Anda di halaman 1dari 11

RESUME MANAJEMEN KEUANGAN II

KEBIJAKAN DEVIDEN
Kelas : 4F
Nama anggota:
• Ayu Dian Permatasari (201913079)
• Wiji Wulandari (201913076)
• Risqiatun Jamilah A.P (201913152)
• Zainul Muqit (201913049)

Pengertian Kebijakan Dividen


Pengertian Dividen

Pengertian dividen adalah pembagian laba perusahaan yang diterima para pemegang saham
sesuai dengan persentase kepemilikiannya yang berasal dari keuntungan dari hasil operasi
perusahaan selama suatu periode.

Dividen adalah BAGIAN keuntungan dari perusahaan yang diputuskan untuk dibagikan atau
didistribusikan kepada para pemilik saham (common stock). Dalam banyak kasus, tidak semua
keuntungan yang dihasilkan perusahaan dibagikan semua kedalam dividen.

Ada sebagian sebagian yang akan digunakan kembali untuk membiayai kegiatan dan
pengembangan usaha perusahaan. Ini disebut dengan Laba Ditahan (retained earning). Besar
kecilnya tergantung pada kebijakan dividen dan hasil RUPS perusahaan.

Dividen adalah hak dari pemegang saham. Dividen hanya akan diperoleh jika perusahaan
menghasilkan cukup laba untuk dibagikan. Dan jika direksi perusahaan menilai perusahaan
dirasa layak membagikan dividen.

Apabila perusahaan telah memutuskan membagi laba, maka semua pemilik saham akan
mendapatkan hak yang sama sesuai persentase kepemilikan sahamnya. Namun pembagian
dividen pemilik saham jenis preferen akan lebih diprioritaskan dibandingkan pemilik saham
biasa.
Jenis Jenis Dividen
1. Dividen Kas (Cash Dividend)

Pembayaran dividen dalam bentuk uang kas. Dibandingkan dengan jenis dividen lain, deviden
kas lebih sering digunakan oleh perusahaan dan umumnya juga lebih disukai oleh para pemilik
saham.

2. Dividen Aktiva selain Kas (Property Dividend)

Dividen yang dibagikan dalam bentuk barang atau aktiva selain kas. Dividen properti ini yang
dibagikan adalah bagian dari aktiva yang tidak akan mengganggu keberlangsungan hidup bisnis
perusahaan. Dan barangnya bisa dibagi rata kepada para pemegang saham.

Pemilik saham akan menerima dengan nilai sebesar harga pasar dari aktiva yang dibagikan
tersebut.

3. Dividen Utang (Scrip Dividend)

Dividen utang adalah janji tertulis untuk membayar jumlah deviden kas tertentu kepada pemilik
saham dikemudian hari. Janji ini umumnya berupa surat promes. Deviden utang ini bisa terjadi
apabila laba perusahaan mencukupi namun saldo kas perusahaan tidak cukup untuk
membayarnya.

4. Dividen Likuidasi (Liquidating Dividend)

Dividen likuidasi adalah deviden yang muncul ketika manajemen direksi ingin melikuidasi
usahanya dan mengembalikan seluruh aktiva bersih yang tersisa kepada pemilik saham dalam
bentuk kas tunai.

5. Dividen Saham (Stock Dividend)

Dividen saham adalah dividen yang dibayarkan dalam bentuk saham yang pembagiannya sesuai
dengan persentase kepemilikan saham. Tidak berbentuk uang kas tunai.

Jumlah saham yang beredar akan meningkat namun kapitalisasi pasar besarnya tetap tidak
berubah karena setiap penambahan saham baru diikuti dengan penurunan nilai saham. Sedikit
banyak mirip dengan stock split atau pemecahan saham. Tujuannya untuk bisa
mempertahankan tingkat modal perusahaan.
Pengertian Kebijakan Dividen
Pengertian kebijakan dividen adalah keputusan direksi apakah laba yang dihasilkan perusahaan
pada akhir periode dibagikan kepada para pemilik saham (dividen) atau laba tersebut ditahan
sebagai penambah modal perusahaan yang akan digunakan dalam kegiatan, atau investasi
pengembangan perusahaan dimasa mendatang.

Kebijakan dividen selalu berkaitan langsung dengan keputusan pendanaan perusahaan.

