Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

"Pemeriksaan Fisik"

Oleh :

Nama : Stenly Pontolondo

Nim : 2014201144

Nama Dosen :

Ns. Thirsa mongi, S.Kep., M.Kes

Mata Kuliah :

Konsep Dasar Keperawatan II

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN INDONESIA


MANADO
FAKULTAS KEPERAWATAN
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala limpahan
rahmat dan karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan makalah “ Pemeriksaan Fisik” ini
dengan baik.

Makalah ini penulis susun untuk menambah ilmu serta untuk memenuhi salah satu tugas dalam
mata kuliah “Pendidikan Budaya Anti Korupsi”. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan
kritik yang bersifat membangun dari pembaca.

Dengan tersusunnya makalah ini semoga bermanfaat, khususnya bagi penulis dan pembaca
pada umumnya. Untuk itu kami sampaikan terima kasih apabila ada kurang lebihnya penulis
minta maaf

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................

DAFTAR ISI...................................................................................

BAB I PENDAHULUAN..................................................................

Latar Belakang..................................................................

Rumusan Masalah...........................................................

Tujuan...............................................................................

Manfaat.............................................................................
BAB II PEMBAHASAN.................................................................

Pengertian pemeriksaan fisik...................................


Tujuan dan manfaat dari pemeriksaan fisik............
Metode dan teknik pemeriksaan fisik.......................

BAB III PENUTUP........................................................................

Kesimpulan...............................................................
Saran.........................................................................
Daftar Pusaka...........................................................

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pemeriksaan fisik atau pemeriksaan klinis adalah sebuah proses dari seorangahli medis
memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda klinis penyakit. Hasil pemeriksaan akan
dicatat dalam rekam medis. Rekam medis dan pemeriksaan fisik akanmembantu dalam
penegakkan diagnosis dan perencanaan perawatan pasien.Biasanya, pemeriksaan fisik
dilakukan secara sistematis, mulai dari bagiankepala dan berakhir pada anggota gerak. Setelah
pemeriksaan organ utama diperiksadengan inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi, beberapa
tes khusus mungkindiperlukan seperti test neurologi.Dengan petunjuk yang didapat selama
pemeriksaan riwayat dan fisik, ahlimedis dapat menyususn sebuah diagnosis diferensial,yakni
sebuah daftar penyebabyang mungkin menyebabkan gejala tersebut. Beberapa tes akan
dilakukan untuk meyakinkan penyebab tersebut.Sebuah pemeriksaan yang lengkap akan terdiri
diri penilaian kondisi pasiensecara umum dan sistem organ yang spesifik. Dalam prakteknya,
tanda vital atau pemeriksaan suhu, denyut dan tekanan darah selalu dilakukan pertama kali

Rumusan Masalah

1. Bagaimana konsep teori pada pemeriksaan fisik.

2. Apa tujuan pemeriksaan fisik.

3. Apa manfaat dari pemeriksaan fisik.

4. Apa indikasi pemeriksaan fisik.

5. Bagaimana prosedur pemeriksaan fisik.

Tujuan

Tujuan penulisan dari makalah ini yaitu mengetehui konsep teori, pemeriksaanfisik,

tujuannya, manfaatnya, indikasi serta prosedur pemeriksaan fisik

BAB I

PEMBAHASAN

A. Konsep Teori
Pemeriksaan fisik merupakan peninjauan dari ujung rambut sampai ujung kaki pada setiap
system tubuh yang memberikan informasi objektif tentang klien dan memungkinkan perawat
untuk membuat penilaian Klinis.

Keakuratan pemeriksaan fisik mempengaruhi pemelihan terapi yang diterima klien dan
penetuan respon terapi tersebut. (Potter dan Perry, 2005)

Pemeriksaan fisik adalah pemeriksaan tubuh klien secara keseluruhan atau hanya bagian
tertentu yang dianggap perlu, untuk memperoleh data yang sistematif dan komprehensif,
memastikan/membuktikan hasil anamnesa, menentukan masalah dan merencanakan tindakan
keperawatan yang tepat bagi klien. (Dewi Sartika, 2010)

Adapun teknik-teknik fisik yang digunakan adalah :

