Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH KEWIRAUSAHAAN

“KONSEP DASAR DAN MOTIVASI BERWIRAUSAHA”

DISUSUN OLEH:

1. Farhatu Aini 1130019005


2. Rinda Roihatul Jannah 1130019045
3. Fitriyani Nurhayati 1130019082
4. Alfredo Arinda Dwipa 1130019111
5. Febi Ariska Putri 1130019120

DOSEN FASILITATOR:

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN

UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA

2021
i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-nya maka kami
dapat menyelesaikan penyusunan Makalah yang berjudul “ Konsep Dasar dan Motivasi
Berwirausaha”. Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk mengetahui dan memahami tentang
konsep dasar kewirausahaan serta untuk memenuhi tugas mata kuliah kewirausahaan. Untuk
itu penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah dan teman-teman yang telah
membantu.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari
pembaca agar makalah ini lebih sempurna dan dapat meningkatkan pengetahuan bagi
pembaca.

Terimakasih dan semoga makalah ini memberikan manfaat positif bagi pembaca dan
kita semua.

Surabaya, 11 Oktober 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................ii

DAFTAR ISI...........................................................................................................................iii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang...................................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................................1

1.3.Tujuan Penulisan  ..............................................................................................................2  

BAB 2 PEMBAHASAN

2.1 Pentingnya Berkewirausahaan Sejak Dini.........................................................................3

2.2 Motivasi Mahasiswa Menjadi Wirausahawan....................................................................6


2.3 Perbedaan Esensial Antara Wirausahawan Dengan Karyawan/Orang Gajian...................9

2.4 Keuntungan dan Kelemahan Menjadi Wirausahawan.......................................................10

2.5 Konsep Cash Flow Quadrant Oleh Robert T. Kiyosaki.....................................................13

BAB 3 PENUTUP

3.1 Kesimpulan.........................................................................................................................14

3.2 Saran...................................................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................16

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kewirausahaan adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar,


kiat, dan sumber daya untuk mencari peluang menuju sukses. Inti dari kewirausahaan
adalah kemapuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda melalui berfikir
kreatif dan bertindak inovatif untuk menciptakan peluang.

Wirausaha secara historis sudah dikenal sejak diperkenalkan oleh Richard


Castillon pada tahun 1755. Beberapa istilah wirausaha seperti di Belanda dikenal
dengan ondernemer, di Jerman dikenal dengan unternehmer. Pendidikan
kewiraushaan mulai dirintis sejak 1950-an di beberapa negara seperti Eropa, Amerika,
dan Kanada. Bahkan sejak 1970-an banyak universitas yang mengajarkan
kewirausahaan atau manajemen usaha kecil. Pada tahun 1980-an, hampir 500 sekolah
di Amerika Serikat, emberikan pendidikan kewirausahaan. Di Indonesia,
kewiraushaan dipelajari baru terbatas pada beberap sekolah atau perguruan tinggi
tertentu saja. Sejalan dengan perkembangan dan tantangan seperti adanya krisis
ekonomi, pemahaman keewiraushaan baik melalui pendidikan formal maupun
pelatihan-pelatihan di segala lapisan masyarakat kewirausahaan menjadi berkembang.

Orang yang melakukan kegiatan wirausahaan disebut wirausahawan. Muncul


pertanyaan mengapa wirausahawan (enterpreneur) mempunyai cara berpikir yang
berbeda dari manusia pada umumnya. Mereka mempunyai motivasi, panggilan jiwa,
persepsi dan emosi yang sangat terkait dengan nilai-nilai, sikap dan perilaku sebagai
manusia unggul.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pentinganya berkewirausahaaan sejak dini ?
2. Apa profil penduduk Indonesia dan pemicu berwirausaha ?
3. Apa motivasi mahasiswa menjadi wirausahawan ?
4. Apa perbedaan esensial antara wirausahawan dengan karyawan/orang gajian ?
5. Apa keuntungan dan kelemahan menjadi wirausahawan ?

1
6. Apa yang dimaksud dengan Konsep cash flow quadrant oleh Robert T.
Kiyosaki ?

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan dari penulisan makalah ini, diharapkan pembaca dapat:
1. Memahami pentingnya berkewirausahaan sejak dini
2. Mengetahui profil penduduk Indonesia dan pemicu berwirausaha
3. Mengetahui motivasi mahasiswa berwirausaha
4. Membandingkan perbedaan esensial antara wirausahawan dengan
karyawan/orang gajian
5. Mengetahui kelebihan dan kelemahan menjadi wirausahawan
6. Memahami konsep cash flow quadrant oleh Robert T. Kiyosaki

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Pentingnya Berkewirausahaan Sejak Dini

