Olaf Sianipar,* Nur Chandra Bunawan,* Prima Almazini,* Neysa Calista, Priyandini Wulandari,*
Natasha Rovenska,* Raissa E. Djuanda, Irene,* Adjie Seno,** Eva Suarthana***
Abstrak: Gangguan menstruasi merupakan masalah yang sering ditemukan dengan prevalensi
terbanyak pada remaja akhir. Apabila tidak ditangani, gangguan menstruasi dapat
mempengaruhi kualitas hidup dan aktivitas sehari-hari. Penelitian mengenai gangguan
menstruasi pada remaja belum banyak dilakukan di Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah
mengetahui prevalensi gangguan menstruasi pada siswi SMU dan faktor-faktor yang
berhubungan. Dilakukan studi cross sectional terhadap 57 siswi SMU “X” Kecamatan Pulo
Gadung Jakarta Timur, menggunakan kuesioner yang pengisiannya dipandu oleh peneliti.
Didapatkan responden berusia 15-19 tahun yang sebagian besar merupakan siswi kelas XII
(43,9%). Hampir seluruh (98,2%) responden mengalami menstruasi pertama pada rentang usia
11-14 tahun. Kebanyakan (66,7%) responden memiliki status gizi normal. Lebih dari separuh
(54,4%) responden aktif secara fisik. Terdapat 63,2% responden yang mengalami gangguan
menstruasi dengan jenis gangguan terbanyak (91,7%) adalah gangguan lain yang berhubungan
dengan menstruasi, diikuti gangguan lama menstruasi (25,0%), dan gangguan siklus menstruasi
(5,0%). Tidak didapatkan responden yang mengalami gangguan volume menstruasi. Di antara
responden dengan gangguan lain yang berhubungan dengan menstruasi, sindrom pramenstruasi
merupakan yang paling banyak dialami (75,8%). Terdapat hubungan bermakna antara usia,
kelas, dan aktivitas fisik dengan gangguan menstruasi. Tidak terdapat hubungan bermakna
antara usia menstruasi pertama dan status gizi dengan gangguan menstruasi.
Kata kunci: aktivitas fisik, gangguan menstruasi, siswi SMU, status gizi, usia menstruasi pertama.
Abstract: Menstrual disorder is common among women, with the highest prevalence found in late
adolescence. If left untreated, menstrual disorder could affect the quality of life and daily activities.
Currently, there are not many publication regarding this issue in Indonesia. The aim of this study
was to determine the prevalence of menstrual disorder of high school students and factors asso-
ciated with it. A cross sectional study was carried out on 57 adolescent females at High School
“X” in Pulo Gadung Subdistrict of East Jakarta. Data were collected using guided questionnaire.
The subjects were between 15-19 years old, mostly (43.9%) in 12th grade. Almost all (98.2%) of
the subjects began menstruation at the age 11-14 years old. Most (66.7%) of the subjects had
normal nutritional status. More than half (54.4%) of the subjects were physically active. The
majority (63.2%) of the subjects experience menstrual disorder, with symptoms related to men-
struation as the most common (91.7%), followed by disorder of menstrual period (25.0%), and
disorder of menstrual cycle (5.0%). We found no subject with disorder of menstrual volume.
Among symptoms related to menstruation, premenstrual syndrome was the most common (75.8%).
There were significant associations between age, grade, and physical activity with menstrual
disorder. There was no significant association between age of first menstruation and nutritional
status with menstrual disorder.
Keywords: physical activity, menstrual disorder, high school students, nutritional status, age of
first menstruation,
dismenorea (33%) merupakan keluhan yang dirasakan pa- Sebaran Responden yang Mengalami Gangguan Mens-
ling mengganggu. Efek gangguan menstruasi yang truasi
dilaporkan antara lain waktu istirahat yang memanjang (54%) Dari tabel 2 dapat dilihat bahwa responden yang
dan menurunnya kemampuan belajar (50%).8 mengalami gangguan menstruasi adalah sebanyak 63,2%.
