Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN TUTORIAL

MODUL INTEGRATIF ABNORMAL


DEMAMKU NAIK TURUN

TUTOR :
dr. LYSA VETERINI. Sp. PA

DISUSUN OLEH KELOMPOK 9 :

6130020066 Aida Nurlina


6130020067 Lucky Firmansyah
6130020068 Novanthy Nur Rohmadhani S
6130020069 Mauladatul Choir
6130020070 Ramadhani Vica Ainur Rahma
6130020071 Alifia Az Zahra Gandi
6130020072 Alsa Shafira Sri Handini
6130020073 Ike Wasilatur Rizqi Jalil

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA
TAHUN 2021
LEMBAR PENGESAHAN DAN PENILAIAN
Kelompok : 9
No Materi yang dinilai Presentase Nilai
1. Ketepatan pemilihan kata kunci dalam peta 25 %
konsep
2. Kesesuaian hubungan kata kunci dalam peta 25 %
konsep
3. Kesesuaian jawaban learning objective 25 %
dengan kasus skenario
4. Pemilihan daftar Pustaka dan sitasi 25%

Dosen Pembimbing

dr. LYSA VETERINI. Sp. PA

ii
SKENARIO
“DEMAMKU NAIK TURUN”
Seorang laki-laki 19 tahun datang ke UGD diantarkan oleh ibunya dengan
keluhan demam. Demam dirasakan sejak 4 hari yang lalu, langsung tinggi dan turun
ketika diberi paracetamol. Keluhan disertai dengan mual muntah dan demam.
Menurut ibunya penderita juga sempat mimisan saat demam. Ibunya bercerita
bahwa kemungkinan anaknya mendapat “hantaran” dari saingan bisnis ayahnya.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan TD: 100/80 mmHg, N: 110x/mnt Suhu 38˚C.
Waktu pengisian kapiler >5 detik, pada pemeriksaan regio abdomen didapatkan
hepatomegali dan nyeri tekan abdomen. Dari pemeriksaan laboratorium didapatkan
Hb: 16g/dL, leukosit 1500/uL, Hct 49%, trombosit: 50.000/uL.

STEP 1
Identifikasi Kata Sulit
1. Demam adalah kondisi meningkatnya suhu tubuh hingga lebih dari 38 °C
2. Paracetamol adalah obat yang bersifat menghilangkan rasa nyeri dan
menurunkan panas
3. UGD adalah bagian dari rumah sakit yang menampung dan melayani pasien
yang sangat gawat (atau luka parah)
4. Mual adalah mekanisme pertahanan diri yang menyebabkan suatu sensasi tidak
nyaman di perut dan membuat seseorang merasa ingin muntah.
5. Muntah adalah kondisi ketika isi lambung keluar secara paksa melalui mulut.
6. Mimisan adalah keluar darah dari hidung (karena sakit kepala, jatuh dan
sebagainya).
7. Pengisian kapiler adalah pemeriksaan untuk mengukur perfusi arteri di jaringan
perifer.
8. Pemeriksaan regio abdomen adalah pemeriksaan pada rongga perut
9. Hepatomegali adalah pembesaran hati
10. Nyeri tekan abdomen adalah nyeri tekan pada perut
11. Hb adalah protein pada sel darah merah yang berfungsi mengikat oksigen.
12. Leukosit atau sel darah putih diproduksi oleh sumsum tulang dan diedarkan ke
seluruh tubuh melalui aliran darah. Leukosit merupakan bagian penting dari
sistem kekebalan tubuh yang berfungsi untuk menghasilkan antibodi yang
dapat melawan virus, jamur, bakteri, dan parasit penyebab penyakit yang
masuk ke dalam tubuh.
13. Trombosit (platelet) dikenal juga dengan sebutan keping darah dan berperan
penting dalam proses pembekuan darah. Selain itu, trombosit juga kerap
digunakan dalam metode skrining (deteksi dini) dan mendiagnosis berbagai
penyakit yang disebabkan oleh gangguan pada penggumpalan darah.
14. Hct (Hematokrit) adalah perbandingan jumlah sel darah merah dengan
keseluruhan volume darah yang dihitung dalam persentase.

1
Identifikasi Kata Kunci
1. Demam
2. Paracetamol
3. UGD
4. Mual
5. Muntah
6. Mimisan
7. TD : 100/80 mmHg
8. N: 110x/menit
9. Suhu 38 °C
10. Waktu pengisian kapiler >5 detik
11. Hepatomegali
12. Nyeri tekan abdomen
13. Pemeriksaan laboratorium
14. Leukosit: 1500/uL
15. Trombosit: 50.000/uL
16. Hb : 16g/dL
17. Hct: 49%

STEP 2
Identifikasi Masalah
1. Bagaimana gejala demam pada sekenario tersebut?
2. Pengobatan apa yang sudah diberikan pada pasien untuk mengatasi demam
tersebut?
3. Bagaimana pemeriksaan fisik yang didapatkan pada pasien tersebut dan
bagaimana normalnya?
4. Bagaimana pemeriksaan laboratorium yang didapatkan pada pasien tersebut dan
bagaimana normalnya?
5. Diagnosis apa yang tepat pada pasien tersebut?
6. Bagaimana gejala umum dari DBD?
7. Apa penyebab dari DBD?
8. Bagaimana cara mencegah DBD?

STEP 3
Jawaban Identifikasi Masalah
1. Demam ditandai dengan meningkatnya suhu tubuh hingga atau lebih dari 38°C
suhu tubuh normal, yaitu antara 36,1°C – 37,2°C. Selain itu, demam biasanya
akan disertai gejala lain seperti sakit kepala, menggigil, lemas, nyeri, mual,
muntah, kelelahan, dsb. Setelah dilakukan pemeriksaan, laki - laki 19 tahun ini
memiliki suhu tubuh 38°C. Sebelumnya ia juga memiliki keluhan demam yang
disertai mual muntah bahkan sempat mimisan.

