FULL

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 89

PENGEMBANGAN KOMPETENSI GURU SEJARAH DALAM

MEMANFAATKAN MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS TEKNOLOGI


INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIK) PADA SATUAN PENDIDIKAN
TINGKAT SMA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Sebagai Syarat


dalam Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Prodi Tadris IPS Konsentrasi Sejarah

Oleh:

NENENG DWIMINJAWATI
NIM. 161409031

PROGRAM STUDI TADRIS IPS KONSENTRASI SEJARAH


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
IMAM BONJOL PADANG
1442 H / 2020 M
KATA PENGANTAR

‫بس ِم ٱ ّللِ َٰ ن حي ِم‬


ِ
‫ٱ ل م ٱ لر‬
‫ر‬
‫ح‬
Syukur Alhamdulillah penulis haturkan kehadirat Allah swt. yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah serta kasih sayang-Nya kepada kita semua

khususnya kepada penulis, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

Shalawat serta salam untuk Nabi Muhammad saw. yang telah menyampaikan ajaran

agama Islam kepada umatnya sebagai hidayah untuk dapat menjamin kehidupan di

dunia dan akhirat.

Skripsi ini berjudul “Pengembangan Kompetensi Guru Sejarah Dalam

Memanfaatkan Media Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi Dan Komunikasi

(TIK) Pada Satuan Pendidikan Tingkat SMA”, yang diajukan sebagai salah satu

syarat mendapat gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada Prodi Tadris IPS Konsentrasi

Sejarah Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Imam

Bonjol Padang.

Penulis menyadari dalam menyelesaikan skripsi ini merasakan bahwa banyak

kendala, rintangan, dan hambatan. Namun berkat bantuan dari berbagai pihak dan

berkat kemudahan yang diberikan Allah swt, akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan.

Untuk itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada :

1. Bapak Sermal, S. Ag. M.Pd selaku Dosen Pembimbing I dan Bapak Safryi

Mardison, M.Pd sebagai Dosen Pembimbing II.

2. Bapak Dr. Zulheldi, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan,

Bapak Remiswal, M.Pd., selaku Wakil Dekan I, Ibu Dr. Hj. Sasmi Nelwati,
M.Pd., selaku pembantu Dekan II dan Bapak Dr. H. Zainul Arifin M.Ag., selaku

Wakil Dekan III.

3. Bapak Sermal, S.Ag., M.Pd., sebagai Ketua Prodi dan Bapak Safri Mardison,

M.Pd. sebagai Sekretaris Prodi Tadris IPS Konsentrasi Sejarah.

4. Drs. Dinasril Amir, SE, M.Ag sebagai Penasehat Akademik (PA).

5. Bapak dan Ibu Dosen, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Imam Bonjol

Padang.

6. Bapak dan Ibu Kabag, Kasubag, serta seluruh pegawai Fakultas Tarbiyah dan

Keguruan UIN Imam Bonjol Padang.

Teristimewa penulis mengucapkan terima kasih banyak tak terhingga kepada

Ayah dan Ibu yang telah membesarkan, mendidik, dan banyak berkorban baik moril

maupun materil serta selalu memberikan semangat motivasinya, sehingga penulis

bisa menyelesaikan kuliah ini. Terakhir kepada seluruh teman-teman IPS Konsentrasi

Sejarah. Kepada Allah SWT penulis berdoa semoga bantuan dan dorongan dari

berbagai pihak yang diberikan kepada penulis bernilai ibadah yang diridhoi oleh

Allah SWT. Penulis mengharapkan semoga karya ilmiah ini dapat memberikan

hikmah dan manfaat bagi semua pihak terutama dalam peningkatan kualitas

pendidikan

Padang, 22 September 2020

Penulis

Neneng Dwiminjawati
NIM. 1614090031
ABSTRAK

Neneng Dwiminjawati, NIM 1614090031. Program Studi Tadris IPS


Konsentrasi Sejarah, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri
(UIN) Imam Bonjol Padang. Skripsi ini berjudul “Pengembangan Kompetensi
Guru Sejarah Dalam Memanfaatkan Media Pembelajaran Berbasis Teknologi
Informasi dan Komunikasi (TIK) Pada Satuan Pendidikan Tingkat SMA”,
terdiri dari beberapa pembahasan.
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya masalah terhadap perkembangan
kompetensi guru sejarah dalam memanfaatkan media pembelajaran berbasis
Teknologi, Informasi dan Komunikasi (TIK) pada tingkatan SMA, masih ada terdapat
guru yang kurang memiliki kemampuan dalam bidang Teknologi, Informasi dan
Komunikasi (TIK) terutama dalam pembelajaran sejarah, bahwa guru harus
memanfaatkan sebagai wadah untuk penyampaian materi pembelajaran. Maka dari itu
tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengembangan kompetensi guru
sejarah dalam memanfaatkan media pembelajaran berbasis Teknologi Informasi Dan
Komunikasi (TIK) Pada satuan pendidikan tingkat SMA, untuk mengetahui bentuk
pengembangan penggunaan media berbasis TIK, untuk mengetahui analisis
keterpaduan kompetensi guru sejarah dengan program pengembangan yang ada oleh
pemerintah.
Penelitian ini menggunakan metode library research atau studi pustaka
dengan langkah-langkah: Pertama jenis penelitian library research, penulis
menggunakan teknik pengumpulan data dengan mengadakan studi penelaahan
terhadap buku-buku, literatur-literatur, catatan-catatan dan laporan-laporan yang ada
hubunganya dengan masalah yang akan dipecahkan. Kedua langkah riset
kepustakaan, dengan cara menyiapkan perlengkapan dan menyusun bibliografi kerja.
Ketiga, pedekatan hermeunitika yakni penafsiran sumber dan filsafat yakini gagasan
dan ide sesuai kebenaran data yang ada. Keempat teknik pengumpulan data, yakni
dengan dokumentasi seperti buku, jurnal dan lainnya. Kelima analisis dan
interprestasi data yakni mengambil kesimpulan dan memberikan makna terhadap
data.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, pengembangan kompetensi guru
sejarah terhadap kompetesni pedagogik dan kompetensi professional dalam
pemanfaatan media TIK dapat dengan pemanfaatan pengunaan media berbasis
Tekonologi Informasi Dan Komunikasi (TIK), seperti terdiri dari teknologi komputer,
teknologi multimedia, teknologi jaringan komputer. Serta media teknologi yang
terdiri dari, Electronic Mail / E-mail adres, Mailling List, Audio Kaset, vidio,
Microsoft Powerpoint, E-Learning, Computer Based Intruction (CBI) serta Ditance
Learning. Sedangkan analisis keterpaduan kompetensi guru sejarah dengan program
yang ada oleh pemerintah, pemerintah mengeluarkan program untuk mendukung
kompetensi guru sejarah melalui program Uji Kompetensi Guru (UKG), program
peningkatan kualifikasi guru, program penyetaraan dan sertfikasi, program pelatihan
terintegrasi berbasis kompetensi, program supervise pendidikan, Program
Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP), symposium guru dan sebagainya.
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL..........................................................................................i
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN.........................................................ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING.................................................iii
HALAMAN PENGESAHAN TIM PENGUJI...................................................iv
ABSTRAK.............................................................................................................v
KATA PENGANTAR.........................................................................................vi
DAFTAR ISI.........................................................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah...................................................................1
B. Rumusan dan Batasan Masalah......................................................15
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian.......................................................15
D. Defenisi Operasional......................................................................16
E. Sistematika Penulisan.....................................................................17
BAB II LANDASAN TEORI...........................................................................20
A. Kompetensi Guru Sejarah...........................................................20
1. Pengertian Kompetensi Guru..................................................20
2. Manfaat Kompetensi Guru......................................................21
3. Macam-macam Kompetensi Guru...........................................22
B. Media Pembelajaran.......................................................................26
1. Pengertian Media Pembelajaran................................................26
2. Manfaat Media Pembelajaran....................................................27
3. Macam-macam Media Pembelajaran.......28
C. TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi).............................30
1. Pengertian TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi)...........30
2. Manfaat media TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi)....31
3. Macam-macam TIK (Tekonologi Informasi dan Komunikasi).33
D. Kajian yang relevan........................................................................34
BAB III METODE PENELITIAN...................................................................36
A. Jenis Penelitian 36
B. Langkah-langkah Riset Kepustakaan.............................................37
C. Pendekatan atau Landasan Teori....................................................41
D. Teknik Pengumpulan Data.............................................................41
E. Analisis Data dan Interprestasi Data..............................................43
BAB IV HASIL PENELITIAN.........................................................................46
A. Pengembangan kompetensi guru sejarah dalam memanfaatkan
media pembelajaran berbasis Teknologi Informasi dan
Komunikasi (TIK)..........................................................................46
B. Bentuk pengembangan penggunaan media berbasis Teknologi
Informasi dan Komunikasi (TIK)...................................................53
C. Analisis keterpaduan kompetensi guru sejarah dengan program
pengembangan yang ada oleh pemerintah......................................66
BAB V PENUTUP............................................................................................77
A. Kesimpulan 77
B. Saran 78
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................
LAMPIRAN
BIODATA

ii
BAB 1

PENDAHULUA

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan pada dasarnya merupakan salah satu upaya untuk memberikan

pengetahuan wawasan, keterampilan, dan keahlian tertentu pada individu-individu

guna menggali dan mengembangkan bakat serta kepribadian mereka. Pendidikan

di sekolah dan proses belajar mengajar merupakan kegiatan yang paling pokok, di

mana di dalamnya terjadi interaksi antara berbagai komponen pembelajaran.

Interaksi antara ketiga komponen pembelajaran ini tidak terlepas dari metode,

media, serta lingkungan tempat belajar, yang semua ini ikut membantu dalam

mencapai tujuan yang telah direncanakan sebelumnya. 1

Pendidikan manusia dapat dibedakan dengan makhluk-makhuk lainnya yang

menempati alam semesta ini, hal ini menunjukkan bahwa manusia sangat

membutuhkan pendidikan. Pendidikan tidak akan terjadi dengan sendirinya tanpa

usaha yang dilakukan manusia harus sebab itu manusia merupakan makhluk yang

harus didik dan mendidik. 2

Menurut Departeman Pendidikan Nasional dalam Undang-undang

Departemen Pendidikan pasal 20 tahun 2003, menyatakan bahwa tujuan

pendidikan nasional adalah untuk mengembangan potensi peserta didik agar

menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

1
Udin Syaefuddin Sa’ud Dan Abin Syamsuddin Makmun, Perencanaan Pendidikan: Suatu
Pendekatan Komprehensif, (Cet.IV;Bandung: Rosda, 2009), h.16
2
Sasminelwati, Dasar-Dasar Kependidikan, (Padang :IAIN IB Press, 2006), h. 15
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi negara yang

demokratis serta bertanggung jawab.

Berdasarkan tujuan pendidikan di atas, bahwa ilmu pengetahuan sangat

penting bagi manusia, dalam perspektif Islam pentingnya ilmu pengetahuan di

jelaskan dalam firman Allah, Surat Az- Zumar ayat 9 yang berbunyi:

‫ر ِّب ِۗ\ۦه قُ\ ۡل هَ ۡل ي‬ ‫ساج وقَآ ِئ ٗما ي ر ٱ خ ويَ ج ر ۡح‬ َ‫أَ َّم ۡن ُه َو قَ ءاَنآ َء ٱل‬
ۡ
‫ۡستَوي‬ َ‫ۡح َذ ٓۡل رة ۡر و َمة‬ ‫ٗدا‬ ‫ۡي ل‬ ‫نِ ت‬
‫ْا‬

٩ ‫وٱلَّ َل يَ ۡعل َّن َما َيت َذ ر أُ\ ْولُ\و ْا ٱ ۡۡلَۡ\ل َٰ\بَب‬ َ‫ن َي ۡعل‬ ‫ٱلَّ ِذي‬
‫ِذين ُمو ۗ َن‬ ‫ُمون‬
‫ّك‬
Artinya : (Apakah kamu Hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah
orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan
berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan
rahmat Tuhannya? Katakanlah: "Adakah sama orang-orang
yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?"
Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima
pelajaran.

Dari ayat di atas dapat dipahami begitu pe ingnya ilmu pengetahuan karena

Allah memuliakan orang-orang yang berilmu dan membedakan orang yang

mengetahui dengan orang yang tidak mengetahui. Oleh karena itu kita di tuntut

menggunakan dan mengembangkan akal untuk menuntut ilmu, dengan ilmu

seseorang terbiasa mengambil pelajaran sehingga memiiki keterampilan hidup

untuk masa depannya.

Dengan memiliki keterampilan seseorang haruslah diberi pengetahuan oleh

pendidik atau guru yang menjadi salah satu unsur penting dalam kegiatan proses

pendidikan. Guru menurut UU No. 14 Tahun 2005 adalah, tenaga pendidik

professional dibidangnya yang memiliki tugas utama dalam mendidik, mengajar,

membimbing, memberi arahan, memberi pelatihan, memberi penilaian, dan

mengadakan evaluasi kepada peserta didik yang menempuh pendidikannya sejak


usia dini melalui jalur formal pemerintah berupa sekolah dasar hingga sekola

menengah.

Di pundak pendidik terletak tanggung jawab yang amat besar dalam upaya

mengantarkan peserta didik ke arah tujuan pendidikan yang dicita-citakan. 3 Salah

satu yang harus dimiliki seorang guru dalam mencapai tujuan pembelajaran dan

pendidikan adalah kompetensi. Kompetensi merupakan perilaku rasional guna

mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang diharapkan.

Kompetensi guru sangatlah berpengaruh terhadap peserta didik, sebelumnya

guru tidaklah sebuah profesi namun semenjak adanya pidato Sosilo Bambang

Yudoyono yang merupakan presiden ke-6 mengenai kompetensi guru dibuatlah

Undang-undangnya yang terdapat pada UU RI No. 14 Tahun 2005 tentang guru

dan dosen, dijelaskan bahwa kompetensi merupakan seperangkat pengetahuan,

keterampilan dan perilaku, yang harus dimiliki, dihayati, oleh guru dan dosen
4
dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya. Kompetensi keterampilan guru

tersebut dapat dilihat dari ketertarikan peserta didik dalam proses pembelajaran,

misalnya aktif dalam mengajukan pertanyaan, rajin mengumpulkan tugas tepat

waktu dan tidak adanya keterlambatan dalam mengikuti pembelajaran di sekolah.

Namun informasi yang diperolah terhadap peserta didik, terlihat dalam

kegiatan belajar mengajar, sebagian besar peserta didik masih banyak yang

kurang serius dalam proses pembelajaran, seperti: kurangnya minat belajar peserta

didik untuk mata pelajaran tertentu, seperti pembelajaran sejarah yang

menggunakan

3
Al-Rasyidin dan Samsul Nisar, Filsafat Pendidikan Islam, (Cet. II; Jakarta:Ciputat Press,
2005), h. 40
4
Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung: Rosdakarya, 2007), h.25
metode ceramah, diskusi terlalu banyak cendrung membosankan para siswa,

hanya murid-murid tertentu yang aktif dalam proses pembelajaran. Artinya

keaktifan yang diharapkan oleh guru selama proses pembelajaran tidak sesuai

dengan harapan guru. Hal ini menunjukkan bahwa kompetensi guru masih kurang

baik dalam hal meningkatkan akademik dan belum mampu sepenuhnya menjadi

motivator baik dalam proses pembelajaran maupun di luar pembelajaran.

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008

tentang guru pasal 3 menjelaskan tentang 4 kompetensi yang harus di miliki oleh

seorang guru yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi

sosial dan kompetensi profesional. Dalam kompetensi pedagogik berisikan poin

yang merupakan kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang guru yaitu,

pemanfaatan teknologi pembelajaran. Dan dalam kompetensi sosial yaitu,

menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional. Penguasaan

Teknologi Informasi dan Komunikasi sudah sangatlah penting, di era globalisasi

seperti sekarang
ini.
‫علَّ َمهُ\ ٱۡ\لبَيَان‬ ‫علَّ َم ٱۡ\لقُ\ ۡر خ ق ٱ َسن‬ ١ ‫ٱلر ۡح َٰ\ َمن‬
٣ ‫ِۡلن‬ ‫ ل‬٢ ‫َ ءا ن‬
٤
Artinya : Yang maha pengasih (1), yang telah mengajarkan Al-Quran (2),
dia menciptakan anusia (3), mengajarnya pandai berbicara (4).
(QS: Ar-Rahman : 1-4)

Makna dari ayat diatas, terkandung makna terhadap empat kompetensi guru

yaitu : pada ayat ke-1 terkandung kompetensi kepribadian yang tersirat

bahwasanya seorang guru harus memiliki sifat kasih sayang dan lembah lembut

terhadap muridnya sehingga mereka dapat nyaman dalam kegiatan pembelajaran.

