Anda di halaman 1dari 10

HUBUNGAN GAYA HIDUP DENGAN PREVALENSI HIPERTENSI

DI PUSKESMAS KASSI-KASSI KABUPATEN BANTAENG


TAHUN 2014

Muh. Anwar Hafid

Jurusan Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

ABSTRAK
Hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya 140
mmHg atau tekanan diastolic sedikitnya 90 mmHg. Penyakit hipertensi sangat dipengaruhi
oleh gaya hidup yang tidak sehat. Ada beberapa hal yang menyebabkan terjadinya penyakit
hipertensi, diantaranya mengkonsumsi makanan yang tidak sehat, tidak melakukan aktivitas
fisik dan berolahraga secara teratur, tidak dapat mengendalikan stress dan adanya
kebiasaan merokok. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan gaya hidup
dengan prevalensi hipertensi. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional.
Cara penarikan sampel dengan menggunakan purposive sampling dengan jumlah sampel
sebanyak 30 responden. Adapun instrument penelitian yang digunakan yaitu kuesioner dan
data dianalisis menggunakan uji chi-square dengan tingkat signifikan (α=0,05).
Hasil penelitian menunjukkan pola makan didapat nilai signifikan (p)=0.014, dengan
demikian Ha diterima. Merokok didapat nilai signifikan (p)=1.000, dengan demikian Ho
diterima. Aktivitas fisik didapat nilai signifikan (p)=0.029, dengan demikian Ha diterima.
Berdasarkan hasil penelitian, maka perlu diadakan penyuluhan tentang hipertensi dan
hubungan gaya hidup dengan hipertensi agar masyarakat dapat tahu cara penanggulangan
hipertensi dan mengetahui bahwa gaya hidup yang tidak sehat dapat menyebabkan
terjadinya hipertensi

Kata Kunci : Hipertensi, Gaya Hidup

PENDAHULUAN
Kesehatan memang bukanlah Hipertensi pada Penderita Hipertensi di
segala-galanya dalam hidup ini, tetapi Poli Umum Puskesmas Mojoagung
menjalani hidup tanpa kesehatan akan Kecamatan Mojoagung mengatakan
membuat segalanya kurang berarti. bahwa gaya hidup penderita hipertensi
Tanpa kesehatan yang optimal semuanya sebagian besar responden bergaya hidup
akan menjadi tidak bermakna. Setiap tidak sehat sebanyak 21 orang (72%),
orang dalam hidupnya, pastilah terjadinya hipertensi pada penderita
mendambakan hidup sehat. (Suiraoka, hipertensi sebagian besar responden
2012) mengalami hipertensi stage I sebanyak 12
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh orang (41%) dan pada penelitian ini
Heri Triwibowo tentang Hubungan Gaya dikatakan bahwa ada hubungan gaya
Hidup (Life Style) dengan Terjadinya hidup dengan terjadinya

