SEMINAR HASIL
Oleh
MUH. FADHIL ALFAUZY S.
NIM : 1720121112
i
ii
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. karena berkat dan
karunia-Nya, penulisan dapat menyelesaikan Proposal dengan judul “STUDI
EVALUASI STRUKTUR BALOK DAN PELAT PADA GEDUNG INDOSAT
CABANG MAKASSAR”. Laporan proposal ini merupakan salah satu persyaratan
untuk menyelesaikan studi di kampus Universitas Fajar Makassar.
Penulis menyadari bahwa terselesaikannya tugas akhir ini tidak lepas dari
bimbingan, dukungan, doa dan bantuan dari dari semua pihak yang bersangkutan
sejak dari mulai penyusunan hingga terselesaikannya tugas akhir ini. Maka dari itu
penulis mengucapkan terimah kasih yang sebesar-besarnya kepada:
iii
Penulis menyadari bahwa proposal ini belum sempurna. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritikan dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan proposal ini demi perbaikan pada masa mendatang. Semoga
proposal ini bermanfaat bagi pembacanya.
Penulis
vi
DAFTAR ISI
v
4.1 Deskripsi Umum Model Struktur Kantor Indosat Cabang
Makassar ...................................................................................... 51
4.2 Beban Gempa ............................................................................... 68
4.3 Penentuan Massa Struktur ........................................................... 71
4.4 Memasukkan Kombinasi Pembebanan ........................................ 72
4.5 Penentuan Lantai Sebagai Diafragma .......................................... 73
4.6 Hasil Analisis Struktur ................................................................. 74
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 82
5.1 Kesimpulan .................................................................................. 82
5.2 Saran ............................................................................................ 82
DAFTAR PSTAKA .............................................................................................. 83
LAMPIRAN
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Tebal Minimum Pelat Satu Arah Bila Lendutan Tidak Dihitung ........... 4
Tabel 2.6 Beban Hidup Terdistribusi Merata Minimum Menurut SNI 1727:201 19
Tabel 2.7 Perbedaan Kombinasi Beban LRFD Berdasarkan SNI Beton Bertulang
SNI 03-2847-2002 dan SNI Beton 2847:2013 ...................................................... 25
Tabel 4.3 Base Reactin Beban Gempa Statik dan Dinamis .................................. 76
Tabel 4.4 Perbandingan Gaya Geser Dasar Statik dan Dinamis ........................... 77
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.4 Gaya Inersia Akibat Gerakan Tanah Pada Benda Kaku ................... 23
Gambar 2.6 Peta Parameter (Percepatan batuan dasar periode pendek) ............... 27
Gambar 2.7 Peta Parameter (percepatan batuan dasar periode 1 detik) ................ 27
Gambar 3.6 Pengaturan grid sampel gedung kantor indosat cabang makassar .... 40
viii
Gambar 3.14 Memilih jenis perletakan struktur ................................................... 44
Gambar 4.2 Kotak Define Grid System Data (Permodelan Bangunan) ................ 53
Gambar 4.3 Kotak Dialog Material Property Data Beton dan Baja .................... 55
Gambar 4.4 Kotak Dialog Material Property Data Tulangan BJ 37 dan Tulangan
BJ 40 ..................................................................................................................... 55
Gambar 4.6 Kotak Dialog Rectangular Section Balok Anak 20/35 ..................... 56
Gambar 4.8 Kotak Dialog Rectangular Section Balok Praktis 15/20 ................... 57
Gambar 4.11 Kotak Dialog Rectangular Section Ringbalk Praktis 15/20 ............ 60
Gambar 4.12 Kotak Dialog I/Wide Flange Section RB2 100 x 50 x 5 x 7 ........... 60
ix
Gambar 4.14 Penggmbaran Struktur Balok Lantai Basement .............................. 61
Gambar 4.23 Kotak Input Assign Joint Restrant Jenis Tumpuan yang Digunaka 66
Gambar 4.27 Input data dinamik respon spektrum wilayah makassar ................. 70
Gambar 4.33 Jumlah Partisipasi Massa pada 15 Mode (lebih dari 90% atau 0,9) 74
Gambar 4.37 Gaya momen yang terjadi pada Balok, kolom dan Pelat ............... 80
Gambar 4.38 Gaya Geser Yang Terjadi pada Elemen-Elemen Struktur Balok .... 80
ix
Gambar 4.39 Nominal Tumpuan yang bekerja saat pembebanan......................... 81
ix
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam redesain gedung kantor indosat cabang
makassar adalah Berapa nilai kekuatan elemen struktur balok dan pelat pada
Gedung kantor indosat cabang makassar?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dalam redesain gedung kantor indosat cabang makassar adalah
untuk Memperoleh nilai kekuatan elemen struktur balok dan pelat pada gedung
kantor indosat cabang makassar.
1.4 Batasan Masalah
Adapun batasan masalah dalam redesain gedung kantor indosat cabang
makassar adalah :
1) Bangunan yang akan dievaluasi adalah gedung 4 lantai kantor indosat
cabang makassar yang berada dipusat kota makassar tepatnya dijalan
Slamet Riyadi No.4, Bulo Gading, Kecamatan ujung pandang ,
2) Elemen yang akan ditinjau strukturnya hanya bagian dari elemen struktur
atas, yang meliputi komponen balok dan pelat lantai.
3) Standar beban minimum yang digunakan untuk perancangan bangunan
gedung kantor indosat cabang makassar adalah SNI 1727:2013. Standar ini
memuat ketentuan beban minimum untuk merancang bangunan gedung dan
struktur lain.
4) Syarat-syarat teknis yang berupa jenis dan uraian pekerjaan, jenis dan mutu
bahan, cara pelaksanaan pekerjaan, merk material atau bahan mengacu pada
Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) pembangunan Gedung Kantor
Indosat cabang Makassar yang telah ada.