Beberapa puluh tahun lalu, ada yang berpendapat bahwa kewirausahaan tidak
dapat dianjurkan namun pada dekade terakhir ini enterpreneurship berkewirausahaan
telah menjadi mata pelajaran yang diajarkan di sekolah-sekolah dan menjadi mata
kuliah wajib yang diajarkan di sebagian besar perguruan tinggi negeri maupun swasta,
baik perguruan tinggi dalam maupun luar negeri bahkan, di Indonesia telah diajarkan
di berbagai kursus, seminar, workshop, dan sejenisnya. Di negara-negara maju baik di
benua Eropa maupun di Amerika Serikat setiap 10 menit lahir wirausahawan baru.
Bahkan, pertumbuhan wirausaha membawa peningkatan ekonomi yang luar biasa.
Pengusaha-pengusaha baru itu telah memperkaya pasar dengan berbagai produk
barang dan atau jasa yang kreatif dan inovatif.
Menurut Buchari Alma (2005), “ tahun 1980-an di Amerika Serikat telah lahir
sebanyak 20 juta wirausahawan baru mereka menciptakan lapangan pekerjaan baru.
Demikian pula di Eropa Timur wirausahawan ini mulai bermunculan titik bahkan, di
negeri Cina yang masa lalu menganut paham komunisme murni, kini mulai membuka
diri terhadap lahirnya wirausahawan baru dan menerima investasi dari luar.
Universitas Beijing menghapuskan mata kuliah marxis, dan menggantikannya dengan
mata kuliah kewirausahaan atau kewirausahaan (enterpreneurship)”.
Transformasi pengetahuan kewirausahaan telah berkembang pada dekade
terakhir ini. Demikian pula trend di negara-negara lain termasuk Indonesia mata
pelajaran atau mata kuliah koma kewirausahaan telah diajarkan di beberapa sekolah
menengah atas ke jurusan, dan berbagai perguruan tinggi bahkan dijadikan sebagai
kurikulum wajib, serta di berbagai kursus bisnis dan koperasi menjadi materi ajar
utama, bahkan menjadi salah satu konsentrasi di program studi tertentu. Jadi, dapat di
simpulkan bahwa kewirausahaan dapat dijadikan sebagai mata pelajaran dan atau
mata kuliah yang dapat diajarkan, baik di tingkat Sekolah Dasar Sekolah Menengah
Pertama Sekolah Menengah Atas ke jurusan dan umum maupun di perguruan tinggi.
Tujuannya agar paradigma berpikir peserta didik berubah yakni perubahan dari jika
mereka setelah lulus sekolah akan melamar pekerjaan atau menjadi pegawai, tetapi
memiliki atau mau dan mampu mengubah para paradigma berpikir dan termotivasi
bahwa setelah mereka lulus sekolah atau kuliah akan menjadi seorang wirausahaan
berminat untuk berwiraswasta.
Saat ini, pengangguran dan kemiskinan terjadi karena perbandingan antara
jumlah penawaran kesempatan kerja di seluruh sektor baik di dalam maupun di luar
negeri yang meliputi sektor industri, pertanian pertambangan, transportasi, pariwisata,
dan lain-lain, tidak sebanding dengan jumlah lulusan atau penawaran tenaga kerja
baru yang dihasilkan di segala level pendidikan baik tingkat di tingkat SMP (sembilan
tahun wajib belajar-yang tidak mampu melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih
3
tinggi) sampai dengan perguruan tinggi di semua jenjang. Kesenjangan antara
permintaan dan penawaran tenaga kerja ini perlu dipikirkan oleh kita semua, lebih-
lebih tenaga kerja yang tidak terdidik, tidak terampil, dan atau tenaga kerja
berpendidikan rendah bila tidak tertampung di lapangan kerja formal maka jalan satu-
satunya adalah dibekali dengan keterampilan berwirausaha agar mereka setelah lulus
sekolah atau kuliah maupun berhenti sekolah atau kuliah di tengah jalan tetap
memperoleh penghasilan dan pada akhirnya mencapai kesejahteraan yang diharapkan
tanpa harus mengandalkan untuk menjadi pegawai atau karyawan di suatu
perusahaan.
Solusi untuk mengatasi hal itu tentu tidak ada jalan lain kecuali jika setiap
lulusan atau tenaga kerja baru, baik yang dihasilkan dari tingkat pendidikan paling
bawah (SMP- wajib 9 tahun) sampai dengan tingkat perguruan tinggi, mau tidak mau
harus dibekali dan diarahkan untuk tidak lagi berorientasi menjadi pegawai atau
priyayi atau pencari kerja buruh sebagai orang gajian, namun diarahkan untuk
menjadi seorang pemula wirausahawan atau menjadi pengusaha mikro atau
pengusaha kecil sebagai pemberi kerja atau gaji bagi orang lain atau mampu
menciptakan pekerjaan atau lapangan kerja bagi orang lain. Pembekalan keterampilan
berwirausaha tersebut harus menjadi program pemerintah baik jangka pendek sedang
maupun panjang guna memperkecil jumlah keluarga miskin karena tidak memiliki
pekerjaan atau pengangguran yang pada akhirnya tidak berpenghasilan.
Dengan diperkenalkannya cara cara berwirausaha sedini mungkin, setiap
lulusan yang dihasilkan oleh seluruh level pendidikan di tingkat SMP sampai dengan
perguruan tinggi akan dipersiapkan sebagai anak didik yang nantinya siap terjun
menjadi wirausahawan, meskipun putus sekolah di level pendidikan yang paling dasar
sekalipun (putus sekolah ataupun lulusan SMP atau 9 tahun wajib belajar). Kurikulum
SMP sebaiknya dibekali dengan mata pelajaran kewirausahaan, sehingga sejak dini
seorang lulusan dari level sekolah terendah pun tidak bercita-cita menjadi pencari
kerja atau orang gajian, melainkan menjadi pencipta lapangan kerja baru atau sebagai
pemberi gaji bagi orang atau pihak lain.
1. Profil penduduk indonesia dan pemicu berwirausaha.
Banyaknya pengangguran (baik yang tidak memiliki keterampilan dan tidak
berpendidikan tinggi maupun pengangguran yang memiliki pendidikan formal sampai
di tingkat sarjana atau pengangguran intelektual) karena pertumbuhan ekonomi suatu
negara yang rendah ataupun karena krisis ekonomi yang berkepanjangan sehingga
tidak mampu menampung antara pertambahan tenaga kerja baru dengan ketersediaan
lapangan kerja baru.
Sebagai ilustrasi dapat disimak data profil penduduk Indonesia tahun 2016
berikut ini: total penduduk Indonesia kurang lebih 230 juta orang dengan kondisi
sosial ekonomi 12% (27,6 juta orang) ekonomi atas 40% (92 juta orang) ekonomi
menengah, dan 48% (110,4 juta orang) golongan ekonomi bawah. Dari 230000000
orang tersebut, sebanyak 30 juta orang tinggal di kota dengan daya beli tinggi, 100
juta orang sangat rendah daya belinya, 60 juta orang tinggal di pulau Jawa, 21 juta
orang tinggal di Sumatera. Dengan komposisi 58% (133,4 juta orang) tinggal di
pedesaan dan 42% (96,6 juta orang) tinggal di perkotaan. Dari total 230 juta orang

