Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

ASPEK SOSIAL BUDAYA

UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH


ANTROPOLOGI RUMAH SAKIT

Dosen Pengampu Mata Kuliah : Safari Hasan, S.IP, M.MRS

Disusun Oleh :

1. Feny Qurotha Akyuni (10820005)


2. Iqbal Ikarema Bawono (10820010)
3. Pingki Afika Shafara (10820014)
4. Rizza Kusuma Wardani Putri (10820016)

PROGRAM STUDI S1 ADMINISTRASI RUMAH SAKIT


FAKULTAS TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN KESEHATAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI
TAHUN 2021/202
BAB 1

ASPEK SOSIAL BUDAYA

1.1. Pendahuluan

Masalah kesehatan merupakan salah satu faktor yang berperan penting dalam
mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas. Melalui pembangunan di bi-
dang kesehatan diharapkan akan semakin meningkatkan tingkat kesehatan
masyarakat dan pelayanan kesehatan dapat dirasakan oleh semua lapisan masyara-
kat secara memadai (Dinas Kesehatan, 2007).

Berhasilnya pembangunan kesehatan ditandai dengan lingkungan yang kon-


dusif, perilaku masyarakat yang proaktif untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan serta mencegah terjadinya penyakit, pelayanan kesehatan yang berhasil
dan berdaya guna tersebar merata di seluruh wilayah Indonesia.Akan tetapi pada
kenyataanya, pembangunan kesehatan masih jauh dari yang diharapkan.

Permasalahan-permasalahan kesehatan masih banyak terjadi. Beberapa dian-


taranya adalah: penyakit-penyakit seperti DBD, flu burung, dan sebagainya yang
semakin menyebar luas, kasus-kasus gizi buruk yang semakin marak, prioritas
kesehatan rendah, serta tingkat pencemaran lingkungan yang semakin tinggi.
sebenarnya individu yang menjadi faktor penentu dalam menentukan status
kesehatan. Dengan kata lain, merubah pola hidup ataupun kebudayaan tentang
kesehatan yang biasa kita lakukan dan mengikuti perubahan zaman.

1.2. Pengertian Sosial Budaya

Sosial budaya terdiri dari dua kata yaitu sosial dan budaya. Sosial berarti
segala sesuatu yang berhubungan dengan masyarakat sekitar. Jadi sosial budaya
merupakan segala hal yang diciptakan manusia dengan pikiran dan budinya dalam
kehidupan masyarakat.
Pengertian soasial budaya menurut para ahli:

• Andreas Eppink : sosial budaya atau kebudayaan adalah segala sesuatu atau tata
nilai yang berlaku dalam sebuah masyarakat yang menjadi ciri khas dari
masyarakat tersebut.
• Burnett : kebudayaan adalah keseluruhan berupa kesenian, adat istiadat, moral,
hukum, pengetahuan, kepercayaan dan kemampuan oleh piker dalam bentuk lain
yang didapatkan seseorang sebagai anggota masyarakat dan kelurahan bersifat
kompleks.

1.2.1 Manusia Sebagai Makhluk Sosial


Manusia adalah makhluk yang selalu melakukan interaksi dengan manusia
lainnya. Seorang manusia tidak dapat mencapai apa yang ia inginkan tanpa bantuan
dari manusia lain. Manusia menjalankan perannya dengan menggunakan sebuah
symbol. Syimbol itu digunakan untuk mengkomunikasikan pikiran serta perasaan
yang ia rasakan.
Manusia tidak bisa hidup tanpa memerlukan bantuan dari orang lain. Hal ini
yang disebut manusia sebagai makhluk sosial, tanpa bantuan dari orang lain kita
tidak bisa hidup bersosialisasi. Contohnya saja Ketika kita sakit, hal tersebut meru-
pakan bagian dari makhluk sosial. Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial ka-
rena karakter setiap manusia berbeda-beda. setiap manusia tidak memiliki sifat
yang sama. dan manusia mempunyai dorongan untuk saling berinteraksi dengan
orang lain. Karena dengan bantuan dari orang lain, manusia bisa saling berkomu-
nikasi, bisa mengembangkan potensi dan kreatifitas, bertukar informasi dengan
orang lain.
Manusia menyadari bahwa tidak bisa hidup tanpa bantuan dari manusia
lainnya. Akan tetapi, masih banyak yang tidak mengetahui makna dari manusia
adalah makhluk sosial. Manusia sebagai makhluk sosial memiliki arti bahwa manu-
sia membutuhkan manusia lain. Dalam menjalankan kehidupan sehari hari, manu-
sia tidak dapat menjalankan kehidupannya sendiri. Bahkan dalam memenuhi kebu-
tuhannya, manusia memerlukan manusia lainnya untuk membantu.
Hakikat manusia sebagai mkhluk sosial akan membantu suatu hukum, mendi-
rikan sebuah kaidah perilaku kerjasama dan kerja sama antar kelopok yang lebih
besar. Dalam perkembangan ini bantuan dari spesialisasi dan organisasi atau in-
tregasi sangat diperlukan. Hal itu dikarenakan kemajuan manusiayang terlihat akan
bersandar pada sebuah kemampuan manusia.
Kemampuan tersebut adalah kerja sama dengan kelompok yang lebih besar.
Bekerjasama secara sosial adalah sebuah syarat untuk menjalankan sebuah ke-
hidupan yang baik di dalam suatu masyarakat yang saling membutuhkan.
Kesadaran suatu manusia sebagai makhluk sosial akan memberikan tanggung ja-
wab untuk mengayomi seseorang dengan lebih baik.
Contoh manusia sebagai makhluk sosial
1. Gotong Royong
2. Mentaati peraturan
3. Tegur sapa
4. Memiliki rasaempati dan simpati
5. Membantu orang lain
6. Aktif dalam organisasi masyarakat
7. Menjaga hubungan baik
8. Menjaga ketertiban dan keamanan lingkungan
9. Bersosialisasi dengan lingkungan
10. Saling menghormati
11. Saling mengingatkan
12. Saling memberi semangat dan motivasi
13. Mengedepankan kepentingan bersama
14. Bersikap jujur
15. Menerima perbedaan

