LIPID
Oleh :
JURUSAN BIOLOGI
APRIL 2019
A. Tujuan
- Mengetahui sifat-sifat fisik dan kimia lipid
- Mengetahui reaksi-reaksi identifikasi dan sifat lipid
B. Dasar Teori
Lipid adalah sekelompok molekul yang beragam, semuanya tidak
dapat larut dalam air, namun dapat larut dalam zat pelarut nonpolar, seperti
eter dan kloroform (Sloane 2003). Lipid memerlukan mekanisme
pengangkutan khusus agar bersirkulasi dalam darah karena lipid tidak larut
dalam air. Lipid dalam sirkulasi tersusun menjadi partikel-partikel
lipoprotein besar dengan berbagai golongan apolipoprotein.
Apolipoprotein ini membantu kelarutan lipid serta pengangkutannya dari
saluran cerna ke hati, yang memiliki reseptor spesifik untuk
apolopoprotein (Sacher, dkk. 2004).
Ciri khas yang umum dijumpai di semua lipid adalah kandungan
hidrokarbonnya diturunkan dari polimerisasi asetat yang diikuti dengan
reduksi rantai segera setelah rantai itu terbentuk. Contoh polimerisasi yang
dihasilkan:
- Rantai hidrokarbon linier yang panjang.
- Produknya adalah asam lemak CH3(CH2)nCOOH yang selanjutnya
dapat berubah menjadi amina dan alkohol. Lipid yang mengandung
asam lemak adalah gliserolipid, sfingolipid, dan malam.
- Hidrokarbon rantai bercabang melalui zat antara yang mengandung
lima atom karbon, yaitu isopentena.
- Struktur linier atau struktur siklik yang hanya tereduksi
sebagianSenyawa ini disebut sebagai asetogenin (atau poliketida)
(Kuchel & Gregory, 2002).
Senyawa-senyawa yang termasuk lipid ini dapat dibagi menjadi 2
golongan yaitu lipid sederhana dan lipid gabungan. Lipid sederhana adalah
ester asam lemak dengan berbagai alkohol, contohnya lemak atau gliserida
dan lilin (waxes). Sedangkan lipid gabungan adalah ester asam lemak yang
mempunyai gugus tambahan, contohnya fosfolipid dan sereobrosida
(Moffatt & Bryant, 2006).
Lemak atau minyak merupakan asam karboksilat/asam alkanoat
jenuh alifatis (tidak terdapat ikatan rangkap C=C dalam rantai alkilnya,
rantai lurus, panjang tak bercabang) dengan gugus utama –COOH dalam
bentuk ester/gliserida yaitu sesuatu jenis asam lemak atau beberapa jenis
asam lemak dengan gliserol suku tinggi. Lemak dan minyak merupakan
sumber energi yang lebih efektif dibanding dengan karbohidrat dan
protein. Satu gram minyak atau lemak dapat menghasilkan 9 Kkal
sedangkan karbohidrat dan protein hanya menghasilkan 4 Kkal/ gram.
Minyak atau lemak, khususnya minyak nabati, mengandung asam-asam
lemak esensial seperti asam linoleat, lenoleat, dan arakidonat yang dapat
mencegah penyempitan pembuluh darah akibat penumpukan kolesterol.
Minyak dan lemak juga berfungsi sebagai sumber dan pelarut bagi
vitamin-vitamin A, D, E, dan K (Hart, 2003). R1, R2, R3 adalah gugus
alkil mungkin saja sama atau juga beda. Gugus alkil tersebut dibedakan
sebagai gugus alkil jenuh (tidak terdapat ikanatanrangkap) dan tidak
jenuh (terdapat ikan rangkap) (Budimarwanti, 2010).
Pada daun hijau tumbuhan, asam lemak diproduksi di kloroplas.