4
tersebut pengangguran mencapai kurang lebih 39,8 juta sampai dengan 55% kurang
lebih 100 juta orang penganggur. Dari segi agama: ada sebanyak 87% agama Islam
(200,1juta orang) yang mengonsumsi bahan pangan halal. Dari komposisi usia 55%
(126,5 juta orang) berusia <25 tahun. Dari jumlah penduduk tersebut terdiri atas 480
kelompok etnik dengan selera rasa nusantara. Penduduk indonesia 99% (227,7 juta
orang) makan nasi beras sebagai makanan pokok, sehingga peluang usaha restoran
tidak akan ada matinya.
Penduduk bekerja menurut status pekerjaan dan pendidikan dapat disimak
pada tabel 2.1 berikut.

N Pendidikan Usaha Usaha Usaha Karyawa Petan Pekerjaa Pekerjaa Jumlah


o Mencar Keluarg +Buru n i (%) n n Tidak (ribuan
i a h (%) Pertanian Dibayar )
(%) Tetap (%) (%)
(%)
1. TPS 18,7 39,0 1,9 4,5 9,1 2,1 24,7 5.328
2. TTSD 20,8 33,0 2,5 8,9 8,8 3,5 22,5 12.515
3. SD 21,3 27,4 2,8 14,8 6,1 5,3 22,2 35.125
4. SMP 22,4 19,5 3,6 27,0 3,2 4,8 19,4 17.248
5. ST 26,1 19,5 4,5 26,5 2,7 3,2 17,6 1.324
6. SMU 16,7 12,2 4,2 52,7 0,8 2,4 10,9 11.389
7. SMK 13,8 8,3 3,8 64,0 0,4 2,5 7,2 5.903
8. DiplomaII, 5,1 2,7 zl,4 88,9 0,0 0,0 1,9 393
III
9. Diploma 6,3 3,4 3,7 82,0 0,1 0,3 4,1 1.163
III/Ak.
10 Universita 5,8 3,4 4,9 83,1 0,0 0,5 2,2 2.834
a
Jumlah 19,5 23,0 3,2 27,2 4,7 4,0 18,5 93.722

Keterangan :

TPS : tidak pernah sekolah

TTSSD : tidak tamat SD

ST : sekolah teknik

SMP : sekolah menengah pertama

SMU : sekolah menengah umum

SMK : sekolah menengah kejurusan

Dari tabel 2.1 dapat disimpulkan bahwa 83,1% kelulusan Universitas menjadi
karyawan, 82 persen lulusan D3 menjadi karyawan dan 88,9 persen lulusan D1 dan D2 juga

5
menjadi karyawan, sedangkan yang menjadi Usahawan seluruh lulusan perguruan tinggi
masih di bawah 6%, sedangkan yang menjadi usaha persentase tertinggi adalah lulusan SLTA
ke bawah sehingga agak sulit mengharapkan perkembangan Usahawan yang andal di
Indonesia.

