Anda di halaman 1dari 1

Dapus material elektronik

Notosiswoyo, Mulyono, and Susy Suswati. Pemanfaatan magnetic resonance imaging (MRI) sebagai
sarana diagnosa pasien. National Institute of Health Research and Development, Indonesian Ministry
of Health, 2004.

 Meskipun sistem scan MRI ideal untuk mendiagnosa dan mengevaluasi sejumlah kondisi
dan posisi, MRI juga memiliki kelemahan. Misalnya :
- Tedapat banyak orang yang tidak aman discan dengan MRI (misalnya karena menggunakan
alat pacu jantung) dan juga orang yang terlalu besar/gemuk untuk discan.
- Terdapat banyak orang yang claustrophobic dan orang yang karena pengalaman
sebelumnya, jika berada dalam mesin MRI merasa kebingungan.
- Mesin MRI membuat kegaduhan selama scan, suara noise secara berkesinambungan. Pasien
diberi headphone untuk meredam suara noise. Noise timbul karena adanya arus listrik dalam
kawat magnet gradient yang berlawanan dengan medan magnit utama. Medan magnet utama
lebih kuat menimbulkan gradient noise yang lebih keras.
- Scan MRI menghendaki pasien untuk bertahan diam selama pemerksaan. MRI dapat
memeriksa dengan cakupan waktu selama 20 menit s/d 90 menit atau lebih. Bahkan dengan
sedikit gerakan dari bagian tubuh yang di scan dapat menyebabkan kerusakan gambar dan
harus diulangi.
- Perangkat keras ortopedi (sekrup, pelat dan sambungan tiruan) dalam area scan dapat
menyebabkan kerusakan artifak (distorsi) pada gambar. Perangkat keras menyebabkan
alterasi signifikan dalam medan magnet utama. Ingat keseragaman medan merupakan medan
kritis untuk penggambaran yang baik.
- Sistem MRI, sangat mahal harganya, dan oleh karena itu pemeriksaan dengan MRI juga
sangat mahal.
          Bila dibandingan dengan kelemahannya masih lebih banyak keuntungannya, sehingga
kebanyakan pasien lebih cenderung mepertimbangankan keuntungan dari pada
kelemahannya.

Anda mungkin juga menyukai