaan 15 dapat disajikan dalam bentuk grafik seperti Gambar 6.

Gambar 6. : Diagram Faktor Gaya Gesek Dasar Rata-rata Lovera – Kennedy Untuk
Sungai Aluvial

2.6. Manning (1889)

Robert Manning (1889) memberikan formula yang telah diperbaiki dan


menjadi rumus yang sangat dikenal seperti Persamaan 16.

1,49 2 / 3 1 / 2
V .R .S .......................................................... 16.
n
1
V  .R 2 / 3 .S 1 / 2 .......................................................... 17.
n

Persamaan 16 dengan satuan ft. Lb, sec dan Persamaan 17 versi metrik.

Rumus 16 dan 17 sangat sederhana dan telah memberikan hasil yang


memuaskan untuk keperluan praktis. Walaupun ada hal yang perlu dicermati
adalah penentuan besar koefisien Manning (n).

Nilai n untuk suatu saluran adalah tidak konstan (Chow, 1959); yang
tergantung pada beberapa faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi besar
koefisien Manning adalah :
1. Kekasaran permukaan.
2. Tumbuh-tumbuhan.
3. Ketidakteraturan saluran.
4. Trace saluran.
5. Pengendapan dan penggerusan.
6. Hambatan saluran.
7. Ukuran dan bentuk saluran.

8
8. Taraf air dan debit.
9. Perubahan musim.
10. Endapan melayang dan endapan dasar.
Chow (1959) telah membuat tabel perkiraan nilai koefisien kekasaran
Manning dengan disertai sketsa keadaan lapangan. Dalam praktek,
pengalaman memainkan peranan cukup penting dalam menaksir nilai n.

3. ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

Semua hitungan dalam penelitian ini dilaksanakan dengan program


komputer, sedang langkah hitungan dapat dilihat pada lampiran 2. Hasil
hitungan formula depth discharge yang menghasilkan kurva d – V , dapat
dilihat pada lampiran 3. Plotting hasil hitungan disajikan pada Gambar 7.

Gambar 7. : Plotting Hitungan d – V

Dari Gambar 7 merupakan formula Blench, Einstein – Barbarosa dan


Engelund (dunes) telah memberikan hasil yang tidak terlalu menyimpang
terhadap data terukur untuk nilai d < 1,5 meter. Sedang untuk nilai d > 1,5
terjadi penyimpangan yang cukup significan. Formula Alam – Kennedy
memberikan range hasil hitungan Sangay pendek dan penyimpangannya cukup
besar terhadap data terukur. Formula Manning dengan nilai n hasil analisis
data terukur seakan merupakan regresi dari data d – V terukur.

Nilai kekasaran Manning (n) untuk Indonesia biasanya dianggap


konstan dan berkisar antara 0,025 – 0,035. Berdasar tabel nilai n (Chow 1959)
untuk Jurug (Surakarta) ditentukan rebasar 0,035. Hasil hitungan dengan
formula Manning untuk n konstan yang besarnya berturut-turut diambil 0,025;

9
0,030; 0,035 dapat dilihat pada lampiran 4. Sedang plotting disajikan pada
Gambar 8.

Gambar 8. : Plotting Hasil Hitungan d – V Dengan Formula Manning

4. KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian Kurva Debit


Sungai Aluvial di atas adalah sebagai berikut :
1. Berdasar hasil hitungan dan plotting formula yang dipilih untuk
lokasi Jurug, formula-formula tersebut memberikan hasil yang tidak
terlalu menyimpang terhadap data terukur untuk nilai d < 1,50
meter, kecuali Alam – Kennendy.
2. Nilai kekasaran Manning untuk satu saluran, nilainya tidak konstan.
Untuk keperluan praktis dengan anggapan nilai n konstan dan untuk
Indonesia besarnya berkisar antara 0,025 – 0,035, dimana berdasar
kalibrasi dengan data Jurug kurva d – V yang dihasilkan mendekati
nilai data terukur.