27
JF FIK UINAM Vol.3 No.1 2015
hipertensi pada penderita melakukan penelitian tentang “Hubungan
hipertensi, berdasarkan uji statistik Gaya Hidup dengan Prevalensi Hipertensi
Spearman Rho adalah ρ=0,001. di Puskesmas Kassi-Kassi Kabupaten
Dan dari data prevalensi hipertensi Bantaeng”
di Sulawesi Selatan 29,0% lebih rendah
dari angka nasional. Menurut kabupaten, METODE PENELITIAN
prevalensi hipertensi tertinggi adalah Desain Penelitian
Soppeng (40,6%) dan Sidenreng Jenis penelitan menggunakan
Rappang (23,3%) serta kota Makassar penelitian deskriftif dengan metode
(23,5%). (Mulyati & Syam, 2011) penelitian surveyanalitik yang
Berdasarkan data dari medical menggunakan rancangan studyCross
record Puskesmas Kassi-Kassi Sectional.
Puskesmas Kassi-Kassi Kabupaten Populasi, Sampel dan Teknik Sampling
Bantaeng, jumlah kunjungan pasien Populasi dalam penelitian ini
hipertensi dari tahun ke tahun semakin adalah semua pasien yang berkunjung di
meningkat. Dimana pada tahun 2011 Puskesmas Kassi-Kassi Kabupaten
sebanyak 40 orang dengan jumlah pasien Bantaeng, dalam kurun waktu Januari
laki-laki 22 orang dan perempuan 18 hingga Februari sebanyak 35
orang. Sedangkan pada tahun 2012 orang.Jumlah sampel dalam penelitian
sebanyak 124 orang dengan jumlah sebanyak 30 orang dengan cara
pasien laki-laki 77 orang dan perempuan pengambilan sampel purposive sampling.
47 orang. Dan pada tahun 2013 sebanyak Di mana system purposive sampling
173 orang dengan jumlah pasien laki-laki adalah suatu teknik penetapan sampel
118 orang dan perempuan 55 orang. dengan cara memilih sampel diantara
Tingginya kejadian hipertensi di populasi sesuai dengan yang dikehendaki
tengah-tengah masyarakat perlu dikaji peneliti, sehingga sampel tersebut dapat
secara mendalam dan diketahui faktor- mewakili karakteristik populasi yang telah
faktor yang mempengaruhinya. Hal ini dikenal sebelumnya.
akan berkontribusi positif bagi Adapun Kriteria yang akan menjadi
keperawatan komunitas dalam menggali responden adalah:
dan mengetahui fenomena perilaku a. Kriteria Inklusi adalah :
masyarakat yang secara langsung 1) Menderita hipertensi
berdampak pada meningkatnya kejadian 2) Bersedia menjadi
hipertensi. Pentingnya kajian mengenai responden
hipertensi ini, maka penulis tertarik untuk b. Kriteria Eksklusi adalah:

28
JF FIK UINAM Vol.3 No.1 2015
1) Tidak menderita penyakit Adapun hasil penelitian ini yang
sekunder (DM, Gagal ginjal) telah dilakukan dapat dilihat pada uraian
sebagai berikut
Cara Pengolahan Data 1. Deskriptif karakteristik responden
Pengolahan data yang diperoleh Tabel V.1 Distribusi Responden
berdasarkan Umur di Puskesmas
dari hasil penelitian ini dikerjakan
Kassi-Kassi Kabupaten Bantaeng
melalui suatu proses tahapan sebagai
berikut: Editing, Coding, Tabulasi Data, Umur Frekuensi Persen
Cleaning. Dan Analisa Data adalah : (%)
1. Analisa Univariat 26-35 5 16.6
Untuk mendapatkan gambaran
36-45 11 36.7
dari tiap-tiap variabel yang diteliti, yang
kemudian akan mendapatkan gambaran 46-55 11 36.7
dari variabel pola makan, variabel 56-65 3 10.0
merokok dan variabel aktivitas fisik.
Total 30 100.0
2. Analisa Bivariat
Sumber data : Data primer 2014
Untuk mengetahui hubungan
Tabel V.2 Distribusi Responden
tiap variabel independen dengan
berdasarkan Jenis Kelamin di
variable dependen dengan uji Chi- Puskesmas Kassi-Kassi Kabupaten
Bantaeng
squere dengan tingkat kemaknaan <
0,05, dilakukan uji statistik dengan Jenis Persen
Frekuensi
menggunakan program SPSS. Kelamin (%)
Laki-laki 14 46.7
HASIL DAN PEMBAHASAN
Perempuan 16 53.3
Penelitian ini dilakukan di
Total 30 100
Puskesmas Kassi-Kassi Kabupaten
Sumber Data primer 2014
Bantaeng pada Mei-Juni 2014. Jumlah
2. Analisa Univariat
sampel dalam penelitian ini sebanyak 30
Analisa Univariat, dilakukan untuk
responden.Pada penelitian ini membahas
melihat tampilan distribusi frekuensi dan
tentang Hubungan Gaya Hidup dengan
persentase dari tiap variabel, yaitu pola
Prevalensi Hipertensi di Puskesmas
makan, merokok, aktivitas fisik, dan status
Kassi-Kassi Kabupaten Bantaeng Tahun
pasien di Puskesmas Kassi-Kassi
2014.
Kabupaten Bantaeng tahun 2014.