5) Menggunakan aplikasi software SAP 2000 versi 14.2.2.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pada tahap perencanaan struktur gedung, perlu dilakukan studi literatur untuk
mengetahui hubungan antara susunan fungsional gedung dengan sistem struktural
yang akan digunakan, disamping juga untuk mengetahui dasar-dasar teorinya.
Pada jenis struktur gedung tertentu, perencanaan sering kali diharuskan
menggunakan suatu pola akibatdari syarat-syarat fungsional maupun strukturnya.
Pola-pola yang dibentuk oleh konfigurasi fungsional akan berpengaruh secara
implisit pada desain struktur yang digunakan. Hal ini merupakan salah satu faktor
yang menentukan, misalnya pada situasi yang mengharuskan bentang ruang yang
besar serta harus bebas kolom, sehingga akan menghasilkan beban yang harus
dipikul oleh balok yang lebih besar pula.
Pada bab ini akan dijelaskan tentang tata cara dan langkah-langkah
perhitungan struktur mulai dari struktur atas yang meliputi pelat, dan balok. Studi
literatur dimaksudkan agar dapat memperoleh hasil perencanaan yang optimal dan
akurat. Oleh karena itu, dalam bab ini pula akan dibahas mengenai konsep
pemilihan sistem struktur dan konsep perencanaan/desain struktur bangunannya,
seperti konfigurasi denah dan pembebanan yang telah disesuaikan dengan syarat-
syarat dasar perencanaan suatu gedung bertingkat yang berlaku di Indonesia
sehingga diharapkan hasilyang akan diperoleh nantinya tidak akan menimbulkan
kegagalan struktur.
3
Perencanaan struktur portal utama direncanakan dengan menggunakan prinsip
strong column weak beam, dimana sendi-sendi plastis diusahakan terletak pada
balok- balok.
2.2.1 Pelat Satu Arah
Berdasarkan SNI 2847-2013 pasal 9.5.2 perencanaan tebal pelat satu
arah harus memenuhi syarat sebagai berikut:
𝐼𝑦
>2
𝑖𝑥
Keterangan:
Tabel 2.1 Tebal minimum pelat satu arah bila lendutan tidak dihitung
Tebal minimum, h
Tertumpu Satu ujung Kedua ujung Kantilever
Sederhana menerus menerus
Komponen Komponen struktur tidak menumpu atau tidak dihubungkan
Struktur dengan partisi atau konstruksi lainnya yang mungkin rusak
oleh lendutan yang besar
Pelat massif l/20 l/24 l/28 l/10
satu arah
Balok atau l/16 l/18,5 l/21 l/8
pelat rusuk
satu arah
Catatan:
- Panjang bentang dalam mm
- Nilai yang diberikan harus digunakan langsung untuk komponen struktur
dengan beton normal dan tulangan dengan mutu 420 Mpa.
- Untuk kondisi lain, nilai di atas harus dimodifikasi sebagai berikut:
- Untuk struktur beton ringan dengan berat jenis (wc) di antara 1440
sampai 1840 kg/m3, nilai tadi harus dikalikan dengan (1,65 – 0,0003wc)
tetapi tidak kurang dari 1,09
- Untuk fy selain 420 Mpa, nilainya harus dikalikan dengan 0,4 + fy/700
4
a. Untuk αfm yang sama atau lebih dari 0,2, menggunakan tabel 2.2.
b. Untuk αfm lebih besar dari 0,2 tapi tidak lebih dari 2,0¸h tidak boleh
kurang dari:
𝑓𝑦
𝑙𝑛 (0.8 + 1400)
ℎ=
36 + 5𝛽(𝛼𝑓𝑚 − 0,2)
5
Pasal 13.3 SNI 2847:2013 menjelaskan bahwa syarat luas tulangan
pelatditetukan dari momen-momen pada penampang kritis. Jarak tulangan
pada penampang kritis tidak boleh melebihi dua kali tebal pelat. Pada pelat
diperlukan tulangan susut dan suhu. Tulangan untuk tegangan susut dan
suhu harus tegak lurus terhadap tulangan lentur. Pasal 7.12.2.1 SNI
2847:2013 menerangkan luasan tulangansusut dan suhu harus menyediakan
paling sedikit memiliki rasio luas tulangan terhadap luas bruto penampang
beton sebagai berikut, tetapi tidak kurang dari 0,0014:
a. Tulangan ulir fy 280 atau 350 MPa, As min = 0,0020 bh
b. Tulangan ulir atau tulangan kawat las fy = 420 MPa, As min = 0,0018
bh
Syarat tulangan susut dan suhu, tidak lebih dari lima kali
tebal pelat, atau tidak lebih dari 450 mm.
2.2.3 Balok
Balok adalah elemen struktur yang menyalurkan beban-beban tributary
dari slab lantai ke kolom penyangga vertikal. Pada umumnya elemen balok
dicor secara monolit dengan slab dan secara struktural ditulangi bagian
bawah, atau dibagian atas serta bawahnya. Karena balok dicor secara
monolit dengan slab, maka elemen tersebut membentuk penampang balok
T untuk tumpuan dalam dan balok L untuk tumpuan tepi (Edward G. Nawy,
1998).
Dengan menganut sistem perencanaan metode kekuatan (Strenght
Design Method) untuk mendesain struktur secara umum dan termasuk balok
secara khusus dalam sub bab ini beberapa asumsi berikut harus dipenuhi
oleh seorang perencana struktur:
- Regangan pada beton berbanding lurus terhadap jaraknya ke sumbu
netral penampang.
- Distribusi regangan dianggap linier. Penampang yang datar akan tetap
datar setelah lentur.
6
- Pada kondisi keruntuhan regangan maksimum yang terjadi pada serat
tekan beton terluar ditetapkan sebesar εcu = 0,003.