4.2. Saran

Saran yang dapat diberikan dari hasil penelitian Kurva Debit Sungai
Aluvial di atas adalah sebagai berikut :
1. Penelitian ini baru merupakan tahap awal, kalibrasi baru dilakukan
terhadap satu lokasi. Untuk sampai kepada hasil yang lebih baik
perlu dilakukan uji terhadap banyak data dari banyak lokasi. Juga
terhadap formula yang digunakan, masih banyak formula yang
cukup populer dan layang untuk digunakan.
2. Data pengujian sebaiknya diambilkan dari sungai yang tidak besar,
karena justru di sungai-sungai tersebut jarang ditemui data

10
pengukuran hidrometri. Dengan demikian penelitian akan lebih
mengenai sasaran.

DAFTAR PUSTAKA

Chow, Ven Te, 1959, Open Channel Hydraulic, McGraw-Hill Inc., New York
DPMA, 1982, Laporan Pengukuran Hidrometri di Daerah Pengaliran
Bangawan Solo, DPU Dirjen Pengairan, Surakarta.
Graf, Walter Hans, 1971, Hydraulic of Sedimen Transport, MacGraw-Hill
Inc., New York
Lipschutz, Seymour, Poe, Arthur, 1982, Programming with Fortran,
MacGraw-Hill Inc., New York
Vanoni, Vito A., 1975, Sedimentation Engineering, ASCE, New York

LAMPIRAN

Gambar 9. Peta Daerah Aliran Sungai Bengawan Solo

11
MULAI

d35; d50; d65; ds; dg; (ds = dg=d50)


ρw; ρs; slope; g; ύ; b; Fs

Hitung Dengan Formula :


a. Blench
b. Einstein---Barbaros
c. Engelund
d. Alam-Kennedy

Tulis d, V

STOP

A. Blench

Tentukan Nilai d

3,61.d g .d 2
V 
Fs .b

Nilai d Yang Lain

12
B. Einstein – Barbarosa

Tentukan Nilai r

U *' g .r '.S

k s d 65 .U * ' k s d 65 .U * '
 
 11,6.  11,6.

Dari Persamaan Grafik 1


Didapat Nilai x

 12,2.r '.x 
V  5,75.U * '.log 

 ks 

   w  d 35 
'  s . 
w  r '.S 

Dari Persamaan Grafik 3


V
Didapat Nilai
U* '

Hitung U * '

r" 
U * "2
g.S

d  r  r ' r"

Nilai r Yang
Lain ?
Ya

Tidak

13
C. Engelund

Tentukan Nilai d’

 2,5. ln d ' 
V   6,0  . g .d '.S
 2.d 65 

d '.S
* ' 
s  1.d s

Dari Persamaan Grafik 4


Didapat Nilai *
Untuk Dunes dan Anti Dunes

 .s  1.d s
d *
S

Nilai d’ Yang Ya
Lain ?

Tidak

14
D. Alam - Kennedy

Tentukan V

Asumsi Nilai rb

Hitung
V
g .d 50
V .rb
x10 5

rb
x10 7
d 50

Dari Persamaan Grafik 5


Didapat Nilai f b "

Dari Persamaan Grafik 6


Didapat Nilai f f "

f  f b " f f

V2
rb ' 
8.g .S

tidak
rb  rb '.....?

ya
d  rb

V Yang Lain
tidak

ya

15
E. Formula Manning

MULAI

Slope

Tentukan D

Hitung A, P

A
R
P

Tentukan Nilai n Lapangan Masukkan Nilai n Konstan


0,025; 0,030; 0,035

1 2 / 3 1/ 2
V  .R .S
n

Nilai d Yang Lain ?