29
JF FIK UINAM Vol.3 No.1 2015
Tabel V.3 Distribusi Frekuensi Responden Tabel V.6 menunjukkan hubungan
berdasarkan pola makan di
pola makan dengan prevalensi hipertensi
Puskesmas Kassi-Kassi Kabupaten
Bantaeng di Puskesmas Kassi-Kassi Kabupaten
Bantaeng Tahun 2014. Dari 30 orang
Pola Persen
Frekuensi (%) (100%), terdapat responden yang
Makan
dikategorikan pola makan tidak sehat
Sehat 3 10
dengan hipertensi ringan berjumlah 5
Tidak 90 orang (16.7%) dan dengan hipertensi
27
Sehat
100 sedang dan berat berjumlah 22 orang
Total 30
(73.3%). Sedangkan responden yang
Sumber: Data Primer 2014
dikategorikan pola makan sehat dengan
Tabel V.4 Distribusi frekuensi responden
berdasarkan aktivitas merokok di hipertensi ringan berjumlah 3 orang (10%).
Puskesmas Kassi-Kassi Kabupaten Dari hasil uji statistik (hipotesis) yang
Bantaeng
dilakukan dengan pengujian Chi-squere
Aktivitas Persen diperoleh p value = 0,014.
Frekuensi (%)
Merokok Tabel V.7 Hubungan Merokok dengan
Prevalensi Hipertensi di Puskesmas
33.3 Kassi-Kassi Kabupaten Bantaeng
Ya 10
Hipertensi Nilai
66.7 Meroko
Tidak 20 Ringa Sedang+Bera Total (p)
k
n t
Ya 3 7 10
Total 30 100 10% 23.3% 33.3
%
1.00
Tidak 5 15 20
Sumber : Data primer 2014 16.7% 50.0% 66.7
0

3. Analisa Bivariat %
Total 8 22 30
Tabel V.6 Hubungan Pola Makan dengan 26.7% 73.3% 100%
Prevalensi Hipertensi di Puskesmas Sumber: Data Primer 2014
Kassi-Kassi Kabupaten Bantaeng Tabel V.7 menunjukkan hubungan

Hipertensi merokok dengan prevalensi hipertensi di


Nilai
Pola
Total (p)Puskesmas Kassi-Kassi Kabupaten
Makan Ringan Sedang+Berat
Bantaeng Tahun 2014.Dari 30 orang
Sehat 3 0 3 0.014
10% 0% 10% (100%), terdapat responden yang
Tidak 5 22 27 merokok dengan hipertensi ringan
Sehat 16.7% 73.3% 90% berjumlah 3 orang (10%) dan dengan
Total 8 22 30 hipertensi sedang+berat berjumlah 7
26.7% 73.3% 100%
orang (23.3%).Sedangkan responden
Sumber: Data Primer 2014
yang tidak merokok dengan hipertensi

