Anda di halaman 1dari 4

Nama : Alexander Fernando

NIM : 4163311004
Program Studi : Pendidikan Matematika
Jurusan : Matematika

OUTLINE PENELITIAN
A. JUDUL

“Analisis Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Siswa Dalam Penerapan

Teori Bruner Pada Siswa Kelas XI SMA”

B. LATAR BELAKANG
Matematika merupakan salah satu alat bantu yang urgen bagi perkembangan berbagai
disiplin ilmu lainnya. Karakteristik matematika salah satunya adalah memiliki objek kajian
abstrak. Sifat abstrak tersebut dapat menjadi salah satu penyebab sulitnya pengajaran
matematika sekolah. Sebagaimana pernyataan Hudojo (2003) bahwa matematika berkenaan
dengan ide-ide dan konsep-konsep yang abstrak dan tersusun secara hierarki dan penalarannya
deduktif. Karena konsep matematika yang tersusun secara hierarki, maka dalam belajar
matematika tidak boleh ada langkah/tahapan konsep yang dilewati.

Matematika merupakan sebuah ilmu yang memberikan kerangka berpikir logis universal
pada manusia. Pembelajaran umum matematika menggariskan peserta didik harus mempelajari
matematika melalui pemahaman dan aktif membangun pengetahuan baru, pengalaman dan
pengetahuan yang dialami sebelumnya. Selain itu, matematika memiliki konsep struktur dan
hubungan-hubungan yang banyak menggunakan simbol-simbol. Simbol-simbol matematika
sangat bermanfaat untuk mempermudah cara kerja berpikir, karena simbol-simbol dapat
digunakan untuk mengkomunikasikan ide-ide, dengan jalan memahami karakteristik matematika
(Uno, 2012).

Mengingat matematika memiliki beberapa unit yang satu sama lain saling berhubungan,
maka yang penting dalam belajar matematika adalah bagaimana kemampuan seseorang dalam
memahami konsep matematika. Kenyataan di lapangan siswa hanya menghafal rumus yang
sudah ada dan kurang mampu mengaitkan asal mula rumus tersebut dengan konsep yang
dimiliki. Telah diketahui bahwa semua materi matematika yang ada di sekolah mengandung
aspek pemahaman konsep, karena kemampuan mendasar dalam belajar matematika adalah
memahami konsep terlebih dahulu. Secara umum peserta didik sering mengalami kesulitan
dalam kegiatan pembelajaran matematika, di antaranya adalah kesulitan dalam menghitung
cepat, kemampuan logika, keterampilan menulis atau menggambar dan rasa malas belajar
matematika. Ini disebabkan karena kurangnya peserta didik dalam memahami konsep-konsep
yang ada dalam pelajaran matematika.

Pentingnya pemahaman konsep matematika terlihat dalam tujuan pertama pembelajaran


matematika menurut Depdiknas (Permendiknas No.22 tahun 2006) yaitu memahami konsep
matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma
secara luwes, akurat, efisien dan tepat dalam pemecahan masalah. Sesuai dengan tujuan
pembelajaran matematika di atas maka setelah proses pembelajaran siswa diharapkan dapat
memahami suatu konsep matematika sehingga dapat menggunakan kemampuan tersebut dalam
menghadapi masalah–masalah matematika.

Sudjana (2011) menjelaskan bahwa pemahaman merupakan tingkat hasil belajar yang
lebih tinggi daripada pengetahuan yang diperoleh, perlu adanya mengenal atau mengetahui untuk
dapat memahami. Boediono (2009) menjelaskan bahwa konsep matematika adalah semua hal
yang berwujud pengertian-pengertianbaru yang bisa timbul sebagai hasil pemikiran, meliputi
definisi, pengertian, ciri khusus, hakikat dan isi materi matematika. Jadi, pemahaman konsep
matematika adalah tingkat hasil belajar yang diperoleh untuk dapat memahami semua hal yang
berwujud pengertian-pengertian baru yang bisa timbul sebagai hasil pemikiran, meliputi definisi,
pengertian, ciri khusus, hakikat dan isi materi matematika.

Menurut Bruner (dalam Jarnawi, 2003:42) cara belajar yang paling baik bagi siswa untuk
memahami konsep, dalil, atau prinsip dalam matematika adalah dengan melakukan sendiri
penyusunan representasi dari konsep, prinsip, atau dalil tersebut. Proses membangun pemahaman
inilah yang lebih penting dari pada hasil belajar, sebab pemahaman terhadap materi yang
dipelajari akan lebih bermakna apabila dilakukan sendiri. Sehingga model pembelajaran yang
dapat menumbuhkembangkan penalaran dan pemahaman matematika adalah model
pembelajaran dengan pendekatan penemuan. Hal ini dikarenakan model pembelajaran penemuan
merupakan suatu model pembelajaran yang progressif serta menitikberatkan kepada aktifitas
siswa dalam belajar. Model penemuan terbimbing yang di kembangkan oleh Bruner juga
memungkinkan siswa untuk mengetahui dengan pasti informasi yang akan diselesaikan dan ide-
ide penyelesaian dalam beberapa cara yang berasal dari diri mereka sendiri, ini adalah cara yang
paling alami bagi siswa untuk lebih mudah mengerti dan pelajaran lebih mudah diingat.

Penerapan teori Bruner dalam pembelajaran dapat menjadikan siswa lebih mudah
dibimbing dan diarahkan. Adapun tahapan dalam teori Bruner sebagai berikut: 1) tahap enaktif;
pada tahap ini pengetahuan dipelajari secara aktif dengan menggunakan benda-benda konkret
atau dengan menggunakan situasi nyata, 2) tahap ikonik; pada tahap ini pengetahuan
dipresentasekan dalam bentuk bayangan visual atau gambar yang menggambarkan kegiatan
konkret yang terdapat pada tahap enaktif, dan 3) tahap simbolik; pada tahap ini pengetahuan
dipresentasekan dalam bentuk simbol-simbol (Hudojo, 1998).
Bruner (Pitajeng, 2006: 27) berpendapat bahwa “belajar matematika adalah belajar
tentang konsep-konsep dan struktur-struktur matematika yang terdapat di dalam materi yang
dipelajari serta mencari hubungan-hubungan antara konsep-konsep dan struktur-struktur
matematika”. Siswa harus menemukan keteraturan dengan cara mengutak-atik benda-benda yang
berhubungan dengan keteraturan intuitif yang sudah dimiliki siswa. Dengan demikian siswa
dalam belajar, harus terlibat aktif mentalnya. Ini menunjukkan bahwa materi yang mempunyai
suatu pola atau struktur tertentu akan lebih mudah dipahami dan diingat siswa. Dalam
hubungannya dengan pelajaran simetri lipat, bruner menyatakan bahwa cara terbaik bagi siswa
untuk mulai belajar konsep dan prinsip di dalam simetri lipat adalah dengan mengkonstruksikan
sendiri konsep dan prinsip tersebut. Lanjut menurut Bruner (Aisyah, 2007: 6) menyatakan untuk
menjamin keberhasilan belajar, guru hendaknya jangan menggunakan penyajian yang tidak
sesuai dengan tingkat kognitif siswa. Bruner menjelaskan bahwa pengetahuan itu dapat
diinternalisasikan dalam pikiran, maka pengetahuan itu dapat dipelajari dalam tiga tahap yaitu:

1. Tahap Enaktif, Pada tahap ini pengetahuan dipelajari secara aktif dengan menggunakan
benda-benda konkret atau situasi nyata.

2. Tahap Ikonik, Pada tahap ini pengetahuan dipresentasekan dalam bentuk bayangan visual
atau gambar yang menggambarkan kegiatan konkret yang terdapat pada tahap enaktif.

3. Tahap Simbolik, Pada tahap ini pengetahuan dipresentasikan dalam bentuk simbol-simbol.

Berdasarkan uraian permasalahan ini, penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang
berjudul: “Analisis Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Siswa Dalam Penerapan

Teori Bruner Pada Siswa Kelas XI SMA”.


C. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini ialah sebagai
berikut: “Bagaimana Teori Bruner dalam Analisis Kemampuan Pemahaman Konsep
Matematika Siswa kelas XI SMA”.

D. TUJUAN PENELITIAN

Sesuai dengan perumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk
menganalisis kemampuan pemahaman konsep matematika siswa dalam penerapan teori bruner
siswa kelas XI SMA.

Medan, 31 Januari 2020

Diketahui, Disetujui,
Ketua Prodi Matematika Dosen Pembimbing Skripsi Mahasiswa

Nurhasanah Siregar, M.Pd Prof. Dr. Bornok Sinaga , M.Pd Alexander Fernando
NIP. 198311112008122001 NIP. 196509101991021001 NIM. 4163311004

Anda mungkin juga menyukai