1.2.2 Manusia Sebagai Makhluk Berbudaya


Manusia disebut sebagai makhluk berbudaya karena manusia memiliki akal
dan budi atau pikiran dan perasaan. Dengan akal dan budi manusia berusaha terus
menciptakan benda benda baru untuk memenuhi tuntutan jasmani dan rohani yang
akhirnya menimbuklakan kebahagiaan.
Manusia sebagai makhluk yang berbudaya tidak lain adalah makhluk yang
senantiasa mendayagunakan akal budinya untuk menciptakan kebahagiaan, karena
yang membahagiakan hidup manusia itu hakikatnya sesuatu yang baik, benar dan
adil, maka hanya manusia yang selalu berusaha menciptakan kebaikan, kebenaran
dan keadilan sajalah yang berhak menyandang gelar manusia berbudaya.
Hakikat Kodrat Manusia, Hakikat kodrat itu adalah :
1) Sebagai individu yang berdiri sendiri (memiliki cipta, rasa, dan karsa).
2) Sebagai makhluk sosial yang terikat kepada lingkungannya (lingkungan so-
sial, ekonomi, politik, budaya dan alam), dan
3) Sebagai makhluk ciptaan Tuhan. Perbuatan-perbuatan baik manusia haruslah
sejalan dan sesuai dengan hakikat kodratinya.

Hakikat kodrati manusia tersebut mencerminkan kelebihannya dibanding


mahluk lain. Manusia adalah makhluk berpikir yang bijaksana (homo sapiens),
manusia sebagai pembuat alat karena sadar keterbatasan inderanya sehingga me-
merlukan instrumen (homo faber), manusia mampu berbicara (homo languens),
manusia dapat bermasyarakat (homo socious) dan berbudaya (homo humanis),
manusia mampu mengadakan usaha (homo economicus), serta manusia berke-
percayaan dan beragama (homo religious), sedangkan hewan memiliki daya pikir
terbatas dan benda mati cenderung tidak memliki perilaku dan tunduk pada hukum
alam.

1.2.3 Masyarakat
Manusia merupakan makhluk yang memiliki keinginan untuk menyatu
dengan sesamanya serta alam lingkungan di sekitarnya. Dengan menggunakan
pikiran, naluri, perasaan, keinginan dsb manusia memberi reaksi dan melakukan
interaksi dengan lingkungannya. Pola interaksi sosial dihasilkan oleh hubungan
yang berkesinambungan dalam suatu masyarakat.
Adapun pengertian masyarakat menurut para ahli antara lain :
• Menurut Selo Sumardjan masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama
dan menghasilkan kebudayaan.
• Menurut Karl Marx masyarakat adalah suatu struktur yang menderita suatu
ketegangan organisasi atau perkembangan akibat adanya pertentangan antara
kelompok-kelompok yang terbagi secara ekonomi.
• Menurut Emile Durkheim masyarakat merupakan suau kenyataan objektif
pribadi-pribadi yang merupakan anggotanya.
• Menurut Paul B. Horton & C. Hunt masyarakat merupakan kumpulan manusia
yang relatif mandiri, hidup bersama-sama dalam waktu yang cukup lama, ting-
gal di suatu wilayah tertentu, mempunyai kebudayaan sama serta melakukan
sebagian besar kegiatan di dalam kelompok / kumpulan manusia tersebut.
• Menurut Koentjaraningrat (1996): masyarakat adalah kesatuan hidup manusia
yang berinteraksi sesuai dengan sistem adat istiadat tertentu yang sifatnya
berkesinambungan dan terikat oleh rasa identitas bersama
• Menurut Gillin (1954): masyarakat adalah kelompok manusia yang besar yang
mempunyai kebiasaan, sikap, tradisi dan perasaan persatuan yang sama Faktor-
Faktor / Unsur-Unsur Masyarakat .
• Menurut Soerjono Soekanto alam masyarakat setidaknya memuat unsur se-
bagai berikut ini :
1.) Berangotakan minimal dua orang.
2.) Anggotanya sadar sebagai satu kesatuan.
3.) Berhubungan dalam waktu yang cukup lama yang menghasilkan manusia
baru yang saling berkomunikasi dan membuat aturan-aturan hubungan an-
tar anggota masyarakat.
4.) Menjadi sistem hidup bersama yang menimbulkan kebudayaan serta ket-
erkaitan satu sama lain sebagai anggota masyarakat.