Pada bagian lain tumbuhan dan pada sel hewan (dan manusia), asam
lemak dibuat di sitosol. Proses esterifikasi (pengikatan menjadi lipida)
umumnya terjadi pada sitoplasma, dan minyak (atau lemak) disimpan
pada oleosom. Banyak spesies tanaman menyimpan lemak pada bijinya
(biasanya pada bagian kotiledon) yang ditransfer dari daun dan organ
berkloroplas lain (Gill, dkk. 2009).
Lipid atau biasa disebut juga dengan lemak terdiri dari berbagai
macam jenis. Menurut struktur kimianya, lemak terdiri dari lemak
netral (triglyceride), phospholipida, lecithine, dan sphyngomyelineb.
Menurut sumbernya (bahan makanannya), lemak terdiri dari lemak
hewani dan lemak nabati. Menurut konsistennya, lemak terdiri dari dari
lemak padat (lemak atau gaji) dan lemak cair (minyak). Menurut
wujudnya, lemak terdiri dari lemak tak terlihat (invisible fat) dan lemak
terlihat (visible fat). Lemak nabati mengandung lebih bayak asam
lemak tak jenuh yang menyebabkan titik cair yang lebih rendah dan
berbentuk cair (minyak), sedangkan lemak hewani mengandung asam
lemak jenuh, khususnya yang mempunyai rantai karbon panjang yang
berbentuk padat (Riawan 1990).
Sifat-sifat kimia dari minyak dan lemak, menurut Sloane (2003)
antara lain yakni sebagai berikut.
- Reaksi adisi lemak dan minyak terjadi pada senyawa yang
mengandung ikatan tak jenuh seperti halnya pada alkena dan
alkunadimana pada minyak dan lemak mengandung asam-asam tak
jenuh seperti palmitoleat, asam oleat, linoleat, dan asam linolenat.
- Asam-asam lemak tak jenuh yang terikat pada molekul trigliseridadari
minyak cair dapat mengadisi hidrogen sehingga ikatannya menjadi
jenuh. Oleh karena itu reaksi adisi hidrogen ini digunakan
untuk memadatkan minyak dalam pengolahan bahan makanan.
- Reaksi adisi dengan iodium dan brom yang digunakan
untuk menentukan derajat ketidakjenuhan (jumlah ikatan rangkap dua)
dari suatu minyak atau lemak. Hal ini dikarenakankarena kelarutan
iodium dan brom dalam alkohol yang berwarna cokelat muda diadisi
asam lemak tak jenuh sehingga warnanya akan hilang.
- Oksidasi minyak dan lemak akan menimbulkan bau dan rasa tidakenak
yang disebut bau tengik.
Minyak akan mengalami kerusakan selama proses pengolahan
misalnya proses pemanggangan, penggorengan dengan cara deep frying
dan selama penyimpanan. Ketengikan (rancidity) dibagi atas tiga
golongan, yaitu ketengikan oleh oksidasi (oxidative rancidity), ketengikan
oleh enzim (enzymatic rancidity) dan ketengikan oleh proses hidrolisis
(hidrolitic rancidity). Ketengikan oleh oksidasi terjadi karena adanya
oksidasi oleh oksigen udara terhadap asam lemak tidak jenuh. Oksidasi
minyak nabati terjadi melalui proses inisiasi, propagasi dan terminasi
(Budimarwati, 2010).
