Muhammad Zah Rul Mutt A Qin
Muhammad Zah Rul Mutt A Qin
net/publication/317643496
CITATIONS READS
0 2,060
2 authors:
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
Enhancing Smallholder Benefits from Reduced Emissions from Deforestation and Forest Degradation in indonesia View project
All content following this page was uploaded by Muhammad Zahrul Muttaqin on 17 June 2017.
Pendahuluan
Oleh:
Dalam ekonomi modem saat ini, barang konsumsi dan modal
Muhammad Zahrul Muttaqinl
dan ArifImam Suroso 1 bisnis dapat dengan mudah diperdagangkan antar negara.
Dengan demikian teori ekonomi klasik tentang keunggulan
komparatif menjadi tidak sepenuhnya aplikabel. Teori
tersebut menyatakan bahwa proses perdagangan
intemasional muncul akibat perbedaan sumber daya yang
dimiliki setiap negara di dunia. Dengan asumsi bahwa
seluruh faktor produksi domestik seperti lahan, tenaga
kerja, dan modal adalah konstan, maka suatu negara yang
memiliki sumberdaya melimpah akan memperoleh
keuntungan dengan mengekspomya ke negara lain, serta
mengimpor sumberdaya yang langka dari negara lain.
I Alumnus MMA-IPB, Mahasiswa Program S) di The Australian National University (ANU), Canberra.
2 Mahasiswa Program S3 Ekonomi Pertanian, Sekolah P~casarjana IPB dan Program S) Manajemen Pendidikan Universitas Negeri Jakarta
31
ISSN: 0853-8464 A.GRlMEDIA - Volume 9, No.2 Desember 2004
Dunia agribisnis Indonesia telah lama dikembangkan impomya mencapai 4.885,14 juta dollar AS (ABS, 2003).
dengan model keunggulan komparatif terse but. Dengan Hal ini memperlihatkan bahwa nilai ekspor agribisnis Aus-
tingkat harga yang lebih murah dari yang bisa dihasilkan tralia sekitar dua kali nilai ekspor agribisnis Indonesia.
oleh negara lain, komoditas agribisnis Indonesia dianggap Bahkan jika prod uk agroindustri Australia, termasuk di
telah mampu bersaing di pasar intemasional. Namun seiring dalamnya produk kayu dan barang jadi dari kulit,
dengan perkembangan ekonomi dunia yang semakin dimasukkan, maka perbandingan ekspor produk agribisnis
mengglobal, untuk mampu bertahan di perdagangan Australia dan Indonesia menjadi lebih tinggi lagi.
Tulisan ini mencoba mengulas kondisi perdagangan sedangkan produk domestik bruto sektor pertanian minus
internasional produk agribisnis Indones ia dan kehutanan dan perikanan pad a tahun 2002 bernilai
mendiskusikan konsep peningkatan perannya di masa 24.207,3 juta dollar AS7 (Pusat Data dan Informasi
depan, ditinjau dari perspektif bisnis. Studi difokuskan Pertanian, 2003). Di lain pihak, pada peri ode 2001-2002,
pada perdagangan bilateral antara Indonesia dan Austra- luas lahan pertanian Australia mencapai 24 juta ha (ABS,
lia di bidang agribisnis. 2004) dan mampu menghasilkan produk pertanian senilai
16.087,5 juta dollar AS. Dengan asumsi bahwa luas lahan
Agribisnis Indonesia vs. Australia pertanian Indonesia tahun 2000 dan 2002 tidak berbeda
secara signifikan, maka produktivitas lahan pertanian In-
Wajah perdagangan intemasional produk agribisnis Indo- donesia adalah 490 dollar ASIha/tahun. Sementara itu
nesia dapat dilihat secara mudah dari angka-angka ekspor produktivitas lahan pertanian Australia adalah 670.3 dol-
dan imp or komoditas agribisnis tersebut. Pada tahun 2003 lar ASIha/tahun. Masalah produktivitas lahan ini disamping
ekspor nop-migas Indonesia mencapai 47.406,8 juta dollar memiliki dimensi teknologi juga dimensi kebijakan
AS (Depperindag, 2004). Darijumlah tersebut kontribusi penggunaan lahan. Kedua dimensi terse but seringkali
produk agribisnis 3 mencapai 17.962,7 juta dollar AS atau berbenturan baik pada tingkat kebijakan makro maupun
mencapai 4.312, 1juta dollar AS atau sekitar 17%. dengan kebijakan pengembangan agribisnis. Seiring.
