Anda di halaman 1dari 30

PERAN SKRIKANDI WOMAN CRISIS CENTRE DALAM MELINDUNGI

ANAK KORBAN KEKERASAN PRESPEKTIF HUKUM ISLAM

(Studi Kasus di Kecamatan Susukan Kabupaten Banjarnegara)

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Syariah IAIN Purwokerto untuk Memenuhi Salah


Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)

Oleh:

FARAH DIBBA NATANEGARI

NIM 1717302060

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM

FAKULTAS SYARI’AH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

PURWOKERTO

2020
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH

Secara umum dikatakan anak adalah seorang yang dilahirkan dari


perkawinan antara seorang perempuan dengan seorang laki-laki dengan
tidak menyangkut bahwa seseorang yang dilahirkan oleh wanita meskipun
tidak pernah melakukan pernikah tetap dikatakan anak. Secara Konseptual
anak-anak pada awalnya disebut dengan Istilah khusus yakni Children in
Especialy Dificult Circumstances (CEDC) atau anak-anak yang
membutuhkan perlindungan khusus yakni jika anak berada dalam
lingkungan dimana hubungan antara anak dan orang-orang disekitarnya,
khususnya orang dewasa penuh dengan tindak kekerasan atau cenderung
tidak peduli alias menelantarkan atau disebut dengan perlindungan anak.1
Perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan
melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang
dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat
kemanusiaan serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.2
Perlindungan anak merupakan perwujudan adanya keadilan dalam suatu
masyarakat, dengan demikian maka perlindungan anak harus diusahakan
dalam berbagai bidang kehidupan berbangsa dan bernegara. Namun dalam
kenyataannya tidak sesuai dimana anak sebagai pihak yang lemah sering
mendapatkan perlakuan kekerasan oleh pihak yang tidak bertanggungjawab
untuk mendapatkan keuntungan yang sampai melanggar hak-hak anak yang
harus diterima sebagai manusia.
Dunia internasional telah bersepakat untuk membuat sebuah aturan
yang mengatur tentang perlindungan anak. Maka pada tanggal 28 November
1989 Majelis Umum PBB telah mengesahkan Konvensi Hak Anak (KHA),
setahun setelah KHA disahkan, maka pada tanggal 25 Agustus 1990
pemerintah Indonesia meratifikasi konvensi tersebut melalui Keputusan
1
Bagong Suyanto, Masalah Sosial Anak (Jakarta: Kencana, 2013), hlm. 4.
2
Tika Amalia, “Apa yang dimaksud dengan Perlindungan Anak?” diakses dari
https://www.dictio.id/t/apa-yang-dimaksud-dengan-perlindungan-anak/13146 ,tanggal 23
Desember 2020, Pukul 14.00 WIB

2
Presiden No.36 Tahun 1990 dan mulai berlaku sejak 5 Oktober 1990.
Dengan ikutnya Indonesia dalam mengesahkan konvensi tersebut maka
Indonesia terikat dengan KHA dan segala konsekuensinya. Artinya, setiap
menyangkut tentang kehidupan anak harus mengacu pada KHA dan tidak
ada pilihan lain kecuali melaksanakan dan menghormatinya maka akan
memiliki pengaruh yang negatif dalam hubungan internasional.
Negara Indonesia dalam mewujudkan pelaksanaan KHA dan demi
menjamin terpenuhinya hak-hak anak agar anak dapat hidup, tumbuh
berkembang dan berpartisipasi secara optimal sesuai harkat dan martabat
kemanusiaan serta mendapatkan perlindungan dari kekerasan dan
diskriminasi untuk terwujudnya anak Indonesia yang berkualitas berakhlak
mulia dan sejahtera, mengesahkan Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 23
Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang di sahkan pada tanggal 17
Oktober 2014 oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan diundangkan
pada hari itu juga pleh Menkuham Amir Syamsudin.3
Undang-Undang No.23 Tahun 2002 menjelaskan tentang
perlindungan anak, bahwa anak adalah amanah dan karunia Tuhan yang
Maha Esa, yang dalam dirinya melekat harkat dan martabat sebagai
manusia seutuhnya. Lebih lanjut dikatakan bahwa anak adalah tunas,
potensi dan generasi muda penerus cita-cita perjuangan bangsa, memiliki
peran srategis dan mempunyai ciri dan sifat khusus yang menjamin
kelangsungan eksistensi bangsa dan negara pada masa depan.4
Sehubung dengan perkembangan anak yang semakin dewasa terjadi
berbagai macam fenomena negatif yang mengusik kehidupan mereka.
Berbagai penyimpangan sosial yang ada dalam masyarakat kita sekarang ini
semakin banyak terjadi dan sebagian besar menimpa anak-anak. Walaupun

3
Gunawan, “UU No. 35 Tahun 2014 tentang perubahan atas UU No 23 Tahun
2002 tentang perlindungan anak”, diakses dari https://www.jogloabang.com/pustaka/uu-
35-2014-perubahan-uu-23-2002-perlindungan-anak , Tanggal 24 Desember 2020, Pukul
12.50 WIB
4
M.Nasir Djamil, Anak Bukan untuk dihukum (Jakarta: Sinar Grafika, 2013),
hlm. 8-9.

3
Undang- Undang tentang perlindungan tersebut telah diterbitkan. Para
pelaku kekerasan tetap saja berani untuk melakukan aksinya dimana pun,
kapan pun dan kepada siapapun, terutama anak-anak. Kekerasan terhadap
anak oleh pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab merupakan masalah
setiap negera. Di Indonesia sendiri kasus kekerasan terhadap anak setiap
tahunnya mengalami peningkatan.
Kekerasan terhadap anak adalah tindak kekerasan secara fisik,
seksual, penganiayaan emosional, atau pengabaian pada anak.5 Ada empat
kategori utama tindak kekerasan terhadap anak, yaitu pengabaian, keekrasan
fisik, pelecehan psikologis/emosional, dan pelecehan seksual pada anak.
Sebagian besar kekerasan pada anak terjadi di rumah anak itu sendiri
dengan jumlah yang lebih kecil terjadi di sekolah, di lingkungan atau
organisasi temoat anak berinteraksi.
Munculnya kekerasan pada anak dalam keluarga yang sering terjadi
adalah kekerasan yang melibatkan pihak ayah, ibu,saudara,dan lingkungan.
Faktor utama penyebab kekerasan terhadap anak adalah ketidak harmonisan
dalam keluarga, faktor lainya terjadi karena kurangnya ekonomi sehingga
menjadi ketidakmampuan keluarga untuk memenuhi kebutuhan
keluarganya. Sebagai orang tua, pendidikan yang utama dan pertama
memegang peranan yang paling penting, agar anak tidak terpengaruh pada
lingkungan yang tidak baik yang dapat memicu anak tersebut untuk
melakukan tindakan kekerasan.6
Data kasus kekerasan anak di Kabupaten Banjarnegara berdasarkan
data dari Pusat Perlindungan Terpadu Perlindungan Perempuan dan Anak
(P2TP2A) pada tahun 2018 terdapat 33 kasus, sedangkan untuk tahun 2019
terdapat 43 kasus, dan pada tahun 2020 menurun menjadi 38 kasus.7
Namun menurunya jumlah kekerasan pada anak di tahun 2020 malah
5
Farlex, Child abuse-definition of child abuse , Terj. , diakses dari
https://www.thefreedictionary.com/child+abuse , Tanggal 23 Desember 2020, Pukul
14.30 WIB.
6
Imran Siswadi, Perlindungan Anak Dalam Prespektif Hukum Islam dan HAM,
Jurnal Al-Mawarid FH UII, Vol. 11 No.2, Tahun 2011, hlm 14
7
Data jumlah kejadian kekerasan di Banjarnegara, diperoleh dari Pusat
Pelayanan Terpadu Perlindungan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Banjarnegara