Pada ayat ke-2 terkandung kompetensi profesional yang mengharuskan seorang


guru menguasai materi yang disampaikannya harus teruji kebenarannya. Pada ayat

ke-3 terdapat kompetensi pedagogik yang Pada ayat tersirat bahwa seorang guru

harus menguasai materi dan memiliki wawasan yang tinggi dibandingkan dengan

muridnya. Pada ayat ke-4 terkandung kompetensi sosial yang menggambarkan

bahwa seorang guru harus bisa menjalin komunikasi yang baik terhadap murid ,

warga sekolah atau wali murid sehingga tercapai keharmonisan.

Terhadap proses pembelajaran agar tidak terjadinya kejenuhan dalam

penyampaian materi oleh guru terutama pembelajaran sejarah, guru harus

berkompetensi dalam penyampaian materi menggunakan media . Media adalah

sarana untuk menyalurkan pesan atau informasi dari guru ke siswa atau

sebaliknya. Penggunaan media akan memungkinkan terjadinya proses belajar

pada diri siswa dan dapat digunakan untuk meningkatkan efektifitas kegiatan

pembelajaran.

Peraturan Menteri Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan

Dasar dan Menengah. Peraturan tersebut menjelaskan mengenai prinsip

penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) pada Kurikulum 2013.

Salah satu prinsip penyusunan RPP tersebut yakni penerapan TIK secara

terintegrasi, sistematis, dan efektif dalam Peraturan Menteri Nomor 65, Tahun

2013. Berdasarkan peraturan tersebut maka guru wajib dapat memanfaatkan TIK

dalam proses pembelajaran.

Apabila seseorang ingin maju di zaman ini maka salah satunya ia harus

mengusai teknologi. Untuk itu sudah sewajarnya guru pun dituntut untuk dapat

memiliki kompetensi dalam pemanfaatan teknologi pembelajaran seperti yang


tercantum dalam kompetensi guru. Dalam dunia pendidikan, Kementerian

Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) telah menempatkan TIK sebagai salah

satu pendukung utama tersedianya layanan pendidikan. Penyediaan tenaga

pendidik berkompeten yang merata di seluruh Indonesia telah dinyatakan sebagai

salah satu tujuan strategis dalam penyelenggaraan pendidikan nasionl.

Penyediaan pendidik yang menguasai kompetensi TIK merupakan kebutuhan

mendesak demi tercapainya tujuan tersebut. Guru yang kompeten dalam

pemanfaatan TIK diperlukan untuk mengembangkan kompetensi personal,

profesional sesuai dengan Permendiknas No 16 Tahun 2007 tentang Kompetensi

Guru. Hal ini menjadi landasan untuk mencapai generasi emas dan siswa yang

cerdas dan kompetitif menjadi human capital dalam pembangunan sosial dan

ekonomi.

Guru dituntut untuk senantiasa dapat lebih kreatif dalam memberikan materi

yang sedang diajarkan kepada muridnya, agar peserta didik tidak mengalami

kejenuhan dalam menyerap materi yang diberikan dan prestasi belajar mereka pun

meningkat. Penguasaan guru dalam penggunaan Teknologi informasi dan

komunikasi sangat berpengaruh sekali kepada penguasaan guru dalam

penggunaan media pembelajaran.

Karena media pembelajaran yang di kembangkan saat ini sudah banyak yang

berbasis TIK, oleh sebab itu kemampuan guru dalam menggunakan perangkat

TIK ini sangat penting sekali. Media TIK yang dapat digunakan oleh guru dalam

pembelajaran tentunya banyak sekali, tidak hanya media presentasi saja. Banyak
media online maupun offline, software maupun hardware, yang dapat guru

gunakan sebagai media pembelajaran.

Media itu pada hakikatnya menjadi jembatan antara murid dan guru agar

pembelajaran menjadi efektif. Media sebagai salah satu komponen pembelajaran,

bersinergi dengan komponen- komponen lainnya yaitu, tujuan pmbelajaran,

metode pembelajaran, materi pembelajaran, dan evaluasi, dapat memunculkan

motivasi belajar siswa menjadi lebih besar, serta menjadikan informasi yang

diterima saat proses pembelajaran menjadi permanen di ingat oleh siswa.

Menurut Edgar Dale Seperti manfaat media yang digambarkan oleh kerucut

pengalaman yaitu “pengetahuan akan lebih abstrak apabila pesan hanya

disampaikan melalui kata verbal yang memungkinkan terjadinya verbalisme.”

Artinya siswa tidak hanya mengerti dari penjelasan yang diberikan oleh guru,

dengan media mempermudahkan guru untuk menjelaskan tentang suatu hal,

karenanya pembelajaran menjadi lebih konkrit.

Menurut penelitian British Association for Vedic Astrology (BAVA) di

Amerika Serikat bahwa: “Bila seorang guru atau tenaga pendidik yang mengajar

hanya menggunakan verbal simbol materi yang terserap hanya 13% saja dan

itupun tidak akan bertahan lama, sementara yang menggunakan multimedia bisa

mencapai 64% sampai 84% dan bertahan lebih lama.” Kegiatan pembelajaran

menuntut dikuranginya metode ceramah dan diganti dengan pemakaian banyak

media. Lebih-lebih pada kegiatan pembelajaran saat ini yang menekankan pada

keterampilan proses dan aktif learning, maka peranan media pembelajaran,

menjadi semakin penting.


Undang-Undang Nomor 14/2005 tentang Guru dan Dosen menyatakan

bahwa setiap guru harus dapat memanfaatkan Teknologi Informasi dan

Komunikasi untuk kepentingan penyelengaraan kegiatan pengembangan yang

mendidik. Kompetensi guru di bidang TIK juga merupakan salah satu yang

dipersyaratkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2009, Bab II bagian

Ke satu Pasal 3, yakni bahwa guru harus menggunakan teknologi komunikasi dan

informasi secara fungsional.

Keberadaan kompetensi tenaga kependidikan terdapat pada Undang-Undang

Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen menyatakan bahwa setiap guru

harus dapat me-manfaatkan TIK untuk kepenting-an penyelengaraan kegiatan

pengem-bangan yang mendidik. Penguasaan TIK kini telah menjadi bagian dari

tuntutan kompetensi guru, baik guna mendukung pelaksanaan tugasnya

(penyusunan perencanaan, penyajian pembelajaran, evaluasi dan analisis hasil

evaluasi) maupun sebagai sarana untuk mencari dan mengunduh materi

pembelajaran melalui inter-net, maka setiap guru pada semua jenjang harus siap

untuk meman-faatkan TIK dalam pembelajaran.

Guru sering dianggap sebagai agen perubahan di sekolah sehubungan dengan

kemampuannya dalam menggunakan TIK untuk pengajaran, pembelajaran dan

administrasi. Meskipun guru menguasai bidang keilmuannya masing-masing,

namun masih banyak guru yang kurang memiliki pengalaman dalam

menggunakan TIK untuk kegiatan pengajaran, pembelajaran, dan administrasi.

Apalagi terhadap pembelajaran sejarah, yang selamai ini kurang diminati

oleh siswa. Guru modern sekarang sangat dituntut untuk membuat pembelajaran
sejarah diminati oleh sisiwa yaitu dengan kompetensi guru dalam memanfaatkan

media TIK sekarang sebagai bagaian pencapaian materi dan pengajaran terhadap

anak didik seperti yang kita ketahui penggunaan internet, film, vidio dan berbagai

bentuk media Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) lainnya.

Tehadap pengembangan kompetensi guru guru sejarah masih belum

keseluruhan yang nyata dalam memanfaatkan media pembelajaran berbasis TIK,

karena berbagai alasan untuk penggunaan keefektifan penyampaian materi,

apalagi guru sejarah yang sudah tidak muda lagi kerena masih minimnya

pengetahuan akan TIK lebih cendrung penerapan metode ceramah, diskusi masih

banyak dipergunakan dalam pembelajaran tanpa melibatkan media berbasis TIK.

Sebagian ada penggunaan media berbasis TIK seperti power point dalam

penyampaian materi kepada peserta didik, namun butuh hal baru agar siswa lebih

tertarik dan bersemangat belajar dengan media atau metode yang digunakan oleh

guru. Apalagi masa sekarang peserta didik sudah mengenal internet dan computer,

pendidik juga harus meningkatkan kompetensiya dalam TIK.

Menurut hasil observasi dari jurnal Rahmi Rivalina tentang kompetensi

TIK dalam aktifitas pembelajaran, Kesulitan yang dihadapi guru untuk

pemanfaatan TIK adalah aspek teknis mencakup kepemilikan komputer, baik oleh

sekolah maupun pribadi guru, daya listrik yang bisa digunakan, ketersediaan

proyektor, sampai pada serangan virus yang mengancam efektivitas kegiatan

pembelajaran menggunakan koneksi internet, kendala waktu dalam penyiapan

bahan belajar atau kemampuan bahasa Inggris guru untuk memahami program

perangkat lunak). Penelitian Sumintono terbit 2012 juga mengungkapkan bahwa


21% dari guru yang telah melakukan pembelajaran dengan menggunakan TIK

mengalami kesulitan pemanfaatan perangkat proyeksi (LCD) disebabkan karena

kurangnya kemampuan bahasa Inggris.

Sebagian guru berpendapat bahwa dengan metode pembelajaran yang

selama ini dilaksanakan (konvensional), prestasi belajar peserta didiknya sudah

memuaskan. Oleh karena itu, tidak perlu repot dengan pemanfaatan TIK dalam

kegiatan pembelajaran. Kompetensi Teknologi Informasi dan Komunikasi Guru

dalam Peningkatan Kualitas Pembelajaran Berdasarkan berbagai pemikiran yang

telah diuraikan, masalah utama dalam pemanfaatan TIK untuk kegiatan

pembelajaran adalah berada pada diri guru itu sendiri, yang disebut sebagai

kompetensi TIK guru. 5

Disinyalir ada kecenderungan guru jarang memanfaatkan atau

menggunakan sumber dan media belajar dalam kegiatan belajar mengajar sejarah.

Hal ini mengakibatkan siswa mengganggap pelajaran sejarah sesuatu yang tidak

menarik. Pada waktu menyajikan materi di dalam kelas, sebagian guru sejarah

jarang menggunakan media pembelajaran. Guru terbiasa dengan pola

pembelajaran konvensional melalui ceramah. Penyampaian materi sejarah terlalu

monoton, hanya menghafal dan ketinggalan zaman. Hal ini mengakibatkan siswa

5
Rahmi Rivalina : Pustekkom Kemdikbud, Tanggerang Selatan, “ Kompetensi
Teknologi Informasi Dan Komunikasi Guru Dalam Peningkatan Kualitas Pembelajaran”, h. 166
diakses pada 17 Mei 2020 dari Https://jurnalteknodik,kemdikbud.go.id
menjadi jenuh, pasif dan mengantuk. Akibatnya pembelajaran tidak efektif,

aktifitas siswa rendah karena pembelajaran didominasi guru. 6

Menurut Puji Rizki Irani tentang problematik kompetensi guru sejarah,

terdapat tiga permasalahan pokok yang ditemukan dan berkaitan dengan

problematik guru mata pelajaran Sejarah Indonesia. Hal ini mengindikasikan

bahwa seorang guru sejarah kurang memilki kompetensi yang memadahi terkait

materi pembelajaran sejarah. Hal ini bisa terjadi dari kurangnya minat guru untuk

turut aktif dalam proses belajar mengajar serta pengunaan media pembelajaran.

Karena pada dasarnya tidak semua guru memiliki kemampuan dalam

menghidupkan kelas. Disamping faktor pendidik, dari hasil wawancara yang telah

dilakukan pada salah satu guru di SMKN 1 Jember dapat ditemukan bahwa faktor

peserta didik (siswa) juga turut serta dalam tida berjalan proses belajar mengajar

yang semestinya karena tidak meniatnya dengan pembelajaran sejarah. 7

Penggunaan teknologi dapat berupa media, pembelajaran, penyajian materi

pembelajaran maupun dalam asesment atau penilaian. Bentuk-bentuk media

pembelajaran berbasis ICT sangat banyak seperti pembelajaran berbasis

multimedia. Media pembeajaran berbasis android, Media pembelajaran dengan

menggunakan software macromedia flash Teaching with new view about abilities.

Meningkatkan kualitas profesional guru dalam mengajar, mengembangkan media

6
Danang Supriyono: Universitas Negeri Semarang , “Pengaruh Kompetensi Guru
Sejarah Dalam Memanfaatkan Sumber Dan Media Belajar Pada Kualitas Pembelajaran Siswa
Kelas X Di Sma NegeriKabupaten Jepara Tahun Ajaran 2008/2009” , h. 4 diakses pada 17 Mei
2020 dari Https://lib.unnes.ac.id
7
Puji Rizki Irani : Universitas Jember (Unej), Problematik Kompetensi Guru Mata
Pelajaran Sejarah Indonesia Di Smkn 1 Jember”, h. 212 Diakses Pada 17 Mei 2020 Dari Https://
Www. Jurnalpi.Com
pembelajaran berbasis ICT, redesain kurikulum yang disesuaikan dengan

kebutuhan dan tantangan zaman, perubahan paradigma pendidikan dalam

pendekatan dan menggunakan teknologi berbasis ICT yang dapat digunakan

dalam pencampaian tujuan pendidikan.

Sedangkan Arifin mengatakan guru dalam mengajar sebaiknya

pengembangan media pembelajaran, materi ajar atau bahan ajar dan sistem

penilaian atau assement. Keterampilan guru dalam penguasaan ICT sangat

dibutuhkan terutama dalam menerapkan model pembelajaran berbasis multimedia,

yang merupakan tantangan pendidkan zaman.

Selama ini guru tidak dapat menyadari secara penuh akan tugas dan

tanggung jawabnya sebagai pengajar, sehingga banyak ditemukan guru dalam

mengajar tidak sesuai dengan apa yang diharapkan dalam Undang-Undang guru

dan dosen Tahun 2005. Guru menurut Undang undang Guru dan dosen tahun

2005 adalah suatu profesi, sehingga membutuhkan keahlian khusus di bidangnya

dan menempuh pendidikan khusus. Akan tetapi di lapangan banyak sekali

dijumpai status guru yang tidak sesuai dengan UU Guru dan Dosen tersebut.

Akibatnya mereka tidak profesional dalam menjalankan tugas mendidik dan

mengajar. Oleh karena itu menurut Syaiful Sagala di era globalisasi dituntut guru

dalam mengajar sesuai dengan fungsi dan perannanya secara optimal, agar dapat

menghasulkan kualitas pendidikan yang tinggi dan dapat berdaya saing dengan

negara lain.
Adanya Ebook dan internet dalam pembelajaran TIK dapat membantu

mempermudah siswa maupun guru dalam mencari referensi pendukung materi.

Untuk itu guru sejarah diharapkan memiliki wawasan yang luas dalam mengajar,

agar tidak ketinggalan dengan perkembangan teknologi dan informasi. Disamping

itu juga guru sejarah harus selalau up date terhadap perubahan yang ada dalam

teknologi dan informasi. 8

Jadi berdasarkan, empat kompetensi guru maka penulis akan membahas

kompetensi pedagogik serta kompetensi profesional guru sejarah dalam

memanfaatkan media berbasis ICT atau Teknologi, Informasi dan Komunikasi

(TIK). Kompetensi pedagogik dengan kemampuan mengelola pembelajaran

peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan

pelakasanaan pembelajaran, evaluasi hasil be ajar dan pengembangan peserta

didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya berbasis TIK.

Sedangkan kompetensi professional adalah kemampuan penguasaan materi

pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan terintegrasikannya

konten pembelajaran dengan pengguanaan TIK dan membimbing peserta didik

memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional

Pendidikan.