- Untuk perhitungan kuat rencana, bentuk dari distribusi tegangan tekan
beton diasumsikan berupa persegi empat.
1. Desain Balok
Perencanaan dimensi balok diatur dalam SNI 2847:2013 pada table
9.5(a) sebagai berikut:
Tabel 2.3 Tebal Minimum Balok
Tebal Minimum, h
Komponen Tertumpu Satu Ujung Kedua Ujung
Kantilever
Struktur Sederhana Menerus Menurus
Komponen struktur tidak menumpu atau tidak
dihubungkan dengan pertisi atau konstruksi lainnya
yang
mungkin rusak oleh lendutan yang besar.
Pelat
Massif l /20 l /24 l /28 l /10
satu Arah
Balok atau
pelat rusuk l /16 l /18,5 l /21 l /8
satu arah
Catatan : panjang bentang dalam mm, nilai yang diberikan harus
digunakan langsung untuk komponen struktur dengan beton normal
dan
tulangan tulangan mutu 420 MPa. Untuk kondisi lain, nilai di atas
harus
dimodifikasikan sebagai berikut:
a) Untuk struktur beton ringan dengan berat jenis (equilibrium
density), wc, diantara 1440 sampai 1840 kg/m3. Nilai tadi harus
dikalikan dengan (1,65-0,0003 wc) tetapi tidak kurang dari 1,09.
b) Untuk fy selain 420 MPa, nilainya harus dikalikan dengan (0,4 +
fy/700)
7
Untuk nilai dimensi (h) pada balok dapat ditentukan sebagai berikut:
1. Dimensi h pada balok induk
1 𝐹𝑦
𝐻 ≥ 16 𝑥| (0,4 + 700)
8
serta bentuk elemen struktur dan bahan yang digunakan, taraf tegangan
pada suatu struktur dapat ditentukan pada taraf yang dipandang masih
dapat diterima secara aman, dan sedemikian hingga kelebihan tegangan
material (misalnya ditunjukan dengan adanya retak) tidak terjadi. Pada
dasarnya inilah kriteria kekuatan dan merupakan dasar yang sangat
penting. Aspek lain mengenai kemampuan layan suatu struktur adalah
mengenai deformasi yang diakibatkan oleh beban, apakah masih dalam
batas yang dapat diterima atau tidak. Deformasi berlebihan dapat
menyebabkan terjadi kelebihan tegangan pada suatu bagian struktur.
Perlu diperhatikan bahwa karena struktur berubah bentuk secara
berlebihan, bukan berarti struktur tersebut tidak stabil. Deformasi atau
defleksi besar dapat diasumsikan dengan struktur yang tidak aman, tetapi
hal ini tidak selalu demikian, karena deformasi juga dikontrol oleh
kekuatan struktur. Untuk memenuhi kekuatan struktur, seringkali
diperlukan elemen struktur yang lebih banyak untuk mencapai
kekakuanyang diperlukan. Kekakuan sangat bergantung pada jenis,
besar, dan distribusi bahan pada struktur. Berkaitan dengan deformasi,
tetapi bukan merupakan fenomena yang sama, adalah gerakan pada
struktur. Biasanya kecepatan dan percepatan aktual struktur yang
memikul beban dinamis dapat dirasakan oleh pemakai bangunan, dan
menimbulkan rasa tidak nyaman. Salah satu contoh adalah gerakan
sehubungan dengan gedung bertingkat banyak yang mengalami beban
angin. Untuk itu ada kriteria mengenai kecepatan dan percepatan batas.
Kontrol tercapai dengan melalui manipulasi yang melibatkan kekakuan
struktur dan karakteristik redaman.
2. Efisiensi
Kriteria ini mencakup tujuan desain sttruktur yang relatif lebih ekonomis.
Ukuran yang sering digunakan adalah banyak material yang diperlukan
untuk memikul beban yang diberikan dalam ruang pada kondisi kendala
yang ditentukan. Mungkin bisa terjadi respon struktur yang berbeda-beda
9
terhadap situasi beban yang diberikan akan mempunyai kemampuan
layan yang sama. Akan tetapi, tidak selalu berarti bahwa setiap struktur
akan memerlukan material yang sama untuk memberikan kemampuan
layan struktur yang sama. Oleh karena itu dibutuhkan satu solusi yang
memerlukan material lebih sedikit dibandingkan dengan yang lain.
Penggunaan volume minimum sebagai kriteria adalah salah satu dari
berbagai konsep penting bagi engineer.
3. Konstruksi
5. Lain-lain
10
2.4.1 Material Struktur
2. Struktru Baja
3. Struktur Komposit
Struktur ini merupakan gabungan antara dua jenis material atau lebih.
Pada umumnya yang sering digunakan adalah kombinasi antara baja
struktural dengan beton bertulang. Kombinasi tersebut menjadikan
struktur komposit memiliki perilaku struktur antara struktur baja dan
struktur beton bertulang. Struktur komposit ini digunakan untuk
bangunan tingkat menengah sampai denganbangunan tingkat tinggi.
4. Sturktur Beton
11
dengan takaran material yang sesuai dengan kebutuhan karakteristik
beton yang akan direncanakan. Kemudian buton tersebut dituangkan
pada struktur tulangan yang telah siap.
12
2.4.2 Konfigurasi Struktur Bangunan
1. Konfigurasi Horisontal
2. Konfigurasi Vertikal
13
b. Rangka dengan Diafragma Vertikal, adalah rangka yang digunakan
bila rangka struktural tidak mencukupi untuk mendukung beban
horisontal gempa yang akan bekerja pada struktur. Dapat berupa
dinding geser (shear wall) yang dapat juga berfungsi sebagai core
wall.