Bank Dunia melansir bahwa kemiskinan di Indonesia tahun 2007 mencapai 49% dari
total penduduk dan 60% masyarakat Indonesia hidup dengan gizi buruk. Pada laporan
keuangan pemerintah pusat (LKPP) (simak harian Media Indonesia, Selasa 1 November
2005) bahwa aset pemerintah Indonesia sampai Desember 2004 sebesar Rp.851,9 triliun,
sedangkan jumlah kewajiban utang pemerintah indonesia mencapai Rp.1,349 triliun, maka
selisih aset dan utang mencapai Rp.497,1 triliun. Dengan jumlah penduduk 230 juta, bila
setiap orang terbebani dan mau membayar sekitar Rp.5,87 juta maka hutang pemerintah
indonesia baru akan dapat lunas. Pengangguran terbuka mencapai 10,6% (12,7 juta) dan
setengah pengangguran 35,2% (38,3 juta)1 jika tepat datanya.

Setiap penambahan 1% pertumbuhan ekonomi nasional pada zaman Orde Baru telah
mampu melahirkan atau menampung 200.000 tenaga kerja baru, sedangkan di zaman
reformasi hanya mampu menyerap tenaga kerja baru sehingga 50.000 angkatan kerja. Target
pemerintah yang disusun pada tahun 2007 sampai 2009 yang akan mencetak pertumbuhan
ekonomi sampai 7% tidak signifikan titik tidak ada jalan lain kecuali upaya penggalakan
berwirausaha.

Profesi apa yang diinginkan oleh seseorang yang sedang mencari pasangan hidupnya
lewat penelitian kecil pada kolom kontak jodoh di koran Kompas 2007 terhadap calon
pasangannya? Ternyata, sebanyak 99% menghendaki berpasangan dengan karyawan tetap
(prioritasnya Pegawai Negeri Sipil (PNS) TNI Polri, BUMN) dan hanya 1% yang
menghendaki berpasangan dengan pengusaha itu pun mencari jodoh (dari etnis Tionghoa)
yang sudah tidak diragukan jiwa kewirausahaannya.

Peristiwa yang mempercepat/memicu seseorang menjadi wirausahawan antara lain :

1) Sebuah peristiwa yang menyakitkan, seperti hilangnya pekerjaan karena


mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK)!dari tempat kerjanya.
2) Memasuki usia pensiun, sehingga memiliki waktu luang yang lebih banyak.
3) Sulitnya memperoleh pekerjaan-melamar pekerjaan di berbagai instansi yang
selalu ditolak (karena memang sempitnya kesempatan kerja)
4) Telah Mengikuti berbagai seminar kursus atau memperoleh mata kuliah
kewirausahaan.
5) Memperoleh sharing pengalaman dari wirausahawan atau family yang telah
berhasil atau memiliki bisnis sebelumnya.
2.2 Motivasi Seseorang Berwirausaha

Di negara-negara maju, keinginan seseorang untuk menjadi bos terhadap dirinya


sendiri cukup besar, berkeinginan sukses tanpa harus dibawah tekanan orang lain, misalnya
meskipun perusahaan baru berjalan satu tahun, sudah berusaha keras untuk di-franchise-kan

6
atau di waralabakan, gal ini dapat dilakukan jika pemerintah ikut memfasilitasi dengan cara
mempermudah proses pemberian hak intelektual, seperti hak atau lisensi trade mark, hak
waralaba, hak cipta (copyright) dan sejenisnya.

Dalam aspek lain, keberanian seseorang untuk mendirikan usaha sendiri


(berwirausaha) sering kali terdorong oleh motivasi dari guru atau dosennya, atau koperasi
yang memberikan mata pelajaran atau mata kuliah kewirausahaan yang praktis dan menarik,
sehingga dapat membangkitkan minat siswa/mahasiswa untuk mulai mencoba berwirausaha
seperti yang terjadi di MIT, Harvard Business School, Institut Bisnis dan Informatika
Indonesia (IBII), dan beberapa perguruan tinggi lainnya yang memiliki konsentrasi
kewirausahaan.