4
menjadi perhatian khusus dari P2TP2A di Banjarnegara mengingat angka
tersebut adalah kekerasan yang terungkap dan dilaporkan sehingga diyakini
kekerasan yang tidak dilaporkan jumlahnya lebih banyak. Dikhawatirkan
korban para korban kekerasan termasuk kekerasan dalam rumah tangga
(KDRT) kehilangan akses untuk melaporkan kekerasan yang dialaminya
karena takut, dan karena pada masa Pademi ini menjadikan ruang gerak
menjadi terbatas terutama di wilayah dengan sarana dan prasarana
komunikasi serta transportasi yang tidak mendukung dalam mendapatkan
akses layanan. Ditambah lagi, jika pusat penyedia layanan belum bisa
berfungsi secara optimal.
Menurut Rini Sugiarti dari Layanan Psikolog Sehat Jiwa di HIMPSI
faktor penyebab terjadinya kenaikan kasus kekerasan selama pademi Covid-
19 sebagian besar adalah faktor ekonomi dikarenakan pendapatan yang
semakin sulit dan menurun drastis. Selain karena faktor ekonomi juga ada
faktor lain yaitu meningkatnya intensitas bertemu selama Work From Home
(WFH) yang mengakibatkan rasa bosan karena lama berada di rumah,
kemudian menghasilkan jengkel yang terpendam dan memicu terjadinya
kekerasan.8
Di sisi lain, Pemerhati Anak Seto Mulyadi berpendapat masyarakat
Indonesia masih kerap melihat kekerasan terhadap anak sebagai masalah
domestik. Karenanya, banyak yang memilih mendiamkan daripada
melaporkan ke pihak yang berwajib. Ia berpendapat kekerasan terhadap
anak bukanlah urusan pemerintah saja, melainkan juga masyarakat umum.
Karenanya, masyarakat diharapkan tidak ragu-ragu melapor ke pihak
berwajib ketika melihat ada anak yang dianiaya orang tuanya.9
Seperti halnya yang terjadi di daerah pedesaan Kabupaten
Banjarnegara, sudah menjadi semacam tradisi untuk menutupi tindakan

8
Raka Lestari, “Mengapa Kasus kekerasan Meningkat pada Masa Pademi?”,
diakses dari https://www.medcom.id/rona/keluarga/-mengapa-kasus-kdrt-meningkat-di-
masa-pandemi , tanggal 09 Desember 2020, pukul 22.30 WIB
9
Yohanie Linggasari, Kekerasan anak di cipulir sudah lama diketahui tetangga,
diakses dari https://www.cnnindonesia.com/nasional/kekerasan-anak-di-cipulir-sudah-
lama-diketahui-tetangga ,tanggal 24 Dsember 2020, 15.29 WIB

5
kekerasan yang dialami oleh perempuan dan anak-anak. Jika pun ada upaya
untuk melaporkan ke aparat desa tujuannya justru untuk melakukan
perdamaian. Contohnya di Kecamatan Susukan yang masuk daerah
pedesaan banyak yang tidak peduli dengan kasus kekerasan di
lingkungannya. Misalnya dengan tidak bersedianya menjadi saksi bagi
kasus kekerasan yang terjadi di depan matanya, dengan alasan takut menjadi
saksi, takut mendapatkan ancaman dari pelaku, takut mencampuri urusan
rumah tangga orang, ataupun alasan lainnya terkait dengan posisi, status,
ekonomi dan juga keselamatan yang bersangkutan.
Berangkat dari kasus kekerasan terhadap anak dan kekerasan dalam
rumah tangga yang semakin marak terjadi dalam kehidupan masyarakat,
baik yang diberitakan di berbagai surat kabar atau dipertontonkan di
televisi, maupun yang tidak terdeteksi oleh media. Hadir lembaga sosial
Woman Crisis Centre Srikandi Banjarnegara yang merupakan cabang dari
LSM Mitra Wacana Woman Crisis Centre Yogjakarta yang didirikan pada
April 1996 oleh sekelompok individu perwakilan dari berbagai LSM di
Yogyakarta. Tujuan awal pendirian Mitra Wacana sebagai forum waktu itu
sebagai layanan penyedia layanan informasi dari berbagai LSM yang ada
tersebut. Dalam perjalanannya, kelompok sasaran kegiatan ini memiliki
visi, misi, spirit dan keinginan untuk memperjuangkan keadilan dan
kesetaraan gender, serta memfasilitasi pendampingan dan kegiatan
konseling lintas usia yang kepada perempuan dan anak yang mengalami
tindak kekerasan seksual, fisik, maupun psikologis yang terjadi baik dalam
lingkup rumah tangga naupun di luar rumah tangga.10
Melihat tingginya angka kasus kekerasan pada anak di Banjarnegara,
LSM Mitra Wacana Woman Crisis Centre mengadakan beberapakali
aktifitas di Banjarnegara sehingga memberikan spirit yang sama kepada
beberapa aktivis perempuan yang tergabung dalam divisi tersebut yang
berasal asli dari Banjarnegara untuk mengukuhkan diri berkomintmen
10
Afina Nurul, “Mitra Wacana Woman Crisi Centre Memperjuangkan Cita-Cita
Adil Gendre”, diakses dari https://komunita.id/2016/12/05/mitra-wacana-women-crisis-
center-perjuangkan-cita-cita-adil-gender/, tanggal 08 Desember 2020, pukul 22.00 WIB

6
membentuk WCC sendiri di Banjarnegara yang lebih khusus pada
penanganan korban kekerasan dengan mendirikan Women’s Crisis Centre
Srikandi Banjarnegara secara resmi berdiri pada tanggal 28 September
2010. Lembaga ini memfokuskan diri pada kegiatan membantu perempuan
korban tindak kekerasan melalui penyediaan layanan yang berpihak pada
hak-hak korban terutama hak kebenaran, keadilan dan pemulihan.
Adanya WCC Srikandi Banjarnegara sebagai institusi berperan
menyediakan layanan yang membantu perempuan korban tindak kekerasan
melalui penyediaan layanan yang berpihak pada hak-hak korban terutama
hak kebenaran, keadilan dan pemulihan. WCC Srikandi bekerja dalam
bangunannya sendiri dikarenakan penanganan bagi perempuan korban
tindak kekerasan yang seringkali terabaikan hak-haknya. Sementara fakta
menunjukkan adanya peningkatan kasus yang cukup signifikan dari tahun
ke tahun. Bentuk kekersan yang dialami korban juga beragam, mulai dari
perkosaan anak dibawah umur, pelecehan seksual, kekersan dalam rumah
tangga.
Hukum islam menetapkan tindak kekerasan sebagai salah satu
perbuatan kejahatan yang dikategorkan sebagai jarimah atau tindak
pidana.11 Sehingga pemidanaan dan penjatuhan hukuman juga patut
diberikan kepada pelaku tindak pidana kekerasan. Keseriusan Islam dalam
menangani status anak semakin legitimate dengan banyaknya ayat Alquran-
sebagai kitab suci dan sumber hukum ajaran Islam-yang membahas
mengenai status anak.12
Sekiranya hal ini menggambarkan dan menegaskan bahwa Alquran
atau akidah Islam sangat humanis, yaitu memposisikan anak sebagai mahluk
yang sangat mulia, lengkap dengan “perangkat” rizkinya dan memiliki nilai
plus. Munculnya hal tersebut, dalam kontek Islam merupakan hak dan
Hasa Ali al Syazili, al-Jinayat fi al-Fiqh al-IslamiDirasah Muqaranah Baina al-
11

Fiqh al-Islami wa al-Qanun ,(Beriut: Daral Kitab al Jami’i, t.t.), hlm. 8


12
Lebih lanjut mengenai penjelasan status anak dalam agama Islam ditegaskan
dalam Q.s. al-Isra dijelaskan, bahwa, “Dan sesungguhnya telah kami muliakan anak-anak
Adam. Kami angkut mereka didarat dan dilautan, kami beri mereka rezeki dari yang baik-
baik dan kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan
makhluk yang telah kami ciptakan”. (Q.s. al-Isra: 70).