Gliserol ialah suatu trihidroksi alkohol yang terdiri atas tiga atom
karbon. Jadi tiap karbon mempunyai gugus –OH. Gliserol dapat diperoleh
dengan jalan penguapan hati-hati, kemudian dimurnikan dengan distilasi
pada tekanan rendah. Pada umumnya lemak apabila dibiarkan lama di
udara akan menimbulkan rasa dan bau yang tidak enak. Hal ini disebabkan
oleh proses hidrolisis yang menghasilkan asam lemak bebas. Di samping
itu dapat pula terjadi proses oksidasi terhadap asam lemak tidak jenuh
yang hasilnya akan menambah bau dan rasa yang tidak enak. Oksidasi
asam lemak tidak jenuh akan menghasilkan peroksida dan selanjutnya
akan terbentuk aldehida. Inilah yang menyebabkan terjadinya bau dan
rasa yang tidak enak atau tengik. Gliserol yang diperoleh dari hasil
penyabunan lemak atau minyak adalah suatu zat cair yang tidak berwarna
dan mempunyai rasa yang agak manis. Gliserol larut baik dalam air dan
tidak larut dalam eter. Gliserol digunakan dalam industri farmasi dan
kosmetika sebagai bahan dalam preparat yang dihasilkan. Di samping itu
gliserol berguna bagi kita untuk sintesis lemak di dalam tubuh. Gliserol
yang diperoleh dari hasil penyabunan lemak atau minyak adalah suatu zat
cair yang tidak berwarna dan mempunyai rasa yang agak manis, larut
dalam air dan tidak larut dalam eter (Poedjiadi, 2010).
Minyak kelapa (Cocos nucifera) memiliki sifat khas yaitu
persentase asam laurat yang tinggi. Asam laurat mempunyai kemampuan
sebagai antivirus, antifungi, antiprotozoa dan antibakteri. Semakin banyak
konsentrasi asam laurat dalam minyak kelapa, dapat mempercepat
penurunan populasi bakteri diantaranya Staphylococcus aureus
(Budimarwanti. 2010).
Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI 01-3541-1994),
margarin adalah produk makanan berbentuk emulsi padat atau semi padat
yang dibuat dari lemak nabati dan air, dengan atau tanpa penambahan
bahan lain yang diizinkan. Margarin dimaksudkan sebagai pengganti
mentega dengan rupa, bau, konsistensi rasa, dan nilai gizi yang hampir
sama dengan mentega. Margarin merupakan emulsi dengan tipe emulsi
water in oil (w/o), yaitu fase air berada dalam fase minyak atau lemak.
Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI 01-3744-1995), mentega
adalah produk makanan berbentuk padat lunak yang dibuat dari lemak atau
krim susu atau campurannya, dengan atau tanpa penambahan garam
(NaCl) atau bahan lain yang diizinkan, serta minimal mengandung 80
persen lemak susu. Mentega yang baik mengandung lemak 81 %, kadar air
18 % dan kadar protein maksimal 1 % (Budimarwanti, 2010). Mentega
dianggap sebagai lemak yang paling baik diantara lainnya karena rasanya
yang menyakinkan serta aroma yang begitu tajam, karena lemak mentega
berasal dari lemak susu hewan. Lemak mentega sebagian besar terdiri dari
asam palmitat, oleat dan stearat serta sejumlah kecil asam butirat dan asam
lemak sejenis lainnya. Bahan lain yang terdapat dalam jumlah kecil adalah
vitamin A, E dan D serta sebagai flavor adalah diasetil, lakton, butirat dan
laktat.
3. Uji Acrolin
Prinsip kerja dari uji acrolein yaitu gliserol dalam bentuk
bebas atau yang terdapat dalam lemak atau minyak bila mengalami
dehidrasi akan membentuk aldehid akrilat atau akrolein yang berciri
khas (Chang, 2013).