Penelitian yang dilakukan di sejumlah negara, termasuk Jenis gangguan menstruasi terbanyak adalah gangguan lain
negara-negara berkembang lainnya, mengungkapkan bahwa yang berhubungan dengan menstruasi (Tabel 3). Jenis
gangguan menstruasi merupakan masalah yang cukup gangguan secara rinci ditampilkan pada Tabel 4-6. Dari 33
banyak dihadapi oleh wanita, terutama pada usia remaja. responden yang mengalami gangguan lain berhubungan
Penelitian serupa di Indonesia masih belum banyak dilakukan. dengan menstruasi, sindrom pramenstruasi merupakan
Oleh karena itu, penelitian ini dibuat untuk memperoleh gangguan terbanyak (Tabel 6).
pemahaman yang lebih baik mengenai prevalensi gangguan
menstruasi pada wanita remaja di Indonesia. Tabel 1. Sebaran Responden Berdasarkan Usia, Kelas, Usia
Menstruasi Pertama, Status Gizi, dan Aktivitas Fisik
Metode (n=57)
Tabel 5. Sebaran Responden Berdasarkan Jenis Gangguan Tabel 8. Hubungan Antara Usia dan Usia Menstruasi Pertama
Lama Menstruasi (n = 57) dengan Gangguan Menstruasi
penelitian Aganoff et al.10 digunakan kuesioner yang dapat gangguan (rerata 12,1 tahun) dengan yang tidak mengalami
menggambarkan gangguan menstruasi secara objektif yakni gangguan menstruasi (rerata 12,4 tahun). Hal ini memper-
Menstrual Distress Questionnaire (MDQ) dan Differential lihatkan tidak ada hubungan antara usia usia pertama
Emotions Scale (DES-IV). MDQ dan DES-IV diisi oleh menstruasi dengan terjadinya gangguan menstruasi.
responden sebelum menstruasi, pada saat menstruasi, dan Tidak didapatkan hubungan bermakna (p=0,191) antara
di antara periode menstruasi sehingga parameter gangguan IMT dengan gangguan menstruasi. Walaupun demikian, siswi
yang didapatkan lebih akurat dan objektif. dengan gangguan menstruasi memiliki rerata IMT lebih tinggi
Penelitian Rich-Edwards menyebutkan bahwa pada (IMT=22,3) dibandingkan siswi yang tidak mengalami
wanita Amerika, peningkatan aktivitas fisik justru berhu- gangguan menstruasi (IMT=20,8). Hasil tersebut memiliki pola
bungan dengan risiko berkurangnya kejadian masalah serupa dengan penelitian Lee et al.3 yang mendapatkan
ovulasi. Penambahan tiap jam aktivitas fisik intensitas berat hubungan bermakna antara IMT yang tinggi dengan sindrom
per minggu terkait dengan penurunan 7% risiko terjadinya pramenstruasi. Harlow et al.14 dan Rowland et al.15 juga
masalah ovulasi.11 mendapatkan hubungan bermakna antara tingginya IMT dan
Kriteria aktivitas fisik yang digunakan pada penelitian perpanjangan siklus menstruasi. Gangguan menstruasi juga
ini (kriteria WHO) hanya membedakan antara aktif dengan dapat terjadi pada wanita dengan IMT rendah, seperti yang
tidak aktif namun tidak ada batasan yang tegas antara didapatkan oleh Hirata et al.,16 yaitu adanya peningkatan
aktivitas fisik intensitas sedang (yang menurunkan risiko risiko (OR=1,3 dengan 95% CI=1,1-1,6) pada wanita dengan
gangguan menstruasi) dengan aktivitas fisik intensitas berat IMT rendah untuk mengalami nyeri menstruasi. Hal tersebut
(yang meningkatkan risiko gangguan menstruasi). Oleh menunjukkan bahwa jenis gangguan menstruasi yang terjadi
karena itu, terdapat kemungkinan responden yang dinya- bergantung pada nilai IMT (underweight atau overweight).