2
2. Dengan pemberian parasetamol. Nama lain dari parasetamol merupakan para
amino fenol, obat ini digunakan dalam bentuk sediaan tunggal sebagai
analgesic dan antipiretik. Bertindak sebagai analgesik bekerja dengan cara
mengurangi dan menghilangkan nyeri ringan sampai sedang (Katzung, 2011).
Hal tersebut dengan menekan fungsi SSP (Sistem Saraf Pusat) secara tidak
selektif dan digunakan untuk mengurangi rasa sakit tanpa mempengaruhi
kesadaran dengan bekerja menurunkan nilai ambang persepsi rasa sakit.
Sedangkan fungsi sebagai antipiretik adalah sebagai obat untuk menekan
gejala-gejala yang biasanya menyertai demam yaitu sebagai penghambat
lemah siklooksigenase (COX), enzim yang terlibat dalam metabolisme
prostaglandin. Dalam sistem saraf pusat, penghambatan COX tampaknya
meningkatkan ambang nyeri dan mengurangi konsentrasi prostaglandin
(PGE2) di wilayah termoregulasi hipotalamus yang mengendalikan demam
3. Pemeriksaan fisik yang didapatkan :
a) TD : 100/80 mmHg tergolong normal ,sebab batas normal tekanan darah
manusia ada pada rentang 90/60 mmHg hingga 120/80 mmHg
b) Denyut Nadi : 110x/menit ,nadinya meningkat lebih cepat. Normalnya
denyut nadi manusia dari anak-anak 10 tahun, dewasa dan manula: 60-100
denyut per menit (BPM),sedangkan untuk atlet pro terlatih adalah 40-60
denyut per menit (BPM)
c) Suhu tubuh : 38C ,meningkat hal ini ditandai dengan demam yang
meningkat.Normalnya suhu tubuh manusia mencapai 37C
d) Waktu pengisian kapiler >5 detik,waktu pengisian darah kapilernya
melamabat ,sebab normalnya pengisian darah kapiler adalah 1-3 dtk
e) Terdapat hepatomegali.Hepatomegali disebabkan oleh keluarnya cairan
dari pembuluh darah menuju saluran cerna dan sekitarnya. Tapi seiring
penyembuhan DBD, pembesaran hati akan mengalami
penyembuhan.Normalnya seseorang yang tidak terinfeksi DBB tidak akan
mengalami hepatomegali
f) Nyeri perut abdomen ,nyeri perut ini disebabkan oleh adanya perbesaran
liver pada penderita DBD sehingga akan menimbulkan rasa nyeri dan
seperti perut begah,normalnya tidak akan terasa nyeri perut atau begah
tetapi perlu diperhatikan lagi nyeri perut belum tentu selalu diindikasikan
sebagai demam berdarah.
4. Dari pemeriksaan laboratorium pasien didapatkan Hb : 16 g/dL, Leukosit :
1500/uL, Hct : 49%, Trombosit : 50.000/uL. Dimana nilai normal hemoglobin
(Hb) : 12,0 g/dL – 14,0 g/dL (P) dan 13,0 g/dL – 16,0 g/dL (L) yang
menandakan nilai Hb pasien adalah normal, kemudian jumlah leukosit normal
pada orang dewasa adalah 3.500 /uL – 10.500 /uL sehingga menandakan nilai
leukosit pada pasien tersebut rendah, selanjutnya kadar Hct normal yaitu 40 –
54 % (P) dan 38 – 46 % (L) yang menandakan kadar Hct pasien tersebut adalah
normal, kemudian jumlah trombosit normal dalam darah yaitu 150.000 /uL –

3
400.000 /uL yang menandakan trombosit pasien normal, hal ini dapat dilihat
pada Tabel 1.
Tabel 1. Interprestasi Pemeriksaan Laboratorium Pasien
No Pemeriksaan Lab Hasil Nilai Rujukan Keterangan
12,0 g/dL –
14,0 g/dL (P)
1. Hemoglobin (Hb) 16 g/dL Normal
13,0 g/dL –
16,0 g/dL (L)
3.500 /uL –
2. Laukosit 1500/uL Rendah
10.500 /uL
40 – 54 % (P)
3. Hct 49% Normal
38 – 46 % (L)
150.000 /uL –
4. Trombosit 50.000/uL Rendah
400.000 /uL
Dari interprestasi tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa nilai kadar
leukosit dan trombosit pasien tersebut rendah dari nilai normal. Sehingga kasus
tersebut dapat menandakan bahwa pasien terinfeksi virus dengue, oleh karena
itu diperlukan beberapa pemeriksaan penunjang lain seperti pemeriksaan
laboratorium berupa pemerisaan darah lengkap. Pada pemeriksaan darah
lengkap parameter yang diamati adalah terdapat trombositopenia (<100.000)
di hari ke 3-8, kebocoran plasma ditandai dengan peningkatan hematokrit ≥
20% dari hematokrit awal yang biasanya terjadi mulai dari hari ke-3 demam,
leukosit dapat normal atau menurun dan mulai demam hari ke 3 dapat ditemui
limfositosis relatif (>45% total leukosit).Dilanjutkan pemeriksaan pembukaan
darah dan deteksi antigen. Selain itu dilakukan pemeriksaan serologis igG/IgM
anti dengue dengan tujuan untuk membedakan antara infeksi dengue primer
dan sekunder. Selanjtnya dilakukan tes radiologi dengan tujuan melihat ada
tidaknya efusi pleura, terutama pada hemitoraks kanan dan pada keadaan
perembesan plasma (Heilman, 2014).
5. Pada skenario tersebut didiagnosis berdasarkan pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan laboratorium pasien mengalami DHF (Dengue Hemorrhagic
Fever) Grade II dan Demam Dengue/ DF karena pada skenario tersebut
terdapat pendarahan spontan , adanya hepatomegali dan nyeri tekan abdomen
yang menandakan bahwa adanya kebocoran pada plasma. demam berdarah
dengue/ DHF (Dengue Hemorrhagic Fever) menjadi derajat, yaitu:
1. Derajat 1: Demam yang disertai gejala tidak khas dan satu-satunya
manifestasi perdarahan adalah uji torniquet.
2. Derajat 2: Derajat 1, disertai perdarahan terjadinya spontan di kulit dan
perdarahan lainnya.
3. Derajat 3: Adanya kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan
nadi menurun (20 mmHg atau kurang) atau hipotensi, sianosis di daerah
sekitar mulut,kulit dingin dan lembab, dan tampak gelisah.