Berdasarkan latar belakang di atas, timbul pertanyaan bagaimana

pengembangan guru sejarah untuk memanfaatkan media pembelajaran, untuk

menjawabnya perlu dilakukan penelitian yang lebih dalam yang hasilnya akan

8
Fatmawati, Debi Setiawati: Ikip Budi Utomo Malang, “Pengembangan Kompetensi Guru
Sejarah Dalam Menghadapai Tantangan Abad 21”, h.2 Diakses Pada 17 Mei 2020 Pada e-Jurnal
mitra pendidikan.Com
ditulis dalam bentuk skripsi literatur dengan judul Pengembangan Kompetensi

Guru Sejarah Dalam Memanfaatkan Media Pembelajaran Berbasis

Teknologi Informasi Dan Komunikasi (TIK) Pada Satuan Pendidikan

Tingkat SMA.
B. Rumusan Dan Batasan Masalah

1. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana pengembangan kompetensi

guru sejarah dalam memanfaatkan media pembelajaran berbasis Teknologi

Informasi Dan Komunikasi (TIK) Pada satuan pendidikan tingkat SMA”.

2. Batasan Masalah

Untuk lebih terarahnya penelitian ini, maka penulis membatasi masalah

penelitian sebagai berikut :

a. Pengembangan kompetensi guru sejarah dalam memanfaatkan media

pembelajaran berbasis Teknologi Informasi Dan Komunikasi (TIK) Pada

satuan pendidikan tingkat SMA ?

b. Bentuk pengembangan penggunaan media berbasis Teknologi Informasi

Dan Komunikasi (TIK) ?

c. Analisis keterpaduan kompetensi guru sejarah dengan program

pengembangan yang ada oleh pemerintah ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan dari latar belakang masalah di atas, maka tujuan penelitian

ini adalah:

a. Untuk mengetahui pengembangan kompetensi guru sejarah dalam

memanfaatkan media pembelajaran berbasis Teknologi Informasi Dan

Komunikasi (TIK) Pada satuan pendidikan tingkat SMA.


b. Untuk mengetahui bentuk pengembangan penggunaan media berbasis

TIK.

c. Untuk mengetahui analisis keterpaduan kompetensi guru sejarah dengan

program pengembangan yang ada oleh pemerintah.

2. Manfaat Penelitian

a. Bagi penulis

Untuk memenuhi persyaratan agar dapat mencapai gelar Sarjana

Pendidikan Islam (S.Pd) pada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Jurusan

Tadris IPS Konsentrasi Sejarah.

b. Bagi Akademik

Sebagai lembaga pendidikan y ng mempersiapkan calon guru

Jurusan Tadris IPS Konsentrasi Sejarah dan dapat juga menggunakan

hasil penelitian sebagai pedoman dan masukan

c. Masyarakat

Memberikan informasi bagi masyarakat terhadap pengembangan

kompetensi guru sejarah dalam memanfaatkan media pembelajaran

berbasis Teknologi Informasi Dan Komunikasi (TIK) pada satuan

pendidikan tingkat SMA.

D. Defenisi Operasional

Untuk menghindari kesalahan dalam memahami judul diatas, penulis

akan jelaskan maksud kata-kata judul tersebut:


1. Pengembangan : Pengembangan adalah suatu proses mendesain

pembelajaran secara logis, dan sistematis dalam

rangka untuk menetapkan segala sesuatu yang akan

dilaksanakan dalam proses kegiatan belajar dengan

memperhatikan potensi dan kompetensi peserta

didik. 9

2. Kompetensi Guru : kemamampuan perpaduan antar personal, keilmuan,


Sejarah teknologi, social, dan spiritual yang secara kaffah

membentuk kompetensi standar membentuk profesi

guru, yang mencakup penguasaan materi,

pemahaman terhadap peserta didik, pembelajaran

yang mendidik, pengembangan pribadi dan


10
profesional sme.

3. Memanfaatkan : Pemanfaatan adalah suatu kegiatan, proses, cara

atau perbuatan menjadikan suatu yang ada menjadi

bermanfaat

4. Media : Adalah alat, media dan teknik yang digunakan


Pembelajaran untuk membantu proses pembelajaran. Hal ini

berrarti media pembelajaran sebagai sumber belajar

yang membuat siswa memperoleh pengetahuan dan

9
Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), h. 24.
10
Mulyasa, Op.cit,. h. 26
sikap. 11

5. TIK (Teknologi, : Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)

Informasi, dan merupakan suatu program, untuk alat bantu,

Komunikasi) manipulasi dan menyampaikan informasi..

Sedangkan yang dimaksud dalam judul penulis, alat

atau media penyampaian informasi dalam

pembelajaran oleh pendidik kepada peserta didik.

Dengan demikian dapat di jelaskan bahwa maksud dari judul penelitian

ini adalah meningkatkan kemampuan guru sejarah dalam menggunakan

media pembelajaran berbasis Teknologi Informasi Dan Komunikasi (TIK).

E. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan ini diuraikan dalam bentuk bab saling

berhubungan antara satu bab dengan bab lainnya sehingga terbentuk suatu

sistem penulisan yang mana akan terlihat suatu sistem yang runtut

(berurutan).

BAB I : Berisikan tentang pendahuluan yang terbagi menjadi sub-sub

bagian yaitu: latar belakang masalah, rumusan dan batasan

masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, penjelasan judul, serta

sistematika penulisan.

11
H. Darmadi, Pengembangan Model Metode Pembelajaran dalam dinamika belajar
siswa, (Yogyakarta: CV Budi Utama, 2017), h. 79
BAB II : Landasan teoritis yang terbagi menjadi sub-sub, Kompetensi

guru sejarah, Media Pembelajaran, TIK (Tekonologi, Informasi

dan Komunikasi) dan Penelitian yang relevan.

BAB III : Merupakan Metode Penelitian yang berisikan tentang ; Jenis

Penelitian, Langkah-langkah Riset Kepustakaan, Pendekatan,

Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data dan Interprestasi

Data.

BAB IV : Merupakan Hasil penelitian yang berisikan tentang;

pengembangan kompetensi guru sejarah dalam memanfaatkan

media pembelajaran berbasis Teknologi Informasi Dan

Komunikasi (TIK) Pada satuan pendidikan tingkat SMA,

bentuk pengembangan penggunaan media berbasis TIK,

analisis keterpaduan kompetensi guru sejarah dengan program

pengembangan yang ada oleh pemerintah .

BAB V : Penutup yang berisi kesimpulan dan saran.

DAFTAR PUSTAKA
LANDASAN TEORI

A. Kompetensi Guru

1. Pengertian Kompetensi Guru

Kompetensi berasal dari bahasa Inggris yaitu “Competency” yang

berarti “knowledge, skill, and abilities,” yang artinya “pengetahuan,

keterampilan dan kemampuan,”. Menurut kamus besar bahasa Indonesia

kompetensi adalah kewenangan, kekuasaan, untuk menentukan atau

memutuskan suatu hal.1

Dalam UU RI No. 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen, dijelaskan

bahwa kompetensi merupakan seperangkat pengetahuan, keterampilan dan

perilaku, yang harus dimiliki, dihayati, oleh guru dan dosen dalam

melaksanakan tugas keprofesionalannya. 2

Sedangkan guru adalah adalah, tenaga pendidik professional

dibidangnya yang memiliki tugas utama dalam mendidik, mengajar,

membimbing, memberi arahan, memberi pelatihan, memberi penilaian, dan

mengadakan evaluasi kepada peserta didik yang menempuh pendidikannya

sejak usia dini melalui jalur formal pemerintah berupa sekolah dasar hingga

sekolah menengah.

Wolf menegaskan Kompetensi erat kaitannya dengan standar, seseorag

disebut kompeten dalam bidangnya jika pengetahuan, keterampilan, dan

sikapnya, serta hasil kerjanya sesuai standar atau ukuran yang ditetapkan

1
Rofa’ah, Pentingnya Kompetensi Guru dalam Kegiatan Pembelajaran dalam Perspektif
Islam, (Yogyakarta: CV Budi Utama, 2016), h. 30
2
Mulyasa, Op.cit., h.31
atau diakui oleh lembaganya. Kemampuan individu dapat berkembang

dengan cara pelatihan, peraktik, kerja kelompok dan belajar mandiri.

Pelatihan menyediakan kesempatan seseorang mempelajari keterampilan

kusus dan pengalaman kerja membuat kompeten dibidangnya. 3

Jadi, kompetensi guru adalah kemampuan seorang guru dalam

melaksanakan kewajiban secara bertanggung jawab serta kesanggupan guru

melaksanakan proses belajar mengajar dengan memiliki bekal pengetahuan

dan keterampilan yang sesuai dengan sebaik-baiknya. 4

2. Manfaat Kompetensi Guru

Pentingnya kompetensi bagi seorang guru yang memiliki manfaat

dalam kinerja yaitu :

a. Sebagai alat seleksi penerimaan guru, dengan adanya hal ini dapat

menentukan jenis kompetensi yang harus dipenuhi sebagai syarat

diterima menjadi guru agar dapat mengemban tugasnya selaku pengajar.

b. Sebagai rangka pembinaan guru, setelah menentukan jenis kompetensi

dengan hal ini dapat diobservasi guru yang memiliki kompetensi penuh

dan dan masih kurang memadai kompetensinya agar dapat diberika

pembinaan seperti rencana penataran.

3
Jejen Musfah, Peningkatan Kompetensi Guru Melalui Pelatihan dan Sumber Belajar,
(Jakarta : Kencana, 2011), h. 28-29
4
Asrori dan Rusman, Pengembangan Kompetensi Guru, (Jawa Tengah, Pena Persada,
2020), h. 42-43
c. Kompetensi penting dalam rangka penyusunan kurikulum, hal ini

menjadi penentu dasar penyusunan kurikulum berdasar kompetensi yang

diperlukan oleh setiap guru.

d. Kompetensi penting dalam hubungan kegiatan dan hasil belajar siswa,

guru yang kompeten lebih menciptakan belajar yang efektif dan

menyenangkan hal ini menjadi penentu hasil belajar siswa.

e. Kompetensi sebagai kriteria professional guru. 5

Manfaat praktis media pembelajaran di dalam proses belajar mengajar


6
yaitu: media pembelajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan

informasi sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil

belajar, media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang dan

waktu serta Media pembelajaran dapat memberikan kesamaan pengalaman

kepada siswa. 7

3. Macam-macam Kompetensi Guru

Macam-macam kompetensi guru atau kebih dikenal dengan standar

kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru agar mendapat sertifikasi

untuk melaksanakan tugas dan wewenang sebagai tenaga kependidikan

tercantum dalam Peratutan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 yaitu meliputi:

5
Oemar Hamalik, Pendidikan Guru, (Jakarta : Bumi Aksara, 2004), h. 34-35
6
Ibid., h. 26
7
Syaiful Bahri, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta : Rineka Cipta, 2013), h. 123
a. Kompetensi Pedagogik

Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola

pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta

didik, perancangan dan pelakasanaan pembelajaran, evaluasi hasil

belajar dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan

berbagai potensi yang dimilikinya. Kompetensi pedagogik guru

meliputi: 8

1) Penguasaan terhadap karakteristik peserta didik dari aspek fisik,

moral, sosial, kultural, emosional dan intelektual.

2) Penguasaan terhadap teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran

yang mendidik.

3) Menyelenggarakan kegiatan pengembangan yang mendidik.

4) Memanfaatkan tekhnologi informasi dan komunikasi untuk

kepentingan penyelenggaraan kegiatan pengembangan yang

mendidik.

b. Kompetensi Kepribadian

Kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang

mantap, stabil, dewasa, arif, dan beribawa, menjadi teladan bagi peserta

didik dan berakhlak mulia. Dengan demikian, maka guru harus

memiliki sifat kepribadian yang mantap, sehingga mampu menjadi

sumber inspirasi bagi peserta didik. Kriteria kompetensi yang melekat

pada kompetensi kepribadian guru menurut Sanusi meliputi:

8
Suyanto dan Asep Jihad, Menjadi Guru Profesional, (Jakarta, Erlangga Group, 2013), h.
41
1) Penampilan sikap yang positif terhadap keseluruhan tugasnya

sebagai guru.

2) Pemahaman, penghayatan dan penampilan nilai-nilai yang

seyogianya dianut oleh seorang guru.

3) Upaya untuk menjadikan dirinya sebagai panutan dan teladan bagi

para siswanya. 9

c. Kompetensi Sosial

Kompetensi sosial dalam Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun

2005 pasal 28 ayat 3 adalah kemampuan pendidik sebagai bagian dari

masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan

peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali

peserta didik, dan masyarakat sekitar. Kriteria kompetensi sosial guru

meliputi:

1) Terampil berkomunikasi dengan peserta didik dan orang tua

peserta didik.

2) Bersikap simpatik

3) Dapat bekerja sama dengan dewan pendidikan dan kawan sekerja

4) Menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara

fungsional.

d. Kompetensi Profesional

Kompetensi professional adalah kemampuan penguasaan materi

pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan

9
Fachruddin Saudagar dan Ali Idrus, Pengembangan Profesionalistas Guru, (Jakarta,
Gaung Persada, 2011), h. 45
terintegrasikannya konten pembelajaran dengan pengguanaan TIK dan

membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang

ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan. Dengan demikian,

guru harus memiliki pengetahuan yang luas berkenaan dengan bidang

studi yang akan diajarkan serta penguasaan dalam kegiatan

pembelajaran. Kriteria kompetensi profesional guru meliputi:

1) Menguasai materi, struktur, konsep dan pola pikir keilmuan yang

mendukung mata pelajaran.

2) Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata

pelajaran/bidang pengembangan.

3) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk

berkomunikasi dan mengembangkan diri.

Jadi berdasarkan, empat kompetensi guru maka penulis akan

membahas kompetensi pedagogik serta kompetensi profesional guru

sejarah dalam memanfaatkan media berbasis ICT atau Teknologi,

Informasi dan Komunikasi (TIK). Kompetensi pedagogik dengan

kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi

pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelakasanaan

pembelajaran, evaluasi hasil belajar dan pengembangan peserta didik

untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya berbasis TIK.

Sedangkan kompetensi professional adalah kemampuan penguasaan

materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan

terintegrasikannya konten pembelajaran dengan pengguanaan TIK dan


membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan

dalam Standar Nasional Pendidikan.

B. Media Pembelajaran

1. Pengertian Media Pembelajaran

Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah

berarti perantara atau pengantar. Dalam bahasa Arab adalah perantara atau

pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Gerlach and Ely

mengatakan bahwa media dipahami secara garis besar adalah manusia,

materi, atau kejadian yang membuat siswa memperolah pengetahuan,

keterampilan dan sikap. 10

Dalam UU No.20 Tahun 2003 tentang Sikdiknas Pasal 1 Ayat 20,

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan

sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran menurut

Sudjana adalah bahwa pembelajaran pada hakikatnya suatu proses mengatur

dann mengorganisasikan lingkungan yang ada di sekitar anak didik sehingga

menumbuhkan dan mendorong anak didik melakukan proses belajar.11

Jadi media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat

dikondisikan seperti alat, lingkungan dan segala bentuk kegiatan yang

dikondisikan untuk menambah pengetahuan, mengubah sikap, atau

menanamkan keterampilan pada anak didik yang memanfaatkannya. 12

10
Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta : Rajagrafindo Persada, 2016), h. 3
11
Saifuddin Mahmud, Strategi belajar mengajar, (Syiah Kuala Universitas Press, 2017),
h.8
12
Wina Sanjaya, Pembelajaran, (Jakarta : Prenada Media Group, 2012), h. 61
2. Manfaat Media Pembelajaran

Manfaat media pembelajaran dalam proses belajar mengajar yaitu

sebagai berikut : 13

a. Menangkap suatu objek atau peristiwa-peristiwa tertentu, misalnya

dalam pembelajaran Sejarah guru dapat menjelaskan bagaimana

terjadinya peristiwa proklamasi melalui media tayangan film.

b. Memanupulasi keadaan, peristiwa, atau objek tertentu, misalnya guru

dapat menampilkan objek yang terlalu besar atau kecil yang sulit dilihat

dapat ditampilkan dengan gambar atau film, hal ini sesuatu yang

bersifat asbtrak menjadi kongret.

c. Menambah gairah dalam motivasi belajar siswa sehingga perhatian

siswa tertuju pada materi pembelajaran.

d. Selain itu, manfaat terpenting media sebagai sumber belajar ikut

membantu guru memperkaya wawasan anak didik, aneka macam media

digunakan menjadi sumber ilmu pengetahuan bagi anak didik ada yang

berupa benda dapat dihadirkan didedapan kelas seperti komputer yang

menjadi sumber belajar. 14

e. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, tenaga dan daya indera. 15

13
Wina Sanjaya, Op.cit,. h. 70-71
14
Syaiful Bahri, Op.cit., h.123
15
Rudi Susilana dan Cepi Riyana, Media Pembelajaran, (Bandung: Wacana Prima, 2009),
h.9
Berdasarkan uraian diatas media pembelajaran memiliki fungsi sebagai

fungsi komunikatif dalam penerimaan atau penyampaian pesan, fungsi

motivasi agar pembelajaran tidak membosankan, fungsi kebermaknaan

dalam pengetahuan kognitif siswa, serta fungsi penyamaan persepsi dalam

proses pembelajaran.