Ciri / Kriteria Masyarakat Yang Baik. Menurut Marion Levy diperlukan


empat kriteria yang harus dipenuhi agar sekumpolan manusia bisa dikatakan / dise-
but sebagai masyarakat:

1. Ada sistem tindakan utama.


2. Saling setia pada sistem tindakan utama.
3. Mampu bertahan lebih dari masa hidup seorang anggota.
4. Sebagian atan seluruh anggota baru didapat dari kelahiran / reproduksi manusia
BAB 2

ASPEK KEBUDAYAAN MEMPENGARUHI PERILAKU MANUSIA


DALAM KESEHATAN

2. Aspek Kebudayaan Mempengaruhi Perilaku Manusia Dalam Kesehatan


Menurut G.M. Foster (1973), aspek budaya dapat mempengaruhi perilaku
manusia dalam kesehatan :
1. Pengaruh tradisi
Tradisi adalah suatu wujud budaya yang abstrak dinyatakan dalam bentuk ke-
biasaan, tata kelakuan dan istiadat. Ada beberapa tradisi di dalam masyarakat yang
dapat berpengaruh negatif juga positif.
a. Contoh negatif : tradisi cincin leher. Meskipun berbahaya karena
penggunaan cincin ini bisa membuat tulang leher menjadi lemah dan bisa
mengakibatkan kematian jika cincin dilepas, namun tradisi ini masih dil-
akukan oleh sebagian perempuan Suku Kayan.
b. Contoh positif: tradisi nyirih yang dapat menyehatkan dan menguatkan gigi.
2. Sikap fatalistis
Sikap fatalistis yang juga mempengaruhi perilaku kesehatan. Contoh : be-
berapa anggota masyarakat di kalangan kelompok tertentu (fanatik) sakit atau mati
adalah takdir, sehingga masyarakat kurang berusaha untuk segera mencari perto-
longan pengobatan bagi anaknya yang sakit.
3. Pengaruh nilai
Nilai yang berlaku didalam masyarakat berpengaruh terhadap perilaku
kesehatan. Contoh masyarakat memandang lebih bergengsi beras putih dari pada
beras merah, padahal mereka mengetahui bahwa vitamin B1 lebih tinggi pada beras
merah daripada beras putih.
4. Sikap ethnosentris
Sikap yang memandang kebudayaan sendiri yang paling baik jika dibanding-
kan dengan kebudayaan pihak lain. Misal sikap seorang yang menggunakan vitsin
pada makanannya yang menganggap itu lebih benar daripada orang yang tidak
menggunakan vitsin padahal vitsin tidak bagi kesehatan.
5. Pengaruh perasaan bangga pada statusnya
Contoh : dalam upaya perbaikan gizi, di suatu daerah pedesaan tertentu me-
nolak untuk makan daun singkong, walaupun mereka tahu kandungan vitaminnya
tinggi.
6. Pengaruh norma
Contoh : upaya untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi banyak men-
galami hambatan karena ada norma yang melarang hubungan antara dokter yang
memberikan pelayanan dengan bumil sebagai pengguna pelayanan.
7. Pengaruh konsekuensi dari inovasi terhadap perilaku kesehatan
Apabila seorang petugas kesehatan ingin melakukan perubahan perilaku
kesehatan masyarakat, maka yang harus dipikirkan adalah konsekuensi apa yang
akan terjadi jika melakukan perubahan, menganalisis faktor-faktor yang terli-
bat/berpengaruh pada perubahan dan berusaha untuk memprediksi tentang apa yang
akan terjadi dengan perubahan tersebut.

Ada beberapa aspek sosial yang mempengaruhi perilaku manusia dalam


kesehatan antara lain adalah:
1. Umur
Jika dilihat dari golongan umur maka ada perbedaan pola penyakit berdasarkan
golongan umur. Misalnya balita lebiha banyak menderita penyakit infeksi, se-
dangkan golongan usila lebih banyak menderita penyakit kronis seperti hipertensi,
penyakit jantung koroner, kanker, dan lain-lain.
2. Jenis Kelamin
Perbedaan jenis kelamin akan menghasilkan penyakit yang berbeda pula.
Misalnya di kalangan wanita lebih banyak menderita kanker payudara, sedangkan
laki-laki banyak menderita kanker prostat.
3. Pekerjaan
Ada hubungan antara jenis pekerjaan dengan pola penyakit. Misalnya se-
baliknya buruh yang bekerja di industri, misalnya di pabrik tekstil banyak yang
menderita penyakit saluran pernapasan karena banyak terpapar dengan debu.
4. Sosial Ekonomi
Keadaan sosial ekonomi juga berpengaruh pada pola penyakit. Misalnya pen-
derita obesitas lebih banyak ditemukan pada golongan masyarakat yang berstatus
ekonomi tinggi, dan sebaliknya malnutrisi lebih banyak ditemukan di kalangan
masyarakat yang status ekonominya rendah.

2.2.1 Elemen Universal yang Mempengaruhi Kebudayaan di Rumah Sakit

Unsur-unsur dari kebudayaan antara lain:


1) Peralatan dan perlengkapan hidup (teknologi) di rumah sakit
Teknologi merupakan salah satu komponen kebudayaan.Teknologi
menyangkut cara-cara atau teknik memproduksi, memakai, serta memelihara segala
peralatan dan perlengkapan.
2.) Sistem mata pencaharian hidup.
Perhatian para ilmuwan pada sistem mata pencaharian ini terfokus pada ma-
salaz-masalah mata pencaharian tradisional saja, di antaranya: berburu dan
meramu, beternak, bercocok tanam di ladang, menangkap ikan
3.) Sistem kekerabatan dan organisasi social
Sistem kekerabatan merupakan bagian yang sangat penting dalam struktur
sosial. M. Fortes mengemukakan bahwa sistem kekerabatan suatu masyarakat dapat
dipergunakan untuk menggambarkan struktur sosial dari masyarakat yang ber-
sangkutan.
4.) Bahasa
Bahasa adalah alat atau perwujudan budaya yang digunakan manusia untuk
saling berkomunikasi atau berhubungan, baik lewat tulisan, lisan, ataupun gerakan
(bahasa isyarat), dengan tujuan menyampaikan maksud hati atau kemauan kepada
lawan bicaranya atau orang lain.
5.) Kesenian
Karya seni dari peradaban Mesir kuno.Kesenian mengacu pada nilai keinda-
han (estetika) yang berasal dari ekspresi hasrat manusia akan keindahan yang dini-
kmati dengan mata ataupun telinga. Sebagai makhluk yang mempunyai cita rasa
tinggi, manusia menghasilkan berbagai corak kesenian mulai dari yang sederhana
hingga perwujudan kesenian yang kompleks.
6.) Sistem kepercayaan
Ada kalanya pengetahuan, pemahaman, dan daya tahan fisik manusia dalam
menguasai dalam menguasai dan mengungkap rahasia-rahasia alam sangat terbatas.
Secara bersamaan, muncul keyakinan akan adanya penguasa tertinggi dari sistem
jagad raya ini, yang juga mengendalikan manusia sebagai salah satu bagian jagad
raya.