4
4. Derajat 4: Syok berat, dimana nadi tidak dapat diraba dan tekanan darah
tidak terukur.
6. Awal gejala DBD yaitu demam yang tinggi dan juga disertai tanda bahaya
nyeri perut berat atau muntah terus menerus, bercak kemerahan pada kulit/
pteki, mimisan atau gusi berdarah, gelisah atau cenderung mengantuk, kulit
teraba dingin, pucat berkeringat, dan sulit bernapas, Selain itu dapat timbul
ruam atau petekie. Bagi yang terkena DBD, ruam tersebut jika ditekan akan
tetap merah. “Merahnya bukan karena alergi reaksi radang namun ada
pendarahan di bawah kulit,” terangnya. Gejala DBD berat yakni syok, nyeri
perut hebat, TD drop, pendarahan, muntah hebat, gangguan organ, dan memar
atau pendarahan di bawah kulit.A.
7. Demam berdarah dengue adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus
dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Penyakit ini
adalah penyakit demam akut yang disebabkan oleh serotipe virus dengue, dan
ditandai dengan empat gejala klinis utama yaitu demam yang tinggi,
manifestasi perdarahan, hepatomegali, dan tanda-tanda kegagalan sirkulasi
sampai timbulnya renjatan (sindrom renjatan dengue) sebagai akibat dari
kebocoran plasma yang dapat menyebabkan kematian. penularan infeksi virus
dengue ditularkan kepada manusia melalui nyamuk Aedes Aegypt yang
mengandung virus dengue pada saat menggigit manusia yang sedang
mengalami viremia. Kemudian virus yang berada di kelenjar liur berkembang
biak dalam waktu 8 – 10 hari (extrinsic incubation period) sebelum dapat
ditularkan kembali pada manusia pada saat gigitan berikutnya. Sekali virus
dapat masuk dan berkembang biak di dalam tubuh nyamuk tersebut akan dapat
menularkan virus selama hidupnya (Sukohar, 2014)
8. Adapun hal-hal yang dapat dilakukan, sebagai berikut :
a) Membersihkan rumah
a. Membersihkan lingkungan sekitar
b. Pemakaian anti nyamuk
c. Penyemprotan
d. Pemberian bubuk abate
b) Pemberantasan jentik nyamuk dilakukan dengan cara “3M plus‟, yaitu:
a. Menguras dan menyikat tempat–tempat penampungan air, seperti bak
mandi/wc, drum, dll seminggu sekali.
b. Menutup rapat–rapat tempat penampungan air, seperti gentong
air/tempayan,dll.
c. Mengubur dan menyingkirkan barang–barang bekas yang dapat
menampung air hujan (M3).

Hipotesis Awal
Seorang laki-laki usia 19 tahun berdasarkan pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan laboratorium pasien di diagnosis mengalami DHF grade II DD DF.

5
STEP 4
Learning Objective
1. Mahasiswa mampu mengetahui definisi dari demam
2. Mahasiswa mampu mengetahui perbedaan dari demam biasa dan demam
berdarah
3. Mahasiswa dapat mengetahui mekanisme kerja paracetamol pada tubuh
manusia
4. Mahasiswa mampu mengetahui etiologi dan transmisi dari demam berdarah
5. Mahasiswa mampu mengetahui patofisiologi dari demam berdarah
6. Mahasiswa mampu mengetahui manifestasi klinis dari demam berdarah
7. Mahasiswa mampu mengetahui diagnosis derajat DBD berdasarkan tingkat
keparahan
8. Mahasiswa mampu mengetahui pemeriksaan penunjang dari demam berdarah
9. Mahasiswa mampu mengetahui bagaimana penanganan terhadap penderita
demam berdarah
10. Mahasiswa mampu mengetahui pandangan islam tentang menjaga kebersihan

STEP 5
Belajar Mandiri
1. Mahasiswa mampu mengetahui definisi dari demam
Demam adalah peningkatan suhu tubuh dari batas normal yang disebabkan
oleh peningkatan pengatur suhu tubuh di hipotalamus yang diperantarai oleh
interleukin (1L-1). Pusat regulasi/pengatur panas hipotalamus mengendalikan
suhu tubuh dengan menyeimbangkan sinyal dari reseptor-reseptor neuronal
perifer dingin dan panas. Normal suhu tubuh berkisar 37 derajat celcius tetapi
dapat bervariasi. Hasil pengukuran suhu tubuh bervariasi tergantung pada
tempat pengukuran. Suhu normal pada tempat yang berbeda :

Tempat Pengukuran Suhu normal (°C) Demam (°C)

Aksila 34,7-37,3 37,4


Sublingual 35,5-37,5 37,6
Rektal 36,6-37,9 38
Telinga 3,57-37,5 37,6
2. Mahasiswa mampu mengetahui perbedaan dari demam biasa dan demam
berdarah
Demam adalah proses alami tubuh untuk melawan infeksi yang masuk ke
dalam tubuh ketika suhu meningkat melebihi suhu tubuh normal (>37,5°C).
Demam adalah proses alami tubuh untuk melawan infeksi yang masuk ke
dalam tubuh. Demam terajadi pada suhu > 37, 2°C, biasanya disebabkan oleh
infeksi (bakteri, virus, jamu atau parasit), penyakit autoimun, keganasan ,
ataupun obat – obatan (Surinah dalam Hartini, 2015).