7. Uji Emulsi
Prinsip kerja dari uji emulsi yaitu lemak atau minyak tidak
dapat larut dalam air tetapi dapat membentuk emulsi yang stabil bila
ada bahan lain yang berfungsi sebagai emulgator (Chang, 2013)
Bahan :
- Larutan HCl 2% - Minyak ikan
- Larutan NaCO3 1% - Minyak zaitun
- Larutan Potreleum Eter - Bubuk Asam Palmitat
- Larutan Eter - Aseton panas
- Larutan Premium - Alkohol panas
- Larutan Aseton dingin - Indikator universal
- Larutan Alkohol dingin - Minyak kelapa
- Kristal KHSO4 anhidrat - Minyak kelapa tengik
- Larutan Benedict - Minyak bunga matahari
- Larutan H2O2 - Mentega
- Larutan Kloroform - Lemak sapi padat
- Asam Sulfat pekat
- Kertas Lakmus
- Aquades
- Minyak jagung
- Minyak kacang tanah
D. Prosedur Kerja
1. Uji Asam Basa
Bahan Uji
Hasil
2. Uji Kristal Lemak
Bahan Uji
- Ditambahkan 5ml eter kedalam beaker glass
- Ditambahkan bahan uji (20 tetes lemak cair/sedikit bubuk
asam palmitat,minyak kelapa, lemak sapi dan margarin)
- Dihomogenkan
- Dibiarkan eter menguap sampai kristal terpisah
- Diamati bentuk kristal dengan mikroskop
Hasil
3. Uji Acrolin
Bahan Uji
- Dimasukkan kristal KHSO4 anhidrat oada cawa
porselin
- Ditambahkan 2 tetes bahan uji pada masing-masing
cawan
- Dipanaskan hingga tercium bau khas akrolin
Hasil
4. Uji Gliserol dengan Benedict
Gliserol
- Dimasukkan 5 tetes gliserol pada tabung reaksi
- Ditambahkan reagen Benedict 5ml
- Dipanaskan selama 3 menit
- Diamati perubahan warnanya
Hasil
Kolesterol padat
- Dilarutkan 10mg kolesterol padat dalam 2ml kloroform
- Ditambahkan H2SO4 pekat dengan hati-hati
- Dikocok dengan pelan
- Didiamkan selama 2-3 menit
- Diamati perubahan warnanya
Hasil
Bahan Uji
- Disiapkan 6 tabung reaksi
- Ditambahkan 5 tetes sampe yang akan diuji pada masing-
masing tabung reaksi
- Tabung 1 ditambah air 2ml
- Tabung 2 ditambah HCl 2ml
- Tabung 3 ditambah Na2CO3 2ml
- Tabung 4 ditambah alkohol dingin 2ml
- Tabung 5 ditambah eter 2ml
- Tabung 6 ditambah aseton dingin 2ml
- Diamati perubahan yang terjadi dan disimpulkan
Hasil
7. Uji Emulsi
a. Bahan Uji
Hasil
b. Bahan Uji
- Tabung reaksi diisi larutan sabun 3ml
- Ditambah 10 tetes minyak/lemak
- Dikocok
- Diamati dan dibandingkan hasil pengamatan a dan b
Hasil
E. Data Pengamatan
1. Uji Asam Basa
3. Uji Acrolin
Perubahan
No Bahan Keterangan
Sebelum Sesudah
1 Minyak VCO Kuning Biru (-)
2 Minyak ikan Biru Biru (-)
3 Minyak jagung Kuning keruh Biru (-)
4 Minyak sawit Kuning Biru (-)
Tidak
5 Minyak zaitun Kuning (-)
berubah
6 Minyak jelantah Biru Biru bening (-)
Kuning
7 Minyak wijen Biru (-)
kecoklatan
8 Susu sapi Putih Hijau (-)
Hijau
9 Susu kambing Putih (-)
kebiruan
10 Mentega Kuning Biru (-)
Perubahan
No Bahan Sesudah
Sebelum
Lap. atas Lap.bawah
Bening
1 Minyak VCO Orange Putih
kekuningan
Kuning Tidak
2 Minyak ikan Bening
pudar berwarna
Bening Kuning
3 Minyak jagung Bening
kekuningan pudar
Kuning Tidak
4 Minyak sawit Putih keruh
keruh berwarna
Kuning Tidak
5 Minyak zaitun Putih keruh
keruh berwarna
Kuning
6 Minyak jelantah Merah Kekuningan
keruh
Kuning Merah
7 Minyak wijen Merah
kecoklatan kehitaman
Endapan
8 Susu sapi Putih keruh Merah
kuning
Terdapat
9 Susu kambing Putih keruh Kemerahan
endapan
Merah
10 Mentega Kuning Merah
kehitaman
7. Uji Emulsi
Haisil Emulsi
No Bahan
Sabun Air
Bening, sedikit Bening, tidak
1 Minyak VCO
larut larut
Bening, sedikit Bening, tidak
2 Minyak ikan
larut larut
Kuning keruh, Putih keruh.
