Anda di halaman 1dari 6

MATERI KULIAH : ANTROPOLOGI BUDAYA

D. EVOLUSI MANUSIA DAN PERKEMBANGAN BUDAYA


Sejalan dengan perubahan masyarakat maka berubah pula system nilai
budayanya. Hal ini tidak dapat dimungkiri meskipun tingkat perubahan itu ada yang
berjalan secara sangat lambat, ada juga yang terjadi secara cepat. Banyak hal yang
dapat mempengaruhi proses perubahan dalam masyarakat. Kajian tentang evolusi
masyarakat dan kebudayaan bahkan telah dikembangkan setidaknya pada
pertengahan abad ke-19. Salah seorang pengkajinya adalah L.H. Morgan, misalnya
dalam Ancient Society (1877) menguraikan evolusi masyarakat manusia berdasarkan
data mengenai susunan masyarakat yang dikumpulkannya di kalangan orang –
orang Indian dan dibandingkan dengan berbagai suku bangsa lain di dunia.
Teori ini mendapat kecaman mendalam di kalangan para ilmuwan di berbagai
belahan dunia. Meskipun demikian, teori Morgan dianggap memenuhi syarat dalam
telaah penentuan tingkat perkembangan budaya kepribadian dan masyarakat
manusia pada umumnya. Kajian evolusi masyarakat dan perubahan sosial
kebudayaan kemudian sangat mempengaruhi teori K. Marx mengenai evolusi
masyarakat dan tingkat perkembangan susunan ekonomi dan system kelas social
dalam masyarakat manusia. Meskipun kemudian diikuti oleh berbagai kalangan
dalam membahas evolusi social dan budaya, namun tampaknya ada semacam
kesepakatan penggolongan tentang tingkat-tingkat evolusi ini, yaitu suku bangsa
yang sangat maju evolusinya, setengah maju dan masyarakat yang sangat jauh
ketertinggalannya dalam evolusi sebagaimana diuraikan oleh koentjaraningrat,
sebagai berikut:
1. Zaman Liar Tua
Dalam kategori ini termasuk zaman sejak manusia ada di muka bumi sampai
dengan penemuan alat bantu berupa api. Ciri kehidupannya ditandai dengan
keterampilan meramu. Mencari akar dan umbi- umbian serta tumbuhan liar.
2. Zaman liar Madya
Zaman setelah penemuan api sampai penemuan senjata tradisional berupa
busur dan anak panah. Tatanan kehidupannya berpindah dari meramu ke
kehidupan pemburu dan pencari ikan di pinggir sungai.

1
3. Zaman liar Muda
Zaman setelah penemuan senjata tradisional hingga manusia memiliki
kepandaian membuat barang- barang tembikar. Namun, pada dasarnya masih
menyandarkan pola hidup pada kegiatan berburu.
4. Zaman Barbar Tua
Zaman setelah manusia memiliki keterampilan membuat tembikar hingga
memulai kegiatan beternak dan bercocok tanam.
5. Zaman Barbar Madya
Zaman setelah manusia memulai keterampilan beternak dan bercocok tanam
hingga pola keterampilan pengerjaan logam.
6. Zaman Barbar Muda
Zaman sejak manusia mulai mengerjakan logam hingga mengenal tulisan.
7. Zaman Peradaban Purba
Zaman sejak manusia telah mulai mengenal peradaban meskipun dalam
tahap yang masih sangat sederhana.
8. Zaman Peradaban Masa Kini
Zaman sejak manusia telah mulai merekayasa peradaban sesuai dengan
kebutuhan hidup dalam usaha mengatasi keterbatasan biologisnya.

Antara kronologis keberadaan manusia dan produk budayanya, tampak ada


semacam runtut yang saling mengikuti selama proses evolusinya. Pada saat
manusia pertama muncul ke muka bumi, telah memiliki mulut yang berfungsi
sebagai alat untuk mengeluarkan bunyi/ suara guna menjalani komunikasi
meskipun masih sangat sederhana. Pengembangan mekanisme untuk bicara ini
semakin sempurna pada evolusi manusia pada tahap berikutnya. Bahasa sudah
dipastikan akan dapat memperlancar mekanisme kerja dan pengembangan
konsep yang bersifat akumulatif. Pada tahapan berikutnya diciptakan
mekanisme alat bantu untuk mengatasi keterbatasan organ tubuhnya. Diawali
dengan pemanfaatan bahan di sekitar lingkungannya sampai kepada
pembuatan alat sederhana yang relative baru. Meski demikian, proses evolusi
budaya masih dapat dikatakan berjalan dengan lamban terutama karena

2
kapasitas volume otaknya tempat pengembangan akal dan budayanya menjadi
terbatas. Diperkirakan sejak Homo Neanderthal yang memulai penggunaan api
sebagai sumber energy, dengan kepandaiannya membuat pahatan symbol-
symbol di dinding gua, dijadikan titik tolak penyebutan kelompok manusia
memiliki konsep kebudayaan yang mulai mapan.
Dalam rentang waktu 120.000(seratus dua puluh ribu) tahun kemudian
Homo Neanderthal berkembang menjadi Homo Sapiens seperti manusia
sekarang. Banyak perubahan dasar kebudayaannya juga berubah. Demikian
juga hingga beberapa waktu berikutnya perkembangan manusia dan
budayanya mengalami perkembangan yang pesat. Kehidupannya mulai
dilengkapi dengan busur dan anak panah untuk berburu yang kemudian
berkembang menjadi pola hidup bercocok tanam. Kehidupan berpindah mulai
ditinggalkan menjadi menetap di suatu lokasi tertentu. Apabila keseluruhan
proses di atas digambarkan dalam dua (2) grafik yang sejajar, tampak bahwa
percepatan perubahan evolusi manusia dan budayanya terdapat perubahan
yang sangat mencolok. Pada suatu masa perkembangan evolusi biologisnya
berjalan sangat lamban, tetapi evolusi budayanya berkembang pesat bahkan
meninggalkan jauh evolusi biologisnya.