takan aktif secara fisik pada penelitian ini (yang diasumsikan Dalam analisis hubungan antara IMT dengan gangguan
melakukan aktivitas fisik intensitas sedang) ternyata pada menstruasi, peneliti membandingkan rerata nilai IMT karena
kenyataannya melakukan aktivitas fisik intensitas berat, jumlah responden underweight dan overweight/obese tidak
sehingga diperlukan penelitian lebih lanjut. memenuhi syarat uji Chi-square. Didapatkan rerata IMT
Ditemukan hubungan yang bermakna antara usia kedua kelompok berada dalam batas normal. Pada analisis
responden dengan gangguan menstruasi (p=0,008); rerata selanjutnya tidak didapatkan pola khusus hubungan antara
usia responden yang mengalami gangguan menstruasi lebih IMT dengan gangguan menstruasi.
muda (rerata 16,7 tahun) dibandingkan responden yang tidak
mengalami gangguan menstruasi (rerata 17,4 tahun). Hasil Kesimpulan
ini sesuai dengan penelitian Lee et al.3 yang mendapatkan Dari 57 responden penelitian, 63,2% responden menga-
bahwa gangguan menstruasi lebih sering terjadi pada awal lami gangguan menstruasi dengan jenis gangguan terbanyak
menstruasi. Oleh karena itu, disimpulkan bahwa usia yang (91,7%) adalah gangguan lain yang berhubungan dengan
lebih muda berkaitan dengan lebih tingginya angka gang- menstruasi, diikuti gangguan lama menstruasi (25,0%), dan
guan menstruasi. gangguan siklus menstruasi (5,0%). Tidak didapatkan
Tidak didapatkan hubungan yang bermakna antara usia responden yang mengalami gangguan volume menstruasi.
pertama menstruasi dengan adanya gangguan menstruasi. Di antara responden dengan gangguan lain yang berhu-
Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Anai et al.12 bungan dengan menstruasi, sindrom pramenstruasi
yang mendapatkan keterlambatan usia pertama menstruasi merupakan yang paling banyak dialami (75,8%). Terdapat
sebagai risiko tinggi terjadinya pola menstruasi yang tidak hubungan bermakna antara usia, kelas, dan aktivitas fisik
teratur. Siklus panjang dan tidak teratur lebih banyak terjadi dengan gangguan menstruasi.
pada responden dengan usia pertama menstruasi lebih dari
14 tahun, dengan depresi dan IMT tinggi. Simon13 menye- Daftar Pustaka
butkan bahwa perempuan yang mengalami menstruasi 1. Vegas A, Juraini N, Rodiah, Rahayu N, Fajarini D, Annisa, et al.
pertama pada usia 11 tahun atau kurang akan memiliki risiko Pengetahuan, sikap, dan perilaku mahasiswi tentang dismenorea
lebih tinggi untuk mengalami nyeri hebat, periode dan siklus dan faktor-faktor yang berhubungan pada mahasiswi tingkat satu
menstruasi yang memanjang. Hal ini juga ditemukan pada dan dua universitas “X” di Jakarta [laporan penelitian]. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2004.
wanita yang mengalami menstruasi pertama pada usia 14 2. Warner P, Hilary ODC, Lumsden MA, Campbell-Brown M, Dou-
tahun ke atas. glas A, Murray G. Referral for menstrual problems: cross sec-
Pada penelitian ini tidak dapat dinilai hubungan antara tional survey of symptoms, reasons for referral, and manage-
usia saat pertama kali menstruasi dengan gangguan mens- ment. Br Med J. 2001 [disitasi 21 Januari 2009] 323:24-8. Diunduh
dari: http://www.bmj.com/cgi/content/abstract/323/7303/24.
truasi karena kurangnya jumlah responden yang mengalami 3. Lee LK, Chen PCY, Lee KK, Kaur J. Menstruation among ado-
usia pertama menstruasi pada usia kurang dari 11 tahun dan lescent girls in Malaysia: a cross-sectional school survey. Singapore
lebih dari 14 tahun. Tidak didapatkan perbedaan rerata usia Med J. 2006 [disitasi 21 Januari 2009] 47(10):869. Diunduh dari:
saat pertama kali menstruasi antara yang mengalami http://www.sma.org.sg/ smj/4710/4710a6.pdf.