Kebijakan dividen adalah salah satu fungsi manajemen keuangan yang berkaitan erat dengan
struktur modal perusahaan.

Jadi ketika dalam sebuah perusahaan berhasil mendapatkan keuntungan. Ada beberapa pilihan
yang bisa dilakukan atas keuntungan yang diraih tersebut :

Laba dibagikan kepada para pemegang saham (dividen)

Laba digunakan kembali untuk kegiatan dan ekspansi usaha (laba ditahan)

Laba dibagi antara dividen dan sebagian lagi digunakan untuk laba ditahan.

Apabila manajemen perusahaan mengambil laba dibagikan sebagai dividen, maka sumber
pendanaan internal akan berkurang. Laba ditahan berkurang.

Demikian juga sebaliknya, apabila perusahaan memilih opsi untuk tidak membagikan deviden,
maka dana internal perusahaan akan membesar.

Laba ditahan adalah salah satu sumber pendanaan perusahaan yang sangat penting untuk
digunakan dalam membiayai pertumbuhan perusahaan. Semakin besar laba ditahan, maka
akan semakin kuat struktur modal dan posisi keuangan perusahaan.

Semua langkah yang diambil dalam kebijakan dividen adalah bahwa setiap keputusan yang
diambil harus tetap memperhatikan tujuan utama dari perusahaan, yaitu kesejahteraan pemilik
perusahaan dan meningkatkan nilai dari perusahaan.

Hal lain yang perlu diperhatikan adalah kepentingan para pemegang saham, kepentingan usaha
perusahaan dan bahkan kepentingan masyarkat sekitar dan pemerintah.
Teori Kebijakan Dividen
Berikut ini merupakan beberapa teori yang mencoba menjelaskan tentang berbagai
permasalahan mengenai dividen.

1. Dividen Irrelevance Theory (Teori Ketidak Relevanan Deviden)

Dividen irrelevance theory di kemukakan oleh Merton Miller dan Franco Modigliani pada tahun
1961.Miller dan Modigliani berpendapat bahwa kebijakan dividen tidak mempunyai pengaruh
pada nilai perusahaan. Yang dimana menurut Miller dan Modigliani nilai perusahaan hanya
ditentukan oleh profitabilitas asset perusahaan dan kompetensi manajemen perusahaan.
Dalam merumuskan teori ini mereka mengasumsikan suatu pasar yang sempurna, invsetor
bersifat rasional dan terdapat kepastian yang sempurna (perfect certainty). Beberapa asumsi
tersebut menjadikan suatu pasar dengan beberapa kondisi sebagai berikut.

 Tidak ada pihak yang bisa mempengaruhi harga.


 Terdapat informasi yang simetri untuk seluruh pihak.
 Tidak ada biaya transaksi, misalnya seperti biaya komisi atau biaya transfer.
 Tidak ada perbedaan pajak antara dividen dengan capital gain atau antara laba yang
didistribusikan dan yang tidak didistribusikan.
 Investor menginginkan kekayaan yang lebih banyak dibandingkan kekayaan yang sedikit.
 Investor bersifat indifferent antara dividend dan capital gain.
 Setiap investor mempunyai kepastian investasi di masa yang akan datang dan atas laba
perusahaan di masa depan.

Dengan adanya kepastian tersebut, perusahaan hanya mengeluarkan satu jenis sekuritas, yaitu
common stock.Jika asumsi – asumsi tersebut terpenuhi, maka tidak ada pengaruh antara
dividen dengan nilai saham perusahaan.

Bagi investor, akan sama saja nilainya antara investor menerima dividen atau pun mendapatkan
laba dengan melalui capital gain.Hal tersebut karena pembayaran dividen dan kenaikkan harga
saham akan memberikan arus kas yang sama besarnya bagi investor.

Tapi, tidak realistis-nya beberapa asumsi yang dipakai oleh Miller dan Modigliani menyebabkan
dividen irrelevance theory tidak disetujui oleh beberapa ahli keuangan.

2. The Bird in The Hand Theory

The bird in the hand theory menyatakan bahwa dividen mempunyai tingkat kepastian yang
lebih tinggi jika dibandingkan dengan capital gain. Berdasarkan teori ini, investor akan lebih
memilih dividen yang sudah pasti jumlah nominal nya daripada mengharapkan capital gain yang
masih mungkin berfluktuasi. Karena tingkat kepastian dari dividen lebih tinggi dibandingkan
dengan capital gain, maka investor akan cenderung membeli saham – saham yang akan
membagikan dividen. Semakin tinggi jumlah dividen yang dibagikan maka akan semakin tinggi
juga minat investor terhadap saham.Tingginya minat investor tersebut akan menyebabkan naik
nya harga saham. Sehingga, harga saham yang terjadi akan ditentukan oleh besar kecilnya
dividen yang dibagikan.

