Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN

HASIL PELAKSANAAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN SISWA


(PKL)
PENGUJIAN KADAR YANG TERKANDUNG PADA KARET

NAMA : ANADA
:AQILAH SABINA
KELAS :XII TEKNIK KIMIA INDUSTRI B
NAMA DU/DI : PT WILSON LAUTAN KARET
ALAMAT: JL.BARITO HULU NO 43, PELAMBUAN KEC.
BANJARMASIN

PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK INDUSTRI KIMIA


SMK NEGERI 5 BANJARMASIN
TAHUN 2021
LEMBAR PENGESAHAN SEKOLAH

Disetujui oleh
Kepala program Pembimbing Sekolah

Dewi Kapti MR.S.Pd.M.M Lisnawati S.Pd.

NIP.197209152006042026 198105092006042011

Kepala Sekolah
SMK Negeri 5 Banjarmasin

DR.Drs H.Syahrir.M.M
NIP.196712311992031050

LEMBAR PENGESAHAN DU/DI

PT WILSON LAUTAN KARET

Dilaksanakan pada : 26 Juli 2021 - 23 Oktober 2021

Pembimbing/Kepala Laboratorium Manager DU/DI

Ninik Sujiati Halim Hidayat


KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telahmelimpahkan
rahmat dan hidayahNya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan kegiatan
Praktik Kerja Lapangan (PKL) dengan baik, dari hasil yang telah dilakukan
kami selama mengikuti kegiatan magang di PT Wilson Lautan Karet selama 3
bulan yang dimulai dari tanggal 26 juli 2021 sampai 23 Oktober 2021, kami
mendapat banyak ilmu dan pengalaman yang sangat berharga di dalam dunia
industri.

Terselesaikan laporan ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak yang telah membantu dan memberikan waktu, tenaga dan juga
saran, dengan segala kerendahan hati, dalam kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan ucapan terimakasih kepada :

1. Bapak Dr. Drs H Syahrir.M.M selaku Kepala Sekolah SMK NEGERI 5


BANJARMASIN.
2. Ibu Dewi Kapti MR.S.Pd.M.M selaku Kepala Program Keahlian Kimia
Industri.
3. Ibu Lisnawati S.pd selaku Pembimbing praktik kerja siswa dari SMK
Negeri 5 Banjarmasin.
4. Ibu Ninik Sujiati selaku Pembimbing dari PT Wilson Lautan Karet.
5. Serta Seluruh Karyawan laboratorium PT Wilson Lautan Karet.
6. Dan kepada orang tua yang selalu mendukung hingga dapat selesainya
Laporan ini.

Kami menyadari bahwa laporan hasil praktik kerja siswa yang kami
kerjakan ini tentunya masih kurang sempurna, untuk itu, kami mengharapkan
saran dari pembaca. Terimakasih.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................I
DAFTAR ISI........................................................................................II
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Rumus Permasalahan.................................................................................... 1
1.3 Tujuan Laporan..............................................................................................2
1.4 Manfaat Laporan............................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Penjelasan......................................................................................................3
2.2 Pengujian........................................................................................................3

BAB III METODE PENELITIAN


3.1 Alat Dan Bahan..............................................................................................4
3.2 cara Kerja....................................................................................................4-8

3.3 Flowchart.......................................................................................................9

BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil Pengamatan........................................................................................10
4.2 Perbandingan................................................................................................10

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan..................................................................................................11
5.2Saran.............................................................................................................11

LAMPIRAN

BAB I
PENDAHULU
1.1 Latar Belakang
Wilayah di Indonesia merupakan daerah agraris, dan sebagian besar
penduduknya bekerja pada sektor pertanian dan perkebunan. Pertanian
merupakan aktifitas utama bagi kehidupan ekonomi penduduk, dalam
upaya memenuhi kehidupan keluarganya. Aktifitas penduduk di bidang
pertanian dilakukan oleh sebagian penduduk karna sebagian besar
mengusahakan ketersediaan lahan pangan yang menjadi sumber
kelangsungan hidup warga Indonesia, berbagai cara pemanfaatan lahan
yang dilakukan diantaranya untuk perkebunan, peternakan, dan kehutanan,
tujuan utama dari usaha-usaha tersebut iyalah memenuhi kebutuhan hidup
dan kesejahteraan masyarakat.
Sektor perkebunan yang meliputi kopi, lada, sawit, dan karet
mempunyai prospek yang cukup baik bagi kehidupan petani, salah satu
komoditas yang bernilai cukup tinggi dan mampu mendukung
perekonomian Indonesia yaitu komoditas karet, karet merupakan
komoditas perkebunan yang cukup penting, baik sebagai pendapatan,
lapangan kerja, dan sumber devisi karena karet memiliki nilai ekonomi
yang tinggi.
Saat ini Indonesia urutan kedua sebagai negara produsen karet di dunia
setelah thailand, pada tahun 2016 luas area total perkebunan karet di
Indonesia mencapai 3,64 Ha dengan produksi mencapai 3,2 juta ton.