7
kehendak mutlak dari Allah Swt. Sehingga untuk menyikapi dan
menyingkap nilai transcendental dimaksud, Allah Swt pun menegaskan
eksistensi dan keberadaan anak dalam bagian lain Alquran, yaitu Q.s. al-Tîn
ayat 4, disebutkan bahwa, “Sesungguhnya aku ciptakan kamu manusia
dalam bentuk yang sebaikbaiknya,atau semulia-mulianya”.13
Keberpihakan Islam terhadap upaya perlindungan anak, benar benar
menjadi skala prioritas. Instrumen-instrumen yang berkaitan dengan hal
tersebut seolah telah ditata dan diatur secara rapih guna mewujudkan
generasi yang insan kâmil dan ber-rahmatan lil ‘alâmin. Karenanya,
perlindungan terhadap anak pun telah diajarkan sejak dini, yaitu dengan cara
memberikan hak hidup terhadap janin yang ada di dalam perut sang ibu
sebelum dilahirkan.14 Hal ini tergambar dalam firman Allah Q.s. al-An’am
ayat140 dan Q.s. al- isra ayat 31:
ِٰ ٰ ِ ِ ِ
َ ‫قَ ْد َخسَر الَّذيْ َن َقَتلُ ْوٓا اَْواَل َد ُه ْم َس َف ًهاۢ بِغَرْيِ عْل ٍم َّو َحَّر ُم ْوا َما َر َز َق ُه ُم اللّهُ افْرِت َاۤءً َعلَى اللّه ۗقَ ْد‬
‫ضلُّ ْوا َو َما َكانُ ْوا‬

‫ُم ْهتَ ِديْ َن‬

Sungguh rugi mereka yang membunuh anak-anaknya karena


kebodohan tanpa pengetahuan, dan mengharamkan rezeki yang
dikaruniakan Allah kepada mereka dengan semata-mata membuat-buat
kebohongan terhadap Allah. Sungguh, mereka telah sesat dan tidak
mendapat petunjuk (Q.s. al-An’am ayat140).15 Dan
‫ق حَنْ ُن َنْر ُز ُق ُه ْم َواِيَّا ُك ْمۗ اِ َّن َقْتلَ ُه ْم َكا َن ِخطًْٔٔـًا َكبِْيًرا‬
ۗ ٍ ‫َواَل َت ْقُتلُ ْوٓا اَْواَل َد ُك ْم َخ ْشيَةَ اِ ْماَل‬

Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut miskin.


Kamilah yang memberi rezeki kepada mereka dan kepadamu. Membunuh
mereka itu sungguh suatu dosa yang besar (al- isra ayat 31).16

Andi Subarkhah, Al-Quran dan Terjemahanya New Cordova, (Bandung:


13

Creative Media Crop, 2012), hlm. 597


14
Siti Nurjanah, “Keberpihakan Islam terhadap Perlindungan Anak”, dalam
Jurnal Al- Adalah. Vol 14, No. 2 Tahun 2017, hal 411
15
Andi Subarkhah, Al-Quran dan Terjemahanya New Cordova, (Bandung :
Creative Media Crop, 2012), hlm. 146
16
Ibid,hlm. 285.

8
Dari berbagai ajaran Islam terkait hak anak tersebut, maka diperoleh
pelajaran bahwa Islam memandang hak-hak anak semenjak dalam
kandungan, bahkan sebelum itu untuk dilindungi dan diberikan secara
optimal. Selain itu juga, Islam terkait hak anak langsung dicontohkan oleh
Nabi Muhammad, sebagaimana sabda Nabi Muhammad Saw, “Pemuda
hari ini adalah pemimpin masa depan,” hal tersebut membuktikan bahwa
islam menyuruh seluruh umat masnusia untuk menlindungi dan merawat
anak dengan baik dan benar mengingat peran penting anak di masa yang
akan datang.
Secara tegas dan jelas, Islam telah memberikan petunjuk kepada
umatnya untuk memberikan perlindungan terhadap anak-anaknya terlebih
untuk memenuhi hak-hak anaknya. Lebih istimewa lagi, Islam tidak pernah
menyebutkan dan menyinggung tentang perbedaan gender dan jenis
kelamin dari seorang anak. Maksudnya, semua anak mendapatkan porsi dan
hak yang sama untuk dilindungi demi perkembangan dan pertumbuhan anak
secara wajar, baik dari segi fisik maupun mental dan sosialnya. Hal ini
dimaksudkan, agar kelak di kemudian hari para orang tua tidak
meninggalkan keturunan yang lemah.17
Berkaitan dengan indikator tentang perlindungan terhadap hak hak
anak, hukum Islam telah membahasnya dengan detail. Sebagaimana syari’at
Islam yang hadir di bumi adalah sebagai al-maslahat al-ammah
implikasinya memiliki spirit keislaman dan menjadi standar optimalisasi
pemulihan dan perlindungan anak korban kekerasan, karena Islam
menjamin perlindungan korban kekerasan melalui indikator tujuan hukum
yang ada dalam lima aspek utama dari maqasid al-shar’iyyah,18 yaitu Hifzu
al-din yang menjadi institusi relevansi perlindungan kerohanian korban
kekerasan, Hifzu al-nafs menjadi institusi relevansi perlindungan psikis
17
Hal ini termaktub dalam Q.s. al-Nisa’ ayat 9 yang artinya “Dan hendaklah
orang-orang takut kepada Allah, bila seandainya mereka meninggalkan anak-anaknya,
yang dalam keadaan lemah, yang mereka khawatirkan terhadap (kesejahteraan) mereka.
Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan mengucapkan perkataan
yang benar”.
18
Hamadi, al ‘Ubaidi, al-Shathibi wa maqasiq al-shar’iyyah, (Beriut: Dar al
Qutaibah, 1992) hlm.122

9
korban kekerasan, Hifzu al-aql, Hifzu al-nasl dan, Hifzu al-mal kesemuanya
merupakan relevansi kewajiban orang tua untuk menjaga dan merawat anak
dengan sebaik baiknya.

Pembahasan mengenai perlindungan terhadap anak dalam islam


sangat lengkap, karena diawali dengan cara mempersiapkan anak sejak
dalam kandungan hingga dewasa. Bahkan, untuk mengantisipasi perilaku-
perilaku yang dapat berakibat pada hukum, terdapat anjuran dan nasehat
untuk berbakti pada orang tua yang telah mewrawat anak. Selain itu,
mengungkapkan juga jaminan keberlangsungan hidup, jaminan kesehatan
dan tuntunan penyambutan kelahiran jabang bayi,19 pensyariatan al-
hadlânah (pengasuhan anak), jaminan beragama dan mendapatkan
pendidikan, anjuran menyusui dengan air susu ibu kandung, kewajiban
nafkah ayah bagi anak dan melindungi anak dari perilaku tercela dan
perlakuan salah.20

Sesungguhnya kekerasan terhadap anak adalah pelanggaran hak


asasi dan prinsip kesetaraan keaaman dan kebebasan, integritas dan
kehormatan, yang seharusnya diterpkan kepada semua lapisan masyrakat.
Oleh sebab itu kekerasan terhadap anak tidak hanya dipandang sebagai
persoalan pribadi, tetapi merupakan persoalan social yang tidak hanya