Tidak jarang juga setelah seseorang memperoleh kursus atau pendidikan non-gelar
melalui koperasi atau koperasi kredit, bahkan setelah mendengarkan cerita sukses
pengalaman bisnis yang dimiliki oleh orang-orang di sekitar kita, meskipun bisnis kecil-
kecilan, dapat menjadi pemicu, potensi dan motivasi utama untuk menjadi wirausahawan
yang berhasil. Motivasi untuk menjadi seorang wirausaha biasanya muncul dengan
sendirinya, setelah memiliki bekal cukup untuk mengelola usaha dan siap mental secara total.

Apa Motivasi Seseorang Untuk Menjadi Wirausahawan?

Motivasi seseorang untuk menjadi wiraushawan antara lain :

1. Laba
2. Kebebasan
3. Impian personal
4. Kemandirian

Dari hal tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :

Motivasi untuk menjadi wirausahawan adalah karena mereka akan memperoleh


minimal 4 bentuk imbalan sebagaimana diberikan dalam bagan 2.1.

7
Dari Bagan 2.1 dapat disimpulkan bahwa dengan berwirausaha seseorang akan
termotivasi untuk memperoleh imbalan minimal dalam bentuk laba, kebebasan, impian
personal yang mungkin menjadi kenyataan, kemandirian, di samping memiliki peluang-
peluang pengembangan usaha, memiliki peluang untuk mengendalikan nasibnya sendiri,
sebagaimana yang akan diuraikan pada subbabb berikut. Seorang wirausaha tidak menunggu
hari gajian tau tanggal gajian, tetapi setiap hari diharapkan memperoleh pendapatan rutin.
Seorang wirausaha akan berusaha sistem bisnisnya dapat dijalankan orang lain Dan dirinya
sendiri dapat berjalan-jalan.

8
2.3 Perbedaan Esensial Antara Wirausahawan Dengan Karyawan/Orang Gajian

Apa Perbedaan Essensial Antara Wirausahawan Dengan Karyawan/Orang Gajian ?

Tabel 2.2 Perbedaan Wirausahawan dengan Karyawan

Wirausahawan Karyawan
1. Penghasilan bervariasi atau 1) Memiliki penghasilan pasti
tidak teratur, sehingga pada atau teratur, sehingga mudah
tahap awal sulit mengatur diatur (rasa aman) meskipun
(tidak merasa nyaman) gaji kecil
karena penghasilan tidak
pasti
2. Memiliki peluang yang lebih 2) Peluang kaya relatif (sangat
besar untuk menjadi orang bergantung kemujuran dan
kaya , penghasilan sebulan karier)
dapat menutupi pengeluaran
atau biaya hidup untuk satu
tahun
3. Pekerjaan bersifat tidak rutin 3) Pekerjaan bersifat rutin
4. Kebebasan waktu yang tinggi 4) Waktu tidak bebas (terikat)
(tidak terikat oleh jam kerja) pada jadwal/jam kerja
perusahaan
5. Tidak dapat kepastian 5) Ada kepastian (dapat
(ketidakpastian tinggi) dalam diprediksi) dalam banyak hal,
banyak hal termasuk kekayaan dapat
meramalkan kekayaan diramal/dihitung
6. Kreativitas dan inovasi 6) Bersifat menunggu
dituntut setiap saat instruksi/perintah
7. Kebergantungan rendah 7) Kebergantungan tinggi
8. Berbagai resiko tinggi (aset 8) Risiko relatif rendah bahkan
dapat hilang bila dijadikan dapat diramalkan
sebagai agunan dalam
pinjaman) dan usahanya
bangkrut
9. Terbuka peluang untuk 9) Menjadi bos relatif sulit
menjadi bos apalagi bekerj pada
perusahaan keluarga
10. Tanggung jawab besar 10) Tanggung jawab relatif

9
Perlu digarisbawahi bahwa dikaitkan dengan perbedaan tersebut dalam tabel 2.2 hampir 75
persen yang termasuk dalam daftar orang terkaya didunia (majalah forbes) merupakan
wirausahawan generasi pertama. Menurut hasil penelitian Thomas Stanley dan William
Danko, pemilik perusahaan sendiri mencapai dua pertiga dari jutawan di Amerika Serikat.
“orang-orang yang bekerja memiliki perusahaan sendiri empat kali lebih besar peluang yang
untuk menjadi miliarder daripada orang-orang yang bekerja untuk orang lain atau menjadi
karyawan perusahaan lain (catatan: kecuali koruptor).”