3. Macam-macam Media Pembelajaran

Media pembelajaran dibagi menjadi dua yaitu sebagai berikut :

a. Media Nonelektronik

1) Media Cetak adalah cara untuk menghasilkan atau menyampaikan

materi, seperti buku dan materi visual statis terutama melalui

proses percetakan mekanis atau fotografis. 16

2) Media Pajang adalah Media pajang umumnya digunakan untuk

menyampaikan pesan atau informasi didepan kelompok kecil.

Media ini meliputi papan tulis, white board, papan magnetik, papan

buletin, chart dan pameran.

3) Media Peraga dan Eksperimen adalah Media peraga dapat berupa

alat-alat asli atau tiruan, dan biasanya berada di laboratorium.

b. Media Elektronik

1) Overhead Projector (OHP) Media transparansi atau overhead

transparency (OHT) sering kali disebut dengan nama perangkat

kerasnya yaitu OHP (overhead projector).

16
Ibid., Azhar Arsyad, h. 29
2) Film merupakan gambar hidup yang diambil dengan

mengguanakan kamera film dan ditampilkan melalui proyektor

film.

3) Internet Media ini memberikan perubahan yang besar pada cara

orang berinteraksi, bereksperimen, dan berkomunikasi.

Banyak pendapat mengenai pembagian media menurut Henrich

menggolongkan media meliputi : media yang diproyeksikan, media yang

tidak diproyeksikan, media audio, video, media berbasis computer dan multi

media kit. 17 Secara umum macam-macam media pembelajaran yaitu:

1) Media grafis seperti, gambar, foto, grafik, diagram, kartun, dan poster.

2) Media tiga dimensi seperti, media bentuk model padat, penampang.

3) Media proyeksi seperti, OHP, slide, dan film

4) Lingkungan sebagai media pembelajaran.

C. TIK (Tekonologi Informasi dan Komunikasi)

1. Pengertian TIK (Tekonologi Informasi dan Komunikasi)

Istilah TIK muncul setelah adanya perpaduan antara teknologi

computer (baik perangkat keras maupun perangkat lunak) dengan

tekonologi komunikasi pada pertengahan abad ke-20. Computer adalah

perangkat elektrolik, yang menjalankan operasinya dibawah perintah

pengendali yang disimpan pada memori computer. 18

17
Hamidulloh Ibda, Media Pembelajaran, (Semarang :Pilar Nusantara, 2017), h. 15
18
Edy Suparjan, Pendidikan Sejarah Untuk Membentuk Karakter Bangsa, (Yogyakarta:
Budi Utama, 2019), h. 30-31
Secara etimologis, kata teknologi berasal dari bahasa Yunani Techne

yang berarti seni, kerajinan, atau keterampilan, dan logia yang berarti kata,

studi, atau tubuh ilmu pengetahuan. Secara terminologis teknologi adalah

pengetahuan tentang membuat sesuatu atau suatu aplikasi pengetahuan

untuk suatu tujuan praktis. Beberapa defenisi lain tentang teknologi adalah :

a. Teknologi adalah suatu disiplin rasional yang didesain untuk

memastikan penguasaan manusia terhadap alam fisik, melalui aplikasi

hokum-hukum secara ilmiah.

b. Teknologi adalah pengetahuan praktis dan sistematis berdasarkan

eksperimen atau teori ilmiah.

c. Teknologi sebagai alat bantu dan peralatan untuk mewujudkan pikiran.

Teknologi, Informasi dan Komunikas (TIK) sebagai bagian dari ilmu

pengetahuan dan teknologi secara umum adalah semua teknologi yang

berhubungan dengan pengambilan, pengumpulan, pengolahan,

penyimpanan, penyebaran, dan penyajian informasi (semua perangkat

keras, lunak, kandungan isi dan infrastruktur computer maupun

telekomunikasi). 19

Jadi berdasarkan kesimpulan penulis teknologi pembelajaran ialah,

sebagai sumber informasi penyampaian pesan kepada peserta didik seperti

melalui film, gambar dan sebagainya dalam proses belajar mengajar agar

lebih efektif dan efisien dalam penyampaian materi.

19
Deni Darmawan, Teknologi Pembelajaran, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2015), h. 2
2. Manfaat TIK (Tekonologi Informasi dan Komunikasi)

Dalam dunia pendidikan, teknologi informasi dan komunikasi

memiliki tiga fungsi vital yang mana selalu digunakan dalam kegiatan

belajar mengajar diantaranya adalah:

a. Teknologi memiliki peran fungsi sebagai media atau alat. Dalam dunia

pembelajaran, akan digunakan sebagai sebuah sarana bantu bagi siswa

dalam memahami pelajaran yang disampaikan oleh guru. Contoh

ringannya adalah untuk mengolah angka, kata, membuat unsur desain

grafis, program administratif, database, membuat data keuangan dan

sebagainya.

b. Teknologi memiliki fungsi sebagai ilmu pengetahuan. Pada bagian ini,

teknologi diposisikan sebagai salah satu disiplin ilmu yang wajib

dikuasai oleh para siswa. Contohnya adalah beberapa jurusan di

perguruan tinggi yang khusus mempelajari teknologi informasi dan

komunikasi seperti jurusan informatika dan masih banyak lagi lainnya.

Bahkan di dalam kurikulum belajar terbaru, para siswa dari semua

dituntut tingkatan untuk jurusan menguasai bidang ini.

c. Selain menjadi alat pembelajaran, teknologi juga memiliki fungsi dan

peran sebagai bahan materi. Yang mana teknologi memainkan peranan

sebagai sebuah teori belajar yang harus dipelajari dan juga digunakan

untuk menguasai materi tertentu (dengan bantuan teknologi seperti

komputer). Umumnya, komputer yang akan digunakan siswa akan

diatur sedemikian rupa dan para siswa akan dipandu langkah demi
langkah hingga bisa memahami sebuah materi. Dalam konteks ini,

peranan teknologi adalah sebagai mentor bagi siswa.

Dalam dunia pendidikan, teknologi informasi dan komunikasi memiliki

tiga fungsi vital yang mana selalu digunakan dalam kegiatan belajar

mengajar diantaranya adalah:

a. Teknologi memiliki peran fungsi sebagai media atau alat.

b. Teknologi memiliki fungsi sebagai ilmu pengetahuan.

c. Selain menjadi alat pembelajaran, teknologi juga memiliki fungsi dan

peran sebagai bahan materi.

Selain itu, menurut Muhammad Yaumi teknologi pembelajaran

bermanfaat sebagai : 20

a. Teknologi pembelajaran sebagai media merupakan, cara sistematis untuk

mendesain, mengadakan proses belajar.

b. Teknologi pembelajaran sebagai bidang ilmu merupakan, dipandang

sebagai pemanfaatan berbagai sumber belajar.

c. Teknologi pembelajaran sebagai suatu proses yaitu, melibatkan orang,

prosedur, ide, peralatam, untuk mengelola masalah yang dicari.

d. Teknologi pembelajaran dan kaawasan bidang ilmu.

3. Macam-macam TIK (Tekonologi Informasi dan Komunikasi)

Macam-macam TIK (Tekonologi Informasi dan Komunikasi) dalam

pembelajaran sejarah misalnya dapat digunakan guru seperti :

20
Muhammad Yaumi, Media dan Teknologi Pembelajaran, ( Jakarta : Prenadamedia
Group, 2018), h. 26
a. memanfaatkan akronim KWHL (Know, What, How, dan Learn).

Akronim ini dapat digunakan untuk menggorganisasikan penetapan

tujuan kepada para siswa, guru lain, dan kepada orang tua siswa.

b. Guru dapat memanfaatkan web, dan media yang tersedia di internet

misalnya dalam bentuk power point (presentasi), word (teks), animasi

dan lainnya.

c. Terhadap pembelajaran sejarah misalnya dalam menceritakan suatu

peristiwa dapat menggunakan tayangan data video dan CD interaktif

dalam berbagai format (suara atau animasi) sesuai dengan tingkat

pemahaman siswa dan materi perangkat yang lebih mendalam.

d. Media TIK seperti Scanner dapat digunakan guru untuk mengevaluasi

kinerja siswa dan umpan balik bagi siswa.

e. Pengiriman tugas siswa dapat melalui email

f. Pemberian tugas dapat dianjurkan guru untuk mencari sumber E-book

untuk memperbanyak sumber dalam materi sejarah.

D. Kajian Yang Relevan

Dalam penulisan karya ilmiah ini, penulis telah melakukan penelitian

terhadap literatur-literatur dan sumber-sumber yang berhubungan dengan

permasalahan yang dibahas. Sejauh yang penulis ketahui tidak ditemukan

kesamaan judul yang mengkaji pengembangan kompetensi guru sejarah

dalam memanfaatkan media pembelajaran berbasis Teknologi Informasi

Dan Komunikasi (TIK) pada satuan pendidikan tingkat SMA. Dalam


penelitian ini penulis berusaha mengungkapkan dan mendapatkan sumber

yang relevan dengan pokok pembahasan ini.

Skripsi yang ditulis oleh Anjar Nurdiansyah program studi teknologi

pendidikan Universitas Negeri Semarang yang berjudul ”Studi Kompetensi

Guru dalam Memanfaatkan Media Pembelajran TIK di SMK NU Ungaran”.

Terdapat hal kesamaan menjadi suber acuan bagi penulis untuk study

literatur.

Skripsi yang ditulis oleh Aroma Fatimah Azahra jurusan IPS UIN

Maulana Malang yang berjudul ” Pengaruh Kompetensi Guru Terhadap

Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS di SMP Malang. Menjadi

acuan bagi penulis terhadap kompetensi guru yang menjadi topik

pembahasan penulis.

Kemudian buku-buku yang ada kaitannya dengan judul penulis seperti

Eus Karnawati. Tentang Guru Profesional Yang Inspiratif, Kreatif,

Menyenangkan Dan Berprestasi, buku Azar Asyad tentang media

Muhammad Yaumi. 2018. Media dan Teknologi Pembelajaran, Edy

Suparjan. 2019. Pendidikan Sejarah Untuk Membentuk Karakter Bangsa dan

buku-buku lainnya. Jadi, Kajian relevan disini adalah sumber-sumber yang

ada keterkaitannya dengan Skripsi penulis dan penulis gunakan sebagai

bahan rujukan dalam membuat Skripsi ini.


BAB III

METODE PENELITIAN

Metode menurut Neuman adalah serangkaian prinsip yang abstrak dan

sama yang menawarkan panduan yang terbatas. Kemudian, Kerlinger berpendapat

metode adalah cara-cara yang digunakan untuk mengungkap objektifitas sebuah

penelitian dengan menyajikan bukti : proposisi yang dapat dikenai tes dan uji

empiric. Metode juga cara bagaimana orang memperoleh pengetahuan ( how to

know ), Sedangkan penelitian adalah “suatu kegiatan untuk mencari, mencatat,

merumuskan sampai menganalisis hingga menyusun laporannya”.1

Maka metode penelitian dapat dimaknai sebagai cara-cara ilmiah dalam

mengumpulkan data-data yang berkaitan dengan fakta-fakta penelitian dengan

tujuan membuktikan objektifitas yang dapat diuji empiric. Cara ilmiah berarti

kegiatan peelitian hanya didasarkan pada ciri-ciri keilmuan yaitu rasional, empiris

dan sistematis. 2

A. Jenis Penelitian

Dalam penulisan skripsi ini peneliti menggunakan metode penelitian Library

Research. Maksudnya adalah suatu riset kepustakaan. Jenis penelitian ini

digunakan oleh penulis untuk memperoleh data yang bersifat teoritis sebagai

landasan teori ilmiah, yaitu dengan memilih dan menganalisa literatur-literatur

yang relefan dengan judul yang akan diteliti. Studi kepustakaan menurut

1
Cholid Narbuko dan Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, Cetakan 10, (Bumi Aksara ;
Jakarta, 2009), h. 1

2
Amir Hamzah, Metode Penelitian Kepustakaan, (Library Research), (CV Literasi
Nusantara Abadi ; Malang, 2019), h. 27
Muhamad Nazir adalah teknik pengumpulan data dengan mengadakan studi

penelaahan terhadap buku-buku, literatur-literatur, catatan-catatan dan laporan-

laporan yang ada hubunganya dengan masalah yang akan dipecahkan. Sedangkan

menurut Danial Endang AR. Studi pustaka adalah penelitian yang dilakukan oleh

peneliti dengan mengumpulkan sejumlah buku-buku, majalah, liflet, yang

berkenaan dengan masalah dan tujuan penelitian.

Setiap penelitian memerlukan bahan yang bersumber dari perpustakaan,


3
meliputi buku-buku, majalah-majalah, dan bahan dokumenter lainnya. Buku

tersebut digunakan sebagai sumber data yang akan diolah dan dianalisis seperti

yang banyak dilakukan oleh para ahli sejarah, sastra dan bahasa. Berdasarkan

pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa metode library research adalah

penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan cara menelaah dan menganalisa

buku-buku, literatur-literatur, majalah, catatan dan laporan-laporan yang

berkenaan dengan masalah yang akan diteliti dengan cara buku-buku, litertur-

litertur, majalah, catatan, dan laporan laporan digunakan sebagai sumber data

yang akan diolah dan dianalisis.

B. Langkah-langkah Riset Kepustakaan

Langkah-langkah riset perpustakaan yang digunakan yaitu : 4

1. Menyiapkan alat perlengkapan

a. Alat tulis pensil atau pulpen

3
S. Nasution, Metode Research (Penelitian Ilmiah), (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), h. 145
4
Mestika Zed, Metode Penelitian Kepustakaan, (Jakarta : Yayasan Obor Indonesia, 2004),
h.
16
b. Kertas atau kartu catatan penelitian untuk menggunakan mencatat

bahan yang berbeda-beda. Ada tiga jenis macam kartu catatan yaitu:

pertama, pencatatan informasi sumber atau bibliografi kerja kedua,

untuk membuat catatan bacaan dari sumber publikasi yang berbeda-

beda, seperti buku, jurnal, majalah, surat kabar, atau sumber dari

informasi acara televise ketiga, Lembaran kerja khusus, baik untuk

mencatat pertanyaan penelitian, maupun untuk membuat agenda kerja

lainnya.

c. Sebuah kotak tempat menyimpan kartu.

2. Menyusun bibliografi kerja

a. Buku-buku refrensi

Yaitu koleksi buku yang memuat info spesifik dan paling umum

serta sering dirujuk untuk keperluan cepat. Penulis menggunakan

buku-buku seperti : Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) untuk

pencarian sebuah defenisi terkait, buku indeks seperti artikel yang

berjudul Supriyono, Danang. Universitas Negeri Semarang ,

“Pengaruh Kompetensi Guru Sejarah Dalam Memanfaatkan Sumber

Dan Media Belajar Pada Kualitas Pembelajaran Siswa Kelas X Di

Sma Negeri Kabupaten Jepara Tahun Ajaran 2008/2009”, diakses

pada 17 Mei 2020 dari Https://lib.unnes.ac.id dan lainnya yang dapat

dilihat dari daftar pustaka.


b. Bibliografi buku-buku teks

Yaitu buku rujukan khusus mengenai aspek tertentu standar

disiplin ilmu. Penulis menggunakan buku seperti :

1) Mestika Zed. 2004. Metode Penelitian Kepustakaan. Jakarta :

Yayasan Obor Indonesia,

2) Amir Hamzah. 2019. Metode Penelitian Kepustakaan, (Library

Research). Malang : CV Literasi Nusantara Abadi,

3) Jejen Musfah. 2011. Peningkatan Kompetensi Guru Melalui

Pelatihan dan Sumber Belajar. Jakarta : Kencana,

4) Muhammad Yaumi. 2018. Media dan Teknologi Pembelajaran.