Rumus Masalah
1. Bagaimana tahap awal karet sebelum pengujian menjadi sempel uji.
2. Bagaimana cara mengetahui apakah karet berkualitas bagus atau tidak.
1.2 Tujuan
1. Tujuan yang pertama adalah diharapkan mampu mengetahui materi
pengujian yang didapat di sekolah. Sehingga materi tersebut dapat
diterapkan di area kerja dengan baik.
2. Tujuan yang kedua yakni mampu melatih siswa dalam mendapatkan
pengalaman praktek kerja di luar sekolah atau di dunia industri.
3. Tujuan yang ketiga yakni mampu melatih siswa dalam berkomunikasi
dan berinteraksi secara profesional di dunia industri. Sehingga nantinya
para siswa tidak canggung dan takut lagi untuk berkomunikasi secara
profesional.
4. Tujuan yang keempat adalah meningkatkan softskill siswa (kemampuan
dalam meningkatkan rasa percaya diri, memperbaiki sikap dan perilaku).
5. Tujuan yang kelima adalah dapat mengembangkan dan menambah ilmu
pengetahuan dasar yang dimiliki oleh para siswa. Tentu saja materi yang
sesuai dengan bidang yang mereka ambil.

1.3 Manfaat
1. Siswa dapat mengetahui perihal bagaimana mengetahui kualitas karet
serta dapat mengetahui tahap-tahap sebelum karet tersebut diuji.
2. Siswa dapat mengasah keterampilan yang diberikan oleh Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK).
3. Membentuk pola pikir para siswa untuk lebih terkonstruktif dengan baik.
Mampu memberikan pengalaman dalam dunia kerja ataupun dunia
industri.
4. Mengenalkan para siswa pada pekerjaan lapangan di dunia industri serta
dunia usaha. Sehingga pada saatnya mereka mampu beradaptasi dengan
cepat di lapangan pekerjaan yang sesungguhnya.
5. Menambah pengetahuan, keterampilan, gagasan-gagasan seputar dunia
industri dan dunia usaha yang handal sekaligus profesional.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Komoditas Karet
Salah satu komoditas pertanian di Indonesia yang kini banyak dijumpai
dalam peralatan rumah atau transportasi adalah karet. Sejak dulu, karet tidak
lekang dari banyaknya kebutuhan orang-orang. Justru, produksi karet kian
meningkat dari tahun ke tahun.

Indonesia, sebagai peringkat kedua negara penghasilan karet terbesar di


dunia setelah Thailand, banyak dilirik para perusahaan luar negeri. Menjadikan
hal ini ladang keuntungan bagi para petani karet, dan perkebunan karet
bertambah luas di Nusantara.

Namun, di luar keuntungan itu, ternyata karet tidak semuanya unggul atau baik.
Seperti kebanyakan hasil tani lainnya, Inilah yang menjadi patokan berdirinya
perusahaan industri karet, untuk menguji apakah karet yang akan diproduksi
menjadi barang adalah karet berkualitas atau tidak, dengan cara pengujian
berbagai hal, seperti kadar kotoran yang terkandung, kadar abu yang terkandung
di dalamnya, kekenyalan, dan lain-lainnya, oleh sebab itu, di laporan kali ini
berisi rincian pengujian contoh karet yang kemudian bisa dibuat berbagai
macam produk.

2.2 Pengujian Karet


1. Kadar kotoran: atau yang sering disebut Dirt adalah proses penyaringan
kadar asing yang terkandung oleh karet, dan yang tidak lolos saringan
325 mesh. Bisa berupa pasir, serpihan kayu, kertas, atau benda asing
lainnya.
2. Kadar abu: atau sering disebut Ash adalah proses pembakaran karet yang
menghasilkan abu berupa senyawa oksida, karbonat, dan fosfat dari
kalium, magnesium, natrium, dan beberapa unsur lain yang tersisa dari
pembakaran karet pada suhu 550°c.

