Anda di halaman 1dari 18

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 UMUM

Air merupakan salah satu sumberdaya alam yang menjadi sumber kehidupan bagi seluruh
mahluk hidup yang ada di bumiini, takada yang bisamenyangkal, bahwa air merupakan elemen
penting dalam kehidupan manusia, tidak saja untuk dikonsumsi, kebutuhanakan air juga menopang
banyak aktivitas manusia. Menurut Kodoatie, (2008) “air merupakan sumber kehidupan. Semua
makhluk membutuhkan air.Untuk kepentingan manusia, makhluk hidup dank epentingan lainnya,
ketersediaan air dari segi kualitas maupun kuantitas mutlak diperlukan”.

Air adalah semua air yang terdapat di atasdan di bawah permukaan tanah, kecuali air laut dan
air fosil.Kelas air adalah peringkat kualitas air yang dinilai masih layak untuk dimanfaatkan bagi
peruntukan tertentu. Klasifikasi mutu air ditetapkan menjadi 4 (empat) kelas.Kelas satu adalah air
yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air minum, dan atau peruntukan lain yang
mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut (PP RI No. 82 Tahun 2001).

Air bersihadalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari dan akan menjadi air minum
setelah dimasak terlebih dahulu. Sebagai batasannya, air bersih adalah air yang memenuhi
persyaratan bagi system penyediaan air minum, dimana persyaratan yang dimaksud adalah
persyaratan dari segikualitas air yang meliputi kualitasfisik, kimia, biologis radiologis,sehingga
apabila dikonsumsi tidak menimbulkan efek samping (Ketentuan untuk Permenkes
No.416/Menkes/PER/IX/1990)

Air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang
memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. Air minum aman bagi kesehatan apabila
memenuhi persyaratan fisika, mikrobiologis, kimiawi, danr adioaktif yang dimuat dalam parameter
wajibdan parameter tambahan (PERMENKES RI No. 492/MEN.KES/PER/IV/2010 )

2.2 Sumber Air di Alam

Sumber air di alam terdiri atas air laut, air atmosfir (air metereologik), air permukaan, dan air
tanah, (Sutrisno, 2004).
1. Air Laut

Air lautmempunyaisifatasin, karenamengandunggaramNaCl.Kadar garamNaCldalam air


lauttidakmemenuhisyaratuntuk air minum.

2. Air Atmosfir, Air Meteriologik

Dalam kehidupan sehari-hari air ini dikenal sebagai air hujan. Air hujan memiliki sifat agresif
terutama terhadap pipa-pipa penyalur maupun bak-bak reservoir, sehingga hal ini akan
mempercepat terjadinya korosi (karatan). Disamping itu air
hujaninimempunyaisifatlunaksehinggaakanborosterhadappemakaiansabun.

3. Air Permukaan

DalambukuPengantarKesehatanLingkungan, air
permukaanmerupakansalahsatusumberpentingbahanbaku air bersih, (Chandra, 2006).

Faktor-faktor yang harusdiperhatikan, antaralain :

a. Mutuataukualitasbaku

b. Jumlahataukuantitasnya

c. Kontinuitasnya

Yang termasuk air permukaanmeliputi :

a. Air Sungai.

b. Air Rawa.

4. Air Tanah

DalambukuPengantarKesehatanlingkungan, air tanahmerupakansebagian air hujanyang


mencapaipermukaanbumidanmenyerapkedalamlapisantanahdanmenjadi airtanah, (Chandra,
2006).Adapunjenis-jenis air tanah, antara lain yaitu :

a. Air Tanah Dangkal

Air tanahdangkalterjadikarenadaya proses peresapan air daripermukaantanah.


b. Air Tanah Dalam

Air tanahdalamdikenaljugadengan air artesis.Air initerdapatdiantaradualapisankedap air.

c. Mata Air

Mata air merupakan air tanah yang


keluardengansendirinyakepermukaantanah.Berdasarkankeluarnya (munculnyakepermukaantanah)
mata air dapatdibedakanatas:

a. Mata Air Rembesan, yaitumata air yang airnyakeluardarilereng-lereng

b. Umbul, yaitumata air dimanaairnyakeluarkepermukaanpadasuatudataran

2.3 Syarat Air Bersih

2.3.1 SyaratKuantitas

Kebutuhanmasyarakatterhadap air bervariasidanbergantungpadakeadaaniklim,


standarkehidupan, dankebiasaanmasyarakat, (Chandra, 2006).Konsumsi air bersih di perkotaan
Indonesia berdasarkankeperluanrumahtangga, diperkirakansebanyak 138,5
liter/orang/haridenganperincianyaituuntukmandi,cuci, kakus 12 liter, minum 2 liter, cucipakaian
10,7 liter, kebersihanrumah 31,4 liter, taman 11,8 liter, cucikendaraan 21,8 liter, wudhu 16,2 liter,
lain-lain 33,3 liter, (Slamet, 2007).