dengan melemahnya sistem politik dan ekonomi
Pada periode 2002-2003 ekspor produk agribisnis utamaS komunisme, maka kapitalisme saat ini menjadi kekuatan
Australia mencapai 35.736,48 juta dollar AS6, sedangkan tunggal yang tidak terhindarkan pengaruhnya ke seluruh
; Sel~in sektor pertanian, juga memasukkan beberapa komoditas dari sektor lain yaitu: (1) Pengolahan Kayu, (2) Pengolahan Kelapa/Kelapa
Sawl~, (3)Pulp.d.an Kertas, (4) Pengolahan Karet, (5) Kulit, Barang Kulit dan Sepatu/Alas Kaki, (6) Makanan dan Minuman, (7) Rokok,
(8)Mmyak AtsJrJ, (9)Makanan Temak, dan (10) Pengolahan ii:lsii Hutan Ikutan.
32 i
ISSN:0853-8464 AGRIMEDIA . Volume 9, No.2 Desember 2004
penjuru dunia, termasuk Indonesia. Dalam hal ini sistem perdagangannya langsung ditangani oleh Departemen
politik dan ekonomi kapitalisme kedua negara sangat Luar Negeri dan Perdagangan (Department of Foreign
mempengaruhi dunia bisnis di negara masing-masing yang Affair and Trade). Dengan demikian koordinasi dalam hal
pada gilirannya mempengaruhi kinerja produksi dan ekspor penggunaan lahan dan peningkatan produksi lebih mudah
produk agribisnis. Tabel 1 menjelaskan kecenderungan dilaksanakan karena seluruh sumberdaya agribisnis berada
sistem ekonomi dan politik di dua tipe utama kapitalisme. dalam satu departemen. Berbeda dengan kondisi Austra-
Pada dasamya sistem politik dan ekonomi Indonesia bertipe lia, di Indonesia agribisnis ditangani oleh lima departemen
Continental-Asian sedangkan sistem politik dim ekonomi berbeda yaitu Departemen Pertanian, Departemen Kelautan
Australia bercorak Anglo-American. Mengingat dan Perikanan, Departemen Kehutanan, Departemen
kapitalisme yang saat ini berkembang berasal dari Eropa Perindustrian, dan Departemen perdagangan. Bahkan
dan Amerika Serikat, tidak mengherankan j ika tipe Anglo- untuk perdagangan luar negeri masih melibatkan
American menjadi lebih sesuai dalam pengembangan Departemen Luar Negeri. Koordinasi keenam departemen
sektor-sektor pembangunan termasuk agribisnis. tersebut tentu lebih sulit jika dibandingkan dengan yang
dilakukan oleh Pemerintah Federal Australia. Hal ini juga
Ditinjau daTi sefoi efisiensi pemerintahan, Australia tampak seringkali menjadi hambatan tersendiri bagi dunia bisnis
lebih efisien dalam menangani masalah agribisnis. Di untuk menentukan kebijakan-kebijakan bisnisnya karena
tingkat pemerintahan federal, agribisnis ditangani oleh harus berhubungan dengan panjangnya birokrasi
Departemen Pertanian, Pertanian dan Kehutanan (Depart- pemerintahan.
ment ofAgriculture, Fisheries and Forestry), sedangkan
4 Meliputi: (I) Gandum dan Olahan Gandum, (2) Serat Tekstil dan Sisa-sisanya, (3) Pulp dan Kertas, (4) Makanan Temak, (5) Biji-bijian
Mengandung Minyak, (6) Gula, Olahan Gula dan Madu, dan (7) Kertas, Kertas Karton dan Olahannya.