2.2.2 Wujud Kebudayaan di Lingkungan Rumah Sakit


Budaya yang dikembangkan oleh manusia akan berimplikasi pada lingkungan
tempat kebudayaan itu berkembang. Suatu kebudayaan memancarkan suatu ciri
khas dari masyarakatnya yang tampak dari luar. Dengan menganalisis pengaruh
akibat budaya terhadap lingkungan seseorang dapat mengetahui, mengapa di se-
buah lingkungan tertentu akan berbeda kebiasaanya dengan lingkungan lainnya dan
menghasilkan kebudayaan yang berbeda pula. Tiga wujud kebudayaan antara lain:
1. Wujud pikiran, gagasan, ide-ide, norma-norma, peraturan,dan sebagainya.
Wujud pertama dari kebudayaan ini bersifat abstrak, berada dalam pikiran
masing-masing anggota masyarakat di tempat kebudayaan itu hidup
2. Aktifitas kelakuan berpola manusia dalam masyarakat. Sistem sosial terdiri
atas aktifitas-aktifitas manusia yang saling berinteraksi, berhubungan serta
bergaul satu dengan yang lain setiap saat dan selalu mengikuti pola-pola ter-
tentu berdasarkan adat kelakuan. Sistem sosial ini bersifat nyata atau konkret
3. Wujud fisik, merupakan seluruh total hasil fisik dari aktifitas perbuatan dan
karya manusia dalam masyarakat.

2.2.3 Konsep Tenaga Kesehatan Mempelajari Ilmu Sosial Budaya


sosial budaya mempengaruhi kesehatan adalah pandangan suatu masyarakat
terhadap tindakan yang mereka lakukan ketika mereka mengalami sakit, ini akan
sangat dipengaruhi oleh budaya, tradisi, dan kepercayaan yang ada dan tumbuh da-
lam masyarakat tersebut. Misalnya masyarakat yang sangat mempercayai dukun
yang memiliki kekuatan gaib sebagai penyembuh ketika mereka sakit, dan bayi
yang menderita demam atau diare berarti pertanda bahwa bayi tersebut akan pintar
berjalan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa social budaya sangat mempengaruhi
kesehatan baik itu individu maupun kelompok.
Kebudayaan perilaku kesehatan yang terdapat dimasyarakat beragam dan
sudah melekat dalam kehidupan bermasyarakat. Kebudayaan tersebut seringkali
berupa kepercayaan gaib. Sehingga usaha yang harus dilakukan untuk mengubah
kebudayaan tersebut adalah dengan mempelajari kebudayaan mereka dan mencip-
takan kebudayaan yang inovatif sesuai dengan norma, berpola, dan benda hasil
karya manusia.
Kebudayaan kesehatan masyarakat membentuk, mengatur, dan
mempengaruhi tindakan atau kegiatan individu-individu suatu kelompok sosial da-
lam memenuhi berbagai kebutuhan kesehatan baik yang berupa upaya mencegah
penyakit maupun menyembuhkan diri dari penyakit. Oleh karena itu dalam me-
mahami suatu masalah perilaku kesehatan harus dilihat dalam hubungannya dengan
kebudayaan, organisasi sosial, dan kepribadian individu-individunya.

2.2.4 Faktor Sosial yang Mempengaruhi Status Kesehatan


Beberapa aspek sosial yang mempengaruhi perilaku kesehatan dan status
kesehatan.yang pertama yaitu:
1.) Umur
Jika dilihat dari aspek umur,maka ada perbedaan golongan penyakit ber-
dasarkan golongan umur.misalnya dikalangan balita banyak yang menderita pen-
yakit infeksi, sedangkanpada golongan dewasa atau usia lanjut lebih banyak men-
derita penyakit kronis.
2.) Jenis kelamin
Jenis kelamin,dikalangan wanita lebih banyak menderit kanker
payudara, sedangkan pada pria,lebih banyak menderita kanker
3.) Pekerjaan.
Pada jenis pekerjaan,dikalangan petani lebih banyak menderita penyakit
cacingan,karena aktifiasnya banyak dilakukan disawah,sedangkan pada buruh
tekstil lebih banyak menderita penyakit salura pernafasan kaena banyak terpapar
debu
4.) Sosial ekonomi

Keadaan sosial ekonomi juga mempengaruhi pada pola penyakit,bahkan


juga berpengaruh pada kematian, misalnya angka kematian lebih tinggi pada go-
longa yang status ekonominya rendah dibandingkan dengan status ekonominya
tinggi. Demikian juga obesitas lenih ditemukan pada kalangan masyarakat dengan
status ekonoinya tinggi.