Faktor yang mempengaruhimeningkatnyakebutuhan air adalah :

 Jumlahpenduduk
 Tingkat hidup
Semakinbesartingkatkehidupansemakinbesar pula kebutuhan air
 Kebiasaan
Contoh :berubahnyakebiasaanmandi 1x seharimenjadi 2x sehariakanmenambahkebutuhan
air
 Kondisiiklimsetempat

2.3.2 SyaratKualitas
Adapun persyaratan kualitas air minum yang sering digunakan untuk mengetahui kualitas
air minum sehingga layak tidaknya dikonsumsi oleh masyaraka yaitu sesuai dengan Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 492/Menkses/Per/IV/2010 Tanggal 19 April 2010 Tentang Persyaratan
Kualitas Air Minum. Air minum aman bagi kesehatan apabila memenuhi persyaratan fisika,
mikrobiologis, kimiawi, dan radioaktif
1. Persyaratan kualitas secara fisik
  1.   Kekeruhan
Kekeruhan adalah efek optik yang terjadi jika sinar membentuk material tersuspensi   di   
dalam   air.   Kekeruhan   air    dapat  ditimbulkan oleh   adanya bahan - bahan organik dan
anorganik seperti lumpur dan buangan, dari permukaan tertentu yang menyebabkan air sungai
menjadi keruh.  Kekeruhan walaupun hanya sedikit dapat menyebabkan warna yang lebih tua dari
warna sesungguhnya. 
Air yang mengandung kekeruhan tinggi akan mengalami kesulitan bila diproses untuk sumber
air bersih.  Kesulitannya antara lain dalam proses penyaringan.  Kalaupun proses penyaringan dapat
dilakukan akan memerlukan biaya yang lebih besar dan mungkin pula mahal.  Hal lain yang tidak
kalah pentingnya adalah bahwa air dengan kekeruhan tinggi akan sulit untuk didisinfeksi, yaitu
proses pembunuhan terhadap kandungan mikroba yang tidak diharapkan.  Tingkat kekeruhan
dipengaruhi oleh pH air, kekeruhan pada air minum umumnya telah diupayakan sedemikian rupa
sehingga air menjadi jernih.
   2    Bau
Bau pada air dapat disebabkan karena benda asing yang masuk ke dalam air seperti bangkai
binatang, bahan buangan, ataupun disebabkan karena proses penguraian senyawa organik oleh
bakteri.   Pada peristiwa penguraian senyawa organik yang dilakukan oleh bakteri tersebut
dihasilkan gas – gas berbau menyengat dan bahkan ada yang beracun.  
Pada peristiwa penguraian zat organik berakibat meningkatkan penggunaan oksigen terlarut di
air (BOD = Biological Oxighen Demand) oleh bakteri dan mengurangi kuantitas oksigen terlarut
(DO = Disvolved Oxigen) di dalam air.  Senyawa – senyawa organik umumnya tidak stabil dan
mudah dioksidasi secara biologis dan kimia menjadi senyawa stabil atau biasa dikenal dengan
istilah BOD dan COD.  Kebutuhan oksigen biologi (BOD) adalah parameter kualitas air lain yang
penting.  BOD menunjukkan banyaknya oksigen yang digunakan bila bahan organik dalam suatu
volume air tertentu dirombak secara biologis.  Sedangkan kebutuhan oksigen kimia (COD)
merupakan suatu cara untuk menentukan kandungan bahan organik dalam air buangan dan perairan
alami. Dari segi estetika, air yang berbau, apabila bau busuk seperti bau telur yang membusuk
(misalnya oleh H2S) ataupun air yang berasal secara alami, tidak dikehendaki dan tidak dibenarkan
oleh peraturan yang berlaku.   Pada air minum tidak boleh ada bau yang merugikan pengguna air.
Bau pada air minum dapat dideteksi dengan menggunakan hidung.  Tujuan deteksi bau pada air
minum yaitu untuk mengetahui ada bau atau tidaknya bau yang berasal dari air minum yang
disebabkan oleh pencemar.   Apabila air minum memiliki bau maka dapat dikategorikan sebagai air
minum yang tidak memenuhi syarat dan kurang layak untuk di manfatkan sebagai air minum.
3.   Rasa
Rasa yang terdapat di dalam air baku dapat dihasilkan oleh kehadiran organisme seperti
mikroalgae dan bakteri, adanya limbah padat dan limbah cair seperti hasil buangan dari rumah
tangga dan kemungkinan adanya sisa – sisa bahan yang digunakan untuk disinfeksi misalnya klor. 
Timbulnya rasa pada air minum biasanya berkaitan erat dengan bau pada air tersebut. Pada air
minum, rasa diupayakan agar menjadi netral dan dapat diterima oleh pengguna air.  
Rasa pada air minum dapat dideteksi dengan menggunakan indera penyerap.   Dimana tujuan
dari deteksi rasa pada air minum adalah untuk mengetahui kelainan rasa air dari standar normal
yang dimiliki oleh air, yaitu netral.
4.      Warna
Warna pada air sebenarnya terdiri dari warna asli dan warna tampak.  Warna asli  atau true
color adalah warna yang hanya disebabkan oleh substansi terlarut.  Warna yang tampak atau
apprent color adalah mencakup warna substansi yang terlarut berikut zat tersuspensi di dalam air
tersebut.  Warna air dapat ditimbulkan oleh ion besi, mangan, humus, biota laut, plankton dan
limbah industri.  Pada air minum disyaratkan tidak berwarna sehingga berupa air jernih.
Deteksi warna air dapat dilakukan oleh indra penglihatan, deteksi ini akan lebih akurat jika
dilanjutkan dengan deteksi kekeruhan.  Apabila warna air tidak lagi bening, keruh atau tidak lagi
jernih misalnya berwarna kecoklatan, dapat diduga air tersebut tercemar oleh besi.  Air yang
berwarna penyimpang dengan warna aslinya, tidak baik digunakan sebagai air minum.  Adapun
tujuan dari deteksi warna pada air minum ini adalah  untuk mengetahui warna yang tampak pada
air.
5.       Temperatur
Kenaikan temperatur atau suhu  didalam badan air, dapat menyebabkan penurunan kadar
oxigen terlarut (DO = Disvolved Oxygen) DO yang terlalu rendah, dapat menimbulkan bau yang
tidak sedap akibat terjadinya degradasi atau penguraian bahan – bahan organik maupun anorganik
di dalam air secara anaerobik.   Selain itu dengan adanya kadar residu atau sisa yang tinggi di dalam
air menyebabkan rasa yang tidak enak dan dapat mengganggu pencemaran makanan.

