TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pestisida
pangan sering mengalami kendala serangan hama, maka salah satu cara untuk
Pestisida adalah zat atau campuran dari zat-zat tertentu baik alami ataupun
Hama penggangu ini meliputi serangga, rumput liar, mamalia, dan sebagian
1988), namun karena persistensinya pestisida ini kemudian dilarang pada tahun
1993 (Wudianto, 1997). Berdasarkan Permentan tahun 2007 Tentang Syarat Dan
Tatacara Pendaftaran Pestisida, Pestisida adalah semua zat kimia dan bahan lain
serta jasad renik dan virus yang dipergunakan untuk, (1)memberantas atau
penyakit pada manusia atau binatang yang perlu dilindungi dengan penggunaan
Berdasarkan cara kerjanya maka pestisida dibedakan atas racun kontak dan
jaringan tanaman dan tidak turut serta dalam sistem vaskularisasi tanaman.
Keadaan sebaliknya pada pestisida yang bersifat sistemik, dimana racun akan
masuk ke dalam organ-organ tanaman baik lewat akar, batang atau daun (Syarief
yang mengandung senyawa kimia beracun yang bisa mematikan semua jenis
insektisida masuk dalam tubuh serangga melalui lambung, kontak dan pernafasan
(Wudianto, 2001).
insektisida dengan atom fluor dan memiliki berat molekul tinggi, contoh:
satu atau lebih atom fosfor pada molekulnya, contoh: diazinon, metidation,
(Tadeo, 2008).
Pada waktu perang Dunia II, Jerman telah membuat senyawa organofosfat
dengan nama Sarin, Soman, dan Tabun yang digunakan bukan sebagai pestisida
organofosfat merupakan senyawa yang cukup besar. Lebih dari 100.000 senyawa
sebagai insektisida. Dari jumlah ini hanya 100 senyawa saja yang berhasil
Senyawa organofosfat tidak stabil, oleh karena itu dari segi lingkungan
senyawa ini lebih baik daripada organoklorin, sebab mudah terurai dalam
bahkan pembuatan senyawa ini juga masih terus berlanjut. Tetapi meskipun
mempengaruhi sistem saraf dan mempunyai cara kerja menghambat fungsi enzim
maupun kulit yang sehat (Munaf, 1997; Sartono, 2002). Efek muskarinik,
2.4 Profenofos
Insektisida ini merupakan racun kontak dan lambung berspektrum luas. Dengan
(Irie, 2007).
manggis, kubis, sayuran buah seperti tomat dan cabai, dan kacang. Di Indonesia,
profenofos pada umumnya diaplikasikan pada cabai dan tomat. Profenofos pada
Sifat-sifat kimia dari senyawa profenofos ini dapat dilihat pada Tabel 3
berikut ini.
Kriteria Hasil
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa pestisida profenofos ini pada
terdapat pada atau dalam jaringan manusia, hewan, tumbuhan, air, udara atau
adalah salah satu indeks konsentrasi maksimum dari residu pestisida (ditetapkan
dalam mg/kg) yang direkomendasikan sebagai batasan yang diijinkan secara legal
pada komoditas makanan dan daging hewan. Data BMR Profenofos berdasarkan
FAO dan WHO (2010) dan Deptan dapat dilihat padaTabel 4 berikut ini:
7 Cabai 5
Selain BMR, Acceptable Daily Intake (ADI) atau batas yang dapat
Perlakuan
dalam bahan makanan adalah dengan cara mencuci, merebus atau mengukus.