30
JF FIK UINAM Vol.3 No.1 2015
ringan berjumlah 5 orang (16.7%) dan menunjukkan dari 30 orang (100%),
dengan hipertensi sedang+berat terdapat responden yang dikategorikan
berjumlah 15 orang (50.0%). Dari hasil uji pola makan tidak sehat dengan hipertensi
statistik (hipotesis) yang dilakukan dengan ringan berjumlah 5 orang (16.7%) dan
pengujian Chi-squere diperoleh p value = dengan hipertensi sedang+berat
1.000. berjumlah 22 orang (73.3%). Sedangkan
Tabel V.8 Hubungan Aktivitas Fisik responden yang dikategorikan pola makan
dengan Prevalensi Hipertensi di
sehat dengan hipertensi ringan berjumlah
Puskesmas Kassi-Kassi Kabupaten
Bantaeng 3 orang (10%). Dari hasil uji statistik
(hipotesis) yang dilakukan dengan
Hipertensi Nilai
Aktivita Tota
s Fisik Ringa Sedang+Bera l
(p) pengujian Chi-squere diperoleh p value =
n t
Baik 0 6 6 0,014. Ha diterima dan Ho di tolak nilai p =
0% 20% 20%
Kurang 8 16 24 0.02
0,014 < α = 0,05 sehingga terbukti ada
Baik 26.7% 53.3% 80% 9 hubungan pola makan dengan prevalensi
Total 8 22 30
26.7% 73.3% 100 hipertensi di Puskesmas Kassi-Kassi
%
Sumber: Data Primer 2014 Kabupaten Bantaeng Tahun 2014.

Tabel V.8 menunjukkan hubungan Hasil penelitian ini sejalan dengan

akktivitas fisik dengan prevalensi penelitian yang telah dilakukan oleh

hipertensi di Puskesmas Kassi-Kassi Meylen Suoth, Hendro Bidjuni dan

Kabupaten Bantaeng Tahun 2014. Dari 30 Reginus T Malara (2014) mengatakan

orang (100%), terdapat responden yang bahwa gaya hidup sangat mempengaruhi

dikategorikan aktivitas fisik kurang baik terjadinya penyakit hipertensi. Adapun

dengan hipertensi ringan berjumlah 8 gaya hidup yang menjadi variable dalam

orang (26.7%) dan dengan hipertensi penelitian ini yaitu konsumsi makanan,

sedang+berat berjumlah 16 orang (53.3. merokok, stress dan aktivitas fisik. Dengan

Sedangkan responden yang dikategorikan hasil penelitian menunjukkan konsumsi

aktivitas fisik baik dengan hipertensi makanan didapat nilai signifikan p value =

sedang+berat berjumlah 6 orang (20%). 0.004 berdasarkan uji statistic Spearman

Dari hasil uji statistik (hipotesis) yang Rho dengan tingkat kemaknaan α = 0.05.