2. Persyaratan kualitas secara kimia


Dalam peraturan Menteri Kesehatan R.I. No. 01/Birhukmas/I/1975 tercantum sebanyak 26
macam unsur standar.  Beberapa unsur – unsur tersebut tidak dikehendaki kehadirannya pada air
minum, oleh karena merupakan zat kimia yang beracun, dapat merusak perpipaan, ataupun karena
sebagai penyebab bau/rasa yang akan menggangu estetika.  Bahan – bahan tersebut adalah nitrit,
sulfida, ammonia, dan CO2 agresip.  Beberapa unsur – unsur meskipun dapat bersifat racun, masih
dapat ditolerir kehadiannya dalam air minum asalkan tidak melebihi konsentrasi yang ditetapkan. 
Unsur/bahan – bahan tersebut adalah phenolik, arsen, selenium, chromium, cyanida, cadmium,
timbal dan air raksa.  .
Air bersih/air minum tidak boleh mengandung bahan-bahan kimia dalam jumlah tertentu yang
melebihi batas. Bahan kimia yang dimaksud adalah bahan kimia yang memiliki pengaruh langsung
terhadap kesehatan. Beberapa indikator tersebut adalah (Tri Joko, 2010) :

1. pH
pH merupakan faktor yang penting bagi air minum, pada pH < 6,5 dan > 8,5 akan
mempercepat terjadinya korosi pada pipa distribusi air bersih/air minum.

2. Zat Padat Total (Total Suspended Solid)


Total suspended solid merupakan bahan yang tertinggal sebagi residu pada penguapan dan
pengeringan pada suhu 103-105 °C.
3. Zat Organik sebagai KMnO4
Zat organik dalam air berasal dari alam (tumbuh-tumbuhan, alkohol, sellulosa, gula dan pati),
sintesa (proses-proses produksi) dan fermentasi. Zat organik yang berlebihan dalam air akan
mengakibatkan timbulnya bau tidak sedap.