1. Inspeksi

Inspeksi adalah pemeriksaan dengan menggunakan indera penglihatan, pendengaran dan


penciuman. Inspeksi umum dilakukan saat pertama kali bertemu pasien. Suatu gamabran atau
kesan umum mengenai keadaan kesehatan yang di bentuk. Pemeriksaan kemudian maju ke
suatu inspeksi local yang berfokus pada suatu system tunggal atau bagian dan biasanya
menggunakan alat khusus sperto optalomoskop, otoskop, speculum dan lain-lain. (Laura A.
Talbot dan Mary Meyers, 1997) Inspeksi adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan cara
melihat bagian tubuh yang diperiksa melalui pengamatan (mata atau kaca pembesar). (Dewi
Sartika, 2010).

Fokus infeksi pada setiap bagian tubuh meliputi : ukuran tubuh, tubuh warna, bentuk, posisi,
kesimetrisan, lesi dan penonjolan pembekakan setelah inspeksi perlu dibadingkan hasil normal
dan abnormal bagian tubuh satu dengan bagian tubuh lainnya.

2. Palpasi

Palpasi adalah pemeriksaan dengan menggunakan indera peraba dengan meletakkan tangan
pada bagian tubuh yang dapat dijangkau tangan. Laura A. Talbot dan Mary Meyers, 1997).
Palpasi adalah teknik pemeriksaan yang menggunakan indera peraba ; tangan dan jari-jari,
untuk mendeterminasi ciri-ciri jaringan atau organ seperti : temperatur, keelastisan, bentuk
ukuran kelembaban dan penonjolan. (Dewi Sartika, 2010). Hal yang di deteksi adalah suhu,
kelembaban, tekstur, gerakan vibrasi, pertumbuhan atau massa, edema, krepitasi dan sensasi.

3. Perkusi

Perkusi adalah pemeriksaan yang meliputi pengetukan permukaan tubuh untuk


menghasilkan bunyi yang akan membantu dalam membantu penentuan densitas, lokasi, dan
posisi struktur dibawahnya. (Laura A. Tabolt dan Mary Meyers, 1997).

Perkusi adalah pemeriksan dengan jalan mengetuk permukaan bagian tubuh tertentu untuk
membandingkan dengan bagian tubuh lainnya (kiri/kanan) dengan menghasilkan suara, yang
bertujuan untuk mengindentifikasi batas/lokasi dan konsitensi jaringan. (Dewi Sartika, 2010)

4. Auskultasi

Auskultasi adalah tindakan mendengarkan bunyi yang ditimbulkan oleh bermacam-macam


organ dan jaringan tubuh (Laura A. Tabolt dan Mary Meyers, 1997).

Auskultasi adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara mendengarkan suara yang
dihasilkan oleh tubuh. Biasanya menggunakan alat yang disebut dengan stetoskop. Hal-hal yang
didengarkan : bunyi jantung, suara nafas dan bising usus. (Dewi Sartika, 2010).

Dalam melakukan pemeriksaan fisik, ada prinsip-prinsip yang harus diperhatikan, yaitu
sebagai berikut :

a. Kontrol infeksi

Meliputi mencuci tangan, memasang sarung tangan steril, memasang masker dan
membantu klien mengenakan baju periksa jika ada.

b. Kontrol lingkungan
Yaitu memastikan ruangan dalam keadaan nyaman, hangat dan cukup penerangan
untuk melakukan fisik bagi klien maupun bagi pemeriksa itu sendiri. Misalnya menutup
pintu/jendela atau skerem untuk menjaga privacy klien.

B. Tujuan Pemeriksaan Fisik

Secara umum, pemeriksaan fisik yang dilakukan bertujuan :

1. Untuk mengumpulkan data dasar tentang kesehatan klien.

2. Untuk menambah, mengkonfirmasi, atau meyangkal data yang diperoleh dalam

riwayat keperawatan.

3. Untuk menngkonfirmasi dan mengindentifikasi diagnosa keperawatan.

4. Untuk membuat penilaian klinis tentang perubahan status kesehatan klien dan

Penatalaksanaan.

5. Untuk mengavaluasi hasil fisilogis dari asuhan.

Namun demikian, masing-masing pemeriksaan juga memiliki tujuan tertentu yang


akan dijelaskan nanti di setiap bagian tibug yang akan dilakukan pemeriksaan fisik.