14
Gambar 2.3. Sendi-sendi plastis pada balok
2. U = 1,2D + 1,6L
15
8. U = (1,2 +0,2 SDS)D + 1,0L + 0,3.ρ.Ex - ρ.Ey
Keterangan:
U = kuat perlu
D = beban mati
L = beban hidup
Ex = beban gempa (arah x)
Ey = beban gempa (arah y)
ρ = faktor redundasi
2.5.2 Kuat Rencana
Menurut SNI 2847-2013, kekuatan desain yang disediakan oleh suatu
komponen struktur, sambungannya dengan komponen struktur lain, dan
penampangnya, sehubungan dengan lentur, beban normal, geser dan torsi,
harus diambil sebesar kekuatan nominal yang dihitung sesuai dengan
persyaratan dan asumsi dari standar ini, yang dikalikan dengan faktor
reduksi kekuatan ϕ. Faktor reduksi kekuatan ϕ menurut SNI 2847-2013
dapat dilihat pada tabel 2.4.
16
Tabel 2.4. Faktor Reduksi (ø) Kekuatan Desain
Faktor
No Keterangan
Reduksi (ø)
1 Penampang terkendali tarik 0.9
Penampang terkendali tekan
2 a. Komponen struktur dengan tulangan spiral 0.75
b. Komponen struktur bertulang lainnya 0.65
3 Geser dan torsi 0.75
4 Tumpuan pada beton 0.65
5 Daerah angkur pasca tarik 0.85
Model strat pengikat, strat, pengikat, daerah
6 pertemuan(nodal), dan daerah tumpuan dalam model 0.75
tersebut
Penampang lentur dalam komponen struktur pratarik
dimanapenanaman strand kurang dari panjang
penyaluran
7 a. Dari ujung komponen struktur ke ujung panjang 0.75
transfer
Dari ujung panjang transfer ke ujung panjang
penyaluran øboleh ditingkatkan secara linier dari 0.75 - 0,9
1. Beban Statis
a. Beban Mati
Beban mati adalah beban-beban yang bekerja vertikal ke bawah pada
struktur dan mempunyai karakteristik bangunan, seperti misalnya
penutup lantai, alat mekanis, dan partisi.Berat dari elemen-elemen ini
pada umumnya dapat ditentukan dengan mudah dengan derajat
ketelitian cukup tinggi. Untuk menghitung besarnya beban mati suatu
elemen dilakukan dengan meninjau berat satuan material tersebut
berdasarkan volume elemen. Berikut beberapa beban mati menurut
Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung 1987.
Beton bertulang = 2400 kg/m3
Tanah = 1700 - 2000 kg/m3
Berat dari beberapa komponen bangunan dapat ditentukansebagai
berikut :
17
Plafon dan penggantung = 20 kg/m2
Adukan/spesi lantai per cm tebal = 21 kg/m2
Penutup lantai/keramik per cm tebal = 24 kg/m2
Dinding pasangan bata setengah batu = 250 kg/m2
b. Beban Hidup
Beban hidup adalah beban yang bisa ada atau tidak ada padastruktur
untuk suatu waktu yang diberikan. Meskipun dapatberpindah-pindah,
beban hidup masih dapat dikatakan bekerjasecara perlahan-lahan pada
struktur. Beban yang diakibatkan oleh hunian atau penggunaan
(occupancy loads) adalah beban hidup. Yang termasuk ke dalam
beban penggunaan adalah berat manusia, perabot, barang yang
disimpan, dansebagainya. Beban yang diakibatkan oleh air hujan, juga
temasuk ke dalam beban hidup. Semua beban hidup mempunyai
karakteristik dapat berpindah atau, bergerak.Besarnya beban hidup
terbagi merata ekuivalen yang harus di perhitungkan pada struktur
bangunan gedung, pada umumnya dapat ditentukan berdasarkan standar
yang berlaku.
Tabel 2.5. Beban Hidup Pada Lantai Bangunan
Beban Hidup Lantai Bangunan Besar Beban
18
Tabel 2.6 Beban hidup terdistribusi merata minimum menurut SNI
1727:2013:
Hunian atau penggunaan Beban Merata kN/m2
Merata Terpusat
Hunian atau penggunaan (kN/m2) (kN)
19
Tabel 2.6 (Lanjutan)
Merata Terpusat
Hunian atau penggunaan (kN/m2) (kN)
Perpustakaan
- Ruang baca 2.87 4.45
- Ruang peyimpanan 7.18 4.45
- Koridor di atas lantai pertama 3.83 4.45
Pabrik
- Ringan 6 8.9
- Berat 11.97 13.40
Gedung perkantoran:
Ruang arsip dan komputer harus dirancang untuk
beban yang lebih berat berdasarkan pada perkiraan
hunian
- lobi da koridor lantai pertama 4.79 8.9
- Kantor 2.40 8.9
Koridor di atas lantai pertama 3.83 8.9
Lembaga hukum
- Blok sel 1.92
Koridor 4.79
Tempat rekreasi
- Tempat bowling, kolam renang, dan peggunaan 3.59
yang sama
- Bangsal dansa dan ruang dansa 4.79
Gimnasium 4.79
20
Tabel 2.6 (Lanjutan)
Merata Terpusat
Hunian atau penggunaan (kN/m2) (kN)
Tempat rekreasi
- Tempat bowling, kolam renang, dan 3.59
peggunaanyang sama
- Bangsal dansa dan ruang dansa 4.79
Gimnasium 4.79
- Tempat menonton baik terbuka tau tertutup 4.79
Stadium dan tribun/arena dengan tempat duduktetap 2.87
(terikat pada lantai)
Rumah tinggal
Hunian (satu keluarga dan dua keluarga)
- Loteng yang tidak dapat didiami tanpa gudang 0.48
- Loteng yang tidak dapat didiami dengan
gudang 0.96
- Loteng yang dapat didiami dan ruang tidur 1.44