Jakarta : Prenadamedia Group

5) Edy Suparjan. 2019. Pendidikan Sejarah Untuk Membentuk

Karakter Bangsa. Yogyakarta: Budi Utama

6) Ricu Sidiq. 2019. Strategi Belajar Mengajar Sejarah.

Yogyakarta : Yayasan Kita Menulis

c. Indeks jurnal ilmiah

Merupakan bahan yang esensial dalam penelitian, artikel ilmiah

dalam jurnal biasanya menyajikan isu-isu, teori-teori, atau temuan-

temuan terbaru tentang masalah tertentu dibidangnya. Penulis

menggunakan jurnal ilmiah seperti :

1) Rahmi Rivalina : Pustekkom Kemdikbud, Tanggerang Selatan,

“Kompetensi Teknologi Informasi Dan Komunikasi Guru Dalam


Peningkatan Kualitas Pembelajaran”, diakses pada 17 Mei 2020

dari Https://jurnal teknodik, kemdikbud.go.id

2) Rizki Irani, Puji. Universitas Jember (Unej), Problematik

Kompetensi Guru Mata Pelajaran Sejarah Indonesia Di Smkn 1

Jember”, diakses Pada 17 Mei 2020 Dari Https://Www. Jurnalpi.

Com

d. Indeks buletin dan majalah

e. Indeks surat kabar atau Koran dan tabloid

f. Indeks dokumen

g. Indeks manuskrip (semua naskah yang belum diterbitkan)

h. Sumber-sumber lain seperti leaflet yaitu lembaran informasi singkat

i. Mengatur waktu dalam penelitian

j. Membaca dan membuat catatan penelitian

Jadi dalam penulisan tahap ini, penulis belum menggunakan

majalah, manuskrip, surat kabar, leaflet akan dipergunakan jika penulis

kekurangan bahan dalam tahap penulisan selanjutnya agar mendapatkan

informasi yang cukup, sehingga dalam proses penyusunan tahap ini

hanya menggunakan buku teks, jurnal, artikel serta kamus.

C. Pendekatan atau Landasan Teori

Pendekatan penelitian ini adalah pendekatan Hermeunitika, Kant meawarkan

terobosan baru yaitu hermeunitika. Dengan konsep logic of transcendental, bahwa

pikiran mengumpulkan pengetahuan yang akhirnya apabila pikiran memproses


suatu pengetahuan maka pengetahuan yang telah dikumpulkan akan memproses

pengetahuan baru, sehingga hasilnya tidak subjektif tapi lebih objektif. 5

Pendekatan penelitian ini juga merupakan pendekatan filosofis, Adapun


6
dimaksud pendekatan filosofis (philosophical approach), adalah

mengungkapkan pemikiran-pemikiran, gagasan, dan ide-ide secara mendalam,

radikal dan sistematik,7 yang didasarkan pada sumber yang diyakini memiliki

kebenaran yang tidak diragukan sedikitpun. Penelitian ini diterapkan untuk

mengungkapkan “Pengembangan Kompetensi Guru Sejarah Dalam

Memanfaatkan Media Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi Dan

Komunikasi (TIK) Pada Satuan Pendidikan Tingkat SMA.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data menggunakan teknik dokumentasi,8 yakni suatu

dokumen yang dapat berupa buku-buku ilmiah, jurnal, majalah, catatan-catatan

pribadi, film dan brosur-brosur. Namun dokumentasi dalam penelitian ini dibatasi

Pengembangan Kompetensi Guru Sejarah Dalam Memanfaatkan Media

Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi Dan Komunikasi (TIK) Pada Satuan

Pendidikan Tingkat SMA hanya sebagai data primer. Sedangkan buku, artikel

dan hasil penelitian yang ada relevansinya dengan penelitian ini diletakkan

sebagai data sekunder.

5
Amir Hamzah, Op.cit., h. 48
6
Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 1999), h. 42
7
Lihat Louis O.Kattsof, Pengantar Filsafat, terj.:Soejono Soemargono, (Yogyakarta: Tiara
Wacana, 1989), h. 6

8
Sartono Kartodirdjo, ”Metode Penggunaan Bahan Dokumen“, dalam Koentjaraningrat,
Metode-metode Penelitian Masyarakat, (Jakarta: Gramedia, 1989), h. 45
Penelitian ini merupakan jenis kajian studi pustaka dengan menggunakan

beberapa teknik, yaitu:

1. Content analysis, yaitu data yang penulis kumpulkan adalah data-data

yang bersifat deskriptif tekstual, maka dalam mengolah data penulis

menggunakan analisis menurut isinya, yang dinamakan analisis isi.

2. Induktif, analisis data berangkat dari data empiric lewat observasi

menuju teori. Dengan kata lain induktif berarti proses mengorganisasikan

fakta-fakta atau hasil-hasil pengamatan yang terpisah-pisah menjadi

suatu generalisasi

3. Deduktif, metode analisis data berangkat dari kebenaran umum mengenai

suatu data dan menggeneralisasikan kebenaran tersebut pada data tertentu

yang berciri sama dengan data yang bersangkutan. Dengan kata lain

deduktif berarti menyimpulkan hubungan yang tadinya tidak tampak,

berdasarkan generalisasi yang sudah ada.

Sumber data dalam penelitian ini berupa sumber primer dan sumber

sekunder. Sumber primer meliputi kumpulan karya yang sesuai dengan yang

peneliti kaji. Sumber sekunder berupa kumpulan-kumpulan buku yang berkaitan

baik itu dari jurnal, majalah, dan lain sebagainya. Pengumpulan data dilakukan

dengan teknik library research (penelitian pustaka). Data yang telah terkumpul

kemudian dianalisis secara kualitatif dengan pendekatan induktif dengan mengacu

pada permasalahan yang ada.


E. Analisis Dan Interprestasi Data

Merujuk pada jenis penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah library

research, maka dalam menganalisis data peneliti menggunakan analisis isi atau

content analysis yang pertamakali digunakan oleh Harold D. Laswell. Menurut

Holsti, analisis isi adalah suatu teknik untuk mengambil kesimpulan dengan

mengidentifikasi berbagai karakteristik khusus suatu pesan secara objektif,

sistematis dan generalis.

Sedangkan menurut Wimmer dan Dominick mengartikan analisis isi sebagai

prosedur yang sistematis yang dirancang untuk menguji isi informasi yang

direkam. Berdasarkan dua pendapat tokoh di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

analisis isi adalah suatu prosedur yang sistematis yang yang dirancang untuk

menguji informasi untuk mengambil kesimpulan dengan mengidentifikasi

berbagai karakteristik khusus suatu pesan.

Sedangkan interprestasi data menurut L.R.Gay adalah suatu usaha yang

dilakukan untuk menemukan arti atau jawaban dari data. Tujuan penting dari

interprestasi data untuk menjawab 4 pertanyaan yaitu : apa yang penting dari data,

mengapa itu penting, apa yang bisa dipelajari data, dan menjadi apa.

Data-data yang dikumpulkan dianalisis dengan metode hermeneutik, yakni

memberikan makna atau interpretasi dari teks yang ada dengan melihat

Pengembangan Kompetensi Guru Sejarah Dalam Memanfaatkan Media

Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi Dan Komunikasi (TIK).

Hermeneutika yang digunakan dalam penelitian ini adalah Hermeneutika Paul

Ricoueur. Menurutnya, hermeneutika adalah teori tentang bekerjanya pemahaman


dalam menafsirkan teks, sehingga memiliki hubungan istimewa dengan persoalan

bahasa.9

Menurut Miles dan Huberman, ada tiga macam kegiatan dalam analisis data

kualitatif :

1. Reduksi data : mereduksi data, maka setiap peneliti dipandu oleh tujuan

yang akan dicapai.

2. Oleh karena itu, menemukan segala sesuatu yang dipandang asing, belum

memiliki pola harus dijadikan perhatian dalam mereduksi data.

3. Data display (penyajian data)

4. Penarikan kesimpulan atau verivikasi.

Untuk mendapatkan pemahaman yang komprehensif dan kontesktual

tentang Pengembangan Kompetensi Guru Sejarah Dalam Memanfaatkan Media

Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi Dan Komunikasi (TIK) ,sebagaimana

judul penelitian ini, maka dilakukan dengan tahapan-tahapan, yakni:

1. Mengumpulkan informasi serta reduksi data tentang Pengembangan

Kompetensi Guru Sejarah Dalam Memanfaatkan Media Pembelajaran

Berbasis Teknologi Informasi Dan Komunikasi (TIK).

2. Mengklasifikasi informasi dan penyajian data tentang Pengembangan

Kompetensi Guru Sejarah Dalam Memanfaatkan Media Pembelajaran

Berbasis Teknologi Informasi Dan Komunikasi (TIK).

9
Lihat Paul Ricoeur, Hermeneutika Ilmu Sosial, terj.:Muhammad Syukri, (Yogyakarta:
Kreasi Wacana, 2008), h. 57-59.
3. Memahami Pengembangan Kompetensi Guru Sejarah Dalam

Memanfaatkan Media Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi Dan

Komunikasi (TIK).

4. Menarik kesimpulan atau verifikasi.

Dengan empat tahapan ini akan diperoleh gambaran yang jelas tentang

tujuan dari penelitian ini. Terhadap konteks penelitian kepustakaan (library

research) bersifat kualitatif maka kegiatan wawancara dan observasi diubah

menjadi analisis teks dan wacana. Teks merupakan suatu kesatuan bahasa yang

memiliki isi, bentuk baik lisan maupun tulisan yang disampaikan oleh seorang

pengirim kepada penerima untuk menyampaikan pesan tertentu. Sedangkan

wacana adalah peristiwa kebahasaan yang utuh baik lisan maupun tulisan yang

berupa retntetan kalimat saling berkaitan.


BAB IV
HASIL PENELITIAN

Dalam bab ini akan disajikan hasil penelitian yang telah penulis laksanakan

melalui metode penelitian study literature atau library research, yang meliputi

beberapa aspek penelitian yaitu : pengembangan kompetensi guru sejarah dalam

memanfaatkan media pembelajaran berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi

(TIK) pada satuan pendidikan tingkat SMA, bentuk pengembangan penggunaan

media berbasis TIK, analisis keterpaduan kompetensi guru sejarah dengan program

pengembangan yang ada oleh pemerintah.

A. Pengembangan Kompetensi Guru Sejarah Dalam Memanfaatkan Media

Pembelajaran Berbasis Tekonologi Informasi Dan Komunikasi (TIK)

Menurut Taufik Abdullah, terhadap pembelajaran sejarah guru memiliki masalah

dalam buku ajar, untuk rujukan masih jauh dari memuaskan serta buku paket sejarah

bahasanya kurang informatif dan tidak sesuai dengan jenjang pendidikan siswa, serta

paragrafnya sulit dipahami siswa. Bahan ajar yang beredar kurang didukung ilustrasi

yang memperjelas materi.

Dalam kenyataan posisi mata pelajaran sejarah di sekolah dewasa ini bukan

merupakan mata pelajaran favorit dan popular, serta dianggap mata pelajaran hafalan

(verbalistik) yang menjemukan. Sejarah kurang diminati siswa, karena dianggap

kurang bermanfaat bagi masa depan dan tidak penting dalam dunia kerja.

Keterpurukan posisi pelajaran sejarah akan bertambah manakala guru sejarahnya


kurang mengkuasai materi atau kompetensi profesional serta metode

pembelajarannya kurang efektif dan kreatif atau kompetensi pengembangan

pedagogiknya. 1

Seharusnya pembelajaran sejarah harus dipahami serius oleh siswa,

pendidikan sejarah merupakan pemahaman terhadap sejarah yang nantinya

menjadi wawasan pengetahuan yang dijadikan sumber acuan terhadap waktu yang

akan datang. Pendidikan sejarah mendidik generasi muda bangsa agar mampu

memahami, mempelajari dan menerapkan hal positif dari keberadaan peristiwa

sejarah.

Pada pasal 1 No. 20 UUD RI tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional

disebutkan bahwa, pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan

pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Dengan demikian,

pendidik tidak hanya berceramah saja dalam penyampaian materi melainkan

dengan pengajaran berbasis pemahaman dan pengertian melalui teknologi

informasi. Sebagaimana diketahui pembelajaran sejarah terkenal dengan metode

ceramah yang membuat siswa bosan dan kurang tertarik pada pembelajaran

sejarah. 2

Di era modern berbagai macam produk teknologi sudah merajai generasi

muda. Handphone yang bermulti fungsi sudah menjadi hal biasa dan lumrah

dimiliki setiap siswa. Untuk itu guru harus bisa mengarahakan penggunaan

teknologi, misalnya proses pendidikan sejarah, pembelajarannya kelapangan

1
Taufik Abdullah dkk. ,Sejarah pemikiran, Rekonstruksi, persepsi, (Masyarakat
Sejarawan Indonesia), h. 25
2
Agus Ali Imran, Muqodimah Ngrowo Tutur Lisan Hingga Tutur Tulisan, (Yogyakarta:
Budi Utama, 2015), h. 551
dengan memanfaatkan Handphone dapat memfoto atau mengambil gambar objek

bersejarah, sehingga hal tersebut dapat menarik perhatian siswa. Dengan begitu

peserta didik tidak hanya memfoto gambar bersejarah saja, melainkan diberi tugas

untuk menganalisis dan mengkritisi gambar yang mereka ambil, diharapkan anak

didik mampu mengembangkan imajinasi pemikirannya mengenai tempat

bersejarah serta mengenal objek bersejarah yang ada di daerahnya. Maka dari itu,

siswa dapat diberikan tugas dengan membuat laporan berupa makalah

menggunakan komputer untuk dapat diketik dari yang sudah didapatkan

dilapangan.

Selain itu, melalui pemanfaatan media teknologi guru dapat memanfaatakan

pembuatan film dokumenter dengan karya pendidik akan menimbulkan kesan

tersendiri kalau guru mampu membuat film dokumenter untuk membuat bahan

pembelajaran, hal itu juga akan meransang siswa-siswi nya tergerak untuk ikut

serta dalam pembuatan film dokumenter. Era teknologi menjadikan metode

teknologi sebagai alat mendidik, memang disadari bahwasanya perkembangan

zaman atau era teknologi mayoritas masih belum mampu dikuasi oleh pengajar

yang ada di pelosok daerah terpencil. Tetapi peluang untuk mempelajari belum

terlambat untuk belajar agar tidak buta teknologi.

Konsep film dokumenter sebagai media pembelajaran pemutarannya

tergantung pada sub bab pelajaran yang sedang dibahas seperti film dokumenter

pidato Ir. Soekarno dalam pembacaan teks proklamasi kemerdekaan Indonesia.

Bagi pendidik yang sudah melek teknologi, maka dia tidak menyianyiakan untuk

mengembangkan pembelajaran didalam kelas dengan laptop, LCD proyektor,


VCD player dan kamera digital yang sudah menjadi barang lumrah dalam

pembelajaran. 3

Pengembangan kompetensi guru sejarah dalam memanfaatkan media pembelajaran berbasis

pengembangan pemanfaatan media berbasis TIK.

Jenis kompetensi pedagogik dan profesional seorang guru sejarah yang

dipersyaratakan beserta subkompetensi dan indikator esensialnya diuraikan

sebagai berikut: 4

1. Kompetensi Pedagogik Guru Sejarah

Secara rinci masing-masing elemen kompetensi pedagogik bagi guru

sejarah dapat dijabarkan menjadi berbagai subkompetensi dan indikator

esensial sebagai berikut :

a. Merancang pembelajaran mata pelajaran sejarah, sub kompetensi ini

memiliki indikator esensial :

1) Menerapkan teori belajar dan pembelajaran

2) Menentukan strategi pembelajaran berdasarkan karakteristik peserta

didik, kompetensi yang ingin dicapai dan materi ajar

3) Menyusun rancangan pembelajaran sejarah berdasarkan strategi

yang telah dipilih.

b. Melaksanakan pembelajaran mata pelajaran sejarah, subkompetensi ini

memiliki indikator esensial :

1) Menata latar (setting) pembelajaran sejarah dan

3
Ibid., h. 560
4
Sumardi, Pengembangan Profesionalisme Guru Berbasis MGMP, (Yogyakarta : Budi
Utama, 2016), h. 40-41
2) Melaksanakan pembelajaran sejarah yang kondusif.