C. Manfaat Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik memiliki banyak manfaat, baik bagi perawat sendiri, maupun bagi pfofesi
kesehatan lain, diantaranya :

1. Sebagai data untuk membantu perawat dalam menegakkan diagnosa keperawatan.

2. Mengetahui masalah kesehatan yang di alami klien.


3. Sebagai dasar untuk memilih intervensi keperawatan yang tepat.

4. Sebagai untuk mengevaluasi hasil dari asuhan keperawatan.

D. Indikasi

Mutlak dilakukan pada setiap klien, terutama pada :

• Klien yang baru masuk ke tempat pelayanan kesehatan untuk dirawat.

• Secara rutin pada klien yang sedang di rawat.

• Sewaktu-waktu sesuai kebutuhan klien.

E. Prosedur Pemeriksaan Fisik

Persiapan

1. Alat

Meteran, timbangan BB, Penlight, Stetoskop, Tensimeter/spighnomanometer,


Thermometer, Arloji/Stopwatch, Refleks Hamer, Otoskop, Handschoon bersih (jika perlu) tissue,
buku catatan perawat.

Alat diletakkan di dekat tenpat tidur klien yang akan diperiksa.

2. Lingkungan

Pastikan ruangan dalam keadaan nyaman, hangat dan cukup penerangan.

Misalnya menutup pintu/jendela atau skerem untuk menjaga privacy klien.

3. Klien (fisik dan fisiologis)


Bantu klien mengenakan baju periksa jika ada dan anjurkan klien untuk rileks.

a. Prosedur Pemeriksaan

1. Cuci tangan

2. Jelaskan prosedur

3. Lakukan pemeriksaan dengan berdiri di sebelah kanan klien dan pasang

handschoen bila di perlukan

4. Pemeriksaan umum meliputi : penampilan umum, status mental dan nutrisi.

Posisi klien : duduk/berbaring

Cara : inspeksi

• Kesedaran, tingkah laku, ekspresi wajah, mood. (Normal : kesadaran penuh, Ekspersi

sesuai, tidak ada menahan nyeri/sulit bernafas)

• Tanda-tanda stress kecemasan (Normal :) Relaks, tidak ada tanda-tanda cemas/takut

• Jenis kelamin

• Usian dan gender

• Tahapan perkembangan

• TB, BB (Normal : BMI dalam batas normal)

•Kebersihan Personal (Normal : Bersih dan tidak bau)


• Cara berpakaian (Normal : Benar/tidak terbalik)

• Postur dan cara berjalan

• Bentuk dan ukuran tubuh

• Cara bicara. (Relaks, lancar, tidak gugup)

• Evaluasi dengan membandingkan dengan keadaan normal.

• Dokumentasikan hasil pemeriksaan

b. Pengukuran Tanda Vital

Posisi klien : duduk/berbaring

1. Suhu tubuh (Normal : 36,5-37,50c)

2. Tekanan darah (Normal : 120/80 mmHg)

3. Nadi

a) Frekuensi = Normal : 60-100x/menit ; Takikardia: > 100 ; Bardikardia; <6

span="">

b) Keteraturan= Normal : teratur

c) kekuatan= 0: Tidak ada denyutan; 1+: denyutan kurang teraba; 2+: Denyutan

mudah teraba, tak muda lenyap; 3+: denyutan kuat dan mudah teraba.

4. Pernafasan

a) Frekuemsi : Normal = 15-20x /menit; >20: Takipenea ; <15 bradipnea=""

sp="">
b) Keteratuaran = Normal : teratur

c) Kedalaman : dalam/dangkal

d) Penggunaan otot bantu pernafasan : Normal : tidak ada

Setelah diadakan pemeriksaan tanda-tanda vital evaluasi yang di dapat


dengan membandingkan dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil pemeriksaan yang
di dapat.

C. Pemeriksaan Kulit Dan Kuku

Tujuan :

1. Mengetahui kondisi kulit dan kuku

2. Mengetahui perubahan oksigenasi, sirkulasi, kerusakan jaringan setempat,

dan hidrasi

Persiapan :

1. Posisi klien duduk/berbaring

2. Pencahayaan yang cukup/lampu

3. Sarung tangan (utuk lesi basah dan berair)

Prosedur Pelaksanaan :

a) Pemeriksaan kulit

Inspeksi : kebersihan warna, pigmentasi, lesi permukaan, pucat, sianosis

dan ikterik.
Normal : kulit tidak ada ikterik/pucat/sianosis.