ya
tidak

Tulis n; d; V

SELESAI

16
Tabel 1. : Hasil Hitungan D vs V

REGIME – EINSTEIN - ENGELUND’S ALAM - KENNEDY


BLENCH BARBAROSA
D (m) V(m/det) D(m) V(m/det) Dd(m) Da(m) V(m/det) D(m) V(m/det)
0,20 0,01 0,00 0,00 0,00 0,00 0,37 0,00 0,85
0,30 0,02 0,70 0,26 0,61 0,00 0,48 0,00 0,87
0,40 0,03 1,00 0,39 0,95 0,00 0,58 1,97 0,88
0,50 0,05 1,19 0,50 1,10 0,00 0,67 2,00 0,90
0,60 0,08 1,36 0,59 1,48 0,00 0,75 2,02 0,91
0,70 0,11 1,45 0,67 1,77 0,00 0,82 2,05 0,93
0,80 0,14 1,56 0,75 1,91 0,00 0,89 2,07 0,94
0,90 0,17 1,65 0,82 1,98 0,00 0,96 2,10 0,96
1,00 0,22 1,71 0,88 2,02 0,00 1,03 2,12 0,98
1,10 0,26 1,75 0,95 2,08 0,00 1,09 2,17 0,99
1,20 0,31 1,79 1,01 2,23 0,00 1,15 2,21 1,01
1,30 0,36 1,83 1,06 2,45 0,00 1,21 0,00 1,02
1,40 0,42 1,87 1,12 2,54 0,00 1,26 0,00 1,04
1,50 0,48 1,91 1,17 2,63 0,00 1,32 0,00 1,05
1,60 0,55 2,15 1,22 2,72 0,00 1,37 0,00 1,07
1,70 0,62 2,25 1,27 2,80 0,00 1,42 0,00 1,08
1,80 0,70 2,18 1,32 2,88 0,00 1,47 0,0,0 1,10
1,90 0,78 2,11 1,37 2,96 0,00 1,52 0,00 1,11
2,00 0,86 2,08 1,42 3,04 1,52 1,57 0,00 1,13
2,10 0,95 2,07 1,46 3,11 1,60 1,61 0,00 1,14
2,20 1,04 2,09 1,51 3,19 1,68 1,66 0,00 1,16
2,30 1,14 2,12 1,55 3,26 1,75 1,71 0,00 1,17
2,40 1,24 2,15 1,59 3,33 1,83 1,75 0,00 1,19
2,50 1,35 2,19 1,63 3,40 1,90 1,79 0,00 1,20
2,60 1,46 2,23 1,68 3,46 1,98 1,84 0,00 1,22
2,70 1,67 2,27 1,72 3,53 2,06 1,88 0,00 1,23
2,80 1,69 2,31 1,76 3,59 2,13 1,92 0,00 1,25
2,90 1,81 2,34 1,80 3,66 2,21 1,96 0,00 1,26
3,00 1,94 2,38 1,83 3,72 2,29 2,00 0,00 1,28
3,10 2,07 2,41 1,87 3,78 2,36 2,04 0,00 1,30
3,20 2,21 2,44 1,91 0,00 2,47 2,08 0,00 1,31
3,30 2,35 2,48 1,95 0,00 2,68 2,12 0,00 1,33
3,40 2,49 2,51 1,98 0,00 2,87 2,16 0,00 1,34
3,50 2,64 2,55 2,02 0,00 3,03 2,20 0,00 1,36
3,60 2,79 2,59 2,05 0,00 3,18 2,23 0,00 1,37
3,70 2,95 2,62 2,09 0,00 3,31 2,27 0,00 1,39
3,80 3,11 2,66 2,12 0,00 3,43 2,31 0,00 1,40
3,90 3,28 2,70 2,16 0,00 3,55 2,34 0,00 1,42
4,00 3,45 2,75 2,19 0,00 3,66 2,38 0,00 1,43
4,10 3,62 2,79 2,23 0,00 3,78 2,41 0,00 1,45
4,20 3,80 2,83 2,26 0,00 3,90 2,45 0,00 1,46
4,30 3,98 2,88 2,29 0,00 4,03 2,48 0,00 1,48
4,40 4,17 2,92 2,32 0,00 4,17 2,52 0,00 1,49
4,50 4,36 2,97 2,36 0,00 4,33 2,55 0,00 1,51
4,60 4,56 3,02 2,39 0,00 4,50 2,59 0,00 1,52
4,70 4,76 3,07 2,42 0,00 4,70 2,62 0,00 1,54
4,80 4,97 3,12 2,45 0,00 4,92 2,65 0,00 1,55
4,90 5,17 3,17 2,48 0,00 5,18 2,69 0,00 1,57
5,00 5,39 3,22 2,51 0,00 5,46 2,72 0,00 1,58
5,10 5,61 3,27 2,54 0,00 5,79 2,75 0,00 1,60
5,20 5,83 3,33 2,57 0,00 6,15 2,78 0,00 1,62
5,30 6,05 3,38 2,60 0,00 6,56 2,82 0,00 1,63
5,40 6,52 3,44 2,63 0,00 7,02 2,85 0,00 1,65
5,50 6,52 3,49 2,66 0,00 7,75 2,88 0,00 1,66
5,60 6,76 3,54 2,69 0,00 8,01 2,91 0,00 1,68
5,70 7,00 0,00 0,00 0,00 8,36 2,94 0,00 1,69