19
Berupa anjuran mengadzani anak yang baru lahir, meski masalah adzan di
telinga bayi ini adalah masalah khilafiyah, ada sebagian yang memandangnya mustahab
dan sunnah, dimana sebenarnya cukup banyak ulama yang berpendapat sunnahnya adzan
di telinga bayi. Berkaitan dengan adzan di telinga bayi, Wahbah al-Zuhaily, seorang
ulama ahli fiqih kontemporer abad 20 mengatakan bahwa selain digunakan untuk salat,
adzan juga dikumandangkan pada beberapa even kejadian lainnya. Lebih lengkap lihat
Wahbah al-Zuhaily, al-Fiqh al-Islámy wa Adillatuh (Bayrût: Dár al-Fikr, 1989). Adapun
hadis yang menguatkan adzan di telinga bayi adalah Abu Rafi meriwayatkan: Aku melihat
Rasulullah Saw mengadzani telinga al-Hasan ketika dilahirkan oleh Fatimah. (H.r. Abu
Daud, al-Tirmizy dan al-Hakim). Mengenai hadis ini, al-Imam al-Hakim menyebutkan
hadis shahih. Selain itu, al-Imam al-Nawawi juga termasuk menshahihkan hadis ini
sebagaimana tertuang di dalam kitab al-Majmu’ Syarah al-Muhadzdzab berkaitan dengan
anjuran memberikan nama yang baik juga telah diatur. Hal ini dapat dilihat dalam hadis
nabi yang berbunyi “Sesungguhnya mereka memberikan nama (pada anak-anak mereka)
dengan nama-nama para nabi dan orang-orang sholih” (H.r. Muslim). Begitu juga
dengan anjuran khitan dan mencukur rambut kepala.
20
Pumamma Rozak, “Kekerasan Terhadap Anak dalam Rumah Tangga
Prespektif Hukum Islam”, dalam Jurnal SAWWA, Vol. 9 No. 1 Tahun 2013, hlm. 54-55

10
berdampak secara fisik dan ekonomi korban saja namun juga berdampak
pada keluarga dan masyarkat di sekitar lingkungan koban. Dalam banyak
kasus, baik keluarga maupun lingkungan korban tidak mampu menjamin
terwujudnya kebutuhan tersebut, karenanya hakikat adanya lembaga-
lembaga seperti Srikandi Woman Crisis Centre menjadi pihak ketiga yang
berperan untuk mengupayakan penanganan bagi anak korban tindak
kekerasan sangatlah dibutuhkan adanya. Dalam penelitian ini penulis akan
membahas mengenai WCC Srikandi dalam melindungi korban Kekerasan
dalam Rumah Tangga dalam prespektif hukum islam.
Berdasarkan penjelasan di atas maka peneliti tertarik untuk meneliti
tentang peran Srikandi Woman Crisis Centre dalam melindungi anak korban
kekerasan prespektif hukum islam studi kasus Kecamatan Susukan
Kabupaten Banjarnegara.
B. DEFINISI OPRASIONAL
Untuk membatasi pengertian dalam penelitian ini agar tidak terjadi
keluasan makna, maka penulis akan menegaskan istilah yang digunakan,
diantaranya:
1. Peran
Peran berasal dari kata “peran”. Peran memiliki makna yaitu
seperangkat tingkat diharapkan yang dimiliki oleh yang berkedudukan di
masyarakat. (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2007: 845) “peranan adalah
bagian dari tugas utama yang harus dilksanakan”.21. Peran yang dimaksud
peneliti ialah kegiatan dan program-program yang dilakukan Woman Crisis
Centre Srikan di dalam melindungi anak korban kekerasan dan analisis
hukum islamnnya.
2. Women’s Crisis Center (WCC)

Women’s Crisis Center (WCC) adalah sebuah jaringan kerja atau


organisasi yang bertujuan untuk membantu para perempuan yang sedang
dalam kondisi krisis akibat kekerasan yang dialaminya.22 Woman Crisis
Centre Srikandi merupakan organisasi non pemerintah yang berkomitmen
21
Kamus Besar Bahasa Indonesia ( Jakarta : Balai Pustaka,2007 ) hlm.845

11
pada penghapusan kekerasan terhadap perempuan. Secara resmi berdiri pada
tanggal 28 September 2010 merupakan induk dari LSM Mitra Wacana
Woman Crisis Centre Yogjakarta yang didirikan pada April 1996 oleh
sekelompok individu perwakilan dari berbagai LSM yang ada di
Yogyakarta. WCC Srikandi merupakan lembaga yang memfokuskan diri
pada kegiatan membantu perempuan korban tindak kekerasan melalui
penyediaan layanan yang berpihak pada hak-hak korban terutama hak
kebenaran, keadilan dan pemulihan.
3. Anak
Pengertian anak menurut peraturan per-undang undangan dan hukum islam
dapat dilihat sebagai berikut :
a) Anak Menurut UU No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak

Pengertian anak berdasarkan Pasal 1 ayat (1) UU No 23 Tahun 2002


tentang Perlindungan Anak adalah seseorang yang belum berusia 18
(delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan.23

b) Anak menurut Kitab Udang –Undang Hukum perdata

Di jelaskan dalam Pasal 330 Kitab Undang-undang Hukum Perdata,


mengatakan orang belum dewasa adalah mereka yang belum mencapai
umur 21 tahun dan tidak lebih dahulu telah kawin. Jadi anak adalah setiap
orang yang belum berusia 21 tahun dan belum meniakah. Seandainya
seorang anak telah menikah sebalum umur 21 tahun kemudian bercerai atau
ditinggal mati oleh suaminya sebelum genap umur 21 tahun, maka ia tetap
dianggap sebagai orang yang telah dewasa bukan anak-anak.24

c) Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

22
Titin Murtakhamah, “Mengenal Lebih Dekat Pusat Crisis di Indonesia”,
diakses melalui https://www.kompasiana.com/titin_murtakhamah/mengenal-lebih-dekat-
pusat-krisis-perempuan-di-indonesia, tanggal 24 Desember 2020, Pukul 09.33 WIB.
23
Undang-undang No 23 tahun 2002 tentang perlidungan anak
24
Subekti dan Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, (Jakarta :
PT. Pradnya Paramita, 2002), hlm. 90

12
Anak dalam Pasal 45 KUHPidana adalah anak yang umurnya belum
mencapai 16 (enam belas) tahun.

d) Menurut Undang-undang No 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak

Yang disebut anak adalah seseorang yang belum mencapai umur 21


(dua puluh satu) tahun dan belum pernah kawin (Pasal 1 butir 2).25

e) Menurut Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem


Peradilan Pidana Anak

Dijelaskan dalam (Pasal 1 Ayat (3)) Anak adalah anak yang telah
berumur 12 (dua belas) tahun, tetapi belum berumur 18 (delapan belas)
tahun yang diduga melakukan tindak pidana.

f) Menurut Pasal 1 butir 5 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang


Hak Asasi Manusia adalah sebagai berikut :

"Anak adalah setiap manusia yang berusia di bawah 18 (delapan


belas) tahun dan belum menikah, termasuk anak yang masih dalam
kandungan apabila hal tersebut demi kepentingannya".26

g) Menurut Hukum Islam

Dalam hukum islam anak adalah seseorang yang belum menunjukan


tanda-tanda sudah Balig dan tidak didasarkan pada batas usia, melaikan
didasarkan atas tanda-tanda tertentu. Terdapat beberapa kategori
perkembangan seseorang terkait dengan kewajiban melaksanakan syar’i.
Seseorang dikatagorikan Mukalaf, yaitu seseorang laki-laki muslim yang
sudah berakal balig. Sama dengan wanita muslimah berakal dan balig.27

25
Redaksi Sinar Grafika, UU Kesejahteraan Anak, (Jakarta : Sinar Grafika,
1997), hlm. 52
26
Undang-undang HAM Nomor 39 tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia
27
Muhammad Amim Masdi, Kitab Qowaid Fiqih (Jakarta : PT Pustaka Firdaus
1995), hlm. 503.

13
Seseorang dikategorikan baliq, laki-laki bila sudah mimpi dan wanita
bila sudah haid. Sedangkan Mumayid, adalah anak kecil yang belum balig.
Namun demikian, Muhammad Usman najati dalm kitab Hadis Nabi ilmu
Jiwa, mengkategorikan remaja adalah perubahan anak kecil masa akhir
anak-anak masa remaja, biasanya dimulai pada usia 12 tahun sampai 21
tahun.28

Dari beberapa pengertian anak diatas dapat disimpulkan bahwa anak


menurut hukum positif ialah seseorang yang belum berusia 18 tahun, dan
menurut hukum islam anak ialahseseorang yang belum baliq atau belum
menunjukan tanda-tanda baliq.