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Alat Dan Bahan


A. Alat
a. Neraca Analitik (Pembacaan mencapai 0,1mg)
b. Labu Erlenmeyer (500 ml)
c. Inframerah (masing-masing 250 watt)
d. Pemegang saringan
e. Gilingan laboratorium
f. Lembaran plastik
g. Gunting
h. Oven (suhu 100°C )
i. Pemegang Labu Erlenmeyer
j. Sarung tangan asbes
k. Saringan Baja
l. Botol semprot
m. Pembersih Saringan (Bransonic)

B. Bahan
a. Karet /Sempel karet
b. Pelarut karet ( Terpentin mineral / Minyak tanah)
c. Pelunak karet ( Cureo TS / RPA)

3.2 Cara Kerja


Penyeragaman Contoh
•Alat dan bahan

-Contoh karet seberat 250 gram

-Gilingan

-Alat pemotong

-Plastik

- Wadah

•Langkah-langkah

1. Siapkan contoh karet seberat 250 gram sebanyak 2 buah.

2. Masing-masing karet digiling 3 kali melalui gilingan laboratorium dengan

Celah roll 1,69 kurang lebih 0,17 mm.

3. Setiap kali penggilingan, lembaran karet digulung dan dimasukkan


Kembali ke gilingan pada penggilingan berikutnya.
4. Pada penggilingan ke-3, lembaran karet tidak digulung melainkan dilipat
dua
5. Setelah menjadi lembaran, karet dipotong menggunakan alat pemotong
menjadi 4 bagian, lalu dibungkus dalam kantong plastik atau plastik klip.

6. Potong sedikit untuk menjadi contoh uji dari:

- kadar kotoran: 25 — 30 gram.

- Kadar bu: 10 — 15 gram.

- kadar zat menguap: 20 — 25 gram.

- nilai PRI: 20 — 25 gram.

- mooney: 30 — 40 gram.

- nitrogen: 5 — 10 gram.

Pengujian kadar ASH ( Pengujian Kadar Abu)

•Alat dan bahan

1. karet (contoh uji) sebesar 10 – 15 gram.


2. gunting.
3. muffle furnace.
4. cawan porselen (dengan berat 50 mL)
5. penjepit cawan.
6. neraca analitik (dengan ketelitian 0,1 mg)

•APD yang digunakan.

a) masker (berguna untuk menutupi hidung dari asap pembakaran)


b) sarung tangan (untuk melindungi tangan saat mengambil contoh uji dari
oven)

•Langkah-langkah.

1. Gunting contoh uji dan ditimbang menggunakan neraca analitik sebanyak


5 gram.
2. Contoh uji dimasukkan ke dalam cawan yang sudah ditimbang beratnya.
3. Cawan berisi contoh uji dibakar di dalam muffle furnace hingga kering.
4. Setelah kering cawan berisi contoh uji dimasukkan ke dalam oven
menggunakan penjepit cawan guna mengeringkan lebih lanjut.
5. Tunggu sekitar 30 menit sampai 1 jam agar hasil bisa didapat.
6. Keluarkan cawan dari dalam oven, dinginkan dalam suhu ruangan.
7. Setelah cukup dingin, timbang cawan beserta hasil di dalamnya kemudian
hitung berat abu dari:

Kadar abu (%)=

M² - M¹

────── x 100

M0

M0: berat contoh uji (5 gram)

M¹: berat cawan porselen kosong.

M²: berat cawan porselen berisi abu.

Atau cara sederhananya:

M² - M¹ x 2
Pengujian Kadar Dirt ( Pengujian Kadar Kotoran)

•Alat dan bahan:

1. Karet (contoh uji) yang sudah diperhalus menggunakan gilingan dan


dipotong-potong sebanyak 25 – 30 gram.
2. Gunting.
3. Erlenmeyer.
4. Larutan terpentin atau minyak tanah (tapi karena harga terpentin mahal
dan susah didapat, diganti minyak tanah)
5. Larutan cureo atau RPA.
6. Penjepit.
7. Neraca analitik (dengan ketelitian 0,1 mg)
8. Kain (untuk mengocok erlenmeyer berisi contoh uji)
9. Hot plate.
10.Oven
11.Saringan atau mesh.
12.Penyaring.
13.Nampan saringan.