dilakukan dengan pengujian Chi-squere Tingginya tekanan darah tersebut

diperoleh p value = 0,029. salah satu yang bisa mempengaruhinya

Hubungan Pola Makan Dengan Prevalensi adalah pengaturan makan penderita

Hipertensi hipertensi.seperti yang diketahui, bahwa

Dari hasil penelitian di Puskesmas garam atau NaCl sangat penting bagi

Kassi-Kassi Kabupaten Bantaeng 2014, system regulasi air di dalam tubuh,

31
JF FIK UINAM Vol.3 No.1 2015
khususnya dalam proses difusi dan kesadaran penderita untuk menjalankan
osmosis. Namun natrium dalam jumlah gaya hidup yang sehat. Banyaknya
berlebih dapat menahan air, sehingga penyediaan makanan siap saji, makanan
meningkatkan jumlah volume tinggi garam dan minuman kemasan dan
arah.Jantung harus bekerja lebidh keras beralkohol diera globalisasi sekarang ini
untuk memompa darah dan tekanan darah menyebabkan kebanyakan orang untuk
menjadi naik. (Astawan M, 2009) lebih memilih makanan instan dan
Jika dibandingkan dengan pastinya terasa lebih nikmat untuk
kebiasaan sehari-hari, penggunaan garam dikonsumsi tanpa memperhatikan resiko
jauh dari jumlah yang seharusnya timbulnya penyakit.Penggunaan makanan
dikonsumsi. Ini disebabkan karena dan minuman instan ini juga sangat
kurangnya control dari masyarakat untuk banyak ditemukan pada masyarakat yang
mengkonsumsi garam dalam sibuk bekerja tiap harinya.
makanannya. Hampir semua masyarakat Hubungan Merokok Dengan Prevalensi
dalam memilih makanan yang akan Hipertensi
dikonsumsi tidak memperhatikan Dari hasil penelitian di Puskesmas
kandungan garam yang ada dalam Kassi-Kassi Kabupaten Bantaeng 2014,
makanan tetapi memilih berdasarkan dari 30 orang (100%), terdapat responden
kesukaan dan selera masing-masing. yang merokok dengan hipertensi ringan
Sama halnya dengan makanan siap berjumlah 3 orang (10%) dan dengan
saji yang selama ini juga sudah menjadi hipertensi sedang+berat berjumlah 7
bagian dari menu makanan sehari-hari orang (23.3%). Sedangkan responden
Contohnya makanan yang paling banyak yang tidak merokok dengan hipertensi
ditemukan adalah mi instan.Selain murah, ringan berjumlah 5 orang (16.7%) dan
rasanya juga enak dan mudah untuk dengan hipertensi sedang+berat
disajikan.Akan tetapi yang perlu diketahui berjumlah 15 orang (50.0%). Dari hasil uji
adalah kandungan garam dalam mi instan statistik (hipotesis) yang dilakukan dengan
yang selama ini bagi sebagian orang pengujian Chi-squere diperoleh p value =
sudah menjadi makanan pokok sehari- 1.000. Ha ditolak dan Ho diterima, nilai p =
harinya.Dalam satu kemasan mi instan 1.000 > α = 0,05 sehingga terbukti tidak
terkandung kurang lebih 1300-1500 mg ada hubungan merokok dengan prevalensi
garam yang berasal dari bumbu dan hipertensi di Puskesmas Kassi-Kassi
pengawet yang terdapat di dalamnya. Kabupaten Bantaeng Tahun 2014.
Tingginya pola makan yang tidak Hasil penelitian ini sejalan dengan
sehat disebabkan karena kurangnya penelitian yang telah dilakukan oleh

32
JF FIK UINAM Vol.3 No.1 2015
Meylen Suoth, Hendro Bidjuni dan Dengan menghisap sebatang
Reginus T Malara (2014) mengatakan rokok maka akan mempunyai pengaruh
bahwa gaya hidup sangat mempengaruhi besar terhadap kenaikan tekanan darah
terjadinya penyakit hipertensi. Adapun hipertensi. Hal ini dapat disebabkan
gaya hidup yang menjadi variable dalam karena gas CO yang dihasilkan oleh asap
penelitian ini yaitu konsumsi makanan, rokok dapat menyebabkan pembuluh
merokok, stress dan aktivitas fisik. Dengan darah “Kramp” sehingga tekanan darah
hasil penelitian menunjukkan merokok naik, dinding pembuluh darah menjadi
didapat nilai signifikan p value = 0.447 robek. (Suparto, 2000)
berdasarkan uji statistic Spearman Rho Menurut asumsi peneliti, tidak
dengan tingkat kemaknaan α = 0.05. adanya hubungan merokok dengan
Menurut ilmu kedokteran, rokok prevalensi hipertensi ini disebabkan
mengandung lebih kurang 4000 bahan karena responden tidak dihomogenkan
kimia, diantaranya nikotin, tar, karbon pada saat penelitian sehingga
monoksida dan hydrogen sianida. Salah mempengaruhi hasil p value. Meskipun
satu kandungan rokok yang sangat merokok merupakan salah satu faktor
mempengaruhi tekanan darah adalah penyebab terjadinya hipertensi, namun
nikotin.Efek nikotin menyebabkan masih ada faktor lain yang lebih
perangsangan terhadap hormon berpengaruh dalam menyebabkan
kathekolamin (adrenalin) yang bersifat terjadinya hipertensi seperti umur, jenis
memacu jantung dan tekanan darah. kelamin, berat badan, pola makan, stress,
Jantung tidak diberikan kesempatan genetik, obesitas, dll. Mempunyai
istirahat dan tekanan darah akan semakin kebiasaan merokok aktif tetapi memiliki
meninggi, berakibat timbulnya hipertensi. keseimbangan nutrisi dan rutinitas
Nikotin mengaktifkan trombosit berolahraga tetap terjaga dapat mencegah
dengan akibat timbulnya adhesi trombo terjadinya hipertensi akibat merokok.
(penggumpalan) ke dinding pembuluh Hubungan Aktivitas Fisik Dan Prevalensi
darah. Nikotin, CO dan bahan lainnya Hipertensi
dalam asap rokok terbukti merusak Dari hasil penelitian di Puskesmas
dinding endotel (dinding dalam pembuluh Kassi-Kassi Kabupaten Bantaeng 2014,
darah), dan mempermudah menunjukkan dari 30 orang (100%),
penggumpalan darah. Akibat terdapat responden yang dikategorikan
penggumpalan (trombosit) akan merusak aktivitas fisik kurang baik dengan
pembuluh darah perifer. (Mangku Sitepoe, hipertensi ringan berjumlah 8 orang
1997) (26.7%) dan dengan hipertensi