4. Korban
Pengertian korban menurut Bambang Waluyo dalam bukunya yang
berjudul Victimologi Perlindungan Korban dan Saksi, bahwa yang
dimaksud dengan korban adalah “orang yang telah mendapat penderitaan
fisik atau penderitaan mental, kerugian harta benda atau mengakibatkan
mati atas perbuatan atau usaha pelanggaran ringan dilakukan oleh pelaku
tindak pidana dan lainnya”. Disini jelas yang dimaksud bagi korban menurut
penulis “orang yang mendapat penderitaan fisik dan seterusnya” itu adalah
korban dari pelanggaran atau tindak pidana kekerasan dalam rumah
tangga.29
5. Kekerasan
Soerdjono Soekanto mendefinisikan kekerasan sebagai istilah yang
dipergunakan bagi terjadinya cidera mental atau fisik. Kekerasan diartikan
sebagai sebuah ancaman, usaha atau penggunaan fisik yang dilakukan oleh
seseorang yang dapat menimbulkan luka baik secara fisik maupun non fisik
terhadap orang lain.

Amin Syarif Qosim, Kibab Usul Fiqih., hlm. 2-6


28

Bambang Waluyo, Viktimologi Perlindungan Hukum Terhadap Korban


29

Kejahatan, (Jakarta: Sinar Grafika tahun 2011), hlm 9.

14
Yang dimaksud dalam skripsi ini adalah kekerasan yang dilakukan
terhadap anak atau kekerasan terhadap anak. Kekerasan terhadap
anak adalah tindak kekerasan secara fisik, seksual, penganiyaan emosional,
atau pengabaian terhadap anak.30 Di Amerika Serikat, Pusat Pengendalian
dan Pencegahan Penyakit (CDC) mendefinisikan penganiayaan anak
sebagai setiap tindakan atau serangkaian tindakan wali atau kelalaian oleh
orang tua atau pengasuh lainnya yang dihasilkan dapat membahayakan, atau
berpotensi bahaya, atau memberikan ancaman yang berbahaya kepada anak.
Sebagian besar terjadi kekerasan terhadap anak di rumah anak itu sendiri
dengan jumlah yang lebih kecil terjadi di sekolah, di lingkungan atau
organisasi tempat anak berinteraksi. Ada empat kategori utama tindak
kekerasan terhadap anak: pengabaian, kekerasan fisik, pelecehan
emosional/psikologis, dan pelecehan seksual anak.

Sedangkan Definisi kekerasan terhadap anak menurut WHO,


mencakup semua bentuk perlakuan yang salah baik secara fisik dan/atau
emosional, seksual, penelantaran, dan eksploitasi yang berdampak atau
berpotensi membahayakan kesehatan anak, perkembangan anak, atau harga
diri anak dalam konteks hubungan tanggung jawab.31

6. Hukum Islam
Hukum Islam atau syariat Islam adalah sistem kaidahkaidah yang
didasarkan pada wahyu Allah SWT dan Sunnah Rasul mengenai tingkah
laku mukallaf (orang yang sudah dapat dibebani kewajiban) yang diakui dan
diyakini, yang mengikat bagi semua pemeluknya. Dan hal ini mengacu pada
apa yang telah dilakukan oleh Rasul untuk melaksanakannya secara total.
Syariat menurut istilah berarti hukum-hukum yang diperintahkan Allah Swt
untuk umat-Nya yang dibawa oleh seorang Nabi, baik yang berhubungan

30
Farlex, Child abuse-definition of child abuse , Terj. , diakses dari
https://www.thefreedictionary.com/child+abuse , Tanggal 23 Desember 2020, Pukul 14.30 WIB
31
Gerhard Sinaga, “Lindungi Anak dari Bahaya Kekerasan”, diakses melaui
https://puspensos.kemsos.go.id/lindungi-anak-dari-bahaya-kekerasan ,tanggal 25
Desember 2020, Pukul 11.38 WIB

15
dengan kepercayaan (aqidah) maupun yang berhubungan dengan
amaliyah.32
C. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka secara


metodologis dapat ditarik rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana Peran Woman Crisis Centre Srikandi Banjarnegara dalam
melindungi anak korban kekerasan di Kecamatan Susukan Kabupaten
Banjarnegara?
2. Bagaimana tinajuan Hukum Islam terhadap Peran Woman Crisis Centre
Srikandi Banjarnegara dalam melindungi anak korban kekerasan?
D. TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan pada rumusan masalah dalam penelitian, adapun tujuan


penelitian yang dimaksudkan oleh peneliti, antara lain:
1. Untuk mengetahui peran Woman Crisis Centre Srikandi dalam
melindungi anak korban kekerasan di Kecamatan Susukan Kabupaten
Banjarnegara
2. Untuk mengetahui bagaimana Woman Crisis Centre Srikandi dalam
melindungi anak korban kekerasan prespektif hukum islam
E. MANFAAT PENELITIAN
Penelitian ilmiah yang penulis lakukan ini memiliki manfaat baik
secara teoritis maupun secara praktis, sebagai berikut:

Secara Teoritis
1. Penelitian ini dapat memberikan konstribusi sekaligus bahan referensi
kepada akademisi, peneliti, mahasiswa, dan pembaca secara umum
tentang peran Woman Crisis Centre Srikandi dalam melindungi anak
korban kekerasan di Kecamatan Susukan Kabupaten Banjarnegara dan
bagaimana pandangan hukum islam serta hubungan antara keduanya.
Secara Praktis

Eva Iryani, Hukum Islam, “Demokrasi dan Hak Asasi Manusia”, dalam Jurnal
32

Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol.17 No.2 Tahun 2017. Halaman 24.

16
1. Menambah pengertahuan mengenai program-program apa saja yang
dilaksanakan oleh Woman Crisis Centre untuk melindungi anak korban
kekerasan Kecamatan Susukan Kabupaten Banjarnegara dan bagaimana
pandangan hukum islamnya.
2. Menambah wawasan bagi penulis khususnya, dan bagi masyarakat umum
dapat memberi pengetahuan terkait peran Woman Crisis Centre Srikandi
dalam melindungi anak korban kekerasan di Kecamatan Susukan
Kabupaten Banjarnegara dan bagaimana dalam prespektif hukum
islamnya.
3. Penelitian ini juga dapat memberikan konstribusi dan pengetahuan
kepada siapa saja tentang bagaimana proses perlindungan anak korban
kekrasan dan dimana korban mendapatkan perlindungan dari kekerasan
kekerasan dalam rumah tangga.
F. KAJIAN PUSTAKA

Berdasarkankajian pustaka yang dilakukan oleh penulis, sudah ada


beberapa karya tulis berupa skripsi, tesis, artikel, jurnal, dan semacamnya
yang membahas mengenai program perlindungan anak korban kekerasan
dalam prespektif hukum islam. Namun sejauh ini belum ada karya tulis
yang membahas mengenai Implementasi Peran Woman Crisis Centre
dalam Melindungi Anak Korban Kekerasan prespektif Hukum Islam di
Kecamatan Susukan Kabupaten Banjarnegara. Hingga saat ini yang ada
hanya beberapa skripsi, tesis, dan jurnal yang membahas dari segi aspek
atau sudut pembahasan yang berbeda.
Skripsi karya Dewi Fauziah dengan judul Perlindungan Anak
Korban Kekerasan dalam Keluarga (Studi Kasus Terhadap Penanganan
Anak Korban Kekerasan Dalam Keluarga Di Lembaga Perlindungan
Anak (LPA) Provinsi DIY.33 Skripsi ini menjelaskan mengenai
karakteristik kekerasan, faktor penyebab kekerasan dan juga penanganan
33
Dewi Fauziah, Perlindungan Anak Korban Kekerasan dalam Keluarga (Studi
Kasus Terhadap Penanganan Anak Korban Kekerasan Dalam Keluarga Di Lembaga
Perlindungan Anak (LPA) Provinsi DIY), Skripsi, Yogyakarta: Universitas Islam Negri
Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2010