3. Tax Preference Theory

Tax preference theory ini menyatakan bahwa seorang investor menghendaki suatu perusahaan
untuk menahan laba setelah pajak dan digunakan untuk melakukan pembiayaan investasi
daripada dividen dalam bentuk kas. Sehingga perusahaan sebaiknya menentukan dividen
payout ratio yang rendah atau bahkan tidak membagi dividen.

Hal tersebut dikarenakan dividen cenderung dikenakan pajak yang lebih tinggi dibandingkan
dengan capital gain. Dengan demikian investor akan meminta tingkat keuntungan yang lebih
tinggi untuk saham dengan dividen yield yang tinggi. Dari penjelasan tersebut dapat
disimpulkan bahwa menurut teori ini kebijakan dividen memiliki pengaruh negatif terhadap
harga pasar saham perusahaan.

Artinya, semakin banyak jumlah dividen yang dibagikan oleh suatu perusahaan maka akan
semakin rendah harga pasar saham perusahaan tersebut.

4. Signaling Theory

Signaling theory menyatakan bahwa terdapat ketidak istimewa-an informasi yang terjadi antara
manajer dan investor. Menurut pendapat dari William L M, corporate insiders (manajer) secara
umum memiliki informasi yang lebih baik tentang kegiatan perusahaan yang sekarang dan
prospek perusahaan di masa yang akan datang. Sehingga, dividen bisa menjadi penyampai
informasi tentang kinerja keuangan perusahaan dari manajer kepada investor.

Berdasarkan teori ini, jika suatu perusahaan mengumumkan dividen yang lebih tinggi daripada
yang di-antisipasi pasar, maka hal tersebut akan diinterpretasikan sebagai sinyal bahwa
perusahaan mempunyai prospek kinerja keuangan di masa depan yang lebih baik daripada yang
diekspektasikan.

Dengan adanya sinyal yang baik, maka investor akan membeli saham perusahaan tersebut dan
akan menyebabkan harga saham nya naik. Sebaliknya, apabila perusahaan mengumumkan
dividen yang lebih rendah daripada yang diharapkan, maka hal tersebut akan diinterpretasikan
sebagai sinyal buruk. Penurunan dividen bisa mengindikasikan bahwa pendapatan perusahaan
di masa depan akan mengecewakan.

Hal tersebut tentunya menjadi penyebab investor menjual saham yang mereka miliki sehingga
akan menyebabkan harga saham perusahaan turun.

5. Residual Theory

Residual theory menyatakan bahwa pembayaran dividen dilakukan apabila perusahaan


mempunyai dana sisa setelah melakukan pembiayaan berbagai investasi yang memiliki Net
Present Value positif dengan memakai pendapatan perusahaan yang ditahan (retained
earnings). Artinya, pembayaran dividen adalah prioritas terakhir bagi perusahaan. Jika
perusahaan tidak mempunyai dana sisa, maka tidak akan ada pembayaran dividen yang
dilakukan. Keputusan pembiayaan investasi dengan memakai pendanaan internal, yaitu dengan
memakai pendapatan yang ditahan (retained earnings) lebih disukai oleh perusahaan daripada
pembiayaan eksternal. Hal tersebut karena biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan akan lebih
kecil. Dengan demikian perusahaan akan cenderung mendanai berbagai proyek investasi
dengan memakai pendapatan ditahan. Oleh karena itu, selama masih terdapat investasi yang
bisa dibiayai, maka dividen akan dibayarkan perusahaan akan semakin sedikit tergantung pada
sisa dana internal yang ada.

Pada teori ini dijelaskan mengapa suatu perusahaan yang sedang mengalami pertumbuhan
cepat cenderung jarang membayarkan dividen dan mempunyai rasio pembayaran dividen yang
lebih rendah dibandingkan perusahaan yang pertumbuhannya lambat karena ukurannya sudah
besar.

