Friska Daya - Diskusi 4 Seni
Friska Daya - Diskusi 4 Seni
NIM : 858413073
b. Tema tari :
Sebagai sarana upacara dalam bidang pengobatan tradisional pada
masyarakat Suku Dayak Ma’anyan di Kecamatan Dusun Timur,
Kabupaten Barito Timur, Provinsi Kalimantan Tengah, namun
sekarang lebih untuk sarana hiburan.
c. Sumber Garapan :
Kinestetik, sumber garapan yang berasal dari gerak. Gerak tersebut
dapat diperoleh dari melihat pertunjukan tari, gerakan sehari-hari,
atau gerakan apa saja yang rangsangan awalnya berasal dari gerak
yang pernah dilihat, baik melihat pertunjukan langsung maupun
melalui media elektronik.
e. Mode Penyajian :
Mode Penyajian tari secara representasional, Mode penyajian ini
akan menghasilkan sebuah koreografi yang mengetengahkan
wujud ide dari obyek-obyek secara nyata (realistik). Dengan
demikian, sesuatu yang digambarkan itu akan benar-benar tampak
naratif (bercerita).
f. Konsep Gerak :
Tari balian dadas didominasi berupa gerakan melingkar dan
berputar-putar yang menggambarkan mereka sedang
malaksanakan ritual pengobatan dengan diiringi oleh lirik-lirik
lagu seperti mantra. Adegan awal dibuka dengan penari
perempuan yang memerankan sebagai dayang-dayang dukun.
Mereka menggunakan baju berwarna kuning, dengan hiasan
daun janur dan daun sawan. Dipinggangnya menggunakan
selendang berwarna Merah, Kuning dan Hijau. Setiap penari
menggunakan gelang kuningan dengan bobot yang lumayan
berat. Jika dilakukan tanpa keahlian menarikan gelang, gelang
bisa membuat pergelangan tangan memar. Tangan kanan
menggunakan 3 gelang dan tangan kiri menggunakan 2 gelang.
Penari menari mengikuti irama musik dan di awali dengan lirik
lagu yang menggandung mantra. Adegan ke dua mulai lah
muncul 2 penari laki-laki yang memerankan sebagai Dukun,
mereka juga menggunakan daun janur dan daun sawan. Tangan
kanan dan kiri nya menggunakan gelang yang ukurannya lebih
besar dan lebih berat dari gelang yang digunakan oleh penari
perempuan. Mereka membuat gerakan melingkar dan berputar-
putar menggambarkan mereka sedang melakukan ritual
pengobatan sambil di iringi oleh lirik-lirik lagu yang
menggandung mantra.
Pada adegan terakhir para penari perempuan dan penari laki-
laki menari bersama menggambarkan usainya ritual
penyembuhan.
g. Konsep Iringan :
menggunakan alat musik tradisional Dayak kalteng yaitu gong,
kangkanong dan gendang.
i. Tata Panggung :
tata panggung menggunakan panggung arena.
Panggung arena merupakan bentuk panggung yang paling
sederhana dibandingkan dengan bentuk-bentuk pangung yang
lainnya. Panggung ini dapat dibuat di dalam maupun di luar gedung
asal dapat dipergunakan secara memadai. Kursi-kursi penonton
diatur sedemikian rupa sehingga tempat panggung berada di
tengah dan antara deretan kursi ada lorong untuk masuk dan keluar
pemain atau penari menurut kebutuhan pertunjukan tersebut.
Papan penyangga (peninggi) ditempatkan di belakang masing-
masing deret kursi, sehingga kursi deretan belakang dapat melihat
dengan baik tanpa terhalang penonton dimukanya. Sebagai
penganti layar pada akhir pertunjukan atau pergantian babak dapat
digunakan dengan cara mematikan lampu (black out).
j. Properti :
penari mamakai hiasan diantaranya gelang kuningan, kaling, taring
dan janur. Properti yang dipakai adalah balanai, lilin dan damar.
k. Tata Rias :
tata rias harus kontras atau seiras dengan kostum yang digunakan
(disesuaikan dengan warna baju penari) dan harus menggunakan
lawung atau hiasan kepala yang terbuat dari janur kelapa.
l. Tata Busana :
menggunakan pakaian adat Dayak dengan kain lima warna khas
yaitu warna hitam, putih, merah, hijau dan kuning.