33
JF FIK UINAM Vol.3 No.1 2015
sedang+berat berjumlah 16 orang (53.3. penurunan sistolik dan diastolic sebanyak
Sedangkan responden yang dikategorikan 11 dan 8 poin (Kowalski, 2010).
aktivitas fisik baik dengan hipertensi Dengan berolahraga selama 10
sedang+berat berjumlah 6 orang (20%). menit beberapa kali sehari dinilai efektif.
Dari hasil uji statistik (hipotesis) yang Sebuah penelitian di Indiana University
dilakukan dengan pengujian Chi-squere membuktikan bahwa berjalan 4 kali 10
diperoleh p value = 0,029. Ha diterima dan menit setiap hari akan menurunkan
Ho ditolak, nilai p = 0.029 < α = 0.05, tekanan darah sebanyak 6,6 poin pada
sehingga terbukti ada hubungan aktivitas pasien prehipertensi dan 12,9 poin pada
fisik dengan prevalensi hipertensi di pasien hipertensi (Kowalski, 2010).
Puskesmas Kassi-Kassi Kabupaten Melihat kenyataan yang ada pada
Bantaeng tahun 2014. saat ini, olahraga tidak lagi menjadi
Hasil penelitian ini sejalan dengan rutinitas keharusan bagi sebagian banyak
penelitian yang telah dilakukan oleh orang.Waktu luang yang dimiliki diselang
Meylen Suoth, Hendro Bidjuni dan padatnya rutinitas kerja membuat
Reginus T Malara (2014) mengatakan sebagian banyak masyarakat lebih
bahwa gaya hidup sangat mempengaruhi memilih untuk beristirahat di
terjadinya penyakit hipertensi. Adapun rumah.Disamping itu, penyediaan alat
gaya hidup yang menjadi variable dalam transportasi saat ini yang semakin
penelitian ini yaitu konsumsi makanan, memanjakan aktivitas masyarakat.Selain
merokok, stress dan aktivitas fisik. Dengan memudahkan, dengan alat transportasi ini
hasil penelitian menunjukkan aktivitas fisik pun masyarakat dapat ketempat tujuan
didapat nilai signifikan p value = 0.000 tanpa harus mengeluarkan tenaga.
berdasarkan uji statistic Spearman Rho Untuk hidup sehat, mulailah dari hal
dengan tingkat kemaknaan α = 0.05. kecil.Aktivitas fisik bukan merupakan
Menurut para dokter di Selandia aktivitas yang berat. Berjalan kaki atau
Baru yang dimuat di tajuk rencana The bersepeda 30-40 menit dalam sehari
Lancet menyimpulkan bahwa terdapat sama dengan melakukan aktivitas fisik.
beberapa hubungan tingkat aktivitas Cobalah menerapkan untuk berjalan kaki
dengan tekanan darah, yaitu penurunan dalam sehari, baik pada waktu ingin ke
tekanan darah pada penderita hipertensi tempat kerja maupun untuk pergi
lebih besar daripada orang bertekanan ketempat tujuan yang dapat dijangkau
darah normal atau prehipertensi. Rata-rata meskipun tidak menggunakan kendaraan.
penderita hipertensi akan mengalami