4. CO2 Agresif
CO2 yang terdapat dalam air berasal dari udara dan dekomposisi zat organik. CO2 agresif
adalah CO2 yang dapat merusak bangunan, perpipaan dalam distribusi air bersih.
5. Kesadahan Total (Total Hardness)
Kesadahan adalah sifat air yang disebabkan oleh adanya ion-ion kation logam valensi,
misalnya Mg2+, Ca2+, Fe+, dan Mn+. Kesadahan total adalah kesadahan yang disebabkan oleh adanya
ion-ion Ca2+ dan Mg2+ secara bersama-sama. Air sadah menyebabkan pemborosan pemakaian sabun
pencuci dan mempunyai titik didih yang lebih tinggi dari air biasa.

6. Besi
Keberadaan besi dalam air mempunyai sifat terlarut, menyebabkan air menjadi merah
kekuning-kuningan, menimbulkan bau amis, dan membentuk lapisan seperti minyak. Besi
merupakan logam yang menghambat desinfeksi. Hal ini disebabkan karena adanya daya pengikat
klor (DPC) selain digunakan untuk mengikat zat organik, juga digunakan untuk mengikat besi.
Akibatnya sisa klor menjadi sedikit dan hal ini memerlukan desinfektan yang lebih banyak dalam
proses pengolahan air. Dalam air minum kadar maksimum besi adalah 0,3 mg/l, sedangkan untuk
nilai kadar ambang rasa pada kadar 2 mg/l. Besi dalam tubuh dibutuhkan untuk pembentukan
hemoglobin namun dalam dosis berlebihan dapat merusak dinding halus.

7. Mangan
Mangan dalam air bersifat terlarut, biasanya membentuk MnO 2. Kadar mangan dalam air
maksimum yang diperbolehkan adalah 0,1 mg/l. Adanya mangan yang berlebihan dapat
menyebabkan flek pada benda-benda putih oleh deposit MnO2 menimbulkan rasa dan
menyebabkan warna (ungu/hitam) pada air minum, serta dapat bersifat toksik.

8. Tembaga (Cu)
Pada kadar yang lebih besar dari 1 mg/l akan menyebabkan rasa tidak enak pada lidah dan
dapat menyebabkan gejala ginjal, muntaber, pusing, lemah dan dapat menimbulkan kerusakan pada
hati. Dalam kadar rendah menimbulkan rasa kesat, warna , dan korosi pada pipa.

9. Seng (Zn)
Tubuh memerlukan seng sebagai proses metabolisme, tetapi pada dosisi tinggi dapat bersifat
racun. Pada air minum kelebihan kadar Zn > 3 mg/l dalam air minum menyebabkan rasa kesat/pahit
dan bila dimasak timbul endapan seperti pasir dan menyebabkan muntaber.

10. Klorida
Klorida mempunyai tingkat toksisitas yang tergantung pada gugus senyawanya. Klor
biasanya digunakan sebagai desinfektan dalam penyediaan air minum. Kadar klor yang melebihi
250 mg/l akan menyebabkan rasa asin dan korosif pada logam.

11. Nitrit
Kelemahan nitrit dapat menyebabkan methamoglobenia terutama pada bayi yang mendapat
konsumsi air minum yang mengandung nitrit.

12. Flourida (F)


Kadar F < 2 mg/l menyebabkan kerusakan pada gigi, sebaliknya bila terlalu banyak
menyebabkan warna kecoklatan pada gigi.

13. Logam berat lainnya (Pb, As, Se, Cd, Hg, Cn)
Adanya logam-logam berat pada air akan menyebabkan gangguan pada jaringan syaraf,
pencernaan, metabolisme oksigen dan kanker.

3.      Persyaratan kualitas secara biologis


1.Bakteri
Bakteri merupakan kelompok mikroorganisme yang penting pada penanganan air.  Bakteri adalah
jasad renik yang sederhana, tidak berwarna, satu sel.  Bakteri berkembangbiak dengan cara
membelah diri, setiap 15 – 30 menit pada lingkungan yang ideal.  Bakteri dapat bertahan hidup dan
berkembangbiak dengan cara memanfaatkan makanan terlarut dalam air.  Bakteri tersebut berperan
dalam dekomposisi unsur organik dan akan menstabilkan  buangan organik.  Bakteri yang
mendapatkan perhatian di dalam air minum terutama adalah bakteri Escherichia coli yaitu koliform
yang dijadikan indikator dalam penentuan kualitas air minum.
2. Virus
Virus adalah berupa makhluk yang bukan organisme sempurna, antara benda hidup dan tidak hidup,
berukuran sangat kecil antara 20 – 100 nm atau sebesar 1/50 kali ukuran bakteri.  Perhatian utama
virus pada air minum adalah terhadap kesehatan masyarakat, karena walaupun hanya 1 virus
mampu menginfeksi dan menyebabkan penyakit.  Virus berada dalam air bersama tinja yang
terinfeksi, sehingga menjadi sumber infeksi.