3 Minyak jagung tidak bercampur Tidak bercampur
(tidak larut) (tidak larut)
Kuning keruh, Bening, tidak
4 Minyak sawit
sedikit larut larut
Tidak berwarna, Tidak berwarna,
5 Minyak zaitun
sedikit larut tidak larut
Putuh jeruh, sedikit Bening, tidak
6 Minyak jelantah
larut larut
7 Minyak wijen Keruh Tidak larut
8 Susu sapi Putih, bercampur Putih, bercampur
Putih keruh, Putih keruh,
9 Susu kambing
terdapat endapan banyak endapan
Kuning jeruh, Kuning, agak
10 Mentega
sedikit larut keruh, tidak larut
F. Analisis Data
1. Uji Asam Basa
Pada pengamatan uji asam basa, minyak VCO, minyak zaitun,
minyak jelantah, minyak wijen, susu sapi dan mentega positif bersifat
asam. Sedangkan pada minyak ikan, minyak jagung, minyak sawit dan
susu kambing bersifat netral.
3. Uji Acrolin
Pada pengamatan uji akrolein kami menggunakan berbagai bahan
untuk di uji. Hasil pengujian tersebut. Pada minyak VCO minyak ikan,
minyak jagung, minyak sawit,minyak jelantah, minyak zaitun, minyak
wijen, susu sapi, susu kambing, dan mentega menghasilkan bau yang khas
dari percobaan tersebut
7. Uji Emulsi
Pada praktikum uji lipid kami melakukan uji emulsi terhadap
lemak. Emulsi adalah salah satu campuran yang terdiri dari zat yang tidak
tercampur atau tidak homogen, seperti air dan minyak, pengemulsian
adalah zat yang menstabilkan emulsi yang biasanya berupa protein. emulsi
dapat pula diartikan sebagai dispersi atau suspensi menstabil suatu cairan
lain yang keduanya tidak saling melarutkan. Supaya terbentuk emulsi yang
stabil maka diperlukan suatu zat pengemulsi yang disebut emulsifier atau
emulgator yang berfungsi menurunkan tegangan permukaan antara kedua
fase cairan. Pada uji pembentukan emulsi, kami ingin mengetahui
terjadinya pembentukan emulsi dari minyak. Pada percobaan bahan yang
kami amati antara lain: minyak VCO, minyak ikan, minyak jagung,
minyak sawit, minyak zaitun, minyak jelantah, minyak wijen, susu sapi,
susu kambing dan mentega.
Pada uji emulsi menggunakan bahan minyak VCO + air sabun &
minyak ikan + air sabun larutan berwarna bening dan sedikit bercampur,
sedangkan pada minyak VCO + air & minyak ikan + air larutan berwarna
bening dan tidak larut. Pada bahan minyak jagung + air sabun larutan
berwarna kuning keruh dan tidak larut serta pada minyak jagung + air
berwarna putih keruh dan tidak larut. Pada bahan minyak sawit + air sabun
larutan berwarna kuning keruh dan tidak larut serta pada minyak sawit +
air berwarna bening dan tidak larut. Pada bahan minyak zaitun + air sabun
larutan tidak berwarna dan tidak larut sedangkan pada minyak zaitun + air
tidak berwarna dan tidak larut. Pada bahan minyak jelantah + air sabun
larutan berwarna putih keruh dan tidak larut sedangkan pada minyak
jelantah + air bening dan tidak larut. Pada bahan minyak wijen + air sabun
larutan berwarna kuning keruh dan tidak larut serta pada minyak wijen +
air berwarna putih keruh dan tidak larut. Pada bahan susu sapi + air sabun
larutan berwarna putih dan larut serta pada susu sapi + air berwarna putih
dan larut. Pada bahan susu kambing + air sabun larutan berwarna putih
keruh dan terdapat endapan serta pada susu kambing + air berwarna putih
keruh dan banyak endapan. Pada bahan mentega + air sabun larutan
berwarna kuning keruh dan sedikit larut sedangkan pada mentega + air
berwarna kuning keruh dan tidak larut.