6
Demam terjadi bila pembentukan panas melebihi pengeluaran. Demam
dapat berhubungan dengan infeksi, penyakit kolagen, keganasan, penyakit
metabolik maupun penyakit lain. Demam dapat disebabkan karena kelainan
dalam otak sendiri atau zat toksik yang mempengaruhi pusat pengaturan suhu,
penyakit-penyakit bakteri, tumor otak atau dehidrasi (Guyton dalam Thabarani,
2015).
Demam berdarah dengue (DBD) adalah suatu penyakit yang disebabkan
oleh infeksi virus dengue. DBD adalah penyakit akut dengan manifestasi klinis
perdarahan yang menimbulkan syok yang berujung kematian. DBD
disebabkan oleh salah satu dari empat serotipe virus dari genus Flavivirus,
famili Flaviviridae. Terdapat 4 serotipe DBD: Dengue 1, 2, 3 dan 4 di mana
Dengue tipe 3 merupakan serotipe virus yang dominan menyebabkan kasus
yang berat. Dalam tubuh manusia, virus memerlukan waktu masa tunas 4–6
hari (intrinsic incubation period) sebelum menimbulkan penyakit.
Terbentuknya kompleks antigen antibodi akan mengaktivasi sistem
komplemen. Pelepasan C3a dan C5a akibat aktivasi C3 dan C5 menyebabkan
meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah dan merembesnya plasma
melalui endotel dinding pembuluh darah. Renjatan berat dapat terjadi jika
volume plasma berkurang sampai lebih dari pada 30% dan berlangsung selama
24-48 jam. Renjatan yang tidak ditanggulangi secara adekuat akan
menimbulkan anoksia jaringan, asidosis metabolik dan kematian. Cara yang
paling efektif dalam mencegah penyakit DBD adalah dengan
mengkombinasikan ”3M Plus”, yaitu menutup, menguras dan menimbun.
Pengobatan penderita Demam Berdarah Dengue bersifat simptomatik dan
suportif. [Medula Unila.2014; 2(2): 1-15]
3. Mahasiswa dapat mengetahui mekanisme kerja paracetamol pada tubuh
manusia
Parasetamol bekerja secara non selektif dengan menghambat enzim
siklooksigenase (cox-1 dan cox-2). Pada cox-1 memiliki efek cytoprotektif
yaitu melindungi mukosa lambung, apabila dihambat akan terjadi efek samping
pada gastrointestinal. Sedangkan ketika cox-2 dihambat akan menyebabkan
menurunnya produksi prostaglandin. Prostaglandin merupakan mediator nyeri,
demam dan anti inflamasi. Sehingga apabila parasetamol menghambat
prostaglandin menyebabkan menurunnya rasa nyeri. Sebagai Antipiretik,
parasetamol bekerja dengan menghambat cox-3 pada hipotalamus.
Parasetamol memiliki sifat yang lipofil sehingga mampu menembus Blood
Brain Barrier, sehingga menjadi first line pada antipiretik. Pada obat golongan
ini tidak menimbulkan ketergantungan dan tidak menimbulkan efek samping
sentral yang merugikan. Oleh karena itu parasetamol aman diminum 30 menit
– 1 jam setelah makan atau dalam keadaaan perut kosong untuk mengatasi efek
samping tersebut. Setiap obat yang menghambat siklooksigenase memiliki
kekuatan dan selektivitas yang berbeda (Goodman and Gilman, 2012).

7
4. Mahasiswa mampu mengetahui etiologi dan transmisi dari demam
berdarah
a. Virus
DHF disebabkan oleh virus dengue.Virus dengue termasuk dalam genus
Flavivirus, keluarga Flaviviridae. Virus ini mengandung single-strand RNA
sebagai genom. Genom virus dengue mengandung sekitar 11000 basis
nukleotida, yang merupakan kode untuk satu polyprotein tunggal yang dipecah
secara pos menjadi 3 molekul protein struktural (C, prM, dan E) yang
membentuk partikel virus dan 7 protein nonstruktural ( NS1, NS2a, NS2b,
NS3, NS4a, NS4b, dan NS5) yang hanya ditemukan pada sel inang yang
terinfeksi dan diperlukan untuk replikasi virus.Di antara protein nonstruktural,
glikoprotein envelope yaitu NS1, bersifat diagnostik dan patologis. Flavivirus
merupakan virus dengan diameter 30 nm, yang terdiri dari asam ribonukleat
rantai tunggal dengan berat molekul 4x106. Terdapat 4 serotipe virus yaitu
DEN-1, DEN-2, DEN-3, DEN-4. Genotipe atau garis keturunan yang berbeda
(virus yang sangat terkait dalam urutan nukleotida) telah diidentifikasi dalam
setiapserotipe, menyoroti keragaman genetik yang luas dari serotipe dengue.
Di antara mereka, genotipe "Asia" DEN-2 dan DEN-3 sering dikaitkan dengan
infeksi berat penyakit yang disertai dengan denguesekunder. Infeksi dengan
serotipe manapun akan memberi kekebalan seumur hidup terhadap serotipe
virus tersebut. Di Indonesia keempat serotipe ini ditemukan, dengan DEN-3
merupakan serotipe terbanyak. Penelitian terbaru menemukan adanya serotipe
DEN-5 yang pertama kali diumumkan pada tahun 2013 (Heilman, 2014).
b. Vektor
Virus dengue ditularkan oleh gigitan vektor nyamuk Aedes aegypty dan
Aedes albopictus yang terinfeksi ke tubuh manusia dengan masa inkubasi 4-10
hari.Infeksi bisa didapat melalui satu gigitan saja. Nyamuk Aedes aegypty
biasanya mengigit pada siang hari. Nyamuk ini merupakan spesies tropis dan
subtropis yang terdistribusi secara luas di seluruh dunia yang hidup diantara
antara garis lintang 35° LU dan 35 ° LS di bawah ketinggian 1000 m (3.300
kaki). Tahapan nyamuk yang belum matang sering ditemukan di habitat air,
terutama pada penampungan dengan air yang tenang dan menggenang seperti
ember, bak mandi, ban bekas, dan yang lainnya. Wabah DHF juga dikaitkan
dengan Aedes albopictus, Aedes polynesiensis dan beberapa spesies kompleks
Aedes scutellaris. Masing-masing spesies ini memiliki ekologi, perilaku dan
distribusi geografis yang tertentu. Dalam beberapa dekade terakhir, nyamuk
Aedes albopictus ini telah menyebar dari Asia ke Afrika, Amerika dan Eropa,
yang dibantu oleh perdagangan internasional ban bekas, dimana telur nyamuk
disimpan ketika bannya menggenangkan air hujan. Telur tersebut dapat pula
bertahan hidup selama berbulan-bulan tanpa adanya air (Heilman, 2014).