2.3.3 Pengolahan Air Bersih

Tujuan dari dilakukannya pengolahan air bersih untuk mengupayakan agar mendapat air bersih dan
sehat sesuai dengan standar mutu air. Proses pengolahan air bersih merupakan proses fisik, kima,
dan biologi air baku agar memenuhi syarat dapat digunakan sebagai air minum (Mulia, 2005).

Sumber air untuk keperluan domestik dapat berasal dari beberapa sumber, misalnya dari aliran
sungai yang relatif masih sedikit terkontaminasi, berasal dari mata air pegunungan, berasal dari
danau, berasal dari tanah, ataupun berasal dari sumber lain misalnya seperti air laut. Air tersebut
harus terlebih dahulu diolah didalam wadah pengolahan air sebelum didistribusikan kepada
pengguna. Variasi sumber air akan mengandung senyawa yang tentu saja berbeda satu sama
lainnya, maka sudah wajib bagi pengelola air untuk menjadikan air aman dikonsumsi bagi
pengguna, yaitu air yang tidak mengandung bahan berbahaya untuk kesehatan berupa senyawa
kimia untuk mikrooganisme (Manihar, 2007).

2.3.4 desain bangunan


1. Bangunan Pengambil Air Baku (Intake)

Intake merupakan bangunan penangkap atau pengambil air baku dari suatu badan air
sehingga air baku tersebut dapat dikumpulkan dalam suatu wadah untuk selanjutnya dilakukan
pengolahan. Unit ini berfungsi untuk :
1. Mengumpulkan air dari sumber untuk menjaga kuantitas debit air yang dibutuhkan oleh
instalasi pengolahan.
2. Menyaring benda-benda kasar dengan menggunakan bar screen.
3. Mengambil air baku sesuai dengan debit yang diperlukan oleh instalasi pengolaha yang
direncanakan demi menjaga kontiniuitas penyediaan dan pengambilan air dari sumber.
4. Bangunan intake dilengkapi dengan screen, pintu air, dan saluran pembawa.

Faktor yang perlu diperhatikan dalam merencanakan suatu sistem intake adalah keandalan,
keamanan, dan minim biaya pengoperasian serta pemeliharaan. Pemilihan sistem intake yang akan
dibangun harus mempertimbangkan kondisi aliran, kualitas sumber air baku, kondisi iklim,
fluktuasi debit, peraturan yang berlaku, informasi geografis dan geologis, serta aspek ekonomi
(Kawamura, 2000).
Rumus dan kriteria desain yang digunakan dalam perhitungan intake adalah :

 Kecepatan aliran pada pintu intake (Qasim, Motley, & Zhu, 2000).

= ............................................................................................................................
(2.1)

Dimana :
: kecepatan (m/s)
: debit aliran (m3/s)

: luas bukaan (m2)

 Volume bak pengumpul


= × ...............................................................................................................(2.2)
= × × ...........................................................................................................
(2.3)

Dimana :
: Volume (m3)
: Waktu detensi
: Debit aliran (m3/s)

: Panjang (m) ( = (3-4) )


: Lebar (m)
: Tinggi/ kedalaman (m) (1m – 1,5m)

Kriteria desain (Qasim, Motley, & Zhu, 2000) :


 Kecepatan aliran pada saringan kasar < 0,08 m/s.
 Kecepatan aliran pada pintu intake < 0,08 m/s.
 Kecepatan aliran pada saringan halus < 0,2 m/s.
 Lebar bukaan saringan kasar 5 - 8 cm.
 Lebar bukaan saringan halus ± 5cm.
2. PROSES PRASEDIMENTASI

Proses prasedimentasiadalah proses yang diperlukanapabiladalam air


bakuterdapatpartikeldiskritataupartikelkasardalamjumlah yang besarcontohnyaadalah air sungai
yang mengandungkonsentrasi suspended solid yang tinggi.
Sistemprasedimentasisecaragarisbesardapatdibagimenjadi 3 (tiga) jenis, yaitu:

Prasedimentasidenganpengendapansecaraalami (gravitasi)

Sand -traps (PenjebakPasir).