Palpasi : kelembapan, suhu permukaan kulit, tekstur, ketebalan, turgor kulit,

dan edema

Normal : lembab, turgor baik/elastic, tidak ada edema.

Setelah diadakan pemeriksaan kulit dan kuku evaluasi yang di dapat dengan
membandibgkan dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil pemeriksaan yang di
dapat tersebut.

b) Pemeriksaan kuku

Inspeksi : kebersihan, bentuk, dan warna kuku

Normal : bersih, bentuk normal tidak ada tanda-tanda jari tubuh (clubbing

finger), tidak ekterik/sianosis

Palpasi : ketebalan kuku dan capillary fefile (pengisian kapiler)

Normal : aliran darah kuku akan kembali <3 detik

Setelah diadakan pemeriksan kuku evaluasi hasil yang di dapat dengan


membandingkan dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil pemeriksaan yang di
dapat tersebut

D. Pemeriksaan kepalah, wajah, mata, telinga, hidung, mulut dan leher

Posisi klien : duduk, untuk pemeriksaan wajah sampai dengan leher perawat berhadapan
dengan klien

1) Pemeriksaan kepala
Tujuan :

• Mengetahui bentuk dan fungsi kepala

• Mengetahui kelainan yang terdapat di kepala

Persiapan alat :

• Lampu

• Sarung tangan (jika di duga terdapat lesi atau luka)

Prosedur pelaksanaan

- Inspeksi : ukuran lingkar kepala, bentuk kesimetrisan, adanya lesi atau tidak,

kebersihan rambut dan kulit kepala, warna rambut, jumlah dan

distribusi rambut

- Normal : Simetris, berish tidak lesi, tidak menunjukan tanda-tanda kekurangan

gizi (rambut jagung dan kering)

- Palpasi : adanya pembekakan/penonjolan, dan tekstur rambut.

- Normal : tidak ada penonjolan/pembebkakan, rambut lebat dan

kuat/tidak rapuh

setelah diadakan pemeriksaan kepala evaluasi hasil yang di dapat dengan


membandingkan dengan keadaan normal, dan domumenyasikan hasil pemeriksaan yang di
dapat

2) Pemeriksaan wajah

Inspeksi : warna kulit, pigmentasi, bentuk, dan kesimetrisan

Normal : warna sama dengan bagian tubuh lain tidak pucat/ikterik, simetris
Palpasi : nyeri tekan dahi, dan edema, pipi, dan rahang

Normal : tidak ada nyeri tekan dan edema

Setelah diadakan pemeriksaan wajah evaluasi yang di dapat dengan


membandingkan dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil pemeriksaan yang di
dapat tersebut

3) Pemeriksaan Mata

Tujuan :

a) Mengetahui bentuk dan fungsi mata

b) Mengetahui adanya kelainan pada mata

Persiapan alat :

a) Senter kecil

b) Surat kabar atau majalah

c) Kartu Snellen

d) Penutup mata

Prosedur pelaksanaan

- Inspeksi : bentuk, kesimestrisan, alis mata, bulu mata, kelopak mata,

kesimestrisan, bola mata, warna konjunctiva dan selera (anemis/ikterik)

penggunaan kacamata/lensa kontak, dan respon terhadap cahaya

Normal : simetris mata kika, simetris bola mata kika, warna konjunctiva

pink, dan selera berwarna putih

- Tes ketajaman penglihatan


Ketajaman penglihatan seseorang mungkin berbeda dengan orang

lain

Tajam penglihatan tersebut merupakan derajat persepsi deteil dan

kontour beda. Visus tersebut dibagi dua yaitu :

Visus Sentralis

Visus sentralis ini dibagi dua yaitu visus sentralis jauh dan visus

sentralis dekat

- Visus centralis jauh merupakan ketajaman penglihatan untuk melihat

benda-benda yang letaknya jauh. Pada keadaan ini mata tidak

melakukan akomodasi. (EM. Sutrisna, dkk, hal 21)

- Visus centralis dekat merupakan ketajaman penglihatan untuk melihat

benda-benda dekat misalnya membaca, menulis dan lain-lain.