8
c. Host
Setelah masa inkubasi yang terjadi sekitar 4-10 hari, infeksi oleh salah satu
dari empat serotipe virus dapat menghasilkan spektrum yang luas dari penyakit
ini, walaupun sebagian besar infeksi tidak menunjukkan gejala atau subklinis.
Infeksi primer diduga menginduksi munculnya kekebalan protektif seumur
hidup dengan serotipe yang terinfeksi. Individu yang menderita infeksi
dilindungi dari penyakit klinis dengan serotipe yang berbeda dalam 2-3 bulan
dari infeksi primer, tetapi tanpa kekebalan lintas pelindung jangka panjang.
Anak-anak muda khususnya mungkin kurang mampu jika dibandingkan
dengan orang dewasa untuk mengimbangi kebocoran kapiler dan akibatnya
memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami dengue shock (Heilman,
2014).
Dalam proses transmisi, nyamuk menggigit penderita yang terinfeksi virus
dengue, dimana virus dengue banyak terdapat di dalam darah penderita
terutama pada hari ke 5. Beberapa penderita tidak menunjukkan gejala yang
signifikan namun dapat mentransmisikan virus ke dalam nyamuk yang
menggigitnya. Setelah virus masuk ke dalam nyamuk, virus tersebut akan
memerlukan tambahan 8-12 hari inkubasi sebelum dapat ditularkan ke manusia
lain. Nyamuk tersebut tetap terinfeksi selama sisa hidupnya, yang mungkin dari
beberapa hari hingga beberapaminggu (Heilman, 2014).
Data terbaru menunjukkan bahwa aktivasi sel endotel bisa memediasi
terjadinya kebocoran plasma. Kebocoran plasma diduga berhubungan dengan
efek fungsional daripada merusak sel-sel endotel. Trombositopenia mungkin
berhubungan dengan terjadinya perubahan dalam megakaryocytopoieses oleh
infeksi sel hematopoietik manusia dan gangguan pertumbuhan sel progenitor,
disfungsi platelet (aktivasi platelet dan agregasi)serta terjadi peningkatan
penghancuran atau konsumsi. Perdarahan mengakibatkan trombositopenia dan
disfungsi trombosit yang terkait atau disseminated intravascular coagulation.
Kesimpulannya, ketidakseimbangan sementara antara mediator inflamasi,
sitokin dan kemokin terjadi selama perjalanan dengue yang parah, didorong
oleh beban virus pada fase awal yang tinggi sehingga menyebabkan terjadinya
disfungsi sel endotel vaskular dan kekacauan sistem hemokoagulasi yang
menyebabkan kebocoran plasma dan syok (Heilman, 2014).
5. Mahasiswa mampu mengetahui patofisiologi dari demam berdarah
a) Pathway DF dalam tubuh
Demam dengue timbul akibat reaksi tubuh terhadap masuknya virus. Virus
akan berkembang di dalam peredaran darah dan akan ditangkap oleh makrofag.
Segera terjadi viremia selama 2 hari sebelum timbul gejala dan berakhir setelah
lima hari gejala panas mulai. Makrofag akan segera bereaksi dengan
menangkap virus dan memprosesnya sehingga makrofag menjadi APC
(Antigen Presenting Cell). Antigen yang menempel di makrofag ini akan
mengaktifasi sel T-Helper dan menarik makrofag lain untuk memfagosit lebih