2.4 Keuntungan dan Kelemahan Menjadi Wirausahawan

Keuntungan Menurut Buchari Alma, (2000) yaitu:

1. Tercapai peluang-peluang untuk mencapai tujuan yang dikehendaki sendiri


2. Terbuka peluang untuk mendemostrasikan potensi seseorang secara penuh
3. Terbuka peluang untuk memperoleh manfaat dan keuntungan secara maksimal
4. Terbuka untuk membantu masyarakat dengan usaha-usaha konkret
5. Terbuka peluang untuk menjadi bos minimal bagi dirinya sendiri.
Kelemahan menjadi wirausahawan antara lain:

1. Memperoleh pendapatan yang tidak pasti dan memikul berbagai resiko


2. Bekerja keras dan jam kerja yang mungkin lebih Panjang
3. Kualitas hidup mungkin masih rendah sampai usahanya berhasil
4. Memiliki tanggung jawab sangat besar, banyak keputusan yang harus dibuat
walaupun mungkin kurang menguasai permasalahan yang dihadapi
Tuntutan untuk menjadi wirausahawan sangat besar, sebab jika hanya mengandalkan
untuk memperoleh pekerjaan melalui pekerjaan orang lain kemungkinan memperoleh
pekerjaan akan sedikit.

1. Jumlah keluarga miskin di Indonesia

menurut Valentino dinsi (2005)dalam bukunya Jangan mau seumur hidup jadi orang
gajian memotivasi kita untuk “melawan kebiasaan atau jalan atau mitos tradisional yang
sudah mapan dipikiran kebanyakan anak muda dan atau pikiran orang tua di Indonesia
padaumumnya”, bahwa setelah lulus dan sekolah maupun lulus perguruan tinggi pilihan
pertama dan utama adalah agar putra-putrinya menjadi pegawai atau “priyayi” agar dapat
hidup teratur. ajakan Valentino dinsi dalam buku tersebut agar anak muda atau orang tua
termotivasi dan mengubah paradigma mereka untuk melawan kebiasaan lama yakni supaya
putra-putrinya setelah lulus dari bangku sekolah atau kuliah tidak menjadi pegawai seumur
hidup, melainkan menjadi wirausaha atau pebisnis. Hal ini tentu sejalan dengan pendapat
rohaniawan Romo Budi Purnomo pada koran Kompas 21 Oktober 2005.

10
Dan keluarga miskin di Indonesia dalam 25 tahun terakhir dari tahun 1970, jumlah
keluarga miskin 70 juta jiwa, tahun 1996 jumlah keluarga miskin 22,5 juta jiwa, tahun 1997
keluarga miskin antara 38 sampai 40 juta orang, tahun 2001 jumlah keluarga miskin 37,9 juta
orang, tahun 2004 keluarga miskin 36,1 juta orang, tahun 2005 berdasarkan Badan Pusat
Statistik atau BPS dengan kenaikan harga bahan bakar minyak atau BBM yang rata-rata
mencapai 110% telah menyebabkan jumlah keluarga miskin menjadi 80 juta penduduk.
Potret statistik mengindikasikan bahwa konsistensi Angka kemiskinan di Republik ini cukup
kuat hal ini berarti bahwa keluarga miskin menjadi masalah yang terus muncul. Kebijakan
pemerintah dengan memberikan bantuan langsung tunai BLT yang diberikan akibat kenaikan
harga BBM tidak pernah akan mengatasi mereka dari kemiskinan. BLT tidak akan membuat
orang terangkat martabatnya.

Sebaiknya uang tunai yang diberikan kepada keluarga miskin dijadikan sebagai sarana
untuk modal usaha wirausaha yang sesuai dengan potensi rakyat berdasarkan tingkat
pendidikan dan daerah yang diawali, dengan kursus keterampilan berwirausaha bersama
secara berkelompok dapat di tingkat desa atau Kecamatan untuk sebuah usaha yang
dijalankan atau hak atas pekerjaan yang dikerjakan, artinya kesejahteraan bagi keluarga
miskin seharusnya dihasilkan oleh usaha atau berwirausaha dengan mengembangkan
keahlian tertentu melalui prinsip pemberdayaan dari mereka bukan sekadar pembagian BLT
gratis atau cuma-cuma seperti selama ini kebijakan-kebijakan pemerintah Indonesia untuk
memberikan PLT sebenarnya membuat keluarga miskin akan semakin tak berdaya. Menurut
Rohanian Aloys Budi Purnomo bantuan secara BLT merupakan proses kemiskinan mutlak
terhadap penduduk secara ekonomi.

2. Tahun 2009 menjadi tahun kemiskinan terendah sejak 2006

Angka kemiskinan di negeri ini jika berdatangan oleh Badan Pusat Statistik (BPS)
valid, terus menurun sejak terjadi lonjakan pada awal krisis ekonomi. Garis kemiskinan mulai
Maret 2009 sebagaimana sesuai tabel dijelaskan menggunakan patokan Rp 226.000 per bulan
per kapita garis kemiskinan tersebut meningkat 9,65% dibandingkan Maret 2008 sebesar
182,63 per bulan per kapita (BPS) mencatat Penduduk miskin miskin berkurang 1,57 juta
orang sedangkan diperkotaan jumlah penduduk miskin berkurang 860 ribu orang. Persentase
Penduduk miskin antara daerah perkotaan dan pedesaan tidak banyak berubah pada titik pada
Maret 2009 sebagian besar atau 63,38% penduduk miskin berada di pedesaan komoditas
pangan yang berpengaruh besar terhadap nilai garis kemiskinan, diantara nanya beras, gula
pasir, mie instan, tahu dan tempe sedangkan yang termasuk komoditas bukan makanan adalah
biaya Perumahan, listrik, angkutan, dan minyak tanah