6. Clientele Effect Theory

Clientele effect theory, menjelaskan bahwa kebijakan dividen ditujukan untuk dapat memenuhi
kebutuhan segmen investor tertentu.Hal tersebut karena setiap investor mempunyai preferensi
tersendiri terhadap imbal hasil yang mereka dapatkan.Perusahaan yang mempunyai rasio
pembayaran dividen tinggi akan menarik investor yang lebih menyukai imbal hasil dalam
bentuk kas yang sudah pasti jumlah nominal nya.Sedangkan perusahaan yang sahamnya
mengalami kenaikan harga akan menarik investor yang ingin menghindari pajak dan lebih
menyukai imbal hasil dalam bentuk capital gain.Sehingga, suatu perusahaan mempunyai
kebijakan dividen tertentu untuk investor tertentu.

7. Agency Theory
Masalah keagenan ini adalah suatu isu yang penting dalam bidang keuangan.Masalah keagenan
terjadi karena terdapat perbedaan kepentingan antara manajer, pemilik perusahaan, dan juga
investor.Masalah tersebut akan muncul biaya agensi, yaitu biaya yang timbul akibat adanya
perbedaan kepentingan tersebut.Agency theory ini menjelaskan bahwa dividen bisa dijadikan
sebagai alat yang dapat digunakan untuk meminimalisir biaya agensi.Dengan dilakukannya
pembayaran dividen, maka manajer harus mengeluarkan saham baru atau pun memakai utang
baru untuk membiayai investasi.Tentunya hal tersebut akan menyebabkan manajer harus
mengelola perusahaan dengan lebih baik karena investor menginginkan imbal hasil yang baik
atas investasi yang dilakukan oleh perusahaan.Selain itu, dengan adanya investor yang lebih
baik dan kreditur baru, maka pengawasan kinerja perusahaan akan menjadi lebih ketat
sehingga dapat meminimalisir masalah keagenan.

8. Expectation Theory

Expectation theory menjelaskan bahwa para pemegang saham mempunyai harapan terhadap
setiap besarnya dividen yang dibayarkan oleh perusahaan. Harapan tersebut dapat dipengaruhi
oleh beberapa faktor internal perusahaan, misalnya seperti besarnya dividen yang dibayarkan
tahun lalu, keputusan investasi perusahaan, dan pendapatan perusahaan tahun ini.Harapan
investor juga bisa dipengaruhi oleh berbagai faktor eksternal, misalnya seperti keadaan
perekonomian dan politik negara.Ketika dividen diumumkan dan dibagikan, maka investor akan
membandingkan antara keadaan aktual dengan harapan mereka.Hal tersebut tentunya akan
mempengaruhi harga saham perusahaan. Jika dividen aktual ternyata relatif sama dengan
harapan investor, maka harga saham tidak terpengaruh.Sebaliknya, jika terdapat perbedaan
yang signifikan antara besar dividen aktual dengan harapan investor, maka harga saham akan
terpengaruh secara signifikan.Oleh karena itu, perusahaan bersikap sangat hati – hati dalam
menentukan besaran dividen yang akan dibayarkan.

