Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN FISIKA TANAH

INFILTRASI

OLEH:
1. LIDYA YUNIATI_C1B020036
2. LUKMANUL HAKIM_C1B020037
3. LULUS UJIANDARI _C1B020038
4. LUSI SAFITRI_C1B020039
5. M. RIDHO ANUGRAH_C1B020040

PRODI ILMU TANAH

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MATARAM

2021
BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Infiltrasi merupakan peristiwa atau proses masuknya air ke dalam tanah,


umumnya (tetapi tidak mesti) melalui permukaan tanah dan secara vertikal. Pada
beberapa kasus, air dapat masuk melalui jalur atau rekahan tanah, atau gerakan
horizontal dari samping, dan lain sebagainya.
Dalam bidang konservasi tanah, infiltrasi merupakan komponen yang sangat
penting karena masalah konservasi tanah pada azasnya adalah pengaturan hubungan
antara intensitas hujan dan kapasitas infiltrasi, serta pengaturan aliran permukaan.
Aliran permukaan hanya dapat diatur dengan memperbesar kemampuan tanah
menyimpan air, utamanya dapat ditempuh melalui perbaikan atau peningkatan
kapasitas infiltrasi. Kapasitas infiltrasi merupakan laju maksimum air yang dapat
masuk ke dalam tanah pada suatu saat.
Infiltrasi merupakan interaksi kompleks antara intensitas hujan, karakteristik dan
kondisi permukaan tanah. Intensitas hujan berpengaruh terhadap kesempatan air
untuk masuk ke dalam tanah. Bila intensitas hujan lebih kecil dibandingkan dengan
kapasitas infiltrasi, maka semua air mempunyai kesempatan untuk masuk ke dalam
tanah. Sebaliknya, bila intensitas hujan lebih tinggi dibandingkan dengan kapasitas
infiltrasi, maka sebagian dari air yang jatuh di permukaan tanah tidak mempunyai
kesempatan untuk masuk ke dalam tanah, dan bagian ini akan mengalir sebagai aliran
permukaan. Penutupan dan kondisi permukaan tanah sangat menentukan tingkat atau
kapasitas air untuk menembus permukaan tanah, sedangkan karakteristik tanah,
khususnya struktur internalnya berpengaruh terhadap laju air saat melewati masa
tanah. Unsur sruktur tanah yang terpenting adalah ukuran pori dan kemantapan pori.
Laju infiltrasi dapat diukur di lapangan dengan mengukur curah hujan, aliran
permukaan, dan menduga faktor-faktor lain dari siklus air, atau menghitung laju
infiltrasi dengan analisis hidrograf. Mengingat cara tersebut memerlukan biaya yang
relatif mahal, maka penetapan infiltrasi sering dilakukan pada luasan yang sangat
kecil dengan menggunakan suatu alat yang dinamai infiltrometer.

1.2 TUJUAN LAPORAN


Adapun tujuan dari laporan ini yaitu agar mampu memahami dan mengerti cara
pengukuran atau penentuan infiltrasi suatu sampel tanah dengan baik dan benar serta
mahasiswa memahami dan mengerti infiltrasi sampel tanah yang diambil.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Infilrasi merupakan proses masuknya air dari permuakan kedalam tanah. Infiltarasi
berpengaruh terhadap saat mulai terjadinya aliran permukaan atau run off. Infiltrasi dari segi
hidrologi penting, karena hal ini menandai peralihan air permukaan yang bergerak cepat ke air
tanah yang bergerak lambat dari air tanah. (Asdak, 2010). Kapasitas infiltrasi suatu tanah
dipengaruhi sifat – sifat fisiknya drajat kemapatannya, kandungan air dan permiabilitas lapisan
bawah permukaan nisbi air dan iklim mikro tanah. Air yang berinfiltrasi pada suatu tanah hutan
karena pengaruh gravitasi dan daya tarik kapiler atau disebabkan pula oleh tekanan dari pukulan
air hujan pada permukaan tanah.Proses berlangsungnya air masuk ke permuakan tanah kita kenal
dengan infiltrasi. Laju infiltrasi dipengaruhi oleh tekstur dan struktur, kelengasan tanah, kadar
materi tersuspensi dalam air juga waktu.(Suripin, 2004).