34
JF FIK UINAM Vol.3 No.1 2015
KESIMPULAN Depkes. 2012. "Menkes: “Masalah
Hipertensi di Indonesia".
1. Ada hubungan pola makan dengan
http://www.depkes.go.id/index.php/b
prevalensi hipertensi di Puskesmas erita/pressrelease/1909masalahhiper
tensi-di-indonesia.html. Diakses
Kassi-Kassi Kabupaten Bantaeng
tanggal 19 Januari, 2014.
2014
Dewi dan Familia. 2010. Hidup Bahagia
2. Tidak ada hubungan merokok dengan
Dengan Hipertensi. Jakarta: Pustaka
prevalensi hipertensi di Puskesmas Nasional.
Kassi-Kassi Kabupaten Bantaeng
Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi
2014 Selatan. 2006. "Data Morbiditas
Rumah Sakit". http://dinkes-
3. Ada hubungan aktivitas fisik dengan
sulsel.go.id.
prevalensi hipertensi di Puskesmas http://dinkessulsel.go.id/new/images/
berita3/data%20morbiditas%20ruma
Kassi-Kassi Kabupaten Bantaeng
h%20sakit.doc. Diakses tanggal 22
2014 Januari 2014.
KEPUSTAKAAN
Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku
Abidin, U.W, dan Rasdi Nawi, Arsin, Patofisiologi. Jakarta: EGC
A.A.2011."Faktor Risiko yang
Berhubungan dengan Kejadian Hidayat A.A. 2011. Metode Penelitian
Hipertensi di RSUD Polewali Keperawatan Dan Teknik
Kabupaten Polewali Mandar Tahun AnalisisData. Jakarta: Salemba
2011".http://118.97.33.150/jurnal/files Medika.
/ Diakses tanggal 19 Januari 2014.
Huon H. Gray, Dkk. 2005.Lecture Notes
Anggraeni, Yofina. 2012. Super Komplit Kardiologi Ed.4. Jakarta: Erlangga
Pengobatan Darah Tinggi.
Yogyakarta: Araska. Indrawati. Lely, Werdbasari. Asri, Yudi.
Antonius. 2009. Hubungan Pola
Anoname. 2013. Diet Nutrisi Sehat. Kebiasaan Konsumsi Makanan
http://www.nutrisi-diet.com/2013/03/ Masyarakat Miskin dengan Kejadian
pembagian-jam-makan-yang- Hipertensi di Indonesia.
tepat.html.Diakses tanggal 4 http://ejournal.litbang.depkes.go.id/in
Februari 2014. dex.php/
MPK/article/download/771/1713.Diak
Apriyanti, Maya. 2013. Meracik Sendiri ses tanggal 20 Januari 2014.
Obat dan Menu Sehat Bagi
Penderita Darah Tinggi.Yogyakarta: Jafar, Nurhaedar. 2010. “Hipertensi”.
Pustaka Baru Press. http://repository.unhas.ac.id/handle/
123456789/2686. Diakses tanggal
Astawan, M. 2009. Cegah Hipertensi 20 Januari 2014.
dengan Pola
Makan.http://www.depkes.com. Kowalski, Robert E. 2010. Terapi
Diakses tanggal 5 Februari 2014. Hipertensi: Program 8 Minggu
Menurunkan Tekanan Darah Tinggi
Brunner dan Suddarth. 2002. Buku Ajar dan Mengurangi Risiko Serangan
Keperawatan Medikal Bedah Vol.2. Jantung dan Stroke Secara Alami.
Jakarta: EGC 2002. Bandung: Qanita.