G. Pembahasan
1. Uji Asam Basa
Minyak murni umumnya bersifat netral, sedangkan minyak yang
sudah tengik bersifat asam. Hal ini disebabkan minyak mengalami
hidrolisis dan oksidasi menghasilkan aldehida, keton, dan asam-aasm
lemak bebas. Proses ketengikan pada lemak atau minyak dapat
dipercepat oleh adanya cahaya, kelembaban, pemanasan, aksi mikroba,
dan katalis logam tertentu, seperti Fe, Ni, atau Mn. Sebaliknya, zat-zat
yang dapat menghambat terjadinya proses ketengikan disebut
antioksidan, misalnya tokoferol (vitamin E), asam askorbat (vitamin C),
polifenol, hidroquinon, dan flavonoid (Poedjiadi, 2010).
3. Uji Acrolin
Dalam uji ini terjadi dehidrasi gliserol dalam bentuk bebas atau
dalam lemak atau minyak menghasilkan aldehid akrilat atau akrolein. Uji
akrolein digunakan untuk menguji keberadaan gliserin atau lemak. Ketika
lemak dipanaskan setelahditambahkan agen pendehidrasi KHSO4 yang
akan menarik air, maka bagian gliserol akan terdehidrasi ke dalam bentuk
aldehid tidak jenuh atau dikenal sebagai akrolein yang memilikii bau khas
seperti lemak terbakar dan ditandai dengan asap putih (Poedjiadi, 1994).
Uji akrolein pada lipid. Dalam uji ini terjadi dehidrasi gliserol
dalam bentuk bebas atau dalam lemak/minyak menghasilkan aldehid
akrilat atau akrolein. Uji akrolein digunakan untuk menguji keberadaan
gliserin atau lemak. Ketika lemak dipanaskan setelah ditambahkan agen
KHSO4 yang akan menarik air, maka bagian gliserol akanterdehidrasi ke
dalam bentuk aldehid tidak jenuh atau dikenal sebagai akrolein
(CH2=CHCHO) yang memiliki bau seperti lemak terbakar dan ditandai
dengan asap putih (Poedjiadi, 1994). Sampel lipid yang diuji adalah
minyak VCO, minyak ikan, minyak zaitun, minyak sawit, minyak jagung,
susu sapi, minyak jelantah, susu kambing, minyak wijen, dan mentega.
Pada masing-masing cawan porselin yang berisikan KHSO4 dimasukan 2
tetes bahan yang akan diuji lalu dipanaskan pelan-pelan diatas api dan
diperhatikan bau akrolein yang menusuk hidung seperti minyak bakar.
Hasil yang diperoleh dari kesepuluh bahan uji yang kami gunakan
adalah semuanya memiliki bau khas dari akrolein. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa kesepuluh bahan tersebut mengandung gliserin atau
lemak. Menurut Murray (2003), penambahan KHSO4 berfungsi sebagai
katalisator pembentukan gliserol pada sampel yang mengandung gliserol,
dan KHSO4 ini tidak ikut bereaksi karena tidak larut dalam larutan
sampel, tetapi hanya berfungsi sebagai katalisator. Pembentukan akrolein
ini terjadi karena dehidrasi gliserol dalam bahan uji yang menghasilkan
aldehid akrilat atau akrolein.