3. Proses pemiskinan mutlak melalui BLT

Jika dana BLT yang menjadi kebijakan pemerintah terus-menerus dijadikan dalam
rangka mengatasi kemiskinan hal ini justru akan menjadi proses pembusukan dan akan
mendorong kemalasan bagi para penerima BLT sebab tidak usah bekerja atau berusaha akan
diberikan kompensasi BLT. Pemberian dana BLT hanya akan mendorong sikap konsumtif
dan memanjakan masyarakat, itulah yang akan Rohaniwan Alois Budi Purnomo yang disebut
proses pemiskinan mutlak. Mungkin akan lebih baik dan bermartabat jika dana kompensasi
11
BBM dalam bentuk BLT digunakan untuk mengembangkan ekonomi produktif melalui
pemberian kursus-kursus keterampilan berwirausaha gratis demi kesejahteraan kehidupan
keluarga miskin.Bila kebijakan ini ditempuh, kemungkinan besar keluarga miskin yang
sebagian adalah sebagai pengangguran, baik pengangguran berpendidikan maupun tidak
berpendidikan akan berubah atau menjadi pengusaha sehingga keluarga miskin akan menjadi
sehat dan sejahtera dapat tercapai secara berangsur-angsur

4. Jumlah Pengangguran Di Indonesia

Menurut Valintino Dinsi (2005), Jumlah penganggur di indonesia mencapai 45,2 juta
orang. Dari jumlah tersebut, sekitar 2,65 juta orang penganggur terdidik lulusan perguruan
tinggi. Dari jumlah penganggur terbuka, 65,71 persen dikatakan sebagai penganggur terdidik
yang berpendidikan. Jumlah penganggur lulusan sekolah menengah terus meningkat dari 2,1
juta orang pada tahun 1997 menjadi 2,5 juta orang pada tahun 2000. Peningkatan jumlah
penganggur ini juga terjadi pada lulusan perguruan tinggi, tidak kurang dari 250 ribu
penganggur lulusan sarjana setiap tahunnya, 120 ribu orang penganggur lulusan D-3, dan 60
ribu lulusan D-1 dan D-3. Untuk mengatasi pengangguran tersebut, perlu ada instansi khusus
yang tidak sekadar proyek pelatihan tradisional/konvensional selama ini seperti yang
dilakukan oleh Departemen Tenaga Kerja, tetapi perlu dibentuk Departemen Pengentasan
Pengangguran Terdidik yang dapat menangani atau mengatasi para penganggur.

Rendahnya kesempatan kerja yang tercipta dari setiap 1 persen pertumbuhan ini tidak
dapat dilepaskan dari relatif rendahnya pertumbuhan ekonomi Indonesia, meskipun
pertumbuhan produktivitas per pekerja tidak banyak berubah. Jadi, hanya dengan
berwirausaha, kesempatan kerja dapat diciptakan.

Pengembangan Pinjaman Luar Negeri Dan Dalam Negeri Indonesia

Silvia Mila Arlini dan Bernadetta Dwi Suatmi (2006) menyatakan bahwa “Setiap
negara membutuhkan dana untuk membiayai proses pembangunannya. Ada beberapa cara
yang dapat digunakan pemerintah untuk membiayai proses pembangunan tersebut. Pertama,
yaitu dengan mengandalkan sumber penerimaan dalam negeri yang berupa pajak. Kedua,
dengan melakukan pinjaman, baik pinjaman dalam negeri maupun pinjaman luar negeri.
Ketiga, dengan mencetak uang. Cara ketiga ini sangat jarang dilakukan karena dapat memicu
inflasi yang tidak terkendali di dalaın negeri". Penurunan total pinjaman luar negeri ini
terutama berasal dari penurunan pinjaman luar negeri swasta, sementara pinjaman pemerintah
periode ini cenderung meningkat, Dengan banyaknya cicilan bunga dan utang luar negeri

12
Indonesia, baik utang pemerintah maupun swasta yang signifikan, maka secara tidak
langsung akan berpengaruh terhadap investasi yang berarti memperkecil kesempatan kerja.
Hal tersebut disebabkan uang yang sama yang digunakan untuk pembayaran cicilan bunga
dan utang luar negeri seharusnya dapat digunakan untuk investasi di sektor riil yang dapat
menyerap lulusan dan atau tenaga kerja baru.