- Semua ruang kecuali tangga dan 1.92
balkonSemua hunian rumah tinggal lainnya
- Ruang pribadi da koridor yang melayani 1.92
mereka
Ruang publik da koridor yang melayani mereka 4.79
Atap
- Atap datar, berbubung, dan lengkung 0.96
- Atap digunakan untuk taman atap 4.79
-Atap yang digunakan untuk tujuan lain Sama
Atap yang digunakan untuk hunian seperti
lainnyaAwning dan kanopi hunian
- Konstruksi pabrik yang didukung oleh dilayani 0.89
strukturrangka kaku ringan 0.89
Rangka tumpu layar 0.24 tidak
penutupSemua konstruksi boleh
lainnya direduksi
Komponen struktur atap utama, yang terhubung 0.24
langsung dengan pekerjaan lantai 0.96
- Titik panel tunggal dari batang bawah rangka 1.33
atap atau setiap titik sepanjang komponen
struktur utama yang mendukung atap di atas
pabrik, gudang, dan perbaikan garasi 1.33
-Semua komponen struktur atap utama lainnya
Semua permukaan atap dengan beban pekerja
pemiliharaan
21
Tabel 2.6 (Lanjutan)
Merata Terpusat
Hunian atau penggunaan (kN/m2) (kN)
Sekolah
- Ruang kelas 1.92 4.5
- Koridor di atas lantai pertama 3.83 4.5
Koridor lantai pertama 4.79 4.5
Bak-bak/scuttles, rusuk untuk atap kaca dan 0.89
langit-
langit yang dapat diakses
Pinggir jalan untuk pejalan kaki, jalan
lintas 11.97 35.6
kedaraan, dan lahan/jalan untuk truk-truk
Tangga dan jalan keluar 4.79 1.33
Rumah tinggal untuk satu dan dua keluarga saja 1.92 1.33
Gudang di atas langit-lagit 0.96
Gudang penyimpanan barang sebelum disalurkan
kepengecer (jika diantisipasi menjadi
gudang
penyimpanan, harus diarancang untuk beban
lebihberat)
- Ringan 6
Berat 11.97
Toko Eceran
- Lantai pertama
- Lantai diatasnya 4.79 4.45
Grosir, di semua lantai 3.59 4.45
6 4.45
Penghalang kendaraan Lihat pasal
4.5
2. Beban Dinamis
Beban dinamis adalah beban yang bekerja secara tiba-tiba pada struktur.
Pada umumya, beban ini tidak bersifat tetap (unsteady-state) serta
mempunyai karakterisitik besaran dan arah yang berubah dengan cepat.
Deformasi pada struktur akibat beban dinamik ini juga akan berubah-
ubah secara cepat. Beban dinamis ini terdiri dari beban gempa dan beban
22
angin.
a. Beban Gempa (Earthquake Load)
Gambar 2.4. Gaya Inersia Akibat Gerakan Tanah Pada Benda Kaku
23
Massa dari struktur bangunan merupakan faktor yang sangat penting,
karena beban gempa merupakan gaya inersia yang bekerja pada pusat
massa, yang menurut hukum gerak dari Newton besarnya adalah : V
= m.a = (W/g).a , dimana a adalahpercepatan pergerakan permukaan
tanah akibat getaran gempa, dan m adalah massa bangunan yang
besarnya adalah berat bangunan (W) dibagi dengan percepatan
gravitasi (g). Gaya gempa horisontal V = (a/g).W = Cs.W dimana
Cs=a/g disebut sebagai koefisien respons seismik.
Dengan demikian gaya gempa merupakan gaya yang didapat dari
perkalian antara berat struktur bangunan dengan suatu koefisien.
Pada bangunan gedung bertingkat, massa dari struktur dianggap
terpusat pada lantai-lantai dari bangunan, dengan demikian beban
gempa akan terdistribusi pada setiap lantai tingkat. Selain tergantung
dari massa di setiap tingkat, besarnya gaya gempa pada suatu tingkat
tergantung juga padaketinggian tingkat tersebut dari permukaan tanah.
Berdasarkan pedoman yang berlaku di Indonesia yaitu Perencanaan
Ketahanan Gempa Untuk Struktur Rumah dan Gedung (SNI 03-1726-
2002)., besarnya beban gempa horisontal “V” yang bekerja pada
struktur bangunan yang dinyatakan sebagai berikut :
24
𝑆𝑎 .𝐼𝑒
𝑉 = 𝐶𝑠. 𝑊 = .𝑊 (Persamaan 1)
𝑅
Dengan,
Sa = Spektrum respons percepatan desain (g)
25
Tabel 2.7 (Lanjutan)
26
Keterangan (SS, MCER) :
27
Untuk perioda yang lebih kecil dari T0, spektrum respons
percepatan desain, Sa, harus diambil dari persamaan;
1
𝑆𝑎 = SDS ( 0,4 + 0,6 ) (Persamaan 2)
𝑇0
Untuk perioda lebih besar dari atau sama dengan T0 dan lebih
kecil dari atau sama dengan TS, spektrum respons percepatan desain,
Sa, sama dengan SDS ;
Untuk perioda lebih besar dari Ts, spektrum respons percepatan
desain, Sa , diambil berdasarkan persamaan:
𝑆𝑎 = SD1 / T (Persamaan 3)
Dengan,
S DS = parameter respon spektral percepatan desain pada perioda
pendek.
𝑆D1
𝑇𝑜 = 0,2 𝑇 (Persamaan 4)
𝑆D1
𝑇𝑠 = 𝑆DS (Persamaan 5)
28
2.6 Kombinasi Pembebanan
2.6.1 Kombinasi beban Untuk Metode Ultimit
H = beban tekanan tanah lateral, tekanan air dalam tanah atau tekanan
berat sendiri material (load due to lateral earth pressure, ground water
pressure, or pressure of bulk materials)
29
untuk beban mati D pada kombinasi 1 hingga 5 dan 7.