Pada keadaan ini mata harus akomodasi supaya bayangan benda tepat

jatuh di retina (EM. Sutrisna, dkk, hal 21)

- Visus perifer

Pada vesus ini menggambarkan luasnya medan penglihatan dan

diperiksa dengan perimeter. Fungsi dan vesus perifer adalah

untuk me mngenal tempat suatu benda terhadap sekitarnya dan

pertahanan tubuh dengan reaksi menghindar jika ada bahaya dari

samping. Dalam klinis visus sentralis jauh tersebut diukur dengan


menggunakan grafik huruf snellen yang dilihat pada jarak 20 feet atau

sekitar 6 meter. Jika hasil pemeriksaan tersebut visusnya e"20/20

maka tajam penglihatannya dikatakan normal dan jika vesus <20

adalah="" anomaly="" bermacam="" dikatakan="" kelainan="" kurang=""

macam="" maka="" penglihatan="" pembiasaan="" penglihatannya=""

penurunan="" penyebab="" refraksi="" salah="" satunya="" seseorang=""

span="" tajam="">

4) Pemeriksaan telinga

Tujuan :

Mengetahui keadaan telinga luar, saluran telingah, gendang telingah, dan

fungsi pendengaran

Persiapan alat :

a) Arloji berjarum detik

b) Garpu tala

c) Speculum telinga

d) Lampu kepala

Prosedur pelaksanaan :

- Inspeksi : bentuk dan ukuran telingah, kesimetrisan, integritas, posisi

telinga, warna, liang telinga (cerumen/tanda-tanda infeksi)

alat bantu dengar


- Normal : bentuk dan posisi simetris kika, integritas kulit bagus, warna

sama dengan kulit lain, tidak ada tanda-tanda infeksi dan

bantu dengar

- Palpasi : nyeri tekan aukuler, mastoid dan tragus

- Normal : tidak ada nyeri tekan

Setelah diadakan pemeriksaan telinga evaluasi hasil yang di dapat dengan


membandingkan dengan keadaan normal, dan domumentasikan hasil pemeriksaan yang di
dapat tersebut.

Pemeriksaan Telinga Dengan Menggunakan Garpu Tala

a) Pemeriksan Rinne

- Pegang garpu tala pada tangkainya dan pukulkan ke telapak atau buku

buku jari tangan yang berlawanan

- Letakkan tangkai garpu tala pada prosesus mastoideus klien

- Anjurkan klien untuk memberi tahu pemeriksa jika ia tidak merasakan

getaran lagi

- Angkat garpu tala dengan cepat tempatkan di depan lubang telinga

klien 1-2 cm dengan posisi garpu tala parallel terhadap lubang luar

klien

- Instruksikan klien untuk memberi tahu apakah ia masih suara atau

tidak

- Catat hasil pemeriksaan tersebut


b) Pemeriksaan Webber

- Pegang garpu tala pada tangkainya dan pukulkan ke telapak atau

buku jari yang berlawanan

- Letakkan tangkai garpu tala di tengah puncak kepala klien

- Tanyakan pada klien apakah bunyi terdengar sama jelas kedua

Telingah atau lebih jelas pada satu telinga

- Catat hasil pemeriksaan dengan pendengaran tersebut

5) Pemeriksaan hidung dan sinus

Tujuan :

a) Mengetahui bentuk dan fungsi hidung

b) Menentukan kesimetrisan struktur dan adanya inflamasi atau infeksi

Persiapan alat :

a) Spekulum hidung

b) Senter kecil

c) Lampu perenang

d) Sarung tangan (jika perlu)

Prosedur pelaksanaan

Inspeksi : hidung eksternal (bentuk, ukuran, warna, kesimetrisan) rongga

hidung (lesi, sektet, sumbatan, pendarahan) hidung internal

(Kemerahan, lesi, tanda- tanda infeksi)


Normal : simetris kika, warna sama dengan warna kulit lain, tidak ada lesi,

tidak ada sumbatan, perdaharaan dan tanda-tanda infeksi

Palpasi dan perkusi frontalis dan maksilaris (bengkak, nyeri dan septum

deviasi)