Prasedimentasimekanik, untukmenghilangkanpasirdankerikil.
Kriteria perencanaan unit prasedimentasi:
V0 = kecepatanmengendapdaripartikel ideal: 0,08– 0,1 cm/detik
td = waktupengendapan: 0,5–3 jam Kondisialiran NRE < 2000 danNFr> 10-5
Vh = (10 – 18) V0
Keterangan:
t = design detention time
td=theoritical detention time, atau dengan menggunakan persamaan:

Keterangan:
y=Removal (pemisahan) yang diharapkan
y0=Removal ideal
n=Angka performance
V0=Kecepatan mengendap partikel
Q/A=Bebanpermukaan (Surface loading)
Perhitunganpanjangbakmenggunakanpersamaansebagaiberikut:
Panjangbak (P) =Vh x t ………………(2)
Keterangan:
Vh= kecepatan horizontal
t = waktupengendapan
Untuk mengontrol kondisi aliran digunakan persamaan sebagaiberikut:

NRe =Vhx  2000 v R Vhx ………(3

NFr =  10 ………(4)

Untuk mengecek NR epartikel digunakan hukum Stoke dengan persamaan sebagaiberikut:

Vs = [

Untuk mengontrol terhadap kecepatan penggerusan (scouring) digunakan persamaan


sebagaiberikut:
VSc =

Keterangan: VSc=kecepatan scouring

=faktorgesekanhidrolis (0,03)

=0,04Unigrnulair Sand 0,06 Non Uniform diambil rata –rata = 0,03


g=gravitasi
d=diameter partikel

S=beratjenispartikel
w= beratjenis air =1
3. BAK KOAGULASI

Koagulasi didefenisikan sebagai destabilisasi muatan pada koloid dan partikel tersuspensi, termasuk
bakteri dan virus, oleh suatu koagulan. Secara umum koagulasi adalah proses dimana ion-ion yang
berlawanan dengan muatan koloid, dimasukkan kedalam air sehingga meniadakan kestabilan
koloid. Jadi, koagulasi adalah proses pembentukan koloid yang stabil menjadi koloid yang tidak
stabil dan membentuk flok- flok dari gabungan koloid yang berbeda muatan. Secara umum proses
koagulasi berfungsi untuk :
1. Mengurangi kekeruhan akibat adanya partikel koloid anorganik maupun
organik di dalam air.
2. Mengurangi warna yang diakibatkan oleh partikel koloid di dalam air.
3. Mengurangi bakteri-bakteri patogen dalam partikel koloid, algae, dan
organisme plankton lain.
4. Mengurangi rasa dan bau yang diakibatkan oleh partikel koloid dalam air.
Pemilihan koagulan sangat berperan penting dalam menentukan kriteria desain dari sistem
pengadukan, serta sistem flokulasi dan klarifikasi yang efektif. Koagulan sebagai bahan
kimia yang ditambahkan ke dalam air tentunya juga memiliki beberapa sifat atau kriteria-
kriteria tertentu, diantaranya :
 Kation trivalen (+3)
 Non toksik
 Tidak terlarut pada batasan pH netral
Koagulan yang ditambahkan harus dapat berpresipitasi di luar larutan sehingga ion tidak tertinggal
di dalam air. Presipitasi ini sangat membantu dalam proses penyisihan koloid.

Koagulan yang umumnya digunakan adalah koagulan yang berupa garam logam, seperti
alumunium sulfat, ferri klorida, dan ferri sulfat. Polimer sintetik juga sering digunakan sebagai
koagulan. Perbedaan antara koagulan berupa garam logam dengan polimer sintetik adalah reaksi
hidrolitiknya di dalam air. Garam logam mengalami hidrolisis ketika dicampurkan ke dalam air,
sedangkan polimer sintetik tidak mengalaminya. Pembentukan produk hidrolisis tersebut terjadi
pada periode yang singkat, yaitu kurang dari 1 detik dan produk tersebut langsung teradsorb ke
dalam partikel koloid serta menyebabkan destabilisasi muatan listrik pada koloid tersebut. Setelah
itu, produk hidrolisis secara cepat terpolimerisasai melalui reaksi hidrolitik. Oleh sebab itu, pada
pembubuhan koagulan garam logam, proses pengadukan cepat (rapid mixing) sangat penting karena
:
a. Hidrolisis dan polimerisasi adalah reaksi yang sangat cepat.
b. Suplai koagulan dan kondisi pH yang merata sangat penting untuk
pembentukan produk hidrolitik.
c. Adsorpsi spesies ini ke dalam partikel koloid berlangsung cepat.