•APD yang digunakan:

a) Masker (melindungi hidung dari terhirup asap)


b) Sarung tangan (melindungi tangan saat mengocok erlenmeyer dari hot
plate)

•Langkah-langkah:

1. Gunting contoh uji dan ditimbang menggunakan neraca analitik sebanyak


10 gram.
2. Contoh uji dimasukkan ke dalam erlenmeyer yang sudah berisi minyak
tanah dan larutan cureo (cureo berguna untuk melunakkan karet)
3. Erlenmeyer berisi contoh uji dimasukkan ke dalam hot plate, didiamkan
sampai contoh uji larut sambil sesekali dikocok setiap 30 menit (berguna
agar contoh uji cepat larut)
4. Setelah karet larut, disaring di alat penyaringan dan gunakan mesh untuk
menyaring kadar kotoran yang ada, sambil sesekali disemprot minyak
tanah agar tidak ada yang tersisa.
5. Mesh berisi kotoran ditaruh di nampan khusus, lalu dimasukkan ke dalam
oven untuk pengeringan.
6. Setelah 30 menit keluarkan mesh berisi kadar kotoran, diamkan di suhu
ruangan sampai dingin.
7. Timbang mesh berisi kotoran, kemudian hitung berat kotoran dari:
Kadar kotoran (%):

── x 100
M0

M0= berat contoh uji (gram)

M¹= berat kotoran (gram)

•Kadar kotoran dinyatakan dalam presentasi bobot:

M¹= C – B

B: berat saringan kosong.

C: berat saringan berisi kotoran.


BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan.
Hasil pengamatan selama magang yaitu:

A. Hasil uji DIRT berupa kotoran yang terkumpul di dalam mesh atau
saringan. Jika banyaknya kotoran di dalam mesh lewat dari berat target
yaitu 0,045, maka karet dianggap tidak layak, dan akan didiamkan
beberapa saat lalu dicampur dengan karet lain kemudian diuji ulang.
Namun jika beratnya dibawah 0,045, bisa dinaikkan angkanya.
B. Hasil uji ASH berupa abu hasil pembakaran di dalam cawan. Jika
banyaknya abu di dalam cawan melebihi berat target yaitu 0,035, maka
karet dianggap tidak layak, akan didiamkan beberapa waktu lalu
dicampur dengan karet lain kemudian diuji ulang. Namun jika beratnya
dibawah 0,035, bisa dinaikkan angkanya.

4.2 Perbandingan.
BAB V
Kesimpulan Dan Saran
Kadar ash Kadar dirt 5.1
(Kadar abu) (Kadar kotoran)
1.Sampel ditimbang 1. Sampel ditimbang
sebanyak 5gram sebanyak 10 gram
2.Memakan waktu 2.Memakan waktu lebih
sebentar saat pengujian lama saat pengujian.
3.Hasil berupa abu 3.Hasil berupa kotoran
hasil endapan.
4.Berat target lebih sedikit 4.Berat target lebih banyak
(0.035) (0.045)

Kesimpulan
Berdasarkan pada bab sebelumnya, maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:

Dari pengujian dan penelitian saat kami melaksanakan PKL (Praktek


Kerja Lapangan) kami dapat menyimpulkan bahwa karet yang telah diuji
dengan hasil yang bagus bisa di kirim ke luar Kota/Negeri, namun karet
yang tidak sesuai SNI/Standar Nasional Indonesia akan di ulang atau di
olah kembali sehingga bisa menjadikan karet tersebut layak/bagus untuk
di olah sebagai produk lain yang menggunakan bahan utama karet.

5.2 Saran
Kami sadar dalam melaksanakan kegiatan Prakerin ini masih banyak
kekurangan, namun kami telah berusaha melaksanakannya secara
maksimal, selain itu, laporan Prakerin ini juga masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu, saran yang membangun sangat kami perlukan guna
memperbaiki laporan yang masih jauh dari sempurna ini.

Lampiran
• Penyeragaman Contoh

Pembungkusan karet contoh

• Dirt
Penimbangan karet sempel
Erlenmeyer berisi sempel

Pembakaran di Hotplate
Penyaringan
Oven Saringan berisi Dirt
Penimbangan saringan

Pembasuhan saringan
Saringan bersih
•Ash
Penimbangan sempel

Pembakaran
Hasil pembakaran
Penimbangan Hasil

Anda mungkin juga menyukai