Normal : tidak ada bengkak dan nyeri tekan

Setelah diadakan pemeriksaan hidung dan sinus evaluasi hasil yang di dapat dengan
membandingkan dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil pemeriksaan yang di
dapat tersebut

6) Pemeriksaan mulut dan bibir

Tujuan :

Mengetahui bentuk kelainan mulut

a) Senter kecil

b) Sudip lidah

c) Sarung tangan bersih

d) Kasa

Prosedur pelaksanaan :

- Inspeksi dan palpasi strukur luar : warna mukosa mulut dan bibir,

tekstur, lesi dan stomatitis

- Normal : warna mukosa dan bibir pink, lembab tidak lesi dan stomatitis

- Inspeksk dan palpasi struktur dalam : gigi lengkap/penggunaan gigi

palsu, perdarahan/radang gusi, kesimetrisan, warna, posisi lidah, dan


keadaan langit-langit

- Normal : gigi lengkap, tidak ada tanda-tanda gigi berlobang atau

kerusakan gigi, tidak ada perdarahan atau radang gusi, lidah simetris

warna pink, langit-langit utuh dan tidak ada tanda infeksi

Gigi lengkap pada orang dewasa 36 buah, yang terdiri dari 16 buah di rahang atas
dan 16 buah di rahang bawah. Pada anak-anak gigi sudah mulai tumbuh pada usia enam bulan.
Gigi pertama tumbuh dan dinamakan gigi susu di ikuti tumbuhnya gigi lain yang disebut gigi
sulung. Akhirnya pada usia enam tahun hingga empat belas tahun, gigi tersebut mulai tanggal
dan dig anti gigi tetap

Pada usia 6 bulan gigi berjumlah 2 buah (dirahang bawah) usia 7-8 bulan berjumlah 7 buah (2
dirahang atas dan 4 di rahang bawah) usia 9-11 bulan berjumlab 8 buah (4 dirahang) usia 12-15
bulan gigi berjumlah 12 buah (6 dirahang atas dan 6 dirahang bawah 16-19 buah berjumlah
bejumlah 16 buah ( 8 dirahang atas 8 dirahang bawah) dan pada usia bernumlah 20buah (10
dirahang dirahang atas dan 10 dirahang bawah

Setelah diadakam pemeriksaan mulut dan bibir evaluasi hasil yang di dapat dengan
membandingkan dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil pemeriksaan yang di
dapat tersebut

7) Pemeriksaan leher

Tujuan :

a) Menentukan struktur integritas leher

b) Mengetahui bentuk leher serta organ yang berkaitan

c) Memeriksa sistem limfatik


Persiapan alat :

- Stetoskop

Prosedur pelaksanaan

- Inspeksi leher : warna integritas, bentuk simetris

- Normal : warna sama dengan kulit lain, integritas kulit baik, bentuk

simetris tidak ada pembesaran kalenjer gondok

- Inspeksi dan auskultasi arteri karotis : lokasi pulsasi

- Normal : arteri karotis terdengar

- Inspeksi dan palpasi kalenjer teroid (nodu/difus, pembesaran, batas,

- konsistensi, nyeri, gerakan perlengkatan pada kulit) kalenjet limfe

(letak, konsistensi, nyeri, pembesaran) kalenjer parotis (letak, terliha/

teraba)

- Normal : tidak teraba pembesaran kel.gondok, tidak ada nyeri tidak

tidak pembesaran kel'gondok tidak ada nyeri, tidak ada pembesaran

pembesaran kel.limfe tidak ada nyeri

- Auskultasi : bising pembuluh dara

Setelah diadakan pemeriksaan leher evaluasi hasil yang di dapat dengan


membandingkan dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil pemeriksaan yang di
dapat tersebut

e. Pemeriksaan dada (dada dan punggung)

Posisi klien : berdiri, duduk dan berbaring


Cara/prosedur

a) System pernafasan

Tujuan :

- Mengetahui bentuk, kesimetrisas, ekspansi, keadaan kulit, dan dinding dada

- Mengetahui frekuensi, sifat, irama pernafasan

- Mengetahui adanya nyeri tekan, masa, peradangan, traktil premitus

Persiapan alat :

a) Stetoskop

b) Penggaris centimeter

c) Pensil penada

Prosedur pelaksanaan :

Anda mungkin juga menyukai