2.5 Konsep Cash Flow Quardant Oleh RoberT. Kiyosaki

Kiyosaki menawarkan konsep cermerlang bahwa dalam memperoleh pendapatan,


seseorang dikelompokkan dalam empat kuadran, yaitu:

1. Kuadran Satu, Kuadran E (Employee), seseorang yang berposisi sebagai employee /


pegawai. Misalnya guru, dosen, buruh pabrik, pegawai negeri sipil, polisi, ABRI, dan
lain-lain.
2. Kuadran Dua, Kuadran S (Self Employee), seseorang yang berposisi sebagai self
employee/pemilik pekerjaan/bekerja untuk dirinya sendiri. Contoh dokter, atlet,
pengacara, artis, pemilik toko, dan lain-lain.
3. Kuadran Tiga, Kuadran B (Business Owner), seseorang yang berposisi sebagai
business owner/pemilik bisnis dengan membangun jaringan atau sistem. Contoh
dalam kuadran ini: konglomerat, waralaba (franchisor franchisee), Network
Marketing, dan lain-lain.
4. Kuadran Empat, Kuadran I (Investor), seseorang yang berposisi sebagai
pemodal/investor/ pemilik modal. Contoh kudran ini: pemilik deposito (deposan),
pemilik saham, dll.

13
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Transformasi pengetahuan kewirausahaan telah berjalan cepat pada decade terakhir


ini. Di Indonesia, kewirausahaan diajarkan diberbagai sekolah menengah atas kejuruan dan
berbagai perguruan tinggi. Kewirausahaan merupakan ilmu yang dapat diajarkan dari tingkat
sekolah dasar sampai pendidikan tinggi. Tujuannya adalah agar paradigma berpikir peserta
didik berubah dari berorientasi menjadi pegawai menjadi mau dan mampu menjadi
wirausaha.

Secara umum motivasi seseorang menjadi wirausahawan antara lain:

1) Laba : dapat mengatur berapa laba yang dapat dikehendaki

2) Kebebasan : bebas mengatur waktu

3) Impian personal : bebas mencapai standar hidup yang diharapkan.

4) Kemandirian : memiliki rasa bangga karena dapat mandiri dalam segala hal, seperti
permodalan, mandiri dalam pengelolaan

Wirausahawan :

1) Penghasilan bervariasi atau tidak teratur, sehingga pada tahap awal sulit
mengatur ( tidak merasa aman )

2) Memiliki peluang yang lebih besar untuk menjadi orang kaya

3) Pekerjaan bersifat tidak rutin


14
4) Kebebasan waktu yang tinggi ( tidak terikat oleh jam kerja )

Karyawan :

1) Memiliki penghasilan pasti atau teratur, sehingga mudah diatur ( rasa aman )

2) Peluang kaya relatif ( sangat tergantung kemujuran dan karier )

3) Pekerjaan bersifat rutin

4) Waktu tidak bebas ( terikat ) pada jadwal/jam kerja perusahaan

Berbagai keuntungan menjadi wirausaha menurut Buchari Alma adalah :

1) Mendapat peluag untuk mencapai tujuan yang diiginkan

2) Terbuka peluang untuk mendemonstrasikan potensi diri secara penuh

3) Terbuka peluang untuk memperoleh manfaat an keuntungan secara maksimal

4) Terbuka peluang untuk membantu masyarakat dengan usaha- usaha yang konkret

5) Terbuka peluang untuk menjadi bos, minimal bagi dirinya sendiri

Kelemahan dengan menjadi wirausahawan, antara lain :

1) Memperoleh pendapatan yang tidak pasti, dan memikul berbagai resiko

2) Harus bekerja keras dan dengan jam yang mungkin lebih panjang

3) Kualitas hidupnya mungkin masih rendah sampai usahanya berhasil

4) Memiliki tanggung jawab yang besar

3.2 Saran

            Dari makalah yang saya susun ini, saya berharap jiwa berwirausaha bangsaa indonesia
sudah tertanam sejak dini, supaya dapat melahirkan generasi muda yang mampu
berwirausaha. Yang mampu dan berani untuk menciptakan lapangan pekerjaan dan membuka

15
usaha sendiri, sudah saatnya kita untuk bangkit dari seseorang yang diperintah ( pekerja )
tapi, sudah saatnya sekarang kita yang menjadi bos dari usaha kita. Karena, bangsa yang
maju adalah bangsa yang banyak memiliki wirausahawan-wirausahawan. Peran dari
pemerintah Indonesia juga sangat saya harapkan, untuk bisa lebih memperhatikan generasi-
generasi muda bangsa ini. Karena, generasi muda adalah penerus bangsa.

DAFTAR PUSTAKA

Saiman, Leonardus. 2014. Kewirausahaan : Teori, Praktik dan Kasus-kasus. Jakarta :


Salemba Empat

16

Anda mungkin juga menyukai