Sedangkan pada penggunaan koagulan polimer hal tersebut tidak terlalu kritis karena reaksi
hidrolitik tidak terjadi dan adsorpsi koloid terjadi lebih lambat karena ukuran fisik polimer yang
lebih besar, yaitu sekitar 2-5 detik. Pada penggunaan alumunium sulfat sebagai koagulan, air baku
harus memiliki alkalinitas yang memadai untuk bereaksi dengan alumunium sulfat sehingga
menghasilkan flok hidroksida. Umumnya, pada rentang pH dimana proses koagulasi terjadi
alkalinitas yang terdapat dalam bentuk ion bikarbonat. Reaksi kimia sederhana pada pembentukan
flok adalah sebagai berikut :

Al2(SO4)3• 14 H2O + 3 Ca(HCO3)2 2 Al(OH)3 + 3 CaSO4 + 14 H2O + 6 CO2

Apabila air baku tidak mengandung alkalinitas yang memadai, maka harus dilakukan penambahan
alkalinitas. Umumnya, alkalinitas dalam bentuk ion hidroksida diperoleh dengan cara menambah
kalsium hidroksida. Sehingga persamaan reaksi koagulasinya menjadi sebagai berikut :

Al2(SO4)3• 14 H2O + 3 Ca(OH)2 2 Al(OH)3 + 3 CaSO4 + 14 H2O

Sebagian besar air baku memiliki alkalinitas yang memadai sehingga tidak diperlukan
penambahan bahan kima selain alumunium sulfat. Rentang pH optimum yang diperlukan alum
antar 4,5-8, karena pada rentang tersebut alumunium hidroksida realtif tidak larut.

Faktor-faktor yang mempengaruhi proses koagulasi antara lain :


 Intensitas pengadukan.
 Gradien kecepatan.
 Karakteristik koagulan, dosis, dan konsentrasi.
 Karakteristik air baku, kekeruhan, alkalinitas, pH, dan suhu.

4. FLOKULASI

Flokulasi adalah proses pengadukan lambat setelah proses pencampuran cepat. Tujuan
pengadukan lambat ini adalah untuk mempercepat penggabungan partikel yang disebabkan oleh
proses aglomerasi dari partikel koloid non stabil bermuatan sehingga menjadi bentuk yang
dapat diendapkan dan tersisa dalam partikel dalam bentuk yang dapat disaring.
Flokulasi dicapai dengan mengaplikasikan pengadukan yang tepat untuk memperbesar flok-flok
hasil koagulasi. Pengadukan pada bak flokulasi harus diatur sehingga kecepatan pengadukan
semakin ke hilir semakin lambat, serta pada umumnya waktu
detensi pada bak ini adalah 20 sampai dengan 40 menit. Hal tersebut dilakukan karena flok yang
telah mencapai ukuran tertentu tidak dapat menahan gaya tarik dari aliran air dan menyebabkan
flok pecah kembali, oleh sebab itu kecepatan pengadukan dan waktu detensi dibatasi.

Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam desain unit flokulasi antara lain :
 Kualitas air baku dan karakteristik flokulasi.
 Kualitas tujuan dari proses pengolahan.
 Headloss tersedia dan variasi debit instalasi.
 Kondisi lokal.
 Aspek biaya.

Terdapat beberapa kategori sistem pengadukan untuk melakukan proses flokulasi


ini, yaitu :
1. Flokulasi mekanis
Flokulasi mekanis dapat dibedakan menjadi :
 Flokulasi dengan sumbu pengaduk vertikal berbentuk turbin
 Flokulasi dengan sumbu pengaduk horizontall berbentuk paddle
 Unit-unit lain yang telah dipatenkan seperti walking bean, floksilator,
dan NU-treat
2. Flokulasi hidrolis dengan sekat (baffle channel
basins) Unit flokulasi hidrolis dengan sekat
dibedakan atas :
 Unit saluran flokulasi berpenyekat dengan arah aliran horizontal
 Unit saluran flokulasi berpenyekat dengan arah aliran vertikal

Perhitungan turbulensi aliran yang diakibatkan oleh kehilangan tekanan dalam bak
horizontal baffle channel didasarkan pada persamaan
1. Perhitungan gradien kecepatan (G)
Persamaan matematis yang dipergunakan untuk menghitung gradient
kecepatan ini sama dengan perhitungan yang telah diberikan pada unit
koagulasi (Qasim, Motley, & Zhu, 2000) :

= . ....................................................................................................................
(2.6) .

Dimana :
: Gradien kecepatan (dtk-1)
: Percepatan gravitasi (m/dtk2)
ℎ : Headloss karena friksi, turbulensi, dll (m)
: Viskositas kinematik (m2/dtk)
: Waktu detensi (dtk)

2. Perhitungan kehilangan tekanan total (Htot)


Kehilangan tekanan total sepanjang saluran horizontal baffle channel ini
diperoleh dengan menjumlahkan kehilangan tekanan pada saat saluran lurus
dan pada saluran belokan.