7. Uji Emulsi
Pada praktikum uji emulsi lemak, kami mengamati beberapa bahan
yaitu, minyak VCO, minyak ikan, minyak jagung, minyak sawit, minyak
zaitun, minyak jelantah, minyak wijen, susu sapi, susu kambing dan
mentega. Dikarenakan setiap bahan pangan memiliki karakteristik masing-
masing maka setiap bahan pangan memiliki jenis emulsi dan pengaruh
jenis emulsi yang berbeda-beda (Fessenden 1990). Pada bahan bahan yag
kami uji yaitu, minyak VCO, minyak ikan, minyak jagung, minyak sawit,
minyak zaitun, minyak jelantah, minyak wijen, susu sapi, susu kambing
dan mentega sedikit larut dengan percampuran air sabun dan tidak larut
pada percampuran dengan air. hal ini disebabkan karena, pada
penambahan air atau aquadest, terbentuk emulsi tetapi emulsinya stabil
atau dengan kata lain bahwa kedua cairan ini tidak larut (tidak menyatu),
larutan mengalami emulsi stabil dikarenakan adanya emulgator pada
reagen uji sehingga kondisinya stabil sedangkan pada campuran minyak
dengan sabun mengalami emulsi tapi tidak stabil karena kedua cairan ini
dapat menyatu (larut). karena sabun merupakan larutan yang bersifat basa
sehingga dapat saling berikatan dengan ikatan minyak zaitun. Larutan
mengalami emulsi tidak stabil dikarenakan tidak adanya emulgator pada
reagen uji sehingga kondisinya stabil (Tarigan, 1983).
Adapun yang menyebabkan minyak tersebut membentuk emulsi
tidak stabil ialah karena air yang sifatnya polar sangat susah larut dalam
minyak yang sifatnya non polar sehingga kedua cairan tersebut akan saling
memisah tidak bisa bersatu). Ha yang menyebabkan terbentuknya emulsi
tidak stabil pada penambahan minyak dengan air. Sementara itu,
penambahan minyak dengan larutan lainnya seperti larutan sabun
membentuk emulsi yang stabil karena larutan tersebut mampu
menurunkan tegangan permukaan antara kedua fase cairan, inilah yang
dinamakan zat pengemulsi (emulsifier atau emulsifying agent). Daya kerja
emulsifier terutama disebabkan oleh bentuk molekulnya yang dapat
terikat, baik pada minyak maupun pada air. Emulsifier akan membentuk
lapisan di sekeliling minyak sebagai akibat menurunnya tegangan
permukaan dan diadsorpsi melapisi butir-butir minyak, sehingga
mengurangi kemungkinan bersatunya butir-butir minyak satu sama lain
(Poedjiadi,2007).
H. Kesimpulan
Sifat-sifat fisika lemak yaitu tidak berwarna, tidak berbau dan tidak
ada rasa, berat jenis lebih besar dari air, tidak mudah larut dalam air, untuk
ekstraksi minyak eteris pada pembuatan parfum. Sedangkan sifat
kimianya yaitu dapat terjadi perubahan rancidity ( bau tengik); dihidrolisa
oleh pemanasan tinggi; hidrogensi minyak; transesterifikasi.
Reaksi-reaksi atau uji identifikasi lipid meliputi uji asam basa, uji
kristal lemak, uji akrolin, uji gliserol dengan bennedict, uji salkowsi untuk
kolesterol, uji kelarutan minyak atau lemak dan uji emulsi. Sifat lipid
sesuai dengan uji sebelumnya antara lain, terdapat lipid yang bersifat asam
dan basa, dapat terbentuk kristal, menimbulkan bau khas, berubah warna
menjadi kuning hingga merah pada uji gliserol dengan Bennedict, dapat
terbentuk cincin coklat (pada dinding tabung reaksi) pada uji Salkowsi
untuk kolesterol, tidak larut dalam air dan larut hanya pada senyawa atau
larutan tertentu saja, misal; eter, dapat membentuk emulsi.
I. Daftar Pustaka
Bintang, Maria. 2010. Biokimia Teknik Penelitian. Jakarta: Erlangga.
Fessenden, R.J dan J.S. Fessenden. 1990. Kimia Organik Jilid 2. Jakarta:
Erlangga.
Murray,Robert K,et al. 2003. Biokimia Harper ed. 25. Jakarta: EGC
Kanisius.