E. WUJUD KEBUDAYAAN :
Tindakan dan aktivitas manusia terangkai dalam suatu perbuatan yang
berpola. Sebagai suatu system ide dan konsep dari serangkaian kerangka
tindakan dan aktivitas manusia apabila dirumuskan akan tampak sebagai
berikut (dikemukakan oleh : Talcot Parsons dan A.L. Kroeber : 1958, dan juga
oleh J.J. Honigmann (1959) :
1. Ideas
Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide, gagasan, nilai,
norma, dan peraturan. Sifat ini sesuai dengan wujud dasarnya masih
merupakan sesuatu yang abstrak dan tidak dapat digambarkan secara
nyata. Sebagian masih berupa kerangka pemikiran dalam otaknya.
Sebagian lain dari padanya berupa kerangka perilaku yang ideal, yang
memberikan corak dan jiwa serta tatanan kehidupan yang serasi,

3
seimbang dan selaras. System demikian ini tidak lain berupa tatanan
norma ideal, pada beberapa masyarakat disebut sebagai adat atau adat-
istiadat, bersifat umum, dan turun-temurun. Apabila dilanggar, akan
menimbulkan suatu rasa yang tidak enak pada benaknya. Kalangan
antropolog dan sosiolog menyebutnya sebagai system budaya atau
cultural system.
2. Activities
Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan
berpola dari manusia dalam masyarakat. Termasuk dalam kategori ini
adalah tatanan manusia dalam hidup bersosialisasi dan berkomunikasi,
serta bergaul di antara sesamanya. Berbeda dengan system budaya,
wujud kebudayaan berpola ini sangat gampang dilihat bahkan dapat
didekomentasikan karena ia tampak nyata dalam perilaku.
3. Artifacts
Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia. Wujud
kebudayaan ini lebih konkret lagi dan cenderung tidak memerlukan
penjelasan apa pun. Benda hasil kerajinan misalnya, dapat dirasa,
disentuh dan difoto.
Ketiga wujud kebudayaan yang dikemukakan di atas, sesungguhnya bukan
hal yang berdiri sendiri. Semuanya merupakan suatu kerangka yang saling mengisi.
Kebudayaan ideal memberi bentuk dan mengarahkan, sedangkan kebudayaan
aktivitas melaksanakan upayanya, dan kebudayaan artefak memberikan perwujudan
nyata atas usaha.

F. KERANGKA VARIASI SISTEM NILAI BUDAYA


Tiap system nilai budaya dalam tiap kebudayaan itu senantiasa mengenai
lima (5) masalah dasar dalam kehidupan manusia.
C. Kluckhon dan F. Kluckohn sepasang suami istri mengkaji secara tekun
tentang hal ini. Uraiannya diawali dari analisis mendalam pada sekelompok orang
Amerika Serikat kulit bule dari Texas, Amerika Serikat keturunan Spanyol, orang
Indian suku Navaho dan suku bangsa Pueblo Hopi. Dalam kesimpulannya ia sampai

4
pada suatu kerangka variasi system nilai budaya (C.Kluckhon dan F. Kluckohn :
1961) yang meliputi :
1) Masalah mengenai hakikat dari hidup manusia (MH)
2) Masalah mengenai hakikat dari karya manusia (MK)
3) Masalah mengenai hakikat dari kedudukan manusia
dalam ruang waktu (MW)
4) Masalah mengenai hakikat dari hubungan manusia
dengan alam sekitar (MA)
5) Masalah mengenai hakikat dari hubungan manusia
dengan sesame (MM)

Meskipun pada nerbagai suku bangsa tidak terdapat keseragaman manifestasi


perilaku, namun kerangka system nilai ini memberikan asumsi dasar yang bersifat
seragam. Misalnya cara pandang mengenai hakikat dari hidup manusia. Sebagian
orang memandang hakikat hidup itu baik. Sebagian lain memandang hidup itu
hakikatnya jelek. Suatu kesimpulan adalah bahwa hidup itu memang jelek. Agar
hidup itu menjadi baik, maka perlu perubahan perilaku sehingga tercapai makna
kehidupan yang abadi Moksah sebagaimana konsep agama Hindu atau Nirwana
pada agama Budha. Kedua kelompok ini bahkan juga kelompok agama lain sama
sama menuju hidup dalam tatanan yang ideal.

5
Lima masalah dasar dalam hidup yang menentukan
Orientasi Nilai Budaya Manusia

Masalah dasar Orientasi Nilai


dlm hidup Budaya
Hakikat hidup (MH) Hidup itu Buruk Hidup itu baik Hidup itu buruk
Tetapi manusia
wajib berikhtiar
supaya hidup itu
menjadi baik
Hakikat Karya (MK) Karya itu untuk Karya itu untuk Karya itu untuk
nafkah hidup kedudukan, menambah karya.
kehormatan, dsb.
Persepsi manusia Orientasi menuju Orientasi menuju Orientasi menuju
tentang waktu masa kini masa lalu masa depan
(MW)
Hakikat hubungan Orientasi kolateral Orientasi Vertikal, Individualisme
antara manusia (horizontal) rasa rasa menilai tinggi
dengan sesamanya kebergantungan kebergantungan usaha atas
(MM) kepada sesamanya kepada tokoh kekuatan sendiri
(berjiwa gotong tokoh atasan dan
royong) berpangkat

SELAMAT BELAJAR!!

Anda mungkin juga menyukai