Bila beban tanah H bekerja pada struktur, maka keberadaannya harus
diperhitungkan sebagai berikut:
Bila adanya beban H memperkuat pengaruh variabel beban utama, maka
perhitungkan pengaruh H dengan faktor beban = 1,6;
30
Tabel 2.11 Perbedaan Kombinasi beban LRFD berdasarkan SNI Beton
Bertulang SNI-03-2847-2002 dan SNI Beton 2847:2013:
Kombinasi Pembebanan
2002 2013
U = 1.4 D U = 1.4 D
U = 1.4 (D+F) -
U = 1.4 (D+T) 1.6 L + 0.5 (A atau
R) -
31
Gambar 2.5 Hubungan regangan dan tegangan ekuivalen persegi
(Dewobroto, 2013)
32
Gambar 2.6 Kondisi penampang terhadap regangan yang terjadi
(Dewobroto, 2013)
Untuk penampang dengan regangan tarik netto εt diantara nilai- nilai batas
dicari dengan interpolasi berikut:
Spiral
1 5
ϕ = 0,75 + 50(εt − 0,002) atan ϕ = 0,75 + 0,15 [ − ]
c/dt 3
Sengkang
250 1 5
ϕ = 0,65 + (εt − 0,002) atan ϕ = 0,65 + 0,25 [ − ]
3 c/dt 3
33
2.7 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu ini adalah salah satu acuan para penulis untuk
melakukan penelitiannya sehingga para penulis dapat menambah teori-teori untuk
digunakan mengkaji penelitian yang dilakukan.
34
pengetahuan dan dalam
keterampilan menggunakan
mahasiswa aplikasi ini
terhadap aplikasi
SAP 2000 setelah
penerapan metode
pelatihan.dan
3) Mengetahui
efektivitas
penerapan metode
pelatihan terhadap
peningkatan
pengetahuan dan
keteranpilan
mahasiswa
terhadap aplikasi
SAP 2000
1. Mengetahui Hasil analisis ANALISIS STRUKTUR
kekuatan struktur struktur atas ATAS BETON
Hendri kolom, balok dan gedung pasar BERTULANG PADA
Pabangnga,2020 pelat terhadap pon PROYEK
beban gempa. Kab.Trenggalek PEMBANGUNAN
2. Sebagai dapat GEDUNG PASAR PON
referensi bagi disimpulkan KAB.TRENGGALEK
para calon bahwa kekuatan MENGGUNAKAN
engginer baru struktur atas PROGRAM SAP 2000
dalam gedung belum
menganalisis memenuhi
bangunan yang untuk bagunan
tahan gempa structural yang
tahan gempa
35
untuk mengetahui pengaruh beban TINJAUAN
pengaruh dan gempa PERENCANAAN
distribusi gaya dinyatakan STRUKTUR
Geraldy Eka gempa yang aman dengan TERHADAP BEBAN
Nugraha,2016 terjadi pada faktor skala GEMPA
masing-masing beban gempa DENGAN METODE
lantai arah X sebesar STATIK EKIVALEN
0,196 dan arah MENGGUNAKAN
Y sebesar - APLIKASI SAP 2000
0,121 dimana PADA
masing-masing PEMBANGUNAN
kedua arah base RUMAH TOKO 4
shear (dinding LANTAI
lateral) dan JALAN PATTIMURA
perhitungan KOTA MAKASSAR
tambahan untuk
mengetahui
simpangan
antar lantai
untuk
mengetahui
defleksi pada
lantai
36
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.2.2 Bahan
37
3.3 Pengumpulan data
Data-data yang dikumpulkan dalam penyelesaian skripsi ini meliputi :
1. Data Jenis dan Mutu material Struktur (data terlampir).
38
Kemudian akan muncul jendela New Model, seperti pada Gambar 3.3.
Pilih satuan yang akan digunakan. Dalam hal ini dipilih satuan kg.m.C,
Setelah memilih Grid Only akan tampil pada layar Quick Grid Lines,
seperti pada Gambar 3.4. Memasukkan data grid pada Number of Grid
Lines dan Grid Spacing
39
Setelah memasukkan data pada Quick Grid Lines dan klik Ok, maka akan
muncul dua tampilan pada monitor seperti pada Gambar 3.5. yaitu dalam
tampilan X-Yview dan 3D view
Mengatur grid yang telah dibuat dengan cara klik 2 kali pada grid point,
Maka akan muncul kotak dialog Define Grid System Data. Mengubah
nilai Ordinate sesuai dengan data dimensi struktur yang akan dibuat
seperti pada Gambar 3.6.
40
2. Mendefinisikan Material
Untuk tugas akhir ini, mutu material baja yang digunakan adalah beton
mutu f’c 25 MPa, Pada menu bar, klik Define kemudian Materials. Maka
akan muncul kotak dialog Define Materials seperti pada Gambar 3.7. lalu
pilih Add New Material,
Pada kotak dialog Material Property Data, seperti pada Gambar 3.8.
masukkan data material yang akan digunakan dan setelah semua data
material dimasukkan, pilih Ok. Dengan demikian material telah
didefinisikan dalam SAP 2000.
41
3. Membuat Penampang
Untuk mendefinisikan penampang, klik menu define, kemudian pilih
section properties, lalu pilih frame section. Akan muncul monitor kotak
dialog frame properties seperti pada Gambar 3.9. Pilih Add New dan akan
muncul kotak dialog Add Frame Section Property.
Pada kotak dialog Add Frame Section Property, seperti pada Gambar 3.10.
Pilih Conceret pada frame section property type dan pilih rectangular
section. Selanjutnya akan muncul kotak dialog rectangular section.
42
Gambar 3.11. Data profil
Setelah memasukkan semua data-data profil , klik OK maka kotak dialog
Frame Properties akan muncul kembali seperti pada Gambar 3.12. Profil
yang telah didefinisikan akan terlihat di kolom Properties. Pilih Add Copy
Of Property untuk membuat kembali jenis profil lainnya, kemudian pilih
OK.