9
banyak virus. T-helper akan mengaktifasi sel T-sitotoksik yang akan melisis
makrofag yang sudah memfagosit virus juga mengaktifkan sel B yang akan
melepas antibody. Proses ini menyebabkan terlepasnya mediator-mediator
yang merangsang terjadinya gejala sistemik seperti demam, nyeri sendi, otot,
malaise dan gejala lainnya. Dapat terjadi manifetasi perdarahan karena terjadi
agregasi trombosit yang menyebabkan trombositopenia, tetapi trombositopenia
ini bersifat ringan. (WHO,2009). Ciri khas DBD adalah peningkatan
permeabilitas pembuluh darah yang mengakibatkan kebocoran plasma, volume
intravaskular berkontraksi, dan syok pada kasus yang parah. Kebocorannya
unik karena ada kebocoran selektif plasma di rongga pleura dan peritoneal dan
periode kebocoran singkat (24–48 jam). Pemulihan syok yang cepat tanpa
gejala sisa dan tidak adanya peradangan pada pleura dan peritoneum
menunjukkan perubahan fungsional dalam integritas pembuluh darah daripada
kerusakan struktural endotelium sebagai mekanisme yang
mendasarinya.(WHO,2011)
b) Patogenesis Syok DF
Patogenesis terjadinya syok akibat infeksi sekunder oleh tipe virus dengue
yang berlainan pada seorang pasien, respon antibodi anamnestik yang akan
terjadi dalam waktu beberapa hari mengakibatkan proliferasi dan transformasi
limfosit dengan menghasilkan titer tinggi antibodi IgG antidengue. Disamping
itu, replikasi virus dengue terjadi juga di dalam limfosit yang bertransformasi
dengan akibat terdapatnya virus dalam jumlah banyak. Hal ini akan
mengakibatkan terbentuknya kompleks antigen-antibodi (virus antibody
complex) yang selanjutnya akan mengakibatkan aktivasi sistem komplemen.
Pelepasan C3a dan C5a akibat aktivasi C3 dan C5 menyebabkan peningkatan
permeabilitas dinding pembuluh darah dan merembesnya plasma dari ruang
intravaskuler ke ruang ekstravaskuler. Pada pasien dengan syok berat, volume
plasma dapat berkurang sampai lebih dari 30% dan berlangsung selama 24 –
48 jam. Perembesan plasma yang erat hubungannya dengan kenaikan
permeabilitas dinding pembuluh darah ini terbukti dengan adanya peningkatan
kadar hematokrit, penurunan kadar natrium dan terdapatnya cairan di dalam
rongga serosa (efusi pleura dan asites). Syok yang tidak tertanggulangi secara
adekuat akan menyebabkan asidosis dan anoksia, yang dapat berakibat fatal,
oleh karena itu pengobatan syok sangat penting guna mencegah
kematian.(Hadinegoro,2011)
c) Patogenesis Pendarahan pada DF
Sebagai respon terhadap infeksi virus dengue, kompleks antigen antibodi
selain mengaktivasi sistem komplemen, juga menyebabkan agregasi trombosit
dan mengaktivasi sistem koagulasi melalui kerusakan sel endotel pembuluh
darah. Kedua faktor tersebut akan mengakibatkan perdarahan pada DBD.
Agrerasi trombosit terjadi sebagai akibat dari perlekatan kompleks antigen-
antibodi pada membran trombosit mengakibatkan pengeluaran ADP (adenosin

10
diphosphat ), sehingga trombosit dihancurkan oleh RES (reticulo endothelial
system) sehingga terjadi trombositopenia. Agregasi trombosit ini akan
menyebabkan pengeluaran platelet faktor III mengakibatkan terjadinya
koagulapati konsumtif (KID; koagulasi intravaskular deseminata), ditandai
dengan peningkatan FDP (fibrinogen degradation product ) sehingga terjadi
penurunan faktor pembekuan. Agregasi trombosit ini juga mengakibatkan
gangguan fungsi trombosit, sehingga walaupun jumlah trombosit masih cukup
banyak, tidak berfungsi dengan baik. Di sisi lain, aktivasi koagulasi akan
menyebabkan aktivasi faktor Hagemen sehingga terjadi aktivasi sistem kinin
kalikrein sehingga memacu peningkatan permeabilitas kapiler yang dapat
mempercepat terjadinya syok. Jadi, perdarahan masif pada DBD diakibatkan
oleh trombositopenia,penurunan faktor pembekuan (akibat KID), kelainan
fungsi trombosit, dan kerusakan dinding endotel kapiler. (Hadinegoro,2011)
6. Mahasiswa mampu mengetahui manifestasi klinis dari demam berdarah
Demam dengue/DF dan demam berdarah dengue/DBD (dengue
haemorrhagic fever/DHF) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus
dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot atau nyeri sendi yang
disertai leukopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia dan ditesis
hemoragik. (Sukohar A, 2014). Manifestasi klinis mulai dari infeksi tanpa
gejala demam, demam dengue (DD)dan DBD, ditandai dengan demam
tinggiterus menerus selama 2-7 hari; pendarahandiatesis seperti uji tourniquet
positif, trom-bositopenia dengan jumlah trombosit ≤ 100x 109/L dan
kebocoran plasma akibat pen-ingkatan permeabilitas pembuluh (Kurane,
2007). Tiga tahap presentasi klinis diklasifi-kasikan sebagai demam, beracun
dan pem-ulihan. Tahap beracun, yang berlangsung 24-48 jam, adalah masa
paling kritis,dengan kebocoran plasma cepat yang mengarah ke gangguan
peredaran darah. Terdapat 4 tahapan derajat keparahan DBD, yaitu derajat I
dengan tanda terdapatdemam disertai gejala tidak khas dan ujitorniket +
(positif); derajat II yaitu derajat Iditambah ada perdarahan spontan di kulitatau
perdarahan lain, derajat III yang ditandai adanya kegagalan sirkulasi yaitunadi
cepat dan lemah serta penurunantekanan nadi (<20 mmHg), hipotensi (sistolik
menurun sampai <80 mmHg), sianosis di sekitar mulut, akral dingin, kulit
lembab dan pasen tampak gelisah; sertaderajat IV yang ditandai dengan syok
berat (profound shock) yaitu nadi tidak dapatdiraba dan tekanan darah tidak
terukur. (Chuansumrit A. et al, 2006).
7. Mahasiswa mampu mengetahui diagnosis derajat DBD berdasarkan
tingkat keparahan
Diagnosis derajat Demam Berdarah Dengue (DBD/DHF) berdasarkan
tingkat keparahan menurut WHO 2011