3) Menurut Samani, pengelolaan pembelajaran peserta didik dengan

pemanfaatkan teknologi pembelajaran. 5

c. Evaluasi hasil belajar mata pelajaran sejarah, subkompetensi ini memiliki

indikator esensial:

1) Melaksanakan penilaian (asesmen) proses dan hasil belajar sejarah

secara berkesinambungan dengan berbagai metode

2) Menganalisis hasil penilaian proses dan hasil belajar sejarah untuk

menentukan tingkat ketuntasan belajar (mastery level)

3) Menggunakan informasi ketuntasan belajar sejarah untuk merancang

program remedi atau pengayaan (enrichment)

4) Memanfaatkan hasil penilaian pembelajaran untuk perbaikan

kualitas program pembelajaran sejarah secara umum.

2. Kompetensi Profesional Guru Sejarah

Kompetensi ini menghendaki guru sejarah untuk menguasai sejarah secara luas dan m

subkompetensi ini memiliki indikator esensial:

a. Memahami materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah

b. Memahami struktur, konsep, dan metode keilmuan sejarah, dan ilmu-ilmu

bantu yang koheren dengan materi ajar

c. Memahami hubungan konsep antar mata pelajaran terkait; dan menerapkan

konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari.

Menurut Umar kompetensi guru mata pelajaran sejarah pada tingkat SMA yaitu : 6

5
Fachruddin Saudagar dan Ali Idrus, Op.cit., h. 34
1) Menguasai hakikat struktur keilmuan, ruang lingkup, dan objek sejarah.

2) Membedakan pendekatan-pendekatan sejarah

3) Menguasai materi sejarah secara mendalam

4) Menunjukkan manfaat mata pelajaran sejarah

5) Menurut Mukhlas Sumani, kompetesni professional harus menguasai

pengetahuan bidang ilmu, teknologi, atau seni yang diampunya dengan

penguasaan materi pelajaran secara luas dan konsep-konsep metode

disiplin keilmuan, teknologi. 7

Melalui teknologi guru sejarah dapat mengembangakan kompetensi

pedagogik serta kompetensi professional banyak media yang bisa dikembangkan

lewat pembelajaran sejarah, misalnya media vidio, film, audio dan internet untuk

mencari referensi tambahan bagi siswa. Posisi sekarang ini yang sangat bagus

dikembangkan adalah media film untuk belajar sejarah. Selain itu vidio singkat

dapat digunakan agar siswa cepat memahami materi yang diajarkan oleh gurunya.

Dibawah ini akan dijelaskan manfaat penggunaan media teknologi komunikasi

dalam pembelajaran sejarah :

Pemanfaatan media vidio dalam pembelajaran sejarah, sebagai contoh

pemanfaatan media vidio pembelajaran, peserta didik akan memperoleh berbagai

informasi dalam lingkup yang lebih luas dan mendalam shingga meningkatkan

wawasan dan pengetahuannya. Program vidio pembelajaran sebaiknya

dimanfaatkan secara terintegrasi dalam kegiatan pembelajaran di sekolah.

Penggunaan vidio dalam pembelajaran sejarah dapat dilakukan dalam berbagai


6
Umar, Pengantar Profesi Keguruan, (Depok: Raja Grafindo, 2019), h. 113
7
Fachruddin Saudagar dan Ali Idrus, Op.cit., h. 48
metode salah satunya metode simulasi sebelum peserta didik melakukan simulasi,

peserta didik disuruh menonton film singkat Ki Hajar Dewantara setelah itu

mereka disuruh menyimulasikan karakter tokoh yang dimaksud.

Sedangkan pemanfaatan kaset audio dalam pembelajran, pengembangan dan

pemanfaatan sumber belajar yang dapat menunjang dan memperoleh kegiatan

belajar merupakan upaya yang perlu dilakukan dalam meningkat mutu

pembelajaran di sekolah. Program yang dikemas di dalam kaset audio

memungkinkan peserta didik dapat belajar secara individual maupun kelompok.

Sebagai contoh siswa SMA yang disuruh hafal teks proklamasi dan harus dibaca

sesuai intonasi Soekarno maka penggunaan kaset audio teks proklamasi sangat

efektif begitu juga dengan pembacaan Undang-Undang Dasar 1945. 8

B. Bentuk Pengembangan Pengunaan Media Berbasis Tekonologi

Informasi Dan Komunikasi (TIK)

Teknologi dalam pendidikan dipopulerkan dengan nama alat bantu pandang-

dengar audiovisual aids (AV aids). Memiliki dua komponen yang saling

bergantung tetapi berbeda satu sama lainnya, yaitu yang disebut dengan perangkat

keras (hardware) dan perangkat lunak (software). Hardware berhubugan dengan

peralatan sesungguhnya, seperti Overhead Projector (OHP), slide projector, tape

recorder, perekam kaset video, monitor TV, mikro komputer, projector film.

Software adalah yang berkenan dengan benda yang dipakai sehubungan dengan

8
Edy Suparjan, Op.cit., h.31
adanya hardware tersebut. Benda tersebut antara lainnya adalah, taransparansi,

program slide, kaset audio, rekaman video, dan program komputer. 9

ICT atau TIK mencakup semua teknologi yang dapat digunakan untuk

menyimpan, mengolah, menampilkan, dan menyampaikan informasi dalam proses

komunikasi. Yang termasuk teknologi ini adalah: 10

1. Teknologi komputer

Baik perangkat keras (hardware) maupun perangkat lunak (software)

pendukungnya. Di dalamnya termasuk prosesor (pengolah data), media

penyimpan data/informasi (hard disk, CD, DVD, flash disk, memori, kartu

memori, dll.), alat perekam (CD Writer, DVD Writer), alat input (keyboard,

mouse, scanner, kamera, dll.), dan alat output (layar monitor, printer, proyektor

LCD, speaker, dll. Media pembelajaran berbasis komputer atau bisa disebut

pembelajaran berbantuan komputer (computer assisted instructional/ CAI).

Pembelajaran melalui CAI ini, bersifat offline, sehingga dalam

penggunaannya tidak tergantung pada adanya akses ke internet. Program

pembelajaran berbantuan komputer ini memanfaatkan seluruh kemampuan

komputer, terdiri dari gabungan hampir seluruh media, yaitu: teks, grafis,

gambar, photo, audio, video, dan animasi. Seluruh media tersebut secara

konvergen akan saling mendukung dan melebur menjadi satu media yang luar

biasa kemampuannya. Salah satu keunggulan media komputer ini yang tidak

dimiliki oleh berbagai media lain, ialah kemampuannya untuk memfasilitasi

9
Sudjarwo, Teknologi Pendidikan, (Jakarta : Gelora Aksara Pratama, 1984), h. 2
10
Nunuk Suryani: Universitas Sebelas Maret Surakarta, “Pengembangan Media
Pembelajaran Sejarah Berbasis It”, h.188 diakses pada 22 Juli 2020 dari Journal2.um,ac.id
interaktifitas peserta didik dengan sumber belajar (content) yang ada pada

komputer (man and machine interactivity). Guru dapat memanfaatkan untuk

mencari materi serta memilih akses yang dapat digunakan untuk

menyampaikan materi kepada peserta didik dalam pengajaran sejarah.

2. Teknologi multimedia.

Multimedia dapat diartikan sebagai komputer yang dilengkapi dengan

CD player, sound card, speaker dengan kemampuan memproses gambar

gerak, audio, dan grafis dalam resolusi yang tinggi. Multimedia dalam

perangkat komputer menampilkan informasi melalui kombinasi audio, teks,

gambar dan animasi. Teknologi multimedia guru dapat mengendalikan atau

melakukan kontrol dengan pemilihan informasi berkaitan dengan yang akan

dipelajari serta dapat mselakukan umpan balik. 11

3. Tekonologi Telekomunikasi

Yang termasuk media telekomunikasi adalah telepon seluler, dan

faximile. Teknologi komunikasi ini sekarang berkembang semakin pesat.

Kini tidak hanya dalam bentuk telepon seluler dan faximile saja namun

bermacam-macam, seperti Handphone, E-mail, facebook, twitter dan lain

sebagainya. Pemanfaatan Handphone berbasis Android dalam dunia

pendidikan sangat besar, terutama untuk menggantikan peranan komputer

mengakses content-content pembelajaran serta pemanfaatan bagi guru untuk

11
Benny, Media dan Teknologi dalam Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2017) h. 6
dapat mengevaluasi pembelajaran atau dapat menyelenggarakan ujian

berbasis Handphone melalui aplikasi perangkat. 12

4. Teknologi jaringan komputer.

Teknologi ini terdiri dari perangkat keras seperti LAN, internet, wifi, dan

lain-lain. Selain itu juga terdiri dari perangkat lunak pendukungnya atau

aplikasi jaringan seperti WEB, e-mail, html, java, php, aplikasi basis data dan

lain-lain. Dengan memanfaatkan internet dapat menggali informasi sejarah

dari berbagai wilayah didunia dengan mudah dan lengkap melalui situs-situs

yang tersedia untuk menambah wawasan berkaitan dengan sejarah seperti

situs history linkdapat diakses sehingga bermanfaat sebagai sumber bagi guru

sejarah dan juga murid. 13

Jadi berdasarkan empat jenis teknologi diatas, guru sejarah dapat

memanfaatkan untuk pengembangan media dalam belajar sejarah sehingga

media untuk mengajar tidak hanya terfokus pada spidol dan papan tulis

namun dengan perangkat komputer yang mendukung zaman pada saat

sekarang ini.

Berdasarkan pembagian versi lainnya pemanfaatan media pembelajaran

berbasis teknologi yang dapat dimanfaatkan oleh guru sejarah terhadap

pengembangan kompetensi pedagogik dan kompetensi profesionalnya dalam

pembelajaran sejarah dapat memanfaatkan media sebagai berikut :

12
Ambiyar dan Panyahuti, Asesmen Pembelajaran Berbasis Komputer dan Android, (Jakarta
: Kencana, 2020), h. 103
13
Jubille Enterprise, Internet untuk Guru dan Siswa, (Jakarta : Media Komputindo, 2015), h.
113
1. Media Vidio

Media vidio membantu pengajar untuk menjelaskan gerakan dan

prosedur tertentu dengan lebih rinci. Keterampilan yang dapat dilatihkan

melalui media vidio tidak hanya berupa keterampilan fisik saja, tetapi juga

keterampilan interpersonal seperti keterampilan dalam psikologi dan

hubungan masyarakat. Disamping itu keterampilan manajeral juga dapat

dilatihkan melalui pemanfaatan media vidio. Pengajar dapat memilih

program-program vidio yang sesuai dengan materi yang akan diajarkan,

menyaksikan bersama di ruang kelas dan kemudian membahas serta

mendiskusikannya. Selain digunkan untuk melihat program-program yang

telah siap pakai, media vidio juga dapat dimanfaatkan untuk merekam

aktivitas peserta didik yang tengah berlatih menguasai keterampilan

interpersonal, kemudian hasil rekaman tersebut dibahas dan di analisis oleh

sesama rekan peserta didik dan pengajar.

Kemudian vidio untuk mengabadikan kejadian-kejadian faktual dalam

bentuk program-program dokumenter bermanfaat untuk membantu pengajar

dalam mengetengahkan fakta. Kemudian fakta tersebut dibahas secara lebih

jelas dan mendiskusikannya di ruang kelas.

2. Media Audio Kaset

Menurut Rowntree, format penyajian audio kaset, secara garis besar

dibedakan dalam tiga bentuk penyajian, yaitu sebagai berikut: 14

14
Hamzah B. Uno dan Nina Lamatenggo, Teknologi Komunikasi dan Informasi
pembelajaran, (Jakarta : Bumi Aksara, 2011), h. 133
a. Hanya mendengar

b. Mendengar dan melihat

c. Mendengar, melihat, dan melakukan.

Sebagai contoh siswa SMA yang disuruh hafal teks proklamasi dan harus

dibaca sesuai intonasi Soekarno maka penggunaan kaset audio teks

proklamasi sangat efektif begitu juga dengan pembacaan Undang-Undang

Dasar 1945. Media audio kaset memang merupakan media yang tidak hanya

di dengar, tetapi juga dilihat secara bersamaan. Apa yang didengar dan dilihat

berkaitan satu sama lain dan saling menguatkan atau lebih dikenal dengan

sebutan terintegrasi. Visual atau sesuatu yang dilihat dalam paket ini dapat

berbentuk bahan cetakan, misalnya gambar, grafis, peta ,foto chart, diagram,

tabel, dan sebagainya yang tentunya sesuai dan berkaitan dengan apa yang

disuarakan. Selain itu, pula berbentuk bahan visual, seperti slide atau bahkan

benda nyata yang perlu mereka pelajari, misalnya potongan batu-batuan, dan

sebagainya.

Bentuk penyajian audio kaset yang mengkombinasikan kemampuan

mendengar, melihat, dan melakukan sesuatu oleh Rowntree disebut dengan

istilah active audiovision. Bentuk penyajian ini merupakan modifikasi dari

audio-vision yang menambahkan faktor akfit dari peserta didik untuk

melakukan sesuatu. Media audio kaset sebagai media satu arah yang tidak

mempunyai kemampuan interaksi ternyata dapat memberikan proses interaksi


walaupun dalam tingkat tertentu melalui penyajian active audiovision.

Rekaman audio dapat dilakukan dalam bentuk format audio kaset dan audio

compact disk (audio CD). Sehingga media audio kaset dapat difungsikan oleh

seorang guru untuk menyiapkan pengajaran sesuai dengan materi yang akan

disampaikan oleh guru.

3. Media Microsoft powerpoint

Adalah salah satu program presentasi yang banyak digunakan untuk

mempersentasikan slidenya. Menggunakan media ini dapat membantu siswa

tertarik karena disajikan dengan animasi gerak atau gambar yang dapat

disajikan oleh guru secara sekreatifitas mungkin untuk dapat membuat siswa

terfokus pada materi. Media Microsoft powerpoint ini, lebih cepat dimengerti

siswa Karena materi sudah di adikan point-point untuk dibahas.

Setelah guru membuat kreasi powerpointnya siswa dapat membuat

powerpoint lebih kreatif misalnya dalam presentasi diskusi, sehingga siswa

dapat mempersentasikannya didepan kelas. Media ini, sangat memicu

semangat siswa jika guru dapat menghendel pembelajaran dengan sebaik

mungkin, misanya bagi kelompok yang kreatif powepoint persentasinya akan

diberikan reword.

4. Elektronic Mail/ E-Mail Address

Electronic Mail adalah salah satu sarana komunikasi yang cukup andal,

perbandingannya dengan Mail adalah waktu pengirimannya yang cepat.

Electronic Mail atau disingkat dengan E-mail bukanlah pelayanan “ end to


end”, karena mesin pengirim dan penerima tidak perlu berkomunikasi secara

langsung.15 Dengan E-mail siswa dapat mengirimkan tugas laporannya

kepada guru dan dapat berinteraksi dengan guru jika ada bagian materi tidak

paham dapat dikomunikasikan lewat E-mail.

5. Mailing List

Dengan menggunakan E-mail, dapat dengan mudah dikirimkan pesan

kepada sautu group seperti layaknya dikirimkan ke seseorang. Fasilitas untuk

keperluan ini disebut “ mailing list” dengan fasilitas ini group penerima dapat

diberi nama dan anggota group penerima tersebut dapat ditentukan. Jadi jika

sekolah ingin mengumumkan sesuatu, cukup mengirimkan pesan itu akan

disampaikan. Jadi guru sejarah dapat membuat grub misalnya untuk

pengiriman vidio peristiwa G30 S / PKI, dengan hal ini semua siswa dapat

menyimpan dan melihat vidio sebagai bahan materi secara bersamaan dalam

satu group.

6. E- learning

Yaitu model pembelajaran dengan menggunakan media teknologi

komunikasi dan informasi khususnya internet. Menurut Rosenberg e-learning

merupakan penggunaan teknologi internet dalam penyampaian pesan dan isi

pembelajaran dalam jangkauan luas yang berlandaskan pada tiga kriteria,

yaitu :

15
Ibid., h. 66
a. E-learning merupakan jaringan dengan kemampuan untuk memperbarui,

menyimpan, mendistribusi, dan membagi materi ajar atau informasi

b. Pengiriman sampai ke pengguna terakhir melalui komputer dengan

menggunakan teknologi internet.

c. Memfokuskan pada pandangan yang paling luas tentang pembelajaran

dibalik paradigma pembelajaran tradisional.

Jadi seperti Computer assisted intruction (CAI), model

mengaplikasikan komputer sebagai media pengajaran (teaching meachine).

melalui CAI, guru dapat menampilkan berbagai pelajaran. Model CAI dapat

diaplikasikan dalam berbagai berbentuk pembelajaran, antara lain: model

latihan dan praktek, model toturial, model simulasi, model game, dan model

pemecahan masalah (problem solving). Guru sejarah dapat menggunakan ini

ketika agar waktu siswa tidak terpakai kosong dengan bermain sehingga

materi tidak dapat lanjut.

Terdapat Computer based multimedia model ini mengintegrasikan

berbagai macam vidio, voice, dan teknologi komputer kedalam sebuah sistem

yang dapat dikirim dan diakses dengan mudah. Saat ini, computer based

multimedia merupakan generasi yang sedang dikembangkan karena

mempunyai kemampuan yang kuat, fleksibel, dan nyaman.

7. Computer Based Intruction (CBI)

Program ini merupakan sebuah pembelajaran terprogram yang

menggunakan komputer sebagai sarana utama atau alat bantu yang


mengomunikasikan materi kepada siswa. CBI komputer menjadi pusat

pembelajaran (center of learnig). Siswa lebih aktif dalam mempelajari suatu

materi dengan komputer sebagai media utama. Program ini dapat digunakan

oleh guru sejarah dalam meyampaikan informasi pemberian contoh soal-soal,

tugas-tugas dan soal-soal latihan yang nantinya menjadi bahan persiapan bagi

siswa untuk mengikuti ujian disekolah, karena sudah latihan belajar dirumah

dibimbing oleh guru melalui program apilikasi tersebut.

8. Distance Learning

Merupakan pembelajaran jarak jauh berbasis teknologi, yang terdiri dari

dua jenis penggunaan yang dapat digunakan guru sejarah ketika tidak dapat

bertemu secara langsung namun pembelajaran dapat dilakukan menggunakan

teknologi Distance Learning yaitu sebagai berikut : 16

a. Teknologi Sinkronis

Modus online pengiriman dimana semua peserta hadir pada saat yang

bersamaan sehingga membutuhkan waktu untuk berorganisasi, misalnya

melalui audio cassette, vidio cassette, e-mail, papan pesan forum, materi

cetak dan pesan suara atau facksimile.

b. Teknologi asynchchronous

. Teknologi modus online dimana siswa dan guru dalam penyampaian

materi melalui akses berdasarkan jadwal mereka sehingga tidak perlu

bersamaan, misalnya melalui telepon, vidio conferencing, dan web

conferencing.

16
Suyanto dan Asep Jihad, Op.cit., h. 178
Jadi, jika kedua metode dan media pembelajaran ini digunakan bersama

dalam proses pembelajaran dalam arti terjadi perpaduan yang harmonis antara

pertemuan tatap muka, dan materi online yang disebut dengan metode

Bleanded Learning.

Menurut Heinich mengemukakan enam bentuk interaksi yang dapat

diaplikasikan dalam merancang sebuah media pembelajaran berbasis

Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), berupa: 17

1. Program yang berbentuk drill and practice

Umumnya digunakan oleh guru apabila peserta didik diasumsikan

telah mempelajari konsep, prinsip, dan prosedur sebagai materi

pembelajaran. Tujuan adalah melatih kecakapan dan keterampilan, dan

biasanya menyajikan sejumlah soal atau kasus yang memerlukan respons

peserta didik dengan disertai umpan balik, baik yang bersifat positif

maupun negatif.

2. Program tutorial

Program ini menyajikan informasi dan pengetahuan dalam topik-topik

tertentu diikuti dengan latihan pemecahan soal dan kasus. Bentuk ini

memberikan kebebasan bagi peserta didik untuk mempelajari bahan ajar

yang lebih disukai terlebih dahulu. Dalam tutorial komputer berperan

sebagai guru sehingga adanya interaksi antara komputer dengan peserta

17
Hamzah B. Uno dan Nina Lamatenggo, Op.cit., h.136-137
didik sedangkan guru sebagai fasilitator dan memantau siswa lalu

memberikan arahan.

3. Permainan (games)

Selalu menarik untuk diikuti, demikian pula halnya dengan program

komputer yang mengemas informasi dalam bentuk permainan. Program

yang berisi permainan dapat memberi motivasi bagi siswa untuk

mempelajari informasi yang ada di dalamnya. Contohnya, permainan kuis

tebak gambar misalnya gambar peninggalan sejarah, permainan bisa

dilakukan secara kelompok dengan kelompok yang nilai tinggi menjadi

pemenangnya. 18

4. Program simulasi

Berupaya melibatkan siswa dalam persoalan yang mirip dengan situasi

yang sebenarnya, namun tanpa risiko yang nyata. Contonya simulasi

dalam perang yang paling berat dalam aksinya dapat diperankan oleh

siswa setelah guru memperlihatkan tayangan vidio sesuai materi misalnya,

simulasi perjuangan tokoh pahlawan dalam perperangan. 19

5. Program dalam bentuk penemuan (discovery)

Program komputer mampu menayangkan masalah yang harus di

pecahkan oleh peserta didik dengan cara trial and error. Peserta didik

18
Winastwan Gora dan Sunarto, Pakematik Strategi Pembelajaran Inovatif Berbasis TIK,
(Jakarta : Media Komputindo, 2010), h. 65
19
Ahmad Susanto, Pengembangan Pembelajaran IPS, (Jakarta: Kencana, 2014), h.331
harus mencoba sampai berhasil menemukan solusi yang diperlukan untuk

memecahkan masalah. Contoh penerapan pembelajaran ini peserta didik

dari informasi materi yang ada lalu mengeksplorasi, memperoleh, data

spesifik, memproses informasi dan menarik kesimpulan. Hasil percobaan

digunakan untuk meningkatakan pengetahuan dan kompetensi dari

informasi yang disajikan oleh pendidik. 20

6. Komputer interaktif

Adalah program solving ( pemecahan masalah). Pada cara yang

pertama siswa merumuskan sendiri solusi masalah yang ditampilkan lewat

komputer dan memasukkan program kedalamnya. Sedangkan pada cara

yang kedua, komputer menyediakan jawaban yang mewakili respons siswa

terhadap masalah yang ditayangkan oleh komputer.

Tekonologi berbasis komputer merupakan cara menghasilkan atau

menyampaikan materi dengan menggunakan sumber-sumber yang berbasis

mikroprosesor. Perbedaan antara media yang dihasilkan oleh teknologi

berbasis komputer dengan yang dihasilkan dari dua teknologi lainnya adalah

karena [informasi atau materi disimpan dalam bentuk digital, bukan dalam

bentuk cetakan atau visual. Pada dasarnya teknologi berbasis komputer

menggunakan layar kaca untuk menyajikan informasi kepada siswa. Berbagai

20
Nurul Umamah : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Pendidikan Sejarah Universitas
Jember, “Pengaruh Metode Discovery Learning Terhadap Kesadaran Sejarah Peserta Didik
Untuk Mengahadapi Revolusi Industri 4.0”, h. 408 diakses pada 17 Mei 2020 dari https://osf.io
jenis aplikasi teknologi berbasis komputer dikenal sebagai computer-assisted

instruction (pembelajaran dengan bantuan komputer). 21

C. Analisis Keterpaduan Kompetensi Guru Sejarah Dengan Program Yang

Ada Oleh Pemerintah

Keterampilan bagi pendidik (guru) terutama guru sejarah tentu terkait dengan

penguasaan kompetensi, keterampilan mengajar, dan kemampuan melakukan

evaluasi hasil belajar dengan prosedur yang standar. Untuk memastikan kualitas

manajement sekolah tetap konsisten maka pemerintah daerah dan provinsi dan

kabupaten/kota bertanggungjawab terhadap peningkatan keterampilan dan

kompetensi guru dalam memenuhi standar yang dipersyaratkan sesuai dengan

kewenangan yang dimilikinya. Dalam rangka pembinaan dan pengembangan

profesi guru yang efektif dan penigkatan kinerj guru secara nasional diperlukan

pemetaan kompetensi guru yang diperoleh melalui uji kompetensi. 22

Menteri pendidikan dan kebudayaan menjelaskan tujuan dari uji kompetensi

guru untuk pemetaan kompetensi dasar, untuk pengembangan profesi guru, dan

penilaian kinerja guru hal ini dilakukan karena pemerintah selama ini maupun

pemerintah daerah tidak punya ukuran dan data yang dapat dijadikan acuan

pemetaan kualitas kompetensi guru. Untuk memperoleh kualitas kompetensi guru

sejak September 2012 Kemendikbud menggelar Uji Kompetensi Guru (UKG)

secara nasional bagi semua guru yang berseritifikasi. UKG itu sendiri digelar

21
Azhar Arsyad, Op.cit., h. 33
22
Syaiful Sagala, Human Capital, (Depok: Kencana, 2017), h. 378
secara online yang materi ujiannya terdiri dari kemampuan mengajar dan

penguasaan materi.

Permendikbud RI No. 57 tahun 2012 Pasal I angka I menyatakan UKG adalah

pengujian terhadap penguasaan kompetensi professional dan pedagogik dalam

ranah kognitif sebagai dasar penetapan kegiatan pengembangan keprofesian

berkelanjutan dan bagian dari penilaian kinerja guru. Hasil UKG ini memberikan

gambaran batas-batas yang dikuasai guru dan apa saja batuan yang perlu diberikan

pemerintah maupunn sekolah pada guru.

Selain itu pemerintah menyediakan Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan

(LPMP) yang berfungsi meningkatkan mutu baik guru kelas maupun guru mata

pelajaran. Adapun Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga

Kependidikan (P4TK) mempunyai spesialisasi peningkatan mutu guru dan aspek

subtansinya, termasuk mata pelajaran vocational baik menggunakan teknik face to

face training maupun distance training.

Pasal 4 ayat 1 menyatakan UKG dilakukan terhadap semua guru PNS atau

bukan PNS yang telah memenuhi syarat. Pasal 4 ayat 2 menyatakan ketentuan

peserta UKG adalah memiliki sertifikat pendidik, belum memasuki usia pensiun,

masih aktif menjadi guru dan guru yang memiliki NUPTK. Amanat pasal 5 ayat 2

menyatakan kompetensi pedagogis yang diujikan adalah : 23

1. Mengenal karakteristik dan potensi peserta didik

2. Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran efektif

3. Menguasai perencanaan dan pengembangan kurikulum

23
Ibid., h. 385
4. Menguasai langkah-langkah pembelajaran efektif

5. Menguasai sistem, mekanisme penilaian

Kemudian ayat 3 menyatakan kompetensi profesional yang dujikan :

1. Menguasai materi, struktur, yang mendukung mata pelajaran yang diampu

guru

2. Menguasai metodologi keilmuan bidangnya.

3. Menguasai hakikat profesi guru

Uji kompetensi guru dalam human capital UKG dapat menjamin tersedianya guru yang komp

disediakan adalah guru yang memiliki kompetensi. Meski UKG ini mendapat

kritikan dari kalangan masyarakat dengan salah satu alasan UKG dinilai tidak

sesuai karena kompetensi guru di peroleh dari pendidikan profesi bukan melalui

UKG serta kompetensi guru ada empat bukan dua yang perlu dibahas.

Menurut Umar upaya pemerintah dalam penetapan program sertifikasi sesuai


24
amanat UU No. 14 Tahun 2005 Pasal 42. Selanjutnya pemerintah juga

mengaktifkan PKG (Pusat Kegiatan Guru), MGMP (Musyawarah Guru Mata

Pelajaran. Selain itu juga ada program untuk pengembangan kompetensi serta

profesionalistas seorang guru sejarah melalui sertifikasi.

Ditjen Dikdasmen Pendidikan Nasional dikutip dari Saud meyebutkan bahwa

beberapa alternatif pengembangan kompetensi guru yaitu : 25

24
Pengantar profesi guru, Op.cit., h. 136
25
Ricu Sidiq, Strategi Belajar Mengajar Sejarah, (Yayasan Kita Menulis, 2019), h. 17-18
1. Program penigkatan kualifikasi pendidikan guru

Program ini ditujukan bagi guru yang belum memiliki kualifikasi

pendidikan minimal sarjana untuk mengikuti pendidikan sarjana bahkan

magister pendidikan keguruan dalam bentuk tugas belajar. Kualifikasi

pendidikan guru Kualifikasi harus dipenuhi untuk meningkatkan kualitas guru

dan menjawab tantangan zaman . Sesuai peraturan Menteri Pendidikan

Nasional pasal I , guru wajib memenuhi kualifikasi akademik dan kompetensi

guru yang berlaku secara nasional. Dari segi pendidikan, kualifikasi minimal

pendidikan guru adalah S1 atau D4 dari program keguruan. 26

2. Program penyetaraan dan sertifikasi

Program penyetaraan diberikan kepada guru yang latar belakang

pendidikannya tidak sesuai dengan tugas mengajarnya atau bukan dari

program pendidikan keguruan. Sedangkan program sertifikasi ditujukan

kepada guru yang telah memenuhi syarat misalnya, minimal telah mengajar

lima tahun, lulus UKG agar mereka dapat menjalankan tugasnya dengan baik

dan memperoleh kesejahteraan.

Program penyetaraan Merupakan program peningkatan kualitas guru

yang mengajar di kelas. Melalui program ini, guru dimungkinkan berasal dari

program nonkeguruan, tapi diharuskan mengikuti program penyetaraan .

Program ini muncul karena pada kenyataannya, di lapangan banyak

26
Imam Robandi, Rahasia Menjadi Guru Hebat, (Jakarta :Grasindo, 2010), h. 116
ditemukan guru yang bukan berasal dari fakultas keguruan. Mereka bisa

mengajar disekolah karena kekurangan guru mata pelajaran disekolah. 27

Sedangan program sertifikasi, menurut Isi pasal 1 butir UUGD

menyebutkan bahwa sertifikat adalah proses pemberian sertifikat pendidik

kepada guru dan dosen, dengan logika bahwa guru telah memiliki dua hal

yang dipersyaratkan yakni kualifikasi pendidikan minimum dan penguasan

kompetensi guru. Kualifikasi pendidikan minimal dapat diperoleh melalui

ijazah (D4/S1). Namun, sertifikasi pendidik sebagai bukti penguasaan

kompetensi minimal sebagai guru harus dilakukan melalui suatu evaluasi

yang cermat dan komprehensif dari aspek-aspek pembentuk sosok guru yang

kompeten dan profesional.

Tuntutan evaluasi yang cermat dan komprehensif ini berlandaskan pada

isi pasal 11 ayat 3 UUGD yang menyebutkan bahwa sertifikasi pendidik

dilaksanakan secara objektif, transparan, dan bertanggung jawab. Jadi,

sertifikasi guru dari sisi proses akan berbentuk uji komptensi yang cermat dan

komprehensif. Jika seorang guru/calon guru dinyatakan lulus dalam uji


28
kompetensi ini, maka dia berhak memperoleh sertifikat pendidik.

3. Program pelatihan terintegrasi berbasis kompetensi

Program pelatihan ini diberikan kepada guru agar tercapai kompetensi

yang diinginkan sehingga materi pelatihan mengacu kepada bahan-bahan

yang menunjang kompetensi yang akan dicapai.

27
Imam Robandi, Op.cit., h. 117
28
Suyanto dan Asep Jihad, Op.cit., h. 37
4. Program supervise pendidikan

Program ini ditujukan untuk memberikan bantuan kepada guru dalam

menyelesaikan persoalan pembelajaran yang dihadapi guru di kelas dan juga

persoalan yang terkait dengan pendidikan secara umum. Salah satu cara

efektif untuk mengontrol kualitas mengajar guru dan meningkatkan kualitas

administrasi guru adalah melalui program supervisi pendidikan.

Supervisi dapat dilakukan oleh supervisor atau kepala sekolah

tujuannya bukan untuk mencari kesalahan seorang guru namun untuk

meningkatkan kualitas guru. Jika pada tahap supervisi pertama ditemukan

kekurangan dan kelemahan seorang guru maka pada supervisi kedua guru

tersebut dapat memperbaikinya, dan juga dapat melihat kelebihan seorang

guru dalam pembelajaran.