35
JF FIK UINAM Vol.3 No.1 2015
Mangku, Sitepoe. 1997. Usaha Mencegah Salam, A. 2011.Sembuh dan Sehat
Bahaya Merokok. Jakarta: dengan Pola Hidup Ala
Gramedia. Rasulullah.Yogyakarta: Elang
Mansjoer, Arif. 2008. Kapita Selekta Persada Media.
Kedokteran Ed.3 Jilid 1.Jakarta: Santoso, Djoko. 2010. Membonsai
Media Aesculapius Hipertensi. Surabaya: Jaringan
Masi, R., R Amiruddin, Syamsiar S, and Pena.
Russeng. 2012. "Faktor Risiko Sediaoetama, A. D. 2004. Ilmu Gizi untuk
Kejadian Hipertensi Derajat 2 pada Mahasiswa dan Profesi Jilid
Karyawan di Rumah Sakit Tentara II.Jakarta: Dian Rakyat.
Tk.III Ambon Tahun 2012". Shihab, M.Quraish. 2002. Tafsir Al-
http://118.97.33.150/jurnal/files/abc7 Mihshab: Pesan, Kesan dan
9049ac494 Keserasian Al-Qur’an. Jakarta:
420d0e36cc7040f0a52.pdf. Diakses Lentera Hati.
tanggal 19 Januari 2014. Sigarlaki, Herke. 2006. Karakteristik dan
Mulyati H, A.Syam. 2011. "Hubungan pola Faktor berhubungan dengan
konsumsi natrium dan kalium serta Hipertensi di desa Bocor, Kecamatan
aktifitas fisik dengan kejadian Bulus Pesantren, Kabupaten
Hipertensi pada pasien rawat jalan di Kebumen, Jawa Tengah, Tahun
RSUP DR. Wahidin Sudirohusodo 2006.
Makassar".http://419-622- http://journal.ui.ac.id/health/article/vie
1SM/jurnal/file.pdf. Diakses tanggal wFile/187/183 Diakses tanggal 19
22 Januari 2014. Januari, 2014.
Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Suiraoka I.P. 2012.Penyakit Degeneratif.
Metode Penelitian Ilmu Yogyakarta: Numedmedika.
Keperawatan: Pedoman Skripsi, Suparto. 2000. Sehat Menjelang Usia
Thesis dan Instrumen Penelitian Lanjut. Bandung: Remaja
Keperawatan. Jakarta: Salemba Rosdakarya Effset
Medika. Sustrany, Lanny, dkk. 2005. Hipertensi.
Pdpersi. 2003. Ada Apa dengan Rokok. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
http://www.red-bondowoso.or.id. Utama
Diakses tanggal 7 Februari 2014. Triwibowo, Heri. 2010. Hubungan Gaya
Persagi. 2003. The British Geriatrics Hidup (Life Style) dengan Terjadinya
Society. http://www.dieak.or.id. Hipertensi pada Penderita Hipertensi
Diakses tanggal 5 Februari 2014. di Poli Umum Puskesmas
Puspita.2013. Tahukah Anda Makanan
Berbahaya untuk Penyakit Darah
Tinggi.Jakarta: Dunia Sehat
Price, Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi
Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit.Jakarta: EGC
Rachmawati. 2011. Hubungan Usia,
Obesitas, dan Perilaku Merokok
(Jumlah Rokok yang dihisap,
Lamanya Merokok, dan Jenis Rokok)
terhadap Hipertensi pada Karyawan
Tetap Laki-Laki di Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran”
Jakarta.
http://library.upnvj.ac.id/pdf/451kedo
kteran/
207311150/BAB%2011.pdf.Diakses
tanggal 4 Februari 2014.

36
JF FIK UINAM Vol.3 No.1 2015

Anda mungkin juga menyukai