4. Cakir M, Mungan I, Karakas T, Girisken I, Okten A. Menstrual 11. Rich-Edwards JW, Spiegelman D, Garland M, Hertzmark E, Hunter
pattern and common menstrual disorders among university stu- DJ, Colditz GA, et al. Physical activity, body mass index, and
dents in Turkey. Pediatrics International. 2007 [disitasi 21 Januari ovulatory disorder infertility. 2002 [disitasi 8 Februari 2009]
2009] 49(6):938-42. Diunduh dari: http://www3.inter- 13(2):184-90. Diunduh dari: http://www.epidem.com/pt/re/epi-
science.wiley.com/journal/118514616/abstract CRETRY= demiology/abstract.00001648-200203000-00013.
1&SRETRY=0. htm;jsessionid=JTJd2hVTKCQy895VWycPvB9LhqzQP37-
5. Calis KA, Popat VP, Dang DK, Kalantaridou SN. Dysmenorrhea hcGZLKHXXsT3MQQ5PJtd3!1321082991!181195629!8091!-
[disitasi 21 Januari 2009]. Diunduh dari: http://emedicine. 1.
medscape.com/article/253812-overview 12. Anai T, Miyazaki F, Tomiyasu T, Matsuo T. Risk of irregular
6. Bieniasz J, Zak T, Laskowska-Zietek A, Noczyska A. Causes of menstrual cycles and low peak bone mass during early adulthood
menstrual disorder in adolescent girls – a retrospective study. associated with age at menarche. Pediatr Int [serial online]. 2001
Endokrynol Diabetol Chor Przemiany Materii Wieku Rozw. 2006 [disitasi 19 Januari 2009] 43(5):483-8. Diunduh dari: http://
[disitasi 21 Januari 2009] 12(3):205-10. Diunduh dari: http:// www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/11737709.
www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/17020657. 13. Simon H. Menstrual disorders. [disitasi 21 Januari 2009]. Diunduh
7. Logue CM, Moos RH. Perimenstrual symptoms: prevalence and dari: http://www.umm.edu/patiented/articles/what risk fac-
risk factors. Psychosom Med. 1986 [disitasi 21 Januari 2009] tors_severe_menstrual_cramps_000100_4.htm.
48(6):388-414. Diunduh dari: http://www.psychosomatic- 14. Harlow SD, Matanoski GM. The association between weight,
medicine.org/cgi/reprint/48/6/388. physical activity, and stress and variation in the length of the
8. Anamika S, Devender T, Pragya S, Renuka S. Problems related to menstrual cycle. Am J Epid. 1991 [disitasi 8 Februari 2009]
menstruation and their effect on daily routine of students of a 133(1):38-49.
medical college in Delhi, India. Asia Pac J Pub Health. 2008 15. Rowland AS, Baird DD, Long S, Wegienka G, Harlow SD, Alavanja
[disitasi 21 Januari 2009] 20(3):234-41. Diunduh dari: http:// M, et al. Influence of medical conditions and lifestyle factors on
aph.sagepub.com/cgi/content/abstract/20/3/234. the menstrual cycle. Epidemiology. 2002 [disitasi 8 November
9. Hanafiah MJ. Haid dan siklusnya. Dalam: Wiknjosastro H, 2009] 13(6):668-74.
Saifuddin AB, Rachim Hadi T, penyunting. Ilmu kandungan. 16. Hirata M, Kumabe K, Inoue Y. Relationship between the fre-
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; quency of menstrual pain and bodyweight in female adolescents.
2008.h.103-24. Nippon Koshu Eisei Zasshi [serial online]. 2002 [disitasi 19 Januari
10. Aganoff JA, Boyle GJ. Aerobic exercise, mood states and men- 2009] 49(6):516-24. Diunduh dari: www.ncbi.nlm.nih.gov/
strual cycle symptoms [disitasi 21 Januari 2009]. Diunduh dari: pubmed/12138714.
http://epublications. Bond.edu.au/hss_pubs/37.
HQ