17
LPA terhadap anak korban kekerasan dalam keluarga. Persamaan antara
skripsi penulis dengan skripsi tersebut yaitu sama-sama meneliti mengenai
peran lembaga sosial dalam melindungi anak korban kekerasan.
Perbedaanya adalah dalam skripsi karya Dewi Fauziah membahas tentang
perlindungan anak korban kekerasan namun lebih fokus kepada kasus
yang terjadi dalam keluarga, selain itu Dewi Fauziah juga melakukan
penelitiannya di Lembaga Perlindungan Anak (LPA). Sedangkan dalam
skripsi ini tidak hanya fokus terhadap kasus kekerasan terhadap anak yang
terjadi dalam keluarga saja dan membahas bagaimana analisis hukum
islam mengenai kekerasan terhadap anak, selain itu dalam skripsi ini
penulis melakukan penelitanya bukan di LPA tapi di lembaga Woman
Crisis Centre Srikandi Banjarnegara.
Skripsi karya Setya Herditazain dengan judul Perlindungan
Hukum Terhadap Anak Korban Tindak Kekerasan Seksual (Studi
Komparatif antara Hukum Positif dengan Hukum Islam).34 Skripsi ini
menjelaskan mengenai perlindungan anak tindak kekerasan seksual dalam
hukum positif dan hukum islam lalu membandingkan diantara keduanya.
Persamaan antara skripsi penulis dengan skripsi tersebut yaitu sama-sama
meneliti mengenai perlindungan terhadap anak korban kekerasan dan
analisis hukum islam terhadapnya. Perbedaanya adalah dalam skripsi
karya Setya Herditazain metode penelitian yang dilakukan adalah jenis
riset kepustakaan (library research) dengan membandingkan antara
hukum islam dengan hukum positif mengenai perlindungan hukum
terhadap anak korban kekerasan seksual sehingga bisa dilihat diantara
keduanya lebih baik mana. Sedangkan dalam skripsi ini jenis Penelitianya
adalah penelitian Lapangan (Field Study) lalu membahas mengenai
bagaimana peran lembaga Woman Crisis Centre dalam melindungi anak
korban kekerasan sudi kasus di Kecamatan Susukan Kabupaten

34
Setya Herditazain , Perlindungan Hukum Terhadap Anak Korban Tindak
Kekerasan Seksual (Studi Komparatif antara Hukum Positif dengan Hukum Islam),
Skripsi, Purwokerto: IAIN Purwokerto, 2017.

18
Banjarnegara, selain itu pada skripsi ini tidak hanya berfokus pada
perlindungan anak kaorban kekerasan seksual saja.
Skripsi karya Suci Hidayati dengan judul Perlindungan Hukum
Terhadap Anak KorbanTindak Pidana Kekerasan Seksual dalam Hukum
Islam (Studi Kasus di Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan dan Anak
Kabupaten Kulon Progo Yogyakarta).35 Skripsi ini menjelaskan mengenai
penerapan perlindungan hukum terhadap anak tindak kekerasan seksual di
Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan dan Anak Kabupaten Kulon Progo
Yogyakarta dan analisi hukum islamnya. Persamaan antara skripsi penulis
dengan skripsi tersebut yaitu sama-sama meneliti mengenai perlindungan
terhadap anak korban kekerasan dan analisis hukum islam terhadapnya.
Perbedaanya adalah dalam skripsi karya Suci Hidayati membahas tentang
perlindungan anak korban kekerasan namun lebih fokus kepada kasus
kekerasan seksual pada anak, selain itu Suci Hidayati juga melakukan
penelitiannya di Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan dan Anak
Kabupaten Kulon Progo Yogyakarta. Sedangkan dalam skripsi ini tidak
hanya fokus terhadap kasus kekerasan secara seksual saja, selain itu
dalam skripsi ini penulis melakukan penelitanya bukan di Dinas Sosial
Pemberdayaan Perempuan dan Anak tapi di lembaga Woman Crisis
Centre Srikandi Banjarnegara.
Berikut adalah table resume dari kajian pustaka diatas:
No Judul Persamaan Perbedaan

1. Perlindungan Anak Dalam skripsi tersebut Dalam skripsi tersebut


Korban Kekerasan dan skripsi penulis sama- membahas tentang
dalam Keluarga sama meneliti mengenai perlindungan anak korban
(Studi Kasus peran lembaga sosial kekerasan namun lebih
Terhadap dalam melindungi anak fokus kepada kasus yang
Penanganan Anak korban kekerasan. terjadi dalam keluarga,

35
Suci Hidayati, Prlindungan Hukum Terhadap Anak KorbanTindak Pidana
Kekerasan Seksual dalam Hukum Islam (Studi Kasus di Dinas Sosial Pemberdayaan
Perempuan dan Anak Kabupaten Kulon Progo Yogyakarta), Skripsi, Yogyakarta:
Universitas Islam Indonesia, 2018

19
Korban Kekerasan selain itu dalam skripsi
Dalam Keluarga Di penulis melakukan
Lembaga penelitiannya dilakukan di
Perlindungan Anak Lembaga Perlindungan
(LPA) Provinsi DIY Anak (LPA). Sedangkan
dalam skripsi ini tidak
hanya fokus terhadap kasus
kekerasan terhadap anak
yang terjadi dalam keluarga
saja dan membahas
bagaimana analisis hukum
islam mengenai kekerasan
terhadap anak, selain itu
dalam skripsi ini penulis
melakukan penelitanya
lembaga Woman Crisis
Centre Srikandi
Banjarnegara.
2. Perlindungan Hukum Dalam skripsi tersebut Dalam skripsi tersebut
Terhadap Anak dan skripsi penulis sama- metode penelitian yang
Korban Tindak sama meneliti mengenai dilakukan adalah jenis riset
Kekerasan Seksual perlindungan terhadap kepustakaan (library
(Studi Komparatif anak korban kekerasan research) dengan
antara Hukum Positif dan analisis hukum islam membandingkan antara
dengan Hukum terhadapnya hukum islam dengan hukum
Islam) positif sehingga bisa dilihat
diantara keduanya lebih
baik mana. Sedangkan
dalam skripsi ini jenis
Penelitianya adalah
penelitian Lapangan (Field

20
Study) lalu membahas
mengenai bagaimana peran
lembaga Woman Crisis
Centre dalam melindungi
anak korban kekerasan,
selain itu pada skripsi ini
tidak hanya berfokus pada
perlindungan anak kaorban
kekerasan seksual saja.
3. Perlindungan Hukum Dalam skripsi tersebut Dalam skripsi tersebut
Terhadap Anak dan skripsi penulis sama- membahas tentang
KorbanTindak sama meneliti mengenai perlindungan anak korban
Pidana Kekerasan perlindungan terhadap kekerasan namun lebih
Seksual dalam anak korban kekerasan fokus kepada kasus
Hukum Islam (Studi dan analisis hukum islam kekerasan seksual pada
Kasus di Dinas Sosial terhadapnya. anak, selain itu skripsi
Pemberdayaan tersebut juga melakukan
Perempuan dan Anak penelitiannya di Dinas
Kabupaten Kulon Sosial Pemberdayaan
Progo Yogyakarta) Perempuan dan Anak.
Sedangkan dalam skripsi ini
tidak hanya fokus terhadap
kasus kekerasan secara
seksual saja, selain itu
dalam skripsi ini penulis
melakukan penelitanya di
lembaga Woman Crisis
Centre Srikandi
Banjarnegara.