= + ..........................................................................................................
(2.7)

Dimana :
a. Hb adalah kehilangan tekanan pada belokan yang disebabkan oleh belokan
sebesar 180°. Persamaan untuk menghitung besarnya kehilangan tekanan
ini adalah sebagai berikut :

= ...................................................................................................................
(2.8) .

Dimana :
: Kehilangan tekanan di belokan (m)
: Koefisien gesek, diperoleh secara empiris
: Kecepatan aliran pada belokan (m/s)
: Percepatan gravitasi (m/s)

b. adalah kehilangan tekanan pada saat aliran lurus. Kehilangan tekanan


ini terjadi pada saluran terbuka sehingga perhitungannya didasarkan pada
persamaan.

5.SEDIENTASI

Sedimentasi adalah proses pemisahan padatan dan cairan dengan menggunakan


pengendapan secara gravitasi untuk memisahkan partikel tersuspensi yang terdapat dalam
cairan tersebut (Reynolds, 1982).

Menurut Kawamura (2000), sedimentasi adalah suatu proses yang dirancang untuk
menghilangkan sebagian besar padatan yang dapat mengendap secara gravitasi. Tujuan
digunakannya unit sedimentasi yaitu untuk menghilangkan pasir atau kerikil halus,
particulate-matter, biological-floc, chemical-floc serta untuk pemekatan padatan dalam
tangki pemekat lumpur.

Proses sedimentasi dari suatu partikel yang berada di dalam air dipengaruhi oleh beberapa
faktor, yaitu :
 Ukuran partikel
 Bentuk partikel
 Berat jenis/ kecepatan partikel
 Viskositas cairan
 Konsentrasi partikel dalam suspensi
 Sifat-sifat partikel dalam suspensi

6.FILTRASI

Filtrasi merupakan proses pengolahan dengan cara mengalirkan air melewati suatu media
filter yang disusun dari bahan-bahan butiran dengan diameter dan tebal tertentu. Proses ini
bertujuan untuk menghilangkan bahan-bahan terlarut dan tak terlarut (biological floc) yang
masih tersisa setelah pengolahan secara biologis.

Berdasarkan kontrol terhadap laju filtrasinya, filter dibedakan menjadi :


 Filter dengan aliran tetap (Constan Rate Filter)
 Filter dengan aliran menurun (Declining Rate Filter)

Berdasarkan driving force-nya, filter dibedakan menjadi :

 Filter dengan gravitasi


 Filter bertekanan

Berdasarkan susunan media penyaring di dalamnya, filter dapat dibedakan menjadi :


 Filter dengan media tunggal, media filter yang digunakan hanya satu
lapisan dari jenis media yang sama, biasanya berupa pasir atau hancuran
antrasit.
 Filter dengan media ganda, media filter yang digunakan dua lapisan dari
jenis media yang berbeda, biasanya berupa pasir atau hancuran antrasit.
 Filter dengan multi media, media filter yang digunakan lebih dari dua
lapisan yang bermacam-macam, biasanya berupa pasir, hancuran antrasit,
dan garnet.

Berdasarkan laju filtrasinya (hydraulic loading), filter dibedakan menjadi :

 Saringan pasir cepat (rapid sand filter)


 Saringan pasir lambat (slow sand filter)

Pada perencanaan instalasi pengolahan air minum umumnya digunakan adalah saringan pasir
cepat dengan media ganda. Hal ini dilakukan karena filter media ganda memiliki kelebihan
dibandingkan dengan filter media tunggal, yaitu waktu filtrasi yang lebih panjang, laju filtrasi
yang lebih besar, kemampuan untuk memfilter air dengan turbiditas dan partikel tersuspensi
yang tinggi.

7. KLORINASI

Desinfeksi air bersih dilakukan untuk menonaktifkan dan menghilangkan bakteri patogen
untuk memenuhi baku mutu air minum. Desinfeksi sering menggunakan klor sehingga
desinfeksi dikenal juga dengan khlorinasi. Keefektifan desinfektan dalam membunuh dan
menonaktifkan mikroorganisme berdasarkan pada tipe desinfektan yang digunakan, tipe
mikroorganisme yang dihilangkan, waktu kontak air dengan desinfektan, temperatur air, dan
karakter kimia air (Qasim, Motley, & Zhu, 2000).

Klorin biasanya disuplai dalam bentuk cairan. Ukuran dari wadah klorin biasanya tergantung
pada kuantitas klorin yang digunakan, teknologi yang dipakai, ketersediaan

Anda mungkin juga menyukai