5. Program pemberdayaan MGMP

Dengan adanya wadah ini, guru dapat saling meemberi masukan

tentang materi pembelajaran yang diajarkan dan dapat mencari alternative

pemecahan terhadap persoalan-persoalan pembelajaran yang dihadapi di

dalam kelas. Adalah suatu suatu forum atau wadah kegiatan profesional guru

mata pelajaran sejenis. Sangat efektif untuk meningkatkan kualitas guru,

mulai dari penguasaan model pembelajaran dan strategi pembelajaran. 29

29
Imam Robandi, Op.cit., h.117
Berdasarkan pengakuan dari beberapa guru yang telah aktif dalam

kegiatan MGMP bahwa akfif dalam kegiatan MGMP sangat memberi

manfaat bagi guru. Adapun manfaat lain dari MGMP, antara lain : 30

a. Sebagi wadah yang efektif untuk menyelesaikan permasalahan yang

dihadapi guru dikelas.

b. Sebagai wadah untuk berdiskusi, berbagi pengalaman, dan mencari solusi

permasalahan yang dihadapinya di kelas, terutama menyangkut perbedaan

gaya (budaya) guru dan siswa

c. Sebagai wadah memberikan peluang kepada guru untuk merancang

program kerja berdasarkan kebutuhan guru mata pelajaran dan juga

disesuaikan dengan paradigma baru di bidang pendidikan.

6. Simposium guru

Merupakan media guru untuk saling bertukar pikiran dan pengalaman

tentang proses pembelajaran dan ajang untuk kompetensi ajang kreativitas

diantara guru.

7. Program pelatihan tradisional

Pelatihan yang ditujukan kepada guru dengan hanya membahas

persolan aktual dan penting sehingga guru tidak ketinggalan perkembangan

ilmu pengetahuan dan teknologi.

30
Suyanto dan Asep Jihad, Menjadi Guru Profesional, (Jakarta: Erlangga, 2013), h. 36
8. Pertemuan ilmiah

Ditujukan kepada guru untuk memberikan pengetahuan mutakhir

tentang pendidikan dan pembelajaran. Pemberian informasi tersebut bertujuan

untuk meningkatkan aspek kompetensi guru dalam proses pembelajaran.

9. Organisasi profesi

Organisasi profesi memberikan keuntungan besar kepada guru (PGRI)

untuk mengembangan profesionalitasnya dengan membangun sesama

komunitas pembelajaran.

Sarana bagi guru dalam mengembangkan kompetensi guru yaitu sebagai

berikut : 31

a. Kesharlindung

Adalah akronim dari kesejahteraan dan perlindungan, yang merupakan laman daari dalam

Kesharlindung guru dapat memilih jenis kegiatan yang akan diikuti terlebih

dahulu memiliki akun dengan mendaftarkan diri sesuai dengan jenjang

pendidikan SMA.

Setelah memiliki akun kemudian melengkapi identitas dan guru dapat

memilih beragam kegiatan yang disediakan mulaii yang bersifat teknis seperti

bimtek, diklat, seminar, dan sejenisnya, hingga kegiatan yang menuntut guru

untuk berkompetisi dengan sesama guru melalui inovasi dan kreasi metode

serta media pembelajaran. Selain akun Kesharlindung harus dipantau selama

proses seleksi peserta kompetisi namun juga harus aktif di media sosial

dengan mengakses group facebook untuk mendapatakan informasi selain itu

31
Abdul Muis Joenaidy, Konsep dan Strategi Pembelajaran di Era Revolusi Industri,
(Yogyakarta : Laksana, 2019), h. 35
interaksi dengan sesama guru baik yang berasal dari satu daerah maupun

wilayah lai mendapatkan perputaran informasi sehingga guru tidak akan

ketinggalan terhadap perkembngan terbaru dalam dunia pendidikan hanya

karena gagap teknologi.

b. Seamolec

Adalah akronim dari southeast Asian ministers of education

organization regional open learning centre, yakni persatuan dinas pendidikan

se-Asia tenggara. Lembaga ini fokus pada peningkatan kompetensi pendidik

melalui pelatihan pembelajaran, pemberian hibah dan bantuan penelitian,

serta bimbingan teknis baik yang bersifat dalam maupun luar jaringan.

Kegiatan yang dilaksanakan sama dengan Kesharlindung semuanya

gratis, kegiatan Seamolec diinfomasikan lewat online juga sehingga

diwajibkan untuk memiliki akun. Jika Kesharlindung lebih fokus pada

kegiatan yang sifatnya kompetisi, seperti olimpiade, lomba inovasi

pembelajaran, serta lomba penulisan naskah, maka Seamolec lebih

berkonsentrasi pada kegiatan yang sifatnya pelatihan dalam jaringan. Setiap

kegiatan pelatihan secara online yang dibimbing oleh mentor berpengalaman

dengan menggunakan laman dalam jaringan, seperti Webex dan sejenisnya.

Diakhir kegiatan jika lulus akan mendapatkan E-certificate yang dapat

diunduh dengan barcode identifikasi sebagai bukti kegiatan yang

dilaksanakan telah melalui prosedur yang benar. E-certificate tersebut juga

dapat digunakan untuk menambah koleksi dan angka kredit guru yang
digunakan untuk kenaikan tingkat bagi guru yang termasuk golongan

Aparatur Sipil Negara (ASN).

c. P4TK

Salah satu lembaga yang dapat menjadi wadah peningkatan kompetensi

guru dan tenaga kependidikan adalah P4TK. Dalam hal ini, P4TK adalah

kesingkatan dari Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan

Tenaga Kependidikan. Lembaga ini merupakan salah satu Unit Pelaksana

Tenis (UPT) yang berada dibawah koordinasi Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan Republik Indonesia.


BAB V

PENUTUP
A. Kesimpulan

Berdasarkan dari hasil penelitian skripsi ini dapat penulis ambil beberapa

kesimpulan sebagai berikut :

1. Pengembangan kompetensi guru sejarah dalam memanfaatkan media

pembelajaran berbasis Teknologi Infomasi dan Komunikasi (TIK) pada

tingkat SMA dapat lebih mudah sesuai dengan era digital, sehingga

pembelajaran sejarah dapat dilaksanakan berbagai kreasi sesuai dengan

teknologi yang tersedia seperti penggunaan laptop, LCD proyektor, VCD

player dan kamera digital, menggunakaan internet berbagai variasi, dengan

ini dapat menjadi peluang meningkatkan kompetensi pedagogik dan

kompetensi professional guru sejarah dalam pemanfaatan media TIK dalam

pembelajaran sejarah.

2. Bentuk Pengembangan Pengunaan Media Berbasis Tekonologi Informasi Dan

Komunikasi (TIK), terdiri dari teknologi komputer, teknologi multimedia,

teknologi jaringan komputer. Serta media teknologi yang terdiri dari,

Electronic Mail / E-mail adres, Mailling List, Audio Kaset, vidio, Microsoft

Powerpoint, E-Learning, Computer Based Intruction (CBI) serta Ditance

Learning. Dengan media tersebut guru sejarah dapat mengaplikasikan

pembelajaran komputer secara langsung dan juga bisa menggunakan media

teknologi secara online.


3. Analisis Keterpaduan Kompetensi Guru Sejarah Dengan Program Yang Ada

Oleh Pemerintah, pemerintah mengeluarkan program untuk mendukung

kompetensi guru sejarah melalui program Uji Kompetensi Guru (UKG),

program peningkatan kualifikasi guru, program penyetaraan dan sertfikasi,

program pelatihan terintegrasi berbasis kompetensi, program supervise

pendidikan, Program Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP),

symposium guru, program pelatihan tradisional, pertemuan ilmiah, organisasi

profesi, selain itu ada sarana Kesharlindung, Seamolec dan P4TK. Sehingga

tergantung bagaimana guru menjalankan program tersebut dan pemerintah

menindak lanjuti agar tidak hanya sebatas program namun dapat terjadinya

perubahan.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan mengenai pengembangan

kompetensi guru sejarah dalam memanfaatkan media pembelajaran berbasis

Teknologi Infomasi dan Komunikasi (TIK), maka melalui skripsi ini penulis

menyarankan :

1. Kepada guru sejarah, pemanfaatan media berbasis Teknologi, Informasi dan

Komunikasi (TIK) hendaknya menjadikan pembelajaran sejarah, menjadi

sesuatu yang dulunya terkesan membosankan dan kurang diminati sehingga,

dengan menggunakan media pembelajaran berbasis TIK ini dapat menjadikan

pembelajaran sejarah menjadi bagian pembelajaran tervaforit atau disukai

siswa sehingga siswa lebih bisa mengahargai dan memahami pembelajaran

sejarah sebagai wawasan nasional. Pembelajaran sejarah akan diminati siswa


tergantung bagaimana guru dalam kompetensinya mengajar sesuai dengan

era digital.

2. Kepada pemerintah, terhadap program peningkatan kompetensi guru untuk

dapat memadai dan memperhatikan sarana untuk penggunaan media berbasis

TIK didaerah terpencil, sehingga program yang dikeluarkan pemerintah dapat

terlaksana baik oleh guru sejarah. Karena pembelajaran berbasis TIK yang

tercantum didalam kurikulum sebagai satu keharusan yang harus

dilaksanakan dalam bentuk perkembangan zaman. Maka dari itu, kekurangan

didaerah terpencil seperti internet dan komputer yang terbatas menjadi

kendala untuk perkembangan kompetensi guru dalam hal mengajar, sehingga

diperlukan bantuan pemerintah.


DAFTAR PUSTAKA

Ambiyar dan Panyahuti. 2020. Asesmen Pembelajaran Berbasis Komputer dan


Android. Jakarta : Kencana

Al-Rasyidin dan Samsul Nisar. 2005. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta:


Ciputat Press

Ali Imran, Agus. 2015. Muqodimah Ngrowo Tutur Lisan Hingga Tutur Tulisan.
Yogyakarta: Budi Utama

Asrori dan Rusman. 2020. Pengembangan Kompetensi Guru. Jawa Tengah :


Pena Persada

Arsyad, Azhar. 2016. Media Pembelajaran. Jakarta : Rajagrafindo Persada

Bahri, Syaiful. 2013. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta

Benny. 2017. Media dan Teknologi dalam Pembelajaran. Jakarta: Kencana

Darmawan, Deni. 2015. Teknologi Pembelajaran. Bandung: Remaja


Rosdakarya

Debi Setiawati, Fatmawati. Ikip Budi Utomo Malang, “Pengembangan


Kompetensi Guru Sejarah Dalam Menghadapai Tantangan Abad 21”, h.
2 Diakses Pada 17 Mei 2020 Pada e-Jurnalmitrapendidikan.Com

Enterprise, Jubille. 2015. Internet untuk Guru dan Siswa. Jakarta : Media
Komputindo

H. Darmadi. 2017. Pengembangan Model Metode Pembelajaran dalam


dinamika belajar siswa. Yogyakarta: CV Budi Utama

Hamalik, Oemar. 2004. Pendidikan Guru. Jakarta : Bumi Aksara

Hamzah, Amir. 2019. Metode Penelitian Kepustakaan, (Library Research).


Malang : CV Literasi Nusantara Abadi

Ibda, Hamidulloh. 2017. Media Pembelajaran. Semarang : Pilar Nusantara

Kartodirdjo, Sartono. 1989. “Metode Penggunaan Bahan Dokumen”, dalam


Koentjaraningrat, Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta:
Gramedia
Muis Joenaidy, Abdul. 2019. Konsep dan Strategi Pembelajaran di Era
Revolusi Industri. Yogyakarta : Laksana

Musfah, Jejen. 2011. Peningkatan Kompetensi Guru Melalui Pelatihan dan


Sumber Belajar. Jakarta : Kencana

Mulyasa, Syaefuddin Sa’ud . 2007. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru.


Bandung: Rosdakarya

Majid, Abdul. 2007. Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar


Kompetensi Guru Cet. III. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Mahmud , Saifuddin. 2017. Strategi belajar mengajar. Syiah Kuala Universitas


Press

Narbuko, Cholid dan Abu Achmadi. 2009. Metodologi Penelitian. Jakarta:


Bumi Aksara

Nata, Abuddin. 1999. Metodologi Studi Islam. Jakarta: Rajawali Pers

O.Kattsof, Louis. 1989. Pengantar Filsafat, terj.:Soejono Soemargono.


Yogyakarta: Tiara Wacana

Ricoeur, Paul. 2008. Hermeneutika Ilmu Sosial, terj.:Muhammad Syukri.


Yogyakarta: Kreasi Wacana

Robandi, Imam. 2010. Rahasia Menjadi Guru Hebat. Jakarta: Grasindo

Rahmi Rivalina : Pustekkom Kemdikbud, Tanggerang Selatan, “Kompetensi


Teknologi Informasi Dan Komunikasi Guru Dalam Peningkatan Kualitas
Pembelajaran”, diakses pada 17 Mei 2020 dari
Https://jurnalteknodik,kemdikbud.go.id

Rizki Irani, Puji. Universitas Jember (Unej), Problematik Kompetensi Guru


Mata Pelajaran Sejarah Indonesia Di Smkn 1 Jember”, diakses Pada 17
Mei 2020 Dari Https://Www.Jurnalpi.Com

Rofa’ah. 2016. Pentingnya Kompetensi Guru dalam Kegiatan Pembelajaran


dalam Perspektif Islam. Yogyakarta: Budi Utama
Supriyono, Danang. Universitas Negeri Semarang , “Pengaruh Kompetensi
Guru Sejarah Dalam Memanfaatkan Sumber Dan Media Belajar Pada
Kualitas Pembelajaran Siswa Kelas X Di Sma Negeri Kabupaten Jepara
Tahun Ajaran 2008/2009”, diakses pada 17 Mei 2020 dari
Https://lib.unnes.ac.id

Suyanto dan Asep Jihad. 2013. Menjadi Guru Profesional. Jakarta : Erlangga
Group

Saudagar , Fachruddin dan Ali Idrus. 2011. Pengembangan Profesionalistas


Guru. Jakarta: Gaung Persada

Sanjaya, Wina. 2012. Pembelajaran. Jakarta : Prenada Media Group

Susilana, Rudi dan Cepi Riyana. 2009. Media Pembelajaran. Bandung: Wacana
Prima

Suparjan, Edy. 2019. Pendidikan Sejarah Untuk Membentuk Karakter Bangsa.


Yogyakarta: Budi Utama
S. Nasution. 2012. Metode Research (Penelitian Ilmiah). Jakarta: Bumi Aksara

Sumardi. 2016. Pengembangan Profesionalisme Guru Berbasis MGMP.


Yogyakarta : Budi Utama

Sudjarwo. 1984. Teknologi Pendidikan. Jakarta : Gelora Aksara Pratama

Suryani Nunuk: Universitas Sebelas Maret Surakarta, “Pengembangan Media


Pembelajaran Sejarah Berbasis It”, h.188 diakses pada 22 Juli 2020 dari
Journal2.um,ac.id1Hamzah B. Uno dan Nina Lamatenggo, Teknologi
Komunikasi dan Informasi pembelajaran, (Jakarta : Bumi Aksara, 2011)

Sagala, Syaiful. 2017. Human Capital. Depok: Kencana

Sidiq, Ricu. 2019. Strategi Belajar Mengajar Sejarah. Yayasan Kita Menulis

Suyanto dan Asep Jihad. 2013. Menjadi Guru Profesional. Jakarta: Erlangga

Susanto, Ahmad. 2014. Pengembangan Pembelajaran IPS. Jakarta: Kencana

Taufik, Abdullah dkk. 2002. Sejarah pemikiran, Rekonstruksi, persepsi.


Jakarta: Masyarakat Sejarawan Indonesia
Umar. 2019. Pengantar Profesi Keguruan. Depok: Raja Grafindo

Umamah Nurul : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Pendidikan Sejarah


Universitas Jember, “Pengaruh Metode Discovery Learning Terhadap
Kesadaran Sejarah Peserta Didik Untuk Mengahadapi Revolusi Industri
4.0”, h. 408 diakses pada 17 Mei 2020 dari https://osf.io

Yaumi, Muhammad. 2018. Media dan Teknologi Pembelajaran. Jakarta :


Prenadamedia Group

Zed, Mestika. 2004. Metode Penelitian Kepustakaan. Jakarta : Yayasan Obor


Indonesia

Anda mungkin juga menyukai