11
8. Mahasiswa mampu mengetahui pemeriksaan penunjang dari demam
berdarah
Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan untuk menunjang
diagnosis DBD adalah pemeriksaan darah lengkap, urine, serologi dan isolasi
virus. Yang signifikan dilakukan adalah pemeriksaan darah lengkap, selain itu
untuk mendiagnosis DBD secara definitif dengan isolasi virus, identifikasi
virus dan serologis.
1. Darah Lengkap :
Pemeriksaan darah rutin dilakukan untuk memeriksa kadar hemoglobin,
hematokrit, jumlah trombosit. Peningkatan nilai hematokrit yang selalu
dijumpai pada DBD merupakan indikator terjadinya perembesan plasma,
Selain hemokonsentrasi juga didapatkan trombositopenia, dan leukopenia.
Dapat dinyatakan positif demam berdarah apabila:
 Jumlah trombosit ≤ 100.000/µl
 Nilai hematokrit meningkat hingga ≥ 20% dari nilai normal
 Nilai hematokrit menurun hingga ≥ 20% dari nilai normal setelah
mendapatkan terapi cairan
2. Nonstructural Protein-1 (NS1)
NS1 merupakan glikoprotein nonstruktural yang disintesis oleh virus
dengue, dan disekresikan ke dalam darah penderita. Oleh karena itu, NS1
baik untuk mendeteksi fase viremia, yaitu pada hari 1−7. Pemeriksaan NS1
dilakukan dengan metode quantitative capture ELISA (enzyme-linked
immunosorbent assay), tetapi saat ini telah tersedia alat rapid diagnostic
test (RDT) untuk mendeteksi NS1.[1-3]. Pemeriksaan NS1 pada kasus
infeksi sekunder memiliki periode deteksi yang lebih singkat daripada
infeksi primer. Sehingga pada kasus infeksi sekunder, kombinasi
pemeriksaan NS1 dan serologi IgM-IgG lebih disarankan untuk
meningkatkan akurasi diagnosis DF.
3. Tes serologi Antibodi Ig M dan Ig G Dengue
Antibodi IgM (immunoglobulin M) virus dengue terdeteksi mulai hari ke
3–5. Mencapai kadar puncak di minggu kedua, lalu menurun perlahan dan
dapat tetap terdeteksi hingga 2–3 bulan kemudian. Pada infeksi sekunder,
IgM dapat tidak terdeteksi pada 20-30% kasus. Antibodi IgG dapat

12
terdeteksi di atas hari 5–7, dan dapat bertahan tetap positif hingga bertahun-
tahun. Pada infeksi sekunder dengue, kadar IgG lebih dominan
dibandingkan kadar IgM dan dapat terdeteksi di awal infeksi, bahkan di hari
sakit ke3.Pada fase penyembuhan/konvalesen, pemeriksaan IgM-IgG lebih
bermanfaat daripada NS1. Pemeriksaan IgM dan IgG dengue merupakan
uji serologi yang dapat dilakukan dengan metode ELISA atau
imunokromatografi. Metode MAC-ELISA (IgM antibody capture ELISA)
menangkap IgM dengan menggunakan antibodi anti-human-IgM dan
antigen virus.Sementara, pemeriksaan IgG menggunakan antibodi
monoklonal reaktif dan antigen virus.RT-PCR atau real time RT-PCR.
Pemeriksaan RT-PCR (reverse transcriptase-polymerase chain
reaction) dan real time RT-PCR digunakan untuk mendeteksi asam nukleat
virus dengue, merupakan pemeriksaan yang paling sensitif dan spesifik.
Pemeriksaan ini dapat dilakukan pada fase viremia, yaitu hari 1−5.
Pemeriksaan positif PCR dapat mengkonfirmasi diagnosis DF.
4. Kultur Virus
Kultur virus dengue jarang dilakukan karena hasil yang lama >1 minggu dan
biaya yang tinggi. Kultur virus dengue dapat dilakukan dengan sampel
darah, serum, dan jaringan. Pemeriksaan ini dapat dilakukan pada demam
hari 1−5, dan bersifat konfirmatif dalam diagnosis. Pemeriksaan ini tidak
dapat menentukan infeksi primer maupun sekunder.
5. Pemeriksaan Laboratorium Lain
Pemeriksaan laboratorium lain yang perlu dilakukan pada kasus DF
bertujuan untuk menentukan komplikasi. Pemeriksaan yang diperlukan
antara lain:
1. Tes fungsi hati: peningkatan kadar enzim SGOT (aspartate
transaminase) dan SGPT (alanine transaminase)
2. Urinalisis: hematuria/hemoglobinuria
3. Tes golongan darah dan crossmatching: persiapan transfusi darah
4. Kadar albumin dalam serum: hipoalbuminemia menunjukkan
hemokonsentrasi
5. Analisa gas darah (AGD): terutama pada pasien DSS untuk monitoring
komplikasi asidosis metabolik
6. Pemeriksaan hemostasis: waktu protrombin (PT) dan aktivasi partial
thromboplastin (aPTT) memanjang, fibrinogen rendah, dan degradasi
fibrin meningkat, menunjukan komplikasi disseminated intravascular
coagulation (DIC
9. Mahasiswa mampu mengetahui bagaimana penanganan terhadap
penderita demam berdarah
Fase demam, anak memerlukan minum yang cukup karena demam tinggi
dan kadang disertai nyeri otot . Anak biasanya tidak mau makan dan minum
sehingga dapat mengalami dehidrasi, terlihat sakit berat, muka dapat terlihat