G. METODE PENELITIAN

21
1. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini
adalah Jenis Penelitian Lapangan (Field Study). Penelitian Lapangan
dimaksudkan untuk mempelajari secara intensif tentang latar belakang
keadaan dan posisi saat ini, serta interaksi lingkungan unit sosial tertentu
yang bersifat apa adanya (given).36 Subyek penelitian ini yaitu Woman
Crisis Centre Srikandi Banjarnegara yang terkait dengan penelitian ini.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan
Yuridis Sosiologis. Metode kualitatif adalah penelitian yang bertujuan
untuk mendapatkan pemahaman yang mendalam tentang masalah-masalah
manusia dan sosial, bukan mendeskripsikan bagian permukaan dari suatu
realitas sebagaimana dilakukan penelitian kuantitatif dengan
positivismenya.37 Jenis pendekatan ini dipilih karena dalam penelitian ini
akan membahas tentang peran Woman Crisis Centre Srikandi
Banjarnegara dalam melindungi korban kekerasan dalam rumah tangga,
jadi akan berkaitan dengan hukum dan juga berkaitan dengan sosial.
2. Sumber Data
Di dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis data berupa
data primer dan data sekunder:
a. Data primer

Data Primermerupakan data yang diperoleh langsung dari data-data


dari Dinas Sosial, Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan
Anak (P2TP2A), dan data dari Woman Crisis Centre Srikandi
Banjarnegara selama tahun 2020 dan Renja Woman Crisis Centre Srikandi
Banjarnegara untuk mengetahui program-program apa saja yang akan
dilaksanakan. Selain data primer, penelitian ini juga menggunakan data
sekunder yang berkaitan dengan penelitian ini.
36
Sudarwan Danim, Menjadi Peneliti Kualitatif: Ancangan Metodologi,
Presentasi, dan Publikasi Hasil Penelitian untuk Mahasiswa dan Peneliti Pemula Bidang
Ilmu-Ilmu Sosial, Pendidikan dan Humaniora, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2002), hlm.
54-55.
37
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik, (Jakarta:
Bumi Aksara, 2014), hlm. 85.

22
b. Data sekunder
Sumber data sekunder yaitu sumber yang mengutip dari sumber
lain bertujuan untuk menguatkan peneliti dalam menentukan data.38Data
skunder berupa buku-buku, hasil karya ilmiah, hasil penelitian,literatur
yang berhubungan dengan dampak dan faktor terjadinya peningkatan
kasus kekerasan pada anak yang tiap tahunnya semakin meningkat dan
penanggulangan yang dapat dilakukan untuk melindungi korban
kekerasan, serta literatur yang menjelaskuan peraturan dalam hukum
islam mengenai perlindungan anak terhadap kekerasan dan standar
indikator perlindungan korban kekerasan dalam hukumislam.

3. Metode Pengumpulan Data


Karena Jenis Penelitianya tergolong ke dalam penelitian lapangan
maka metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah studi lapangan (fieldresearch) yang berupa:
a. Observasi
Observasi adalah metode yang digunakan untuk mendeskripsikan
kegiatan yang terjadi, orang yang terlibat dalam kegiatan, waktu kegiatan,
dan makna yang diberikan oleh para pelaku yang diamati tentang peristiwa
yang bersangkutan.39 Yaitu mengamati Woman Crisis Centre Srikandi
Banjarnegara untuk mendapatkan informasi mengenai pelaksanaan
program perlindungan korban kekerasan dalam rumah tangga
b. Wawancara
Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang
menggunakan pertanyaan secara lisan kepada informan terutama untuk
untuk informan yang tidak dapat membaca-menulis atau sejenis
pertanyaan yang memerlukan penjelasan dari pewawancara.40 Dalam hal
ini melakukan wawancara dengan ketua Woman Crisis Center Srikandi
38
Burhan Ashshofa, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Renika Cipta, 1996),
hlm. 58.
Winarno Surahmad, Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar, (Bandung: Tarsito,
39

1994), hlm.134.
40
Muh. Fitrah dan Luthfiyah, Metodologi Penelitian Penelitian Kualitatif,
Tindakan Kelas & Studi Kasus, (Sukabumi: CV Jejak, 2017), hlm. 66.

23
Banjarnegara Ibu Wigati S.Pd, Ketua P3A (Pemberdayaan Perempuan dan
Anak) Kecamatan Susukan yang bersinergi dengan WCC Srikandi Ibu
Darini Vita, Ibu Purwati S.Pd sebagai konselor dari P3A Kecamatan
Susukan, dan Ketua P3A Desa Karangjati Kecamatan Susukan Ibu
Suminah. Wawancara juga dilakukan kepada korban Putri (nama
disamarkan) berusia 10 tahun korban kekerasan anak psikis di Kecamatan
Susukan yang penyelesaian kasusnya didampingi oleh WCC Srikandi.
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang bertujuan
untuk menambah informasi terkait interpretasi dan analisis masalah.
Informasi tersebut berkaitan dengan hal-hal atau variable penelitian yang
dapat diperoleh dari catatan, transkip, buku, tulisan-tulisan surat kabar,
majalah, agenda dan sebagainya.41 Teknik dokumentasi ini di perlukan
untuk menambah keakuratan, kebenaran data atau informasi yang di
kumpulkan dari bahan-bahan dokumentasi yang ada di lapangan serta
dapat dijadikan bahan dalam pengecekan keabsahan data. Metode ini
digunakan untuk mengumpulkan data yang sudah tersedia didalam
dokumen. Fungsinya sebagai pelengkap dan pendukung data- data dari
hasil wawancara dan observasi.
4. Analisis Data
Adapun metode analisis yang digunakan adalah metode analisis
deskriptif kualitatif, yaitu mengambil dari hasil wawancara yang telah
dilakukan yang berkaitan dengan permasalahan yang akan diteliti.
Sehingga dapat dijelaskan secara deskriptif dan kualitatif, yaitu
menggambarkan kenyataan yang terjadi. Pengelolaan data akan dilakukan
dengan cara seleksi sekunder dan menyusun data dari hasil penelitian
tersebut secara sistematis, tentu dilakukan secara logis. Adapun
rangkaiannya wawancara, observasi dan dokumentasi dengan cara data
yang telah terkumpul.42
41
Sutrisno Hadi, Metodolgi Reaserch, (Yogyakarta: Andi Offset,1993), hlm.47.
42
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D, (Bandung:
Alfabeta, 2012), hlm. 137.

24
H. SISTEMATIKA PENULISAN

BAB I PENDAHULUAN, pada bab ini memuat latar belakang


masalah,definisi oprasional, rumusan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian, kajian pustaka, dan sistematika pembahasan.
BAB II TELAAH PUSTAKA, pada bab ini penulis akan
memaparkan konsep umum tentang peran Woman Crisis Centre Srikandi
Banjarnegara dalam melindungi anak korban kekerasan dan bagaimana
prespektifnya dalam hukum islam.
BAB III METODE PENELITIAN, pada bab ini penulis akan
memaparkan mengenai metodologi penelitian yang mencangkup jenis
penelitian, sumber data, teknis pengumpulan data, dan teknis analisis data.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN, pada bab
ini penulis akan memaparkan mengenai peran Woman Crisis Centre
Srikandi Banjarnegara melalui program-programnya dalam melindungi
korban kekerasan dalam rumah tangga. Dalam bab ini akan berisi analisa
tentang prespektif hukum islam terhadap peran Woman Crisis Centre
Srikandi Banjarnegara melalui program-programnya dalam melindungi
anak korban kekerasan.
BAB V PENUTUP, dalam bab ini memuat cakupan berupa
kesimpulan dan saran.