makanan
Sampel/ Sum
No Perlakuan Hasil
Pestisida ber
Cabai merah/ Penurunan 7,04%
1 Pencucian dengan air 1
Profenofos
Tomat/ Pencucian dengan Penurunan 92%
2 2
Metidation detergen pencuci sayuran
Tomat/ Pencucian dengan air Penurunan 91%
3 2
Metidation suling
Tomat/ Penurunan 83%
4 Direbus 2
Metidation
Saus tomat/ Penurunan 12,62%
5 Perebusan dengan air 3
Klorpirifos
Saus tomat/ Penurunan 0,75%
6 Pengukusan 3
Klorpirifos
Sumber : (1) Ningsih,2009; (2) Atmawidjaja, dkk.,2004; (3) Prakosa, dkk., 2004;
Berdasarkan data yang diperoleh dari tabel diatas terdapat hasil yang
berbeda dari setiap perlakuan. Dimana hasil yang paling baik untuk menurunkan
analisis diatas ada juga yang meneliti kadar residu pestisida yang beredar dipasar
seperti Chang, et all(2005) meneliti residu pestisida pada sayuran dan buah segar
di pasar Sentral Taiwan, dan Sudewa, dkk(2008) yang meneliti residu Diazinon,
Badung Denpasar.
dari daratan Amerika Tengah hingga Amerika Selatan dan Peru (BPPHP, 2004).
Meskipun bukan tanaman asli Indonesia, tumbuhan ini merupakan salah satu
sayuran penting di Indonesia. Cabai merah terdiri dari dua jenis yaitu cabai merah
meruncing, dan cabai merah bulat yang berbentuk bulat dengan kulit yang lebih
tebal dan rasanya lebih manis daripada cabai merah keriting (Andoko, 2004).
gizi yang diperlukan untuk kesehatan manusia. Kandungan gizi cabai merah dapat
menimbulkan rasa pedas pada cabai merah dapat digunakan sebagai bubuk pada
dan sesak nafas pada industri obat-obatan. Disamping itu, warna merah pada cabai
Analisis residu pestisida dapat dilakukan dengan berbagai metode dan alat
Kromatografi Gas, dimana dari semua metode yang disebutkan Kromatografi Gas
dideteksi pada tingkat konsentrasi yang sangat rendah dengan selektivitas yang
detector (NPD). Metode ini cepat dan menyediakan resolusi yang baik untuk
yang tinggi dan detektor yang spesifik, residu diukur dengan perbandingan presisi
homogen yaitu dengan cara memotong sampel menjadi bagian-bagian yang kecil.
berikut: (1)ekstraksi residu pestisida dari sampel matriks, (2)penghilangan air dari
(Tadeo,2008).
menggunakan pelarut organik. Pada bahan makanan buah dan sayuran ekstraksi
pestisida golongan organofosfat dapat dilakukan dengan etil asetat dan Na2SO4,
etil asetat saja, kombinasi (Etil asetat, Diklorometana, dan Na2SO4), asetonitril,
atau aseton. Untuk lebih lengkapnya pelarut organik untuk ekstraksi senyawa
Bahan
No Ekstraksi Instrumen
makanan
1 Buah, Etil asetat/ Na2SO4 LC-MS
sayuran, susu GC-MS
dan ikan GC-ECD
2 Sayuran Etil asetat GC-NPD
3 Buah dan Etil asetat/ GC-NPD
sayuran Diklorometana/
Na2SO4
4 Buah dan Asetonitril GC-MS
sayuran
5 Buah dan Aseton GC-MS
sayur
6 Buah dan Aseton/ GC-ECD
sayuran Diklorometana/ GC-NPD
petroleum eter
Sumber : Pico, 2004
Aseton yang diikuti dengan Diklorometan dan Petroleum Eter (Komisi Pestisida,
2004).
metode yang digunakan sesuai dengan tujuan yang dikehendaki (McNeil, 2000).
C − CA
% perolehan kembali = F x 100%
*
CA
Keterangan :
2.9.2 Presisi/keseksamaan
dari jumlah sampel yang berbeda signifikan secara statistik (Rohman, 2007).
Batas deteksi adalah jumlah terkecil analit dalam sampel yang dapat
3SB
Batas Deteksi =
Slope
sebagai kuantitas terkecil analit dalam sampel yang masih dapat memenuhi
blanko, simpangan baku residual dari garis regresi atau simpangan baku intersep y
10 SB
Batas Kuantitasi =
Slope