9. Teori Stakeholder

Teori stakeholder pada awalnya muncul karena adanya perkembangan kesadaran dan juga
pemahaman bahwa perusahaan mempunyai stakeholder. Yaitu berbagai pihak yang
mempunyai kepentingan dengan perusahaan.Ide bahwa perusahaan mempunyai stakeholder
ini selanjutnya menjadi hal yang banyak dibicarakan dalam berbagai literatur manajemen baik
akademis atau pun profesional.Stategic Management: A Stakeholder Approach oleh Freeman
(1984) merupakan studi yang pertama kali membahas tentang stakeholder.Sejak saat itu
banyak bermunculan studi yang membahas tentang konsep stakeholder.Teori ini menjelaskan
bahwa suatu perusahaan mempunyai berbagai pihak yang memiliki kepentingan terhadap
perusahaan.Berbagai pihak tersebut bisa meliputi investor, dan berbagai pihak non investor.
Menurut teori ini, perusahaan mempunyai kontrak dengan stakeholder-nya.Sehingga,
stakeholder mempunyai peranan penting dalam menentukan keberhasilan suatu
perusahaan.Adanya pembeda antara explicit dan implicit claim adalah salah satu faktor penting
dalam teori stakeholder.Explicit claim direfleksikan oleh kontrak harga, garansi produk, dan
kontrak upah.Sedangkan untuk implicit claim bisa menjadi kurang jelas untuk dituangkan
kedalam bentuk tertentu.Beberapa contoh dari implicit claim yaitu kemampuan suatu
perusahaan dalam menyediakan layanan, mempekerjakan karyawan tanpa kontrak, dan
melanjutkan sumber pasokan tanpa negosiasi baru.Explicit dan implicit claim bisa
mempengaruhi tingkat pendapatan suatu perusahaan.Namun implicit claim mempunyai risiko
yang lebih tinggi bagi perusahaan jika tidak dipenuhi dibandingkan dengan explicit claim.Tidak
hanya investor stakeholder saja yang dapat mempengaruhi kebijakan investasi dan kebijakan
dividen suatu perusahaan.Namun non investor stakeholder juga mempunyai peran dalam
penentuan kebijakan tersebut.Non investor stakeholder dapat mempengaruhi kebijakan
investasi dan dividen dengan melalui implicit claim.Implicit claim bisa mempengaruhi tingkat
pendapatan operasi bersih perusahaan yang tentunya menentukan bagaimana kebijakan
investasi dan dividen perusahaan.Kemampuan suatu perusahaan untuk dapat memenuhi
implicit claim-nya tidak lepas dari peranan fungsi bisnis lain dari perusahaan.Sehingga teori
stakeholder dengan melalui implicit claim juga menghubungkan antara fungsi keuangan
perusahaan dengan berbagai fungsi lain yang ada di dalam perusahaan.

Tipe Kebijakan Dividen


#1. Kebijakan Dividen Stabil

Jenis kebijakan dividen yang stabil adalah jumlah nominal dividen yang dibayarkan tetap
disetiap periodenya.

Nominal pembayaran dividen tidak akan naik dan turun. Stabil diangka yang sama. Alasan
perusahaan yang melakukan kebijakan dividen stabil ini adalah untuk menciptakan kesan
terhadap pemegang saham (investor) bahwa pembayaran dividen yang stabil mengindikasikan
kinerja perusahaan juga stabil dari tahun ketahun.

Walaupun perusahaan secara akuntansi mengalami kerugian, pemegang saham akan tetap
menerima dividen dengan jumlah sama seperti tahun sebelumnya.

#2. Kebijakan Dividen Rasio Tetap

Maksud dari kebijakan dividen rasio yang tetap adalah bahwa dividen dibagikan berdasarkan
rasio yang tetap disetiap periodenya. Besar kecil jumlah nominal dividen yang dibagikan tidak
sama dari tahun ketahun. Tergantung pada laba yang dihasilkan.
Misalnya, apabila perusahaan menetapkan dividen ratio sebesar 40 persen dari laba bersih
yang dihasilkan. Maka setiap tahun, dividen yang dibagikan sebesar 40 persen dari laba bersih
perusahaan. Setiap tahun, laba yang dihasilkan jumlahnya tentu berbeda beda. Kadang naik
kadang turun. Maka jumlah nomina dividen yang dibayarkan kepada pemegang saham akan
berbeda beda setiap tahunnya yang diambilkan dari 40 persen dari laba yang dihasilkan.

#3. Kebijakan Dividen Fleksibel

Pada tipe kebijakan dividen ini, besar kecil dividen yang dibayarkan setiap tahunnya akan
disesuaikan dengan kondisi finansial perusahaan. Setiap waktu perusahaan akan selalu
mengalami perubahan, baik kondisi internal maupun eksternal. Untuk itu, dividen yang
dibagikan akan mengikuti perkembangan kondisi perusahaan yang berbeda beda setiap
tahunnya. Bahkan apabila kondisi keuangan perusahaan dirasa tidak memungkinkan, maka
dividen tidak akan dibayarkan.

#4. Kebijakan Dividen Residual

Tipe kebijakan dividen residu adalah dividen dibayarkan hanya apabila ada laba yang tersisa
setelah perusahaan melakukan investasi. Apabila laba yang diinvestasikan kembali tidak tersisa,
maka tidak ada pembagian dividen. Jadi laba yang dihasilkan akan digunakan untuk investasi,
baru setelah investasi dilakukan dan ternyata masih ada sisa laba, maka sisa tersebut dibagikan
dalam bentuk dividen. Biasanya, tipe investor yang senang dengan kebijakan dividen residual ini
adalah investor jangka panjang yang tidak mengharapkan dividen, namun lebih mengharapkan
perkembangan perusahaan.