43
Lakukan penggambaran struktur, contoh gambar struktur yang telah
44
Gambar 3.15. Geometri struktur dengan perletakan
7. Kombinasi Beban
Pada Menu Bar pilih Define lalu Load Combinations, kemudian pilih Add
New Combo lalu akan muncul pada monitor kotak dialog Load Combination
45
Data masukkan kombinasi beban pada kotak dialog Load Combination
Data dengan kombinasi dibawah ini:
1. 1,4D
2. 1,2D + 1,6L + 0,5(Lr atau R)
3. 1,2D + 1,6(Lr atau R) + (L atau 0,5R)
4. 1,2D + 1,0W + L + 0,5(Lr atau R)
5. 1,2D + 1,0E + L
6. 0,9D + 1,0W
7. 0,9D + 1,0E
Pada Load Combination Name isikan nama kombinasi beban lalu plih
DEAD pada Load Case Name dan isi Scale Factor dengan 1,4 lalu klik Add
kemudian Ok, prosedur dapat dilihat pada Gambar 3.17.
Untuk kombinasi beban lainnya dapat dilakukan dengan metode yang sama,
jika kombinasi telah dimasukkan semua pada layar akan tampil seperti pada
Gambar 3.18.
46
Gambar 3.18. Contoh data kombinasi beban
8. Input Beban
Tahap berikutnya adalah pembebanan. Pilih titik dimana beban akan
diberikan, lalu pada Menu Assign pilih Frame Load lalu pilih Distibuted
akan tampil dilayar Window baru seperti pada Gambar 3.19, input semua
beban sesuai arah beban. Contoh Mati (D), jika input benar maka akan
tampil pada layar seperti pada Gambar 3.19. Masukkan semua beban-beban
yang bekerja.
47
Gambar 3.20. Hasil input beban
9. Analisis Struktur
Selanjutnya menganalisis struktur yang telah digambar dan telah diberikan
beban, terlebih dahulu mengatur tipe analisis struktur pada menu bar pilih
Analyze kemudian Set Analysis Options akan tampil pada layar kotak dialog
Analysis Options pilih XZ Plane lalu Ok seperti pada Gambar 3.21.
48
Jika langkah tersebut telah selesai maka analisis struktur dapat dilakukan,
pada menu bar pilih Analyze kemudian Run Analysis akan tampil pada layar
kotak dialog Set Load Cases to Run seperti pada Gambar 3.22. Lalu Run
Now. Hasil dari analisis terlihat pada Gambar 3.23
49
3.5 Pelaksanaan Penelitian
Secara rinci pelaksanaan penelitian mengikuti diagram alir seperti pada
Gambar 3.24.
Mulai
Pengumpulan Data
- Jenis dan Mutu Material Struktur
- Gambar-Gambar DED
Permodelan Struktur
- Program SAP2000 V.14
Kesimpulan
Selesai
50
BAB IV
PEMBAHASAN
Dalam hasil penelitian ini, struktur gedung indosat dimodelkan tiga dimensi
(3D) sebagai struktur portal terbuka yang memiliki struktur 4 lantai yang
didefiniskan menggunakan bantuan software SAP 2000 Version 14. Analisis
menggunakan SAP 2000 yangdiharapkan akan menghasilkan hasil desain yang
terjadi pada struktur gedung indosat cabang makassar dengan data sebagai berikut
:
Kolom : K1 192/192 cm
: K2 100/132,5 cm
: K3 109,5/109,5 cm
: K4 100/50 cm
: K5 50/50 cm
: K6 ϴ50 cm
: K7 ϴ50 cm
: K8 IWF 10/10 cm
Balok : B1 30/50 cm
: B2 20/35 cm
: B3 60/80 cm
Tebal Pelat : 12 cm
Tebal Atap : 10 cm
51
Ringbalk : RB1 15/20 cm
: RB2 WF 100/50/5/7
: RB3 L 50/50/5
52
Dengan definisi Grid data sebagai berikut :
1. Mutu Bahan
- Beton
F’c = 25 Mpa
Berat Jenis = 2400 Kg/m3
Modulus Elastisitas = 4700*25^0,5
= 2350 kg/m
- Baja Tulangan
53
BJ 37
Berat Jenis = 7850 (SNI 1726:2012)
Modulus Elastisitas = 200.000 (SNI 1726:2012)
Fy = 240 Mpa
Fu = 370 Mpa
Fye = 240 Mpa
Fue = 370 Mpa
BJ 40
Berat Jenis = 7850 (SNI 1726:2012)
Modulus Elastisitas = 200.000 (SNI 1726:2012)
Fy = 320 Mpa
Fu = 400 Mpa
Fye = 320 Mpa
Fue = 400 Mpa
Klik menu Define > Materials > Define Materials, Maka akan muncul
kotak Dialog Material Property Data.
54
Gambar 4.3. Kotak Dialog Material Property Data Beton dan Baja
Gambar 4.4. Kotak Dialog Material Property Data Tulangan BJ 37 dan Tulangan
BJ 40
55
4.1.2. Membuat Dimensi Balok, Pelat dan Ringbalk.
Data dimensi balok, pelat , dan ringblak diinput dengan data yang sudah ada
pada gambar perencanaan. Dimensi elemen struktur dengan gambar sebagai
berikut, Define > Section Properties > Frame Section.
A. Balok
Diinput dengan data sebagai berikut :
56
Gambar 4.7. Kotak Dialog Rectangular Section Balok 60/80
57
B. Pelat
Pelat lantai dimodelkan sebagai Shell, sehingga selain menerima gaya
vertical akibat beban mati dan hidup. Input elemen pelat lantai dilakukan
dengan cara Define > Section Property > Area Section.