Infiltrasi didefinisikan sebagai proses masuknya air ke dalam tanah melalui permukaan
tanah. Umumnya, infiltrasi yang dimaksud adalah infiltrasi vertikal, yaitu gerakan ke bawah dari
permukaan tanah (Jury dan Horton, 2004). Infiltrasi tanah meliputi infiltrasi kumulatif, laju
infiltrasi dan kapasitas infiltrasi. Infiltrasi kumulatif adalah jumlah air yang meresap ke dalam
tanah pada suatu periode infiltrasi. Laju infiltrasi adalah jumlah air yang meresap ke dalam tanah
dalam waktu tertentu. Sedangkan kapasitas infiltrasi adalah laju infiltrasi maksimum air meresap
ke dalam tanah (Haridjaja, Murtilaksono dan Rachman, 1991).

Laju infiltrasi tertinggi dicapai saat air pertama kali masuk ke dalam tanah dan menurun
dengan bertambahnya waktu (Philip, 1969 dalam Jury dan Horton, 2004). Pada awal infiltrasi,
air yang meresap ke dalam tanah mengisi kekurangan kadar air tanah. Setelah kadar air tanah
mencapai kadar air kapasitas lapang, maka kelebihan air akan mengalir ke bawah menjadi
cadangan air tanah (ground water) (Jury dan Horton, 2004).

Dengan mempelajari proses terjadinya dan faktor yang mempengaruhi dalam proses
infiltrasi terutama pada infiltrasi dibawah tegakan hutan, mahasiswa memahami berbagi fungsi
penting dari hutan sebagai salah satu media untuk meningkatkan proses masuknya air dalam
tanah sehingga peran hutan dalam mengendalikan aliran permukaan nampak lebih jelas. Dengan
memahami proses dan cara pengukurannya, mahasiswa dapat melakukan analisis dan medesain
pembangunan atau pengelolaan suatu kawasan hutan dengan memperhatikan peran proses
infiltrasi didalamnya. Setelah mempelajari kita akan mengerti dan memahami proses infiltrasi,
faktor – faktor yang mempengaruhi, mampu melakukan pengukuran dan perhitung untuk analisis
hidrologi suatu kawasan.Perkolasi merupakan proses kelanjutan aliran air tersebut ke tanah yang
lebih dalam.Setelah lapisan tanah bagian atas jenuh, kelebihan air tersebut mengalir ke tanah
yang lebih dalam sebagai akibat gaya gravitasi bumi dan dikenal sebagai proses perkolasi.
Penentuan laju perkolasi dapat dilakukan dengan memperhatikan kondisi fisik tanah
(permeabilitas,porositas dan tekstrur tanah), kedalaman air tanah dan topografi daerah tinjauan
serta sifat geomorfologi secara umum (Sudaryono,2001).

Paling sering digunakan pengukuran infiltrasi dilapangan yaitu dengan menggunakan


doble ring inflometer.double ring infiltometer merupakan cara yang termudah dilakukan dimana
selain pengukuran yang mudah dilakukan juga bahan untuk membuat alatnya mudah dicari,inilah
yang menjadi alasan mengapa cara ini paling sering dilakukan. Kemampuan tanah menahan air
dipengaruhi oleh tekstur tanah. Tanah-tanah tekstur kasar mempunyai daya menahan air lebih
kecil daripada tanah bertekstur halus. Oleh karena itu, tanaman yang ditanam pada tanah pasir
umumnya lebih mudah kekeringan daripada tanah bertekstur lempung atau liat. (Syukur, 2009)

Air dapat meresap ke dalam tanah karena adanya gaya-gaya adhesi, kohesi, dan gravitasi.
Lapisan tanah juga berpengaruh terhadap jumlah air tersedia dan pergerakan air dalam tanah.
Lapisan keras tidak tembus air akan memperlambat pergerakan air dan mempengaruhi daya
tembus dan perkembangan akar, yang secara efektif mengurangi kedalaman tanah.
BAB III PEMBAHASAN