, Meliputi: (I) Pangan dan Temak hidup, (2) Minuman, Tembakau dan Produk tembakau, dan (3) Minyak dan Lemak Nabati dan Hewani.
(. Asumsi AU$ 1 = US$ 0.78. Hal yang sarna berlaku untuk seluruh angka-angka yang bersumber dari Australia.
33
ISSN:0853-8464 AGRIMEDIA - Volume 9, No.2 Desember 2004
Perdagangan Bilateral Indonesia-Australia dikarenakan besarnya kontribusi ekspor minyak dan gas
ke Australia. Bahkan selama kurun waktu 1999 - 2002, In-
Bagi Australia, Indonesia merupakan pasar ekspor terbesar donesia mengalami defisit neraca perdagangan non-migas,
kesepuluh. Produk-produk yang diperdagangkan oleh Aus- meskipun pada tahun 2003 mengalami surplus kembali. Hal
tralia dan Indonesia meliputi barang manufaktur, tambang ini juga berlaku pada neraca perdagangan agribisnis.
dan hasil pertanian (agribisnis). Produk-produk yang Sebagai contoh, pada peri ode 1998-1999 Indonesia
diekspor oleh Australia antara lain adalah produk dari mengalami defisit neraca perdagangan agribisnis dengan
gandum, ternak hidup, susu, buah-buahan, dan alat Australia sebesar 183.7 juta dollar AS (Newman dan Kopras,
rekayasa. Sementara itu produk-produk yang diekspor In- 2001).
donesia ke Australia antara lain bahan bakar minyak, kayu
olahan, pulp dan kertas, kopi, teh dan karet. Tabel 2 Pada sisi politik ekonomi, kerjasama Indonesia dan Aus-
menunjukkan perkembangan perdagangan Indonesia-Aus- tralia di bidang agribisnis ditandai dengan terjalinnya
tralia sejak tahun 1998 hingga 2003. hubungan antar pemerintah dan antar swasta kedua
Pada Tabel2 terlihat bahwa sejak tahun 1998 hingga 2003, negera. Di bidang pengembangan produksi, telah dibentuk
secara umum Indonesia mengalami surplus perdagangan Australia Indonesia Working Group on Agriculture and
dengan Australia, kecuali pada tahun 2000 terjadi defisit Food Cooperation (WGAFC) sejak tahun 1992. Tujuan
perdagangan sebesar 65 juta dollar AS. Bahkan sej ak tahun utama WGAFC adalah untuk memaksimumkan peluang
2001, nilai surplus perdagangan tersebut cenderung yang tersedia dan meningkatkan kerjasama kedua negara
meningkat dari 279 juta dollar AS pada tahun 200 I menjadi untuk mengembangkan usaha bersama serta memfasilitasi
845 juta dollar AS pada tahun 2003. Meskipun sec8Tl'111mum peluang perdagangan dan investasi di sektor pangan dan
perdagangan bilateral Indonesia dengan Australia pertanian. WGAFC memiliki fokus perhatian pada
menghasilkan surplus, namun hal terse but lebih peningkatan: (1) produk peternakan, (2) produk tanaman
34
ISSN; 0853-8484 A GRIMEDIA. • Volume 9, No.2 Da18mbar 2004
pangan dan (3) sistem pendukung agribisnis. Gambar 1 menjelaskan interaksi tiga kekuatan ekstemal
utama yang mempengaruhi agribisnis yaitu globalisasi,
Sektor swasta Indonesiajuga memilikijaringan kerjasama perubahan sosial dan perubahan teknologi. Globalisasi
yang erat dengan Australia melalui Indonesia-Australia telah memungkinkan terjadinya arus modal keluar-masuk
Business Council (JABC). Misi utama organisasi ini adalah negara tanpa hambatan yang berarti. Perubahan teknologi
untuk.meningkatkan jaringan bisnis dan kemitraan serta telah membawa pada semakin ketatnya persaingan di
mengkomunikasikan peluang investasi dan bisnis di kedua bidang bisnis karena proses produksi semakin cepat dan
negara. murah. Perubahan sosial telah menghilangkan sekat-sekat
kultural proses perdagangan intemasional. Sejauhmana
Kebijakan Pemerintah dan Perubah an ketiga kekuatan terse but mempengaruhi eksistensi sektor
Lingkungan Bisnis swasta agribisnis sangat tergantung dari kebijakan
pemerintah yang diambil. Dengan demikian pemerintah
Perdagangan intemasional saat ini memperlihatkan tingkat memiliki peran kunci dalam perdagangan dan investasi
ketergantungan tinggi antarnegara dengan ancaman intemasional.
kompetisi yang ketal. Hal ini mengakibatkan perubahan
sosial politik disuatu negara akan berpengaruh pada situasi Sebagaimana dijelaskan pada bagian sebelumnya,
perdagangan internasional baik pada tingkat regional kebijakan agribisnis Indonesia terkait erat dengan minimal
maupun global. Kondisi ini memaksa setiap negara untuk lima departemen. Dari segi fokus pada permasalahan yang
mengambil keputusan-keputusan strategis yang dikaitkan akan dihadapi, maka peran masing-masing departemen
dengan kecenderungan global perdagangan intemasional. sangat efektif untuk mendeteksi persoalan secara lebih
cepat, namun dibutuhkan sistem koordinasi yang terpadu
Bagi dunia bisnis, memahami perubahan-perubahan glo- untuk mampu mensintesa kebijakan yang mampu
bal dan kebijakan pemerintah di dalam negeri sangat mengantisipasi ketiga 'kekuatan ekstemal perdagangan
penting bagi pengembangan pasar. Lingkungan strategis intemasional agribisnis tersebut. Pada tataran ideal, pal-
agribisnis secara umum diilustrasikan oleh Gambar 1. ing tidak diperlukan 7 (tujuh) institusi untuk menjembatani
Perubahan
Terr Ogi
35
ISSN:0853.a464 AGRlMEDlA - Volume B. No.2 D...mber 2004
sektor swasta agribisnis Indonesia dalam perdagangan kebijakan tarif dan peraturan-peraturan berkaitan
intemasional, yaitu: dengan legal formal perdagangan luar negeri.
I. Bank Ekspor-Impor; sebuah institusi swasta yang 6. Badan Investasi Swasta; sebuah institusi independen
dimiliki oleh pemerintah yang mendorong ekspor yang menangani analisis risiko sosial politik bagi
dengan memberikan pinjaman, jaminan dan asuransi investasi luar negeri di Indonesia atau investasi swasta
pada para eskportir. Indonesia di luar negeri.
2. Sebuah KelembagaanAgribisnis LuarNegeri; sebagai 7. Komisi Perdagangan Indonesia; sebuah pos di kabinet
bagian dari Departemen Pertanian yang membantu yang bertanggung jawab untuk untuk melaksanakan
peningkatan ekspor produk agribisnis, mengelola negosiasi dalam perjanjian kerjasama perdagangan
subsidi ekspor agribisnis dan menangani kredit internasional.
korporasi agribisnis.
4. Badan Perdagangan Intemasional; sebagai bagian dari independensinya bagi perkembangan perdagangan
Departemen Perdagangan yang menangani masalah- agribinsis. Sebagai perbandingan, Departemen Pertanian,
masalah ketidakadilan perdagangan intemasional. Perikanan dan Kehutanan Australia memiliki tiga institusi
utama yang menangani masalah agribsinis, yaitu: (I) Aus-
5. Komisi Perdagangan Internasional; sebuah badan tralian Bureau ofAgricultural and Resource Economics,
independen untuk membantu pemerintah menetapkan yang menangani masalah-masalah alokasi sumberdaya
ekonomi pertanian, (2) Bureau of Rural Sciences, yang
menangani masalah-masalah pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi di wilayah-wilayah pertanian,
dan (3) Australian Quarantine and Inspection Service,
inenangani masalah-masalah proteksi terhadap pengaruh
spesies asing terhadap eksistensi komoditas pertanian
Australia. Ketiganya membantu perumusan kebijakan
pertanian Australia dalam menghadapi tiga kekuatan
eksternal bisnis. Koordinasinya dengan Departemen Luar
Negeri dan Perdagangan telah menunjukkan kinerja ekspor
produk agribisnis Australia yang mantap.