58
Gambar 4.13. Kotak Shell Section dalam Area Section
C. Ringbalk
Diinput dengan data sebagai berikut :
59
Gambar 4.14. Kotak Dialog Rectangular Section Ringbalk Praktis 15/20
60
Gambar 4.16. Kotak Dialog Angel Section RB3 50 x 50 x 5
61
Gambar 4.18. Penggmbaran Struktur Balok Lantai Satu
62
Gambar 4.20. Penggmbaran Struktur Balok Lantai Tiga
63
Gambar 4.22. Penggmbaran Struktur Pelat Lantai Dua
64
Gambar 4.24.Penggmbaran Struktur Pelat Atap
65
Untuk tumpuan diasumsikan sebagai jepit, karena desain pondasi tanah tidak
dihitung dikarenakan mempunyai cabang sendiri dalam perhitungan jenis tanah
yang akurat. Assign > Joint > Restrans.
Gambar 4.26.Kotak Input Assign Joint Restrant Jenis Tumpuan yang Digunakan
66
4.1.4.1. Mendefiniskan Tipe Beban
67
Berat Plafond = 11 kgf/ m2
Total Beban Mati Pada Plat Atap (qDL) = 258 kgf/ m2
68
Gambar 4.29. Input data beban statik gempa arah y
69
Gambar 4.30. Input data dinamik respon spektrum wilayah makassar
𝑔.1
Faktor = (Satuan SAP2000 digunakan satuan meter?
𝑅
Dimana :
70
Gambar 4.31. Input Load Cases Beban Bangunan
71
4.4 Memasukkan Kombinasi Pembebanan
Kombinasi beban untuk beban mati nominal, beban hidup nominal dan beban
Kemudian menginput kombinasi pada Sap2000 dengan cara klik menu Define >
Load Combination
72
4.5 Penentuan Lantai Sebagai Diagfragma
73
4.6 Hasil Analisis Struktur
4.6.1. Pemeriksaan Jumlah Ragam
Gambar 4.36. Jumlah Partisipasi Massa pada 15 Mode (lebih dari 90% atau
0,9)
Keterangan :
Jika jumlah ragam yang sudah ditentukan dalam model belum memenuhi
syarat, tambahkan jumlah ragam.
74
Display > Show Table > Analisis Result > Structure Output > Modal
Information > Participang Mass Ratio.
75
6 0,51487 5,1206
7 0,48979 31,4336
8 0,372652 28,3113
9 0,290428 6,8166
10 0,271894 20,9262
11 0,224843 50,3695
12 0,149527 0,5704
13 0,148679 112,4259
14 0,069991 10,0038
15 0,063626 9,9401
Dimana :
Berdasarkan perhitungan selisih periode pada setiap mode, terlihat bahwa waktu
getar struktur pada mode 3, 11 dan 13 melebihi 15% maka sebaiknya digunakan
kombinasi ragam spectrum SRSS sesuai dengan peraturan SNI Gempa 1726:2012
Pasal 7.2.2
76
Kemudian diambil nilai maksimum dari nilai gaya geser dasar static dan
dinamik.
77
(𝛿1 −𝛿1 )𝑥𝑐𝑑
𝛥𝑥 = < 𝛥𝑎 Δa = 0,025 hx
1
Dimana :
Δx = Simpangan antara lantai
𝛿 = Defleksi yang terjadi
𝐼 = Faktor Keutaman Gempa (I)
hx = tinggi tingkat dibawah tingkat x
Cd = Faktor pembesaran defleksi (5)
78
4.6.5. Gaya-Gaya Yang Bekerja
Adapun gaya-gaya yang bekerja dalam momen yang dihitung dalam aplikasi
SAP 2000 Version 14.2.2 dapat digambarkan sebagai berikut :
79
a. Moment 3-3 (Dead)
Potongan sumbu arah Z dan Y gaya momen yang terjadi pada balok dan pelat
memperlihatkan bekerja sesuai dengan perhitungan yang dilakukan.
Gambar 4.38. Gaya momen yang terjadi pada Balok, kolom dan Pelat
Gambar 4.39. Gaya Geser yang terjadi pada elemen-elemen struktur balok
80
c. Moment 3-3 (Combo3)
Gaya Nominal tumpuan pada setiap lantai memperlihatkan tidak melebihi dari
kekuatan dari setiap elemen yang bekerja pada saat pembebanan.
81
BAB V
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
82
DAFTRA PUSTAKA
83
LAMPIRAN 1
84
Gambar 1 Input Define Grid System Data
85
Gambar 3 Pendefinisian Material Property Data Tulangan BJ 37 dan BJ 40
86
Gambar 5 Pendefinisian Kotak Dialog Rectangular Section Balok B2
87
Gambar 7 Pendefinisian Kotak Dialog Rectangular Section Balok Praktis BP
88
Gambar 9 Pendefinisian Kotak Dialog I/Wide Flange Section Ringbalk RB2
89
Gambar 11 Pendefinisian Sheel Section Data Pelat Lantai dan Pelat Atap
90
LAMPIRAN 2
91
Gambar 12 Permodelan Sruktur Tampak Sumbu X-Z
92
Gambar 14 Pemilihan Jenis Tumpuan
93
Gambar 16 Pendefinisian Load Pattern
94
Gambar 19 Pendefinisian Respon Spectrum Area Makassar
95
Gambar 21 Pendefinisian Constraints
96
Gambar 23 Pendefinisian Load Case Data Respon Spectrum Arah Y
97
Gambar 25 Permodelan Struktur Tampak 3-D
98
Gambar 26 Gaya momen yang terjadi pada Moment 3-3
99
Gambar 28 Hasil Analisis Pada Balok dan Pelat Lantai Basement
100
Gambar 30 Hasil analisis Balok dan Pelat Lantai 2
101
Gambar 32 Resultan M22 Diagram pada Struktur
102