Pada perhitungan data hasil praktikum infiltrasi menggunakan rumus Horton:

f = fc + (fo – fc)e-kt ; i ≥ fc dan k = konstan

Keterangan;

f : laju infiltrasi nyata (cm/h)

fc : laju infiltrasi tetap (cm/h)

fo : laju infiltrasi awal (cm/h)

k : konstanta geofisik

Kurva kapasitas merupakan hubungan antara kapasitas infiltrasi dengan waktu yang terjadi
selama dan beberapa saat setelah terjadinya hujan.Kapasitas infiltrasi secara umum akan tinggi
pada awal terjadi nya hujan ,akan tetapi semakin lama kapasitas nya maka akan mencapai
penurunan hingga mencapai titik konstan. Besarnya penurunan ini dipengaruhi oleh berbagai
faktor yaitu:

 Kelembapan tanah
 Kompaksi
 Penumpukan bahan liatan
 Tekstur tanah
 Struktur tanah

Infiltrasi (vertikal) ke dalam tanah yang pada mulanya tidak jenuh, terjadi di bawah
pengaruh hisapan matriks tanah dan gravitasi. Laju infiltrasi pada awalnya tinggi, dengan
masuknya air lebih dalam dan lebih dalamnya profil tanah yang basah, maka hisapan matriks
tanah berkurang dan akhirnya hanya tinggal tarikan gravitasi yang berpengaruh terhadap
pergerakan air, menyebabkan laju infiltrasi semakin menurun dengan berjalannya waktu
mendekati kondisi kesetimbangan (steady-state). Kandungan air tanah pada saat mulai terjadinya
infiltrasi juga berpengaruh terhadap laju infiltrasi (Gambar 1). Oleh karena itu Sharma et al.
(1980) menyatakan bahwa secara tidak langsung infiltrasi dipengaruhi oleh evapotranspirasi
melalui pengaruhnya terhadap kadar air tanah awal.
Gambar 1. Laju infiltrasi sebagai fungsi dari waktu untuk dua tanah dengan perbedaan
kandungan air pada awal infiltrasi (Sumber: Arsyad, 2000)

Dari hasil pengamatan infiltrasi menggunakan botol plastik dengan bsampel berupa
sampel tanah liat dan sampel tanah pasir. Sampel tanah pasir dengan tinggi 6 cm dan liat 7 cm
serta tinggi air yaitu 15 cm. Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu botol,
penggaris, buku dan bolpoin.

Pada 5 menit pertama dari sampel pasir, air yang masukke dalam tanah setinggi 6 cm,
sedangkan air yang tersisa diatas permukaan yaitu setinggi 9,8 cm. Untuk sampel liat didapatkan
air yang masuk ke dalam tanah setinggi 3 cm, sedangkan air yang tersisa diatas permukaan
setinggi 10 cm.

Pada 5 menit kedua dari sampel pasir didapatkan air yang masuk ke dalam tanah setinggi
6 cm, sedangkan air yang tersisa di atas permukaan setinggi 9,7 cm. Untuk sampel liat air yang
masuk ke dalam tanah setinggi 4 cm, sedangkan air yang tersisa di atas permukaan yaitu setinggi
9,8 cm.
DAFTAR PUSTAKA

Asdak, Chay, 2010, Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai, Gajah Mada
University Press, Yogyakarta.

Haridjaja, O, Murtilakso, K dan Rachman, LM, 1991, Hidrologi Pertanian, Buku, Institut
Pertanian Bogor Press, Bogor.

Jury,W,A,dan Horton, R,2004, Soil Physics, Buku, John Willey & Sons, New Jersey.

Kartasapoetra,A,G,2005, Tekhnologi Konservasi Tanah dan Air, Rineka Cipta,Jakarta,

Sudaryono, 2001. Pengaruh Pemberian Bahan Pengkondisi Tanah Terhadap Sifat Fisik dan
Kimia Tanah Pada Lahan Marginal Berpasir. Jurnal Teknologi Lingkungan, 2 (1) 106-112.

Syukur, S 2009. Laju Infiltrasi dan Peranannya terhadap Pengelolaan Daerah Aliran Sungai
Allu-Bangkala. Jurnal. Agroland 16 (3) : 231 – 236.

Suripin. 2004. Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Air, Penerbit Andi, Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai