Anda di halaman 1dari 9

DASAR TEORI

A. PATOFISIOLOGI
1. HIPERTENSI

Gambar : Patofisiologi Hipertensi1

Tekanan darah dipengaruhi volume sekuncup dan total peripheral


resistance. Apabila terjadi peningkatan salah satu dari variabel tersebut yang
tidak terkompensasi maka dapat menyebabkan timbulnya hipertensi. Tubuh
memiliki sistem yang berfungsi mencegah perubahan tekanan darah secara
akut yang disebabkan oleh gangguan sirkulasi dan mempertahankan
stabilitas tekanan darah dalam jangka panjang. Sistem pengendalian tekanan
darah sangat kompleks. Pengendalian dimulai dari sistem reaksi cepat
seperti reflex kardiovaskuler melalui sistem saraf, refleks kemoreseptor,
respon iskemia, susunan saraf pusat yang berasal dari atrium, dan arteri
pulmonalis otot polos. Sedangkan sistem pengendalian reaksi lambat
melalui perpindahan cairan antara sirkulasi kapiler dan rongga intertisial
yang dikontrol oleh hormon angiotensin dan vasopresin. Kemudian
dilanjutkan sistem poten dan berlangsung dalam jangka panjang yang
dipertahankan oleh sistem pengaturan jumlah cairan tubuh yang melibatkan
berbagai organ.6

Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya


angiotensin II dari angiotensin I oleh angiotensin I converting enzyme
(ACE). ACE memegang peran fisiologis penting dalam mengatur tekanan
darah. Darah mengandung angiotensinogen yang diproduksi di hati.
Selanjutnya oleh hormon, renin (diproduksi oleh ginjal) akan diubah
menjadi angiotensin I. Oleh ACE yang terdapat di paru-paru, angiotensin I
diubah menjadi angiotensin II. Angiotensin II inilah yang memiliki peranan
kunci dalam menaikkan tekanan darah melalui dua aksi utama. 17 Aksi
pertama adalah meningkatkan sekresi hormon antidiuretik (ADH) dan rasa
haus. ADH diproduksi di hipotalamus (kelenjar pituitari) dan bekerja pada
ginjal untuk mengatur osmolalitas dan volume urin. Dengan meningkatnya
ADH, sangat sedikit urin yang diekskresikan ke luar tubuh (antidiuresis),
sehingga menjadi pekat dan tinggi osmolalitasnya. Untuk
mengencerkannya, volume cairan ekstraseluler akan ditingkatkan dengan
cara menarik cairan dari bagian intraseluler. Akibatnya, volume darah
meningkat yang pada akhirnya akan meningkatkan tekanan darah. 6

Aksi kedua adalah menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks


adrenal. Aldosteron merupakan hormon steroid yang memiliki peranan
penting pada ginjal. Untuk mengatur volume cairan ekstraseluler, aldosteron
akan mengurangi ekskresi NaCl (garam) dengan cara mereabsorpsinya dari
tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl akan diencerkan kembali dengan
cara meningkatkan volume cairan ekstraseluler yang pada gilirannya akan
meningkatkan volume dan tekanan darah.6

B. ALGORITMA
1. HIPERTENSI
Gambar : Algoritma penegakan diagnosis2

Gambar : algoritma tata laksana hipertensi2


ACE-i (Captopril)

Mekanisme Kerja Kaptopril


ACE-i secara umum acei dibedakan menjadi 2 yaitu 1. Langsung bekerja
2. Prodrug ACE-i bekerja dengan menghambat perubahan angiotensin 1 menajdi
angiotensi 2 dan penurunan aldosteron. Selain itu degradasi bradikinin juga
dihambat. Vasodilatasi secara langsung akan menurunkan tekanan darah.
Berkurangnya aldosteron akan menyebabkan eksresi ait dan natrium dan retensi
kalium. Selain itu ACEi menurunkan resistensi perifer tanpa diikuti reflex
takikardi. Diginajal ACE-i menyebabkan vasodilatasi arteri renalis sehingga
meningkatkan aliran darah ginjal dan secara umum akan memperbaiki laju
filtrasi glomerulus. Penggunaan ACE-i menunjukan hasil yang positif untuk
lipid darah dan mengurangi resistensi insulin sehingga sangat baik untuk pasien
hipertensi pada dieabetes.1,2,3

Kaptopril terutama bekerja pada sistem RAA (Renin-Angiotensin-


Aldosteron), sehingga efektif pada hipertensi dengan PRA (Plasma Renin
Activity) yang tinggi yaitu pada kebanyakan hipertensi maligna, hipertensi
renovaskular dan pada kira-kira 1/6-1/5 hipertensi essensial. Kaptopril juga
efektif pada hipertensi dengan PRA yang normal, bahkan juga pada hipertensi
dengan PRA yang rendah. Obat ini juga merupakan antihipertensi yang efektif
untuk pengobatan gagal jantung dengan terapi kombinasi lain. Kombinasi
dengan tiazid memberikan efek aditif sedangkan kombinasi dengan b-
blocker memberikan efek yang kurang aditif. 4