Menurut H Ray Elling (1970) ada beberapa faktor sosial yang berpengaruh
pada perilaku Kesehatan ada dua yaitu self concept dan image kelompok .G.M fos-
ter menambahkan,bahwa identifikasi individu kepada kelompoknya juga ber-
pengaruh terhadap perilaku kesehatan.

a. Pengaruh self concept kita ditentukan oleh tingkat kepuasan atau tidak kepua-
san yang kita rasakan terhadap diri kita sendiri,terutama bagaimana kita ingin
memperlihatkan diri kita kepada orang lain,oleh karena itu,secara tidak lang-
sung self concept kita cenderung mementukan,apakah kita akan menerima
keadaan diri kita seperti adanya atau berusaha untuk mengubahnya. Self con-
cept adalah faktor yang penting dalam kesehatan,karena mempengaruhi per-
ilaku masyarakat dan juga perilaku petugas kesehatan.
b. Pengaruh image kelompok. Image seseorang individu sangat dipengaruhi oleh
image kelompok.sebagai contoh,seorang anak dokter akan terpapar oleh or-
ganisasi kedokteran dan orang-orang dengan pendidikan tinggi,sedangkan
anak petani tidak terpapar dengan lingkungan medis,dan besar kemungkinan
juga tidak becita-cita untuk menjadi dokter.
c. Pengaruh identifikasi kelompok sosialnya terhadap perilaku kesehata. Identif-
ikasi kelompok kecilnya sangat penting untuk memberikan keamanan
psikologis dan kepuasan dalam pekerjaan mereka.

2.2.5 Faktor Budaya yang Mempengaruhi Status Kesehatan


Menurut G.M foster (1973), Aspek budaya yang dapat mempengaruhi
kesehatan seseorang antaa lain adalah:
1. Tradisi
2. Sikap fatalism
3. Nilai
4. Ethnocentrisme
5. Unsur budaya dipelajari pada tingkat awal dalam proses sosialisasi.
A. Pengaruh tradisi terhadap perilau kesehatan dan status kesehatan.

Ada beberapa tradisi dalam masyarakat yang dapat berpengaruh negatif ter-
hadap kesehatan masyarakat, misalnya di New Guinea, pernah terjadi wabah pen-
yakit kuru.penyakit ini menyerang susunan saraf otak dan penyebabnya adalah vi-
rus.penderita hamya terbatas pada anak-anak dan wanita.setelah dilakukan
penelitaian ternyata penyakit ini menyebar karena adanya tadisi kanibalisme.

B. Pengaruh sikap fatalism terhadap perilaku dan status kesehatan.

Hal ini adalah sikap fatalism yang juga mempengaruhi perilaku kesehatan,be-
berapa anggota masyarakat di kalangan kelompok yang beragama Islam percaya
bahwa anak adalah ttipan Tuhan,dan sakit atau mati itu adalah takdir,sehingga
masyarakat kurang berusaha untuk mencari pertolongan pengobatan bagi anaknya
yang sakit,atau menyelamatkan seseorang dari kematian.

C. Pengaruh sikap ethnosentris terhadap perilaku dan status kesehatan

Sikap ethnosentrime adalah sikap yang memandang bahwa kebudayaan


sendiri yang paling baik jika dibandingkan dengan kebudayaan pihak lain.misalnya
orang-orang barat merasa bangga terhadap kemajuan ilmu dan teknologi yang di-
milikinya,dan selalu beranggapan bahwa kebudayaannya paling maju,sehingga me-
rasa superior terhadap budaya dari masyarakat yang sedang berkembang. tetapi dari
sisi lain,semua anggota dari budaya lainnya menganggap bahwa yang dilakukan
secar alamiah adalah yang terbaik.

Oleh karena itu,sebagai petugas kesehatan kita harus menghindari sikap yang
menganggap bahwa petugas adalah orang yang paling pandai,paling mengetahui
tentang masalah kesehatan karena pendidikan petugas lebih tinggi dari pendidikan
masyarakat setempat sehingga tidak perlu mengikut sertakan masyarakat tersebut
dalam masalah kesehatan masyarakat.dalam hal ini memang petugas lebih men-
guasai tentang masalah kesehatan,tetapi masyarakat dimana mereka bekerja lebih
mengetahui keadaan di masyarakatnya sendiri.

D. Pengaruh perasaan bangga pada statusya,terhadap perilaku kesehatan.


Suatu perasaan bangga terhadap budayannya berlaku bagi setiap orang.hal
tersebut berkaitan dengan sikap ethnosentrisme. E.pengaruh norma terhadap per-
ilaku kesehatan. Seperti halnya dengan rasa bangga terhadap statusnya,norma di-
masyarakat sangat mempengaruhi perilaku kesehatan dari anggota masyarakatnya
yang mendukung norma tersebut. sebagai contoh,untuk menurunkan angka ke-
matian ibu dan bayi banyak mengalami hambatan karena adanya norma yang
melarang hubungan antara dokter sebagai pemberi layanan dengan ibu hamil se-
bagai pengguna layanan

E. Pengaruh nilai terhadap perilaku kesehatan

Nilai yang berlaku dalam masyarakat berpengaruh terhadap perilaku


kesehatan.nilai-nilai tersebut ada yang menunjang dan ada yang merugikan
kesehata.beberapa nilai yang merugikan kesehatan misalnya adalah penilaian yang
tinggi terhadap beras putih meskipun masyarakat mengetahiu bahwa beras merah
lebih banyak mengandung vitamin B1 jika dibandingkan dengan beras
putih,masyarakat ini memberikan nilai bahwa beras putih lebih enak dan lebih ber-
sih. Contoh lain adalah masih banyak petugas kesehatan yang merokok meskipun
mereka mengetahui bagaimana bahaya merokok terhadap kesehatan.

F. Pengaruh Unsur Budaya Yang Dipelajari Pada Tingkat Awal Dari Proses So-
sialisasi Terhadap Perilaku Kesehatan

Pada tingkat awal proses sosialisasi,seorang anak diajakan antara lain


bagaimana cara makan,bahan makanan apa yang dimakan,cara buang air kecil dan
besar,dan lain-lain. kebiasaan tersebut terus dilakukan sampai anak tersebut dewasa
dan bahkan menjadi tua.kebiasaan tersebut sangat mempngaruhi perilaku kesehatan
yang sangat sulit untuk diubah.

G. Pengaruh konsekuensi dari inovasi terhadap perilaku kesehatan

Tidak ada perubahan yang terjadi dalam isolasi,atau dengan perkataan


lain,suatu perubahan akan menghasilkan perubahan yang kedua dan perubahan
yang ketiga.apabila seorang pendidik kesehatan ingin melakukan perubahan per-
ilaku kesehatan masyarakat,maka yang harus dipikirkan adalah konsekuensi apa
yang akan terjadi jika melakukan perubahan,menganalisis faktor-faktor yang
terlibat/berpengaruh terhadap perubahan,dan berusaha untuk memprediksi tentang
apa yang akan terjadi dengan perubahan tersebutapabila ia tahu budaya masyarakat
setempat dan apabila ia tahu tentang proses perubahan kebudayaan,maka ia harus
dapat mengantisipasi reaksi yang muncul yang mempengaruhi outcome dari peru-
bahan yang telah direncanakan.

2.2.6 Inovasi Perubahan Sosial Budaya


Budaya merupakah salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku, maka un-
tuk merubah perilaku juga harus dirubah budayanya. Bentuk perubahan sosial bu-
daya:
• Perubahan yang terjadi secara lambat dan cepat
• Perubahan yang pengaruhnya kecil dan yang pengaruhnya besar
• Perubahan yang direncanakan dan yang tidak direncanakan
• Perubahan kebudayaan yang terjadi dalam jangka waktu pendek disebut ino-
vasi

Beberapa syarat inovasi perubahan sosial budaya antara lain:

• Masyarakat merasa membutuhkan perubahan


• Perubahan harus dipahami dan dikuasi masyarakat
• Perubahan dapat diajarkan
• Perubahan memberikan keuntungan di masa yang akan datang
• Perubahan tidak merusak prestise pribadi dan kelompok

Penyebab perubahan tidak meluas:

• Pengguna perubahan baru mendapat suatu hukuman


• Penemuan baru sulit diintegrasikan ke dalam pola kebudayaan yang ada
BAB 3

SOSIAL LEARNING THEORY

3.1. Sosial Learning Theory


Teori belajar sosial merupakan sumbangan dari para ahli seperti Albert Ban-
dura, Julian B. Rotter, dan Walter Mischel. Para ahli menekankan peran dari aktivi-
tas kognitif dan belajar dengan cara mengamati tingkah laku manusia, serta melihat
manusia sebagai orang yang berpengaruh terhadap lingkungannya sama seperti
lingkungan berpengaruh terhadap dirinya. Dengan kata lain, social learning theory
merupakan pandangan yang menekankan kombinasi tingkah laku, lingkungan, dan
kognisi sebagai faktor utama dalam perkembangan.

Albert Bandura (1971) mengemukakan bahwa individu belajar banyak ten-


tang perilaku melalui peniruan / modeling , bahkan tanpa adanya penguat (rein-
forcement ) yang diterimanya.

Proses belajar semacam ini disebut “observational learning ” atau pembelaja-


ran melalui pengamatan. Sebagai contoh, orang tua adalah model bagi anak anak-
nya, pengajar adalah model bagi peserta peserta didik, pemimpin pemimpin adalah
panutan panutan bawahannya, bawahannya, dan tokoh masyarakat atau tokoh
agama adalah panutan bagi masyarakat. Hal ini berarti bahwa perilaku yang
terbentuk dalam diri anak, peserta didik, dan masyarakat identik dengan perilaku
yang ditampilkan oleh para tokoh atau model tersebut.

Ada dua jenis pembelajaran melalui pengamat Ada dua jenis pembelajaran
melalui pengamatan ,

a. Pertama. Pembelajaran melalui pengamatan dapat terjadi melalui kondisi


yang dialami orang lain. Contohnya : seorang pelajar melihat temannya dipuji
dan ditegur oleh gurunya karena perbuatannya, maka ia kemudian meniru
melakukan perbuatan lain yang tujuannya sama ingin dipuji oleh gurunya.
Kejadian ini merupakan contoh dari penguatan melalui pujian yang dialami
orang lain.
b. Kedua. Pembelajaran melalui pengamatan meniru perilaku model. Model
tidak harus diperagakan oleh seseorang secara langsung, tetapi kita
dapat juga menggunakan menggunakan seseorang seseorang pemeran
pemeran atau visualisasi visualisasi tiruan sebagai sebagai model.

Teori belajar sosial atau social learning Theory Bandura didasarkan oleh tiga
konsep yaitu :

• Determinis Resiprokal (reciprocal deterministic ): Pendekatan yang men-


jelaskan bahwa perilaku manusia dalam bentuk bentuk interaksi interaksi
timbal balik yang terus menerus menerus antara determinan determinan kog-
nitif, behavioral, dan lingkungan. Detirministik resiprokal inilah yang men-
jadi dasar ari teori belajar bandura dalam memahami tingkah laku.
• Beyond Reinforcement : Bahwa setiap perilaku tidak selalu menggunakan re-
inforcement dalam pembentukannya. Menurut Bandura, reinforce-
ment penting dalam menentukan apakah suatu tingkah laku akan terus terjadi
atau tidak, bukan sebagai satu-satunya pembentuk tingkah laku. Karena bag-
inya baginya orang dapat belajar belajar melakukan melakukan sesuatu
sesuatu hanya dengan mengamati kemudian mengulangi apa yang diamat-
inya.
• Kognisi dan Self Regulation: Bandura menempatkan manusia sebagai se-
sorang yang dapat mengatur dirinya sendiri ( self regulation), mempengaruhi
tingkah laku dengan cara mengatur lingkungan, menciptakan dukungan kog-
nitif, mengadakan konsekuensi bagi tingkah lakunya sendiri.

3.1.1 Dimensi Social Learning Theory


Teori pembelajaran sosial merupakan perluasan dari teori belajar perilaku
yang tradisional (behavioristik). Teori pembelajaran sosial ini dikembangkan oleh
Albert Bandura (1986). Teori ini menerima sebagian besar dari prinsip- prin-
sip prinsip teori-teori teori-teori belajar belajar perilaku, perilaku, tetapi memberi
memberi lebih banyak penekanan penekanan pada kesa pada kesan dari isyarat
isyarat - isyarat - isyarat pada perilaku, pada perilaku, dan pada dan pada proses-
proses mental proses-proses mental internal. Jadi dalam teori pembelajaran sosial
kita akan menggunakan penjelasan-penjelasan reinforcement eksternal dan pen-
jelasan-penjelasan kognitif internal untuk memahami bagaimana kita belajar dari
orang lain. Dalam pandangan belajar sosial, manusia itu tidak didorong oleh
kekuatankekuatan dari dalam dan juga tidak dipukul oleh stimulus- stimulus ling-
kungan.
Teori belajar sosial menekankan, bahawa lingkungan-lingkungan yang
dihadapkan pada seseorang secara kebetulan. lingkungan-lingkungan itu kerap kali
dipilih dan diubah oleh orang itu melalui perilakunya sendiri. Menurut Bandura,
sebagaimana yang dikutip oleh Bandura, sebagaimana yang dikutip oleh (Kardi, S.,
(Kardi, S., 1997: 14) bahwa sebagian 1997: 14) bahwa sebagian besar manusia
manusia belajar belajar melalui melalui pengamatan pengamatan secara selektif sel-
ektif dan mengingat mengingat tingkah laku orang lain. Inti dari teori pembelajaran
sosial adalah pemodelan (modelling), dan permodelan ini merupakan salah satu
langkah paling penting dalam pembelajaran terpadu.
Menurut Bandura, sebagaimana dikutip oleh (Kardi,S.,1997:14) bahwa “se-
bagian besar manusia belajar melalui pengamatan secara selektif dan mengingat
tingkah laku orang lain”. Inti dari pembelajaran sosial adalah pemodelan pemod-
elan (modelling ), dan pemodelan ini merupakan salah satu langkah paling penting
dalam pembelajaran terpadu.
Teori belajar sosial juga sering disebut belajar melalui observasi (observa-
tional learning ) yang dikenal sebagai imitasi atau modeling, yaitu proses
pembela proses pembelajaran yang t jaran yang terjadi ketika seseorang men-
gobservasi dan seseorang mengobservasi dan meniru tingkah laku orang lain (Ban-
dura, 1977; S tingkah laku orang lain (Bandura, 1977; Santrock, 2 antrock, 2001
dalam Hidayat, 2004). 001 dalam Hidayat, 2004). Proses pembelajaran ini sudah
dimulai pada awal kehidupan bahkan mungkin terjadi beberapa hari setelah lahir
(Hetherington & Parke, 1999). Contohnya: anak yang meniru tingkah laku orang
tuanya. Melalui proses permodelan peran (role modeling ) ini perilaku-perilaku
yang dilakukan orang lain kemudian disimpan dalam memoriseseorang yang suatu
saat akan dimunculkan (recalled ) dan perilaku tersebut diimitasi.
Santrock (2003) mengatakan bahwa ahli teori belajar sosial percaya bahwa
kita memperoleh sejumlah besar tingkah laku, pikiran dan perasaan dengan men-
gobservasi orang lain, observasi tersebut menjadi bagian penting dari perkem-
bangan kita. Selain observasi langsung, televise, bioskop atau buku-buku bacaan
juga merupakan beberapa sumber-sumber belajar yang dapat diobservasi oleh anak.
Prihadi (2004) mengatakan bahwa Teori pembelajaran sosial berprinsip
bahwa orang mempelajari ketrampilan interpersonal melalui “behavior role mod-
eling ”: observasi dan imitasi orang lain yang mendemostrasikan atau mencon-
tohkan perilaku sukses dalam suatu situasi. Prinsip dasar belajar menurut teori ini,
bahwa yang dipelajari individu terutama dalam belajar sosial dan moral terjadi me-
lalui peniruan (imitation) dan penyajian contoh perilaku perilaku (modeling).
Teori ini juga masih memandang pentingnya conditioning. Melalui pem-
berian reward dan punishment , seorang individu akan berfikir dan memutuskan
perilaku sosial mana yang perlu dilakukan.

Bandura (1977) mengutarakan empat langkah/tahap dalam pembelajaran sosial


yaitu (dalam Bastable, 2002):