13
kemerahan (flushing), dan biasanya tanpa batuk dan pilek. Langkah
penanganan yang direkomendasikan untuk dilakukan pada fase ini, yakni
dengan menurunkan demam tinggi. Misalnya, penderita diberi
paracetamol.Segera bawa penderita ke rumah sakit apabila mulai muntah-
muntah, sakit perut, tidak bisa makan atau minum, sulit buang air kecil (BAK),
perdarahan, dan tingkat kesadaran yang agak menurun. Fase demam akan
diikuti oleh fase kritis yang berlangsung pada hari ke-4 dan ke-5 (24-48 jam),
pada saat ini demam turun,sehingga disebut sebagai fase deffervescene. Fase
ini kadang mengecoh karena orangtua menganggap anaknya sembuh oleh
karena demam turunpadahal anak memasuki fase berbahayaketikan kebocoran
plasma menjadi nyata dan mencapai puncak pada hari ke-5. Pada fase tersebut
akan tampak jumlah trombosit terendah dan nilai hematokrit tertinggi. Pada
fase ini, organ-organ lain mulai terlibat. Meski hanya berlangsung 24-48 jam,
fase ini memerlukan pengamatan klinis dan laboratoris yang ketat.Pada fase
ini, sebaiknya si penderita dirawat di rumah sakit meski suhu badan sudah
kembali normal.Setelah fase kritis pada DBD, anak memasuki fase
penyembuhan, kebocoran pembuluh darah berhenti seketika, plasma kembali
dari ruang interstitial masuk ke dalam pembuluh darah. Pada fase ini, jumlah
trombosit mulai meningkat, hematokrit menurun, dan hitung leukosit juga
mulai meningkat. Fase ini hanya berlangsung 1-2 haritapi dapat menjadi fase
berbahaya apabila cairan intravena tetap diberikan dalam jumlah berlebih
sehingga anak dapat mengalami kelebihan cairan dan terlihat sesak.Meski
begitu, penanganan demam berdarah pada fase penyembuhan tetap harus
dilakukan. Mereka yang baru menderita DBD harus cukup minum, konsumsi
makanan yang tinggi protein, konsumsi banyak buah dan sayur, serta cukup
istirahat. Bila penanganan dilakukan dengan tepat, para pasien bisa terhindar
dari bahaya komplikasi akibat demam berdarah.
10. Mahasiswa mampu mengetahui pandangan islam tentang menjaga
kebersihan
Islam memiliki pegangan Al-Qur’an dan hadis berkenaan dengan urgensi
menjaga kebersihan. Dalam hal ini berarti kebersihan dalam arti luas mencakup
jasmani dan rohani serta lingkungan sekitar, Allah berfirman dalam Al-Qur’an:
Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri (dengan beriman).
Dan dia ingat nama Tuhannya, lalu dia sembahyang. Tetapi kamu (orang-orang
kafir) memilih kehidupan duniawi. Sedang kehidupan akhirat lebih baik dan
lebih kekal (Terjemah Q.S Al A’la [87]:14-17). (Agustina, A. 2021)

14
STEP 6
Mind Maping

15
KESIMPULAN

Demam adalah peningkatan suhu tubuh di atas batas normal, dimana demam
ini adalah suatu respon sistem pertahanan tubuh tehadap masuknya virus ke tubuh
manusia. Pada kasus tersebut anak laki laki itu di diagnosis terkena DBD. DBD
adalah demam berdarah dengue, dimana penyakit ini disebabkan oleh virus dengue.
Virus ini akan menginfeksi tubuh manusia sehingga timbul gejala seperti demam,
mual, muntah, hingga mimisan, dan penurunan drastis dsri trombosit.

16
DAFTAR PUSTAKA

Agustina, A. (2021). Perspektif Hadis Nabi Saw Mengenai Kebersihan Lingkungan. Jurnal
Penelitian Ilmu Ushuluddin, 1, 96-104.
Chuansumrit A, Tangnararatchakit K. Path-ophysiology and Management of
DengueHemorrhagic Fever. Bangkok: Departmentof Pediatrics, Faculty of
Medicine, Ra-mathibodi Hospital, Mahidol University; 2006
Goodman & Gilman, 2012, Dasar Farmakologi Terapi, Edisi 10, Editor Joel. G. Hardman
& Lee E. Limbird, Konsultan Editor Alfred Goodman Gilman, Diterjemahkan oleh
Tim Alih Bahasa Sekolah Farmasi ITB, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Guzman MG, Gubler DJ, Izquierdo A, Martinez E, Halstead SB. Dengue infection. Nat
Rev Dis Prim. 2016;2:1–26.
Hadinegoro, S.Sri Rezeki (2011). Tata Laksana Demam Berdarah Dengue di Indonesia.
Terbitan Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta.
Heilman, JM., Wolff, JD., Beards GM., Basden, BJ. 2014. Dengue fever: a Wikipedia
clinical review. Open Medicine. Vol 8(4) hal :105
Kurane I. Dengue Hemorrhagic Fever withSpesial Emphasis on
Immunopathogenesis.Comparative Immunology, Microbiology &Infectious
Disease. 2007; Vol 30:329-40
Prayitno, Ari , Badriul Hegar, dkk. 2012. Update Management of Infectious Diseases and
Gastrointestinal Disorders. Jakarta : Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI
RSCM
Rosinta, L. (2015). Hubungan Durasi Demam Dengan Kadar Leukosit Pada Penderita
Demam Tifoid Anak Usia 5–10 Tahun Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Al-
Ihsan Periode Januari–Desember Tahun 2014.
Sukohar A. Demam berdarah dengue. Medula. Bandar Lampung: Fakultas Kedokteran
Universitas Lampung. 2014. 2(2):1-14
WHO. 2011. Comprehensive guidelines for prevention und control of dengue and dengue
haemorrhagic fever. Revised and expanded edition. New Delhi: WHO.
WHO. Comprehensive guidelines for prevention and control of dengue and dengue
haemorrhagic fever. WHO Regional Publication SEARO. 2011. 159–168.

World Health Organization. (2009). Dengue guidelines for diagnosis, treatment, prevention
and control : new edition. World Health Organization.
https://apps.who.int/iris/handle/10665/44188

17

Anda mungkin juga menyukai