Indikasi
Tidak untuk dikombinasikan dengan ARB atau inhibitor renin. Terdapat
peningkatan risiko hiperkalemia, terutama pada pasien gagal ginjal kronik atau
pengguna obat hemat kalium. Terdapat risiko gagal ginjal akut pada pasien
dengan stenosis arteri renal bilateral. Pada sirkulasi glomerulus menimbulkan
vasodilatasi lebih dominan pada arteriol eferen sehingga menurunkan
intraglomerulus, efek ini digunakan untuk mengurangi proteunuria pada
nefropatik diabetik. 1,2,3
Untuk pengobatan hipertensi esensial atau renovaskular (biasanya
diberikan dengan obat lain, terutama diuretik thiazide). Dapat digunakan untuk
mengobati gagal jantung kongestif dalam kombinasi dengan obat lain (misalnya
glikosida jantung, diuretik, -adrenergik blocker). Dapat meningkatkan
kelangsungan hidup pada pasien dengan disfungsi ventrikel kiri setelah infark
miokard. Dapat digunakan untuk mengobati nefropati, termasuk nefropati
diabetik. 4

Kontra indikasi
Captopril dapat kontraindikasi dengan : hypersensitivitas ACE-inhibitor,
riwayat dari ACE-i-induced angioedema, hereditary or idiopathic angioedema,
coadministration of neprilysin inhibitors (ex : sacubutiril) with ACE-inhibitors
mungkin meningkatkan resiko angioedema, bilateral renal artery stenosis, tidak
menggunakan bersamaan dengan aliskiren pada pasien diabetes mellitus atau
renal impairment. 1,2,3

Interaksi obat

Interaksi dengan obat: Terdapat peningkatan risiko hiperkalemia tidak


diperbolehkan dikombinasi dengan ARB atau inhibitor renin. 1,2,3

Efek samping
Efek samping yang timbul pada obat ini adalah bisa membuat Gagal ginjal
akut, hyperkalemia, batuk kering, dan angioedema. 1,2,3

Hubungan obat dengan data klinik dan data lab pasien


Dari data laboratorium pada kasus, tekanan darah pasien tinggi dan
menurut guidline JNC VIII masuk kedalam hipertensi stage 2, dan kaptorpril
merupakan golongan obat ACE-i dimana merupakan obat untuk hipertensi tipe
2. 1,2,3
Hubungan obat dengan umur pasien
Dilihat dari kasus pasien sudah berumur 41 tahun, dimana bisa sebagai
faktor risiko terjadinya hipertensi, sehingga diperlukannya obat antihipertensi
untuk menurunkan hipertensi pasien. 1,2,3

Aturan pakai dan Dosis


Dewasa:
Hipertensi : Dosis awal adalah 12,5 mg-25 mg, 2-3 kali sehari.
Bila setelah 2 minggu belum diperoleh penurunan tekanan darah, maka dosis
dapat ditingkatkan sampai 50 mg, 2-3 kali sehari.
Gagal jantung : Dosis awal adalah 25 mg, 3 kali sehari, sebaiknya dimulai
dengan 12,5 mg, 3 kali sehari. 5

Hubungan pengobatan dengan riwayat pasien


Karena pasien mempunyai riwayat diabetes mellitus 2, maka obat yang
dapat di gunakan adalah golongan ACEi, dan tidak boleh menggunakan
golongan diuretic walaupun diuretic direkomendasikan untuk antihipertensi
karena tidak baik atau berlawanan kerjanya dengan DM tipe 2. 1,2,3

Lama penggunaan obat


Menurut algoritma JNC VIII maka obat digunakan dalam jangka waktu 3
bulan pertama lalu dikontrol atau di cek tekanan darahnya untuk pengobatan
selanjutnya. 1,2,3

ADME1,2,3

Absorbsi Bioviabilitas 70-75%


Distribusi Obat terikat dgn plasmaprotein sekitar
30%
Metabolisme Sebagian besar mengalami metabolisme
di hepar, Metabolisme captopril terjadi di
hati sekitar 50% dan diekskresikan
melalui urin (95%) dalam waktu 24 jam.
Ekskresi Di ekskresi umumnya melalui ginjal,
diabsorbsi dikeluarkan dalam urin waktu
24 jam
RESEP OBAT

dr. X
SIP. 118170161
DOKTER UMUM
Praktik FK UGJ Jalan Terusan Pemuda. Buka: 13:00 – 16:00

R/ Captopril 25 mg tab No. XXX


S 3 dd 1 tab ac 

Pro :
Umur : tahun
Alamat: Cirebon

DAFTAR PUSTAKA

1. Tomy dan Steven Johane A. Hipertensi Esensial Diagnosis dan


Tatalaksana Terbaru pada Dewasa. Jakarta: Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Univ Katolik Atma Jaya: 2019.
2. Erwinanto dan Arieska. Ann Sunarto. Pedoman Tatalaksana Hipertensi
pada Penyakit Kardiovaskular. Indonesia: PERKI: 2015.
3. Kandarini Yenny. Tatalaksana Farmakologi Terapi Hipertensi. Denpasar:
FK UNUD: 2015.
4. Catopril at Drugbank.accsess : https://go.drugbank.com/drugs/DB01197
5. https://www.dexa-medica.com/OGB/Captopril
6. Lukito A. Konsensus penatalaksanaan hipertensi. ISH ; Jakarta. 2019

Anda mungkin juga menyukai