17
5,80 7,25 0,00 0,00 0,00 9,35 2,97 0,00 1,71
5,90 7,50 0,00 0,00 0,00 11,53 3,00 0,00 1,72
6,00 7,76 0,00 0,00 0,00 15,48 3,03 0,00 1,74
6,10 8,02 0,00 0,00 0,00 0,00 3,06 0,00 1,75
Tabel 2 : Hitungan D vs V Dengan Rumus Manning

V V (m/det)
D (m) n
(m/det) n = 0,0250 n = 0,0300 n = 0,0350
0,10 0,078 0,03 0,09 0,08 0,07
0,20 0,078 0,05 0,15 0,12 0,11
0,30 0,075 0,06 0,20 0,16 0,14
0,40 0,071 0,08 0,24 0,20 0,17
0,50 0,065 0,11 0,27 0,23 0,20
0,60 0,058 0,13 0,31 0,26 0,22
0,70 0,050 0,17 0,34 0,29 0,25
0,80 0,042 0,22 0,38 0,31 0,27
0,90 0,034 0,28 0,38 0,32 0,27
1,00 0,026 0,34 0,35 0,29 0,25
1,10 0,019 0,46 0,35 0,29 0,25
1,20 0,016 0,42 0,27 0,23 0,20
1,30 0,015 0,52 0,31 0,26 0,22
1,40 0,015 0,57 0,35 0,29 0,25
1,50 0,016 0,62 0,39 0,32 0,28
1,60 0,016 0,65 0,42 0,35 0,30
1,70 0,017 0,66 0,45 0,38 0,32
1,80 0,018 0,67 0,48 0,40 0,34
1,90 0,019 0,67 0,51 0,43 0,37
2,00 0,020 0,68 0,54 0,45 0,39
2,10 0,021 0,68 0,57 0,47 0,41
2,20 0,022 0,69 0,60 0,50 0,43
2,30 0,022 0,71 0,62 0,52 0,45
2,40 0,023 0,72 0,65 0,54 0,46
2,50 0,023 0,73 0,68 0,56 0,48
2,60 0,023 0,75 0,70 0,58 0,50
2,70 0,024 0,75 0,72 0,60 0,52
2,80 0,024 0,77 0,75 0,62 0,54
2,90 0,025 0,78 0,77 0,64 0,55
3,00 0,025 0,80 0,80 0,66 0,57
3,10 0,025 0,81 0,82 0,68 0,59
3,20 0,025 0,83 0,85 0,70 0,60
3,30 0,026 0,85 0,87 0,73 0,62
3,40 0,026 0,87 0,90 0,75 0,64
3,50 0,026 0,89 0,92 0,77 0,66
3,60 0,026 0,90 0,95 0,79 0,68
3,70 0,026 0,92 0,97 0,81 0,69
3,80 0,027 0,93 0,99 0,83 0,71
3,90 0,027 0,95 1,02 0,85 0,73
4,00 0,027 0,96 1,04 0,87 0,74
4,10 0,027 0,98 1,06 0,89 0,76
4,20 0,027 0,99 1,09 0,91 0,78
4,30 0,028 1,00 1,11 0,92 0,79
4,40 0,028 1,02 1,13 0,94 0,81
4,50 0,028 1,03 1,15 0,96 0,82
4,60 0,028 1,04 1,17 0,98 0,84
4,70 0,028 1,05 1,20 1,00 0,85
4,80 0,029 1,06 1,22 1,01 0,87
4,90 0,029 1,07 1,24 1,03 0,88
5,00 0,029 1,08 1,26 1,05 0,90
5,10 0,029 1,09 1,28 1,07 0,91
5,20 0,029 1,10 1,30 1,08 0,93
5,30 0,030 1,11 1,32 1,10 0,94
5,40 0,030 1,12 1,34 1,12 0,96
5,50 0,030 1,13 1,36 1,13 0,97
5,60 0,030 1,14 1,38 1,15 0,98
5,70 0,030 1,15 1,40 1,16 1,00

18
5,80 0,031 1,15 1,42 1,18 1,01
5,90 0,031 1,16 1,44 1,20 1,03
6,00 0,031 1,17 1,45 1,21 1,04

19

Anda mungkin juga menyukai