25
DAFTAR PUSTAKA
Buku:

Al-Zuhaily, Wahbah. 1989. al-Fiqh al-Islámy wa Adillatuh. Bayrût: Dár al-Fikr

Al ‘Ubaidi, Hamidi. 1992. al-Shathibi wa maqasiq al-shar’iyyah. Beriut: Dar al


Qutaibah

Ashshofa , Burhan. 1996. Metode Penelitian Hukum. Jakarta: Renika Cipta

Danim ,Sudarwan. 2002. Menjadi Peneliti Kualitatif: Ancangan Metodologi,


Presentasi, dan Publikasi Hasil Penelitian untuk Mahasiswa dan Peneliti
Pemula Bidang Ilmu-Ilmu Sosial, Pendidikan dan Humaniora. Bandung:
CV. Pustaka Setia

Djamil ,M.Nasir. 2013. Anak Bukan untuk dihukum . Jakarta: Sinar Grafika

Fitrah , Muh dan Luthfiyah. 2017. Metodologi Penelitian Penelitian Kualitatif,


Tindakan Kelas & Studi Kasus. Sukabumi: CV Jejak

Gunawan , Imam. 2014. Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik. Jakarta:
Bumi Aksara

Hadi ,Sutrisno. 1993. Metodolgi Reaserch. Yogyakarta: Andi Offset

26
Hadjon , Philipus M. 1987. perlindungan hukum bagi rakyat di Indonesi: sebuat
studyi tentang prinsip-prinsipnya, penangananya oleh Pengadilan dalam
lingkungan Peradilan Umum dan pembentukan Peradilan Administratif
Negara. Surabaya: Bina Ilmu

Masdi ,Muhammad Amim. 1995. Kitab Qowaid Fiqih. Jakarta : PT Pustaka


Firdaus

Subarkah, Andi. 2012. Al-Quran dan Terjemahanya New Cordova. Bandung :


Creative Media Crop

Subekti dan Tjitrosudibio. 2002. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Jakarta:


PT. Pradnya Paramita

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D.


Bandung: Alfabeta

Surahmad , Winarno. 1994. Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar. Bandung: Tarsito

Waluyo ,Bambang. 2011. Viktimologi Perlindungan Hukum Terhadap Korban


Kejahatan. Jakarta: Sinar Grafika tahun

Peraturan perundang-undangan :

Undnag- undang Nomor 4 Tahun 1979 Tentang Kesejahteraan Anak

Undang-undang HAM Nomor 39 tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia

Undang-Undang Pasal 7 UU Tahun 1984 tentang Pengesahan Konvensi Mengenai


Penghapusan segala bentuk Deskriminatif Tehadap Peremuan

Undang-Undang Pasal 44 UU No. 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan


Kekerasan dalam Rumah Tangga

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perubahan


Atas Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak

Undang-undang No 23 tahun 2002 tentang perlidungan anak

Skripsi :

Fauziah , Dewi.2010 “Perlindungan Anak Korban Kekerasan dalam Keluarga


(Studi Kasus Terhadap Penanganan Anak Korban Kekerasan Dalam
Keluarga Di Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Provinsi DIY)”. Skripsi.
Yogyakarta: Universitas Islam Negri Sunan Kalijaga Yogyakarta

27
Herditazain, Setya. 2017. “Perlindungan Hukum Terhadap Anak Korban Tindak
Kekerasan Seksual (Studi Komparatif antara Hukum Positif dengan Hukum
Islam)”. Skripsi. Purwokerto: IAIN Purwokerto

Hidayati, Suci . 2018. “Prlindungan Hukum Terhadap Anak KorbanTindak Pidana


Kekerasan Seksual dalam Hukum Islam (Studi Kasus di Dinas Sosial
Pemberdayaan Perempuan dan Anak Kabupaten Kulon Progo Yogyakarta)”.
Skripsi. Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia

Jurnal :

Iryani , Eva. Hukum Islam, “Demokrasi dan Hak Asasi Manusia”. dalam Jurnal
Ilmiah Universitas Batanghari Jambi . Vol.17 No.2 Tahun 2017

Nurjanah , Siti. “Keberpihakan Islam terhadap Perlindungan Anak”. dalam Jurnal


Al- Adalah. Vol 14, No. 2 Tahun 2017

Karmawan. “Respon Hukum Islam Terhadap Hak Perlindungan Anak Upaya


Implementasi Sistem Perundang-undangan Hukum Negara”. dalam Jurnal
Koordina (Komunikasi Antara Perguruan Tinggi Agama Islam). Vol. 19
No. 1. Tahun 2020

Rozak, Pumamma. “Kekerasan Terhadap Anak dalam Rumah Tangga Prespektif


Hukum Islam”,. dalam Jurnal SAWWA. Vol. 9 No. 1 Tahun 2013

Siswadi , Imran. “Perlindungan Anak Dalam Prespektif Hukum Islam dan HAM”.
dalam Jurnal Al-Mawarid FH UII. Vol. 11 No.2. Tahun 2011

Zaki, Muhammad. “Perlindungan Anak Dalam Prespektif Islam”. dalam Jurnal


ASAS. Vol. 6 No. 2. Tahun 2014

Internet :

Amalia ,Tika “Apa yang dimaksud dengan Perlindungan Anak?” diakses dari
https://www.dictio.id/t/apa-yang-dimaksud-dengan-perlindungan-
anak/13146

Lestari , Raka. “Mengapa Kasus kekerasan Meningkat pada Masa Pademi?”.


diakses dari https://www.medcom.id/rona/keluarga/-mengapa-kasus-kdrt-
meningkat-di-masa-pandemi

Linggasari ,Yohanie. Kekerasan anak di cipulir sudah lama diketahui tetangga.


diakses dari https://www.cnnindonesia.com/nasional/kekerasan-anak-di-
cipulir-sudah-lama-diketahui-tetangga

28
Murtakhamah , Titin. “Mengenal Lebih Dekat Pusat Crisis di Indonesia”. diakses
melalui https://www.kompasiana.com/titin_murtakhamah/mengenal-lebih-
dekat-pusat-krisis-perempuan-di-indonesia

Nurul ,Afina. “Mitra Wacana Woman Crisi Centre Memperjuangkan Cita-Cita


Adil Gendre”. diakses dari https://komunita.id/2016/12/05/mitra-wacana-
women-crisis-center-perjuangkan-cita-cita-adil-gender/

Sinaga, Gerhard. “Lindungi Anak dari Bahaya Kekerasan”. diakses melaui


https://puspensos.kemsos.go.id/lindungi-anak-dari-bahaya-kekerasan

OUTLINE
PERAN SKRIKANDI WOMAN CRISIS CENTRE DALAM MELINDUNGI
ANAK KORBAN KEKERASAN PRESPEKTIF HUKUM ISLAM

(Studi Kasus di Kecamatan Susukan Kabupaten Banjarnegara)

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Definisi Oprasional
C. Rumusan Masalah
D. Tujuan Penelitian
E. Manfaat Penelitian
F. Kajian Pustaka
G. Metode Peneltian
H. Sistematika Pembahasan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Kekerasan Terhadap Anak Menurut Undang-Undang

29
B. Pengertian Kekerasan Terhadap Anak Menurut Hukum Islam
C. Macam-macam bentuk Kekerasan Terhadap Anak
D. Perlindungan Anak Korban Kekerasan dalam Undang-Undang
E. Perlindungan Anak Korban Kekerasan prespektif Hukum Islam
BAB III METODE PENELITIAN
A. JENIS DAN PENDEKATAN PENELITIAN
B. SUMBER DATA
a. Data Primer
b. Data Skunder
C. METODE PENGUMPULAN DATA
a. Observasi
b. Wawancara
c. Dokumentasi
D. ANALISIS DATA
BAB IV PERAN WOMAN CRISIS CENTRE SRIKANDI
BANJARNEGARA DALAM MELINDUNGI ANAK
KORBAN KEKERASAN PRESPEKTIF HUKUM ISLAM
A. Peranan Woman Crisis Centre Srikandi Sebagai Konselor
B. Peranan Woman Crisis Centre Srikandi Sebagai Pendamping
C. Tinjauan Hukum Islam Terhadap Perlindungan Anak Korban
Kekerasan Oleh Woman Crisis Centre Srikandi
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran

30

Anda mungkin juga menyukai