36
ISSN:0853-8464 AGRlMEDIA . Volume 9, No.2 Desember 2004
globalisasi dalam kerangka kebijakan pemerintah yang
Peran Sektor Swasta Agribisnis dalam
Pengembangan Ekspor kondusif.
Dalam teori perdagangan intemasional, terdapat dua arus Meskipun pemerintah melalui kebijakan dan politik ekonomi
pemikiran utama yaitu perdagangan bebas (free trade) dan perdagangan internasional merupakan faktor kunci
merkantilisme (yang berkembang menjildi neo- keberhasilan pengembangan ekspor, bukan berarti sektor
merkantilisme). Perbedaan keduanya adalah pada diterima swasta tidak bisa terlibat di dalamnya. Upaya aktif sektor
tidaknya proteksi perdagangan. Dalam ideologi swasta dalam membentuk jaringan bisnis yang
perdagangan bebas, proteksi perdagangan yang dilakukan berkelanjutan dengan mitra dagang luar negeri seringkali
oleh pemerintah merupakan suatu inefisiensi alokasi lebih efektif dibandingkan dengan upaya diplomasi yang
sumberdaya dan dianggap sebagi sebuah biaya. Sedangkan dilakukan oleh pemerintah. Dalam hal ini pihak swasta
bagi aliran neo-merkantilisme proteksi tetap diperlukan dan pemerintah harus mampu bersinergi untuk
untuk meIindungi industri (terutama yang strategis) di menciptakan pasar-pasar baru produk agribisnis. Sebagai
dalam negeri untuk menjaga stabilitas nasional. Saat ini contoh pemanfaatan peluang pasar adalah yang dilakukan
free trade, meskipun belum sepenuhnya, lebih banyak oleh Australia-Malaysia Business Council (AMBC).
diadopsi oleh banyak negara untuk melakukan perdagangan Departemen Luar Negeri dan Perdagangan Australia,
internasional. Sebagai contoh, Indonesia terlibat Austrade dan AMBC telah melakukan kerjasama
perdagangan bebas melalui AFTA, sedangkan Australia pengembangan makanan halal untuk pasar ekspor
baru saja menandatangani kerjasama perdagangan bebas intemasional, khususnya timur tengah. Pasar makanan halal
dengan Amerika Serikat. intemasional merupakan pasar yang besar yang seharusnya
juga menjadi peluang bagi agribisnis Indonesia.
37
ISSN: 0853-8464 A GRIMEDIA - Volume 9, No.2 Desember 2004
yang memerlukan penanganan terpadu dan strategis. Newman, G dan A. Kopras, 2001. Australia's Trade with
Indonesia, Research Note 5 1999-2000,
Pemerintah dan sektor swasta Indonesia memiliki tanggung Parliament of Australia, Canberra. Tersedia
jawab yang besar dalam mengembangkan agribisnis Indo- online di http://www.aph.gov.aullibrary/pubs/
mlI999-200012000m0S.htm (23/1212004).
nesia melalui perdagangan intemasional.
Pusat Data dan Informasi Pertanian, 2003.
'Perkembangan PDB Sektor Pertanian Triwulan
Kebijakan pemerintah yang kondusif dalam merespon III Tahun 2003', Buletin PDB Sektor
perubahan teknologi, perubahan sosial dan globalisasi akan Pertanian, 2(4):2.
38
ISSN:0853-8464 AGRIMEDIA. Volume 9, No. 2 Desembar 2004