#5. Kebijakan Dividen Rendah + Ekstra

Maksudnya adalah Kebijakan dividen yang dibayarkan secara rutin disetiap periode dengan
jumlah yang rendah. Ketika kondisi laba normal, dividen yang dibagikan akan tetap rendah.
Namun walaupun ditetapkan rendah, ketika perusahaan berhasil meraih laba yang tinggi,
perusahaan akan menambah "ekstra" dividen tersebut. Penambahan dividen ekstra ini biasanya
akan direspon baik oleh pasar dan harga saham perusahaan mengalami kenaikan.

Pengumuman Dividen
Pengumuman dividen adalah sebuah informasi yang sangat direspon pasar. Pengumuman laba
dan pengumuman dividen sering digunakan manajer perusahaan untuk memberikan informasi
bahwa perusahaan tersebut berprestasi dan mempunyai prospek yang cerah.

Bahkan menurut pendapat Aharony dan Swary [1980] dalam Nurhidayati [2006] menyatakan
bahwa informasi pengumuman dividen lebih bernilai daripada pengumuman informasi laba
(earning) perusahaan.

Ada anggapan bahwa dengan adanya pembayaran dividen yang besar ada kecenderungan nilai
saham perusahaan akan meningkat. Hal ini adalah anggapan investor yang melihat bahwa
perusahaan tersebut mampu untuk membagikan keuntungan.

Namun pembayaran dividen yang besar juga berdampak pada kemampuan modal perusahaan
untuk melakukan pengembangan usaha. Usaha yang tidak berkembang akan menyebabkan
turunnya nilai saham perusahaan.

Pada kondisi pasar modal yang sempurna. Penundaan membayar dividen kepada para pemilik
saham yang bertujuan untuk melakukan pengembangan usaha dan investasi yang
menguntungkan akan berdampak pada kenaikan nilai saham.

Sepanjang perusahaan mempunyai rencana pengembangan dan investasi yang returnnya


meyakinkan. Perusahaan akan menggunakan laba yang dihasilkan tersebut untuk mendanai
rencananya.

Apabila terdapat kelebihan laba yang digunakan, maka kelebihan laba tersebut akan dibagikan
kepada para pemegang saham. Namun apabila tidak ada kelebihan laba maka tidak ada dividen
yang bisa dibagikan kepada pemegang saham.

Walaupun pada kenyataannya, ada sejumlah perusahaan yang membayar dividen dengan stabil
dan cenderung menghindari pengurangan dividen yang dibayarkan. Hanya karena manajemen
ingin memperlihatkan bahwa perusahaannya memiliki kemampuan menghasilkan laba yang
besar dan memiliki prospek yang bagus yang mampu membayar deviden kepada para
pemegang sahamnya.

Prosedur Pembagian Dividen


Berikut ini merupakan beberapa prosedur yang dapat dilakukan untuk melakukan pembayaran
atau pembagian dividen.

1. Declaration Date
Declaration date atau tanggal pengumuman adalah tanggal yang secara resmi diumumkan oleh
perusahaan pada saat Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).

2. Cum Devidend Date

Cum dividend date adalah tanggal yang dimana semua pemegang saham perusahaan sampai
batas tanggal yang sudah ditentukan berhak untuk mendapatkan dividen.

Misalnya apabila investor membeli saham pada tanggal 2 Agustus 2025 atau setelahnya, maka
investor tersebut tidak akan memperoleh pembayaran dividen.

3. Date of Record

Date of record adalah tanggal pencatatan para pemegang saham yang berhak untuk
mendapatkan dividen.

4. Ex Dividend Date

Ex dividend date adalah tanggal yang dimana para pemegang saham tidak lagi mendapatkan
pembayaran dividen.

5. Date of Payment

Date of payment adalah tanggal dilakukannya pembayaran dividen kepada para pemegang
saham yang berhak.

Nah berikut merupakan tahapan prosedur dalam pembagian dividen. Setiap tahapan
mempunyai durasi yang berbeda – beda antara satu perusahaan dengan perusahaan yang
lainnya.

Hal tersebut tergantung kepada kebijakan setiap perusahaan yang diputuskan dalam Rapat
Umum Pemegang Saham.

Anda mungkin juga menyukai