A. Fase pertama (fase perhatian) yaitu kondisi yang diperlukan agar pembelaja-
ran terjadi. Dari hasil penelitian ditunjukkan bahwa model peran ukkan bahwa
model peran yang berstatus dan berkompetensi tinggi lebih mungkin diamati
meskipun karakteristik peserta didik sendiri mungkin lebih perlu diperhatikan.
Tingkat keberhasilan belajar itu ditentukan oleh karakteristik model maupun
karakteristik pengamat itu sendiri.
➢ Karakteristik model yang merupakan variabel penentu tingkat perhatian per-
hatian itu mencakup mencakup frekuensi frekuensi kehadiranny ke-
hadirannya, kejelasannya, kejelasannya, daya tarik personalnya, dan nilai
fungsional perilaku model itu.
➢ Karakteristik pengamat yang penting untuk proses perhatian adalah kapasitas
sensorisnya, tingkat ketertarikannya, kebiasaan persepsinya, dan reinforce-
ment masa lalunya.
B. Fase kedua (fase peringatan/retensi) berkaitan dengan penyimpanan
dan pemanggilan pemanggilan kembali kembali apa yang diamati. diamati.
Retensi Retensi ini dapat dilakukan dilakukan dengan cara menyimpan infor-
masi secara imaginal atau mengkodekan peristiwa peristiwa model ke dalam
simbol-simbol simbol-simbol verbal yang mudah dipergunakan. Materi yang
bermakna bagi pengamat dan menambah pengalaman sebelumnya akan lebih
mu pengalaman sebelumnya akan lebih mudah diingat. dah diingat.
C. Fase ketiga (fase peniruan) dimana peserta didik meniru perilaku yang diamati.
Latihan mental, penerapan langsung, dan umpan balik yang korektif mem-
perkuat peniruan tersebut. Pada tahap tertentu, gambaran simbolik tentang per-
ilaku model mungkin perlu diterjemahkan ke dalam tindakan yang efektif.
D. Fase keempat (fase motivasi) yaitu apakah peserta didik termotivasi unutk
melakukan jenis perilaku tertentu atau tidak. Pengamat akan cenderung men-
gadopsi perilaku model jika perilaku tersebut:
- Menghasilkan imbalan eksternal
- Secara internal pengamat memberikan penilaian yang positif
- Pengamat melihat bahwa perilaku tersebut bermanfaat bagi model itu
sendiri.

Kemudian Bandura (1982) menyatakan bahwa penguasaan kemahiran


dan pengetahuan yang kompleks tidak hanya bergantung pada proses ada proses
perhatian, motor perhatian, motor reproduksi dan motivasi yang telah disebut di
atas, tetapi juga sangat dipengaruhi oleh unsur -unsur yang berdasarkan dari diri
sendiri yaitu sense of self-Efficacy self-Efficacy dan self-regulatory self-regula-
tory system. Sense of self efficacy adalah keyakinan pembelajar bahwa ia dapat
menguasai menguasai pengetahuan pengetahuan dan keterampilan keterampilan
sesuai seperti seperti yang berlaku. (M.R. Panjaitan, 2012).

3.3 Upaya Pencegahan Perbedaan Sosial Budaya di Rumah Sakit

Pertama, melibatkan pasien dan masyarakat dalam mengembangkan pela-


yanan. Bisa dilakukan dengan mengadakan workshop mengenai suatu penyakit atau
dengan mendatangkan mantan pasien untuk menceritakan pengalamannya selama
menjadi pasien, melakukan sosialisasi mengenai penyakit atau mengenai rumah sa-
kit yang ditangani, bagaimana sistem yang berlaku di rumah sakit,sehingga orang
yang datang ke rumah sakit tidak kaget dan kecewa jika ternyata tidak sesuai
dengan harapannya.

Kedua, melibatkan pasien dalam proses perawatan dan pengobatan dirinya


sendiri. Saat ini banyak dokter yang enggan untuk memberikan penjelasan
mengenai penyakit yang diderita oleh pasien maupun mengenai obat yang harus
diminum oleh pasien. Padahal banyak bukti yang menunjukkan bahwa pasien san-
gat ingin dilibatkan sebagai mitra dalam proses pengobatan. "Kemitraan ini berarti
melibatkan pasien dalam beberapa hal, seperti mendiskusikan risiko dari pen-
gobatan yang akan dijalani dan masalah obat yang akan diberikan".
DAFTAR PUSTAKA

Alwisol, (2006). Psikologi Kepribadian, edisi revisi. Malang:UMM press


Bandura, Alber. "Behaviour Theory and the Models of Man" Amerika Psycholo-
gist(Desember 1974)
Cherry, Kendra. "Sosial learning theory :An Overview of Bandura's Sosial learning
theory
docdownloader.com-pdf-aspek-sosial-budaya-yang-mempengaruhi-perilaku-
kesehatan-dd_00b757cadcc6652e4932afeaf60d0c4c.pdf
docdownloader.com-pdf-sosial-learning-theory-pdf-
dd_18f081ccc7fd13f54cb60f6f5d0048a7.pdf
http://sartikadewimulyani.blogspot.com/2015/11/manusia-sebagai-makhluk-ber-
budaya.html?m=1
https://id.scribd.com/doc/145406677/Makalah-Aspek-Sosial-Budaya-Yang-
Mempengaruhi-Kesehatan-Dalam-Masyarakat
https://m.merdeka.com/jateng/mengenal-pengertian-masyarakat-beserta-
fungsinya-perlu-diketahui-kln.html#:~:text=Fungsi%20masyara-
kat%20berikutnya%2C%20yaitu%20un-
tuk,berbagai%20tujuan%20yanh%20hendak%20dicapai.
https://sosialbudayapahoa.wordpress.com/
https://www.maxmanroe.com/vid/sosial/pengertian-masyarakat.html
https://www-gramedia-com.cdn.ampproject.org/v/s/www.gramedia.com/lit-
erasi/pengertian-dan-contoh-manusia-sebagai-makhluk-so-
sial/amp/?amp_js_v=a6&amp_gsa=1&usqp=mq331AQKKAFQArABI-
IACAw%3D%3D#Pengertian_Manusia_sebagai_Makhluk_Sosial
Setiadi, Elly M, dkk. 2006. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta : Kencana
Yetti Wira Citerawati SY, 2012, Aspek Sosiobudaya Berhubungan Dengan Per-
ilaku Kesehatan,Universitas Brawijaya, Malang. (Diaskes 20 februari)

Anda mungkin juga menyukai