Anda di halaman 1dari 157

TRY OUT

PREVIEW
Anak, 11 tahun dibawa dengan keluhan tiba-tiba kejang pada sisi tubuh
kanan 2 hari yang lalu. Selama kejang, pasien sadar dan dapat diajak
bicara. Kejang berlangsung selama 5 menit. Pasien dikatakan pernah
mengalami hal serupa 1 tahun yang lalu. Tipe bangkitan kejang pada
pasien adalah…
a. Bangkitan parsial simpleks
b. Bangkitan parsial kompleks
c. Bangkitan absans
d. Bangkitan atonik
e. Bangkitan tonik-klonik

1
KATA KUNCI

• Anak, 11 tahun
• Kejang pada sisi tubuh kanan 2 hari yang lalu
• Selama kejang, pasien sadar dan dapat diajak bicara
• Kejang berlangsung selama 5 menit
• Riwayat serupa 1 tahun yang lalu.

JAWABAN

A. Bangkitan parsial simpleks

1
Epilepsi
• Etiologi
• Idiopatik = tidak terdapat les struktural di otak atau defisit neurologis,
diperkirakan mempunyai predisposisi genetik dan umumnya berhubungan
dengan usia.
• Kriptogenik = dianggap simptomatis tetapi penyebabnya belum diketahui,
gambaran klinis sesuai dengan ensefalopati difus, termasuk sindrom West,
sindrom Lennox-Gastaut, dan epilepsi mioklonik
• Simptomatis = bangkitan epilepsi disebabkan oleh kelainan/lesi struktural pada
otak, misalnya cedera kepala, infeksi SSP, kelainan kongenital, lesi desak ruang,
gangguan peredaran darah otak, toksik, metabolik, kelainan neurodegeneratif

Sumber : PPK Neurologi, PERDOSSI 2016; Pedoman Tatalaksana Epilepsi, PERDOSSI 2014
1
Epilepsi
• Klasifikasi (ILAE 1981)
Bangkitan Parsial/Fokal Bangkitan Umum
Absans/Lena/Petit mal Tonik
Parsial sederhana Bengong mendadak, durasi <30”, Ekstensi/fleksi mendadak
Penurunan kesadaran (-) Konfusi post-ictal (-), kepala, badan, atau
automatisasi (+/-) ekstremitas
Parsial kompleks
Tonik-Klonik/Grand mal
Penurunan kesadaran (+) Mioklonik
Ekstensi tonik ekstremitas
Kelumpuhan 1 sisi atau bengong Kedutan motorik tidak teratur
à gerakan klonik ritmik
mendadak, durasi >30”, konfusi (jerking)
post-ictal (+), automatisme (+)
Parsial menjadi umum sekunder Atonik/Astatik
Klonik
Kejang parsial à tonik klonik Tonus tubuh hilang
Kedutan motorik teratur
umum mendadak
Sumber : PPK Neurologi, PERDOSSI 2016; Pedoman Tatalaksana Epilepsi, PERDOSSI 2014
1
PILIHAN LAIN

b. Bangkitan parsial kompleks


c. Bangkitan absans
d. Bangkitan atonik
e. Bangkitan tonik-klonik

Penjelasan pilihan lain di slide pembahasan

1
Laki-laki, 23 tahun, datang dibawa pacarnya karena sulit tidur sejak 10 hari
yang lalu. Pasien diketahui memiliki riwayat sulit tidur sejak menjadi
mahasiswa 5 tahun yang lalu, sehingga pasien rutin minum obat Diazepam 2
mg yang diresepkan dokter pribadinya untuk membantu membuatnya
terlelap, namun sejak 10 hari ini obat tersebut tidak dapat lagi membantu
pasien untuk tidur. Fenomena yang terjadi pada pasien ini adalah ...
a. Toleransi
b. Withdrawal
c. Penyalahgunaan
d. Penggunasalahan
e. Kecanduan
2
KATA KUNCI

• Laki-laki, 23 tahun
• Sulit tidur sejak 10 hari yang lalu
• Rutin minum Diazepam 2 mg, namun obat tersebut tidak dapat lagi membantu
pasien untuk tidur à butuh dosis yang lebih tinggi untuk efek yang sama

JAWABAN

A. Toleransi

2
Gangguan Penggunaan Zat dan Adiksi
Terminologi
Ketergantungan
Penggunaan zat berulang, dengan/tanpa ketergantungan fisik
(Dependence)

Penyalahgunaan Penggunaan zat, biasa dengan pemberian oleh diri sendiri, yang menyimpang dari kaidah
(Abuse) sosial atau medis

Penggunasalahan Mirip penyalagunaan namun obat diresepkan oleh dokter namun digunakan tidak
(Misuse) semestinya

Penggunaan zat yang berulang dan meningkat, kekurangan zat menimbulkan gejala
Kecanduan
kesusahan dan dorongan tak tertahankan untuk menggunakan zat itu lagi dan juga
(Addiction)
mengakibatkan deteriorasi fisik dan mental

Intoksikasi Sindrom reversible akibat zat spesifik yang memengaruhi ≥1 fungsi mental: memori,
(Intoxication) orientasi, afek, penilaian, perilaku
Sumber : Kaplan Sadock Synopsis of Psychiatry, 11E
2
Gangguan Penggunaan Zat dan Adiksi
Terminologi
Putus obat Gejala spesifik suatu zat yang terjadi setelah pemberhentian atau pengurangan dosis zat
(Withdrawal) yang sudah digunakan dalam jangka waktu yang panjang
Toleransi Fenomena dimana setelah pengunaan berulang suatu zat, akan menurunkan efek atau
(Tolerance) membutuhkan dosis lebih besar untuk menghasilkan efek yang sama
Toleransi silang
Kemampuan suatu zat untuk digantikan oleh zat lain yang menghasilkan efek yang sama
(Cross-tolerance)
Adaptasi sekuler Perubahan neurokimiawi atau neurofisiologi akibat penggunaan zat berulang, hal ini yang
(Neuroadaptation) mengakibatkan fenomena toleransi
Merujuk pada anggota keluarga yang terpengaruh oleh atau mempengaruhi perilaku
Kesaling- pengguna narkoba. Terkait dengan istilah enabler, yaitu orang yang memfasilitasi perilaku
tergantungan adiktif pelaku kekerasan, termasuk juga ketidaksadaran anggota keluarga untuk menerima
(Codependence) kecanduan sebagai gangguan medis-psikiatri atau untuk menyangkal orang tersebut
menyalahgunakan suatu zat
Sumber : Kaplan Sadock Synopsis of Psychiatry, 11E
2
PILIHAN LAIN

b. Withdrawal
c. Penyalahgunaan
d. Penggunasalahan
e. Kecanduan

Penjelasan pilihan lain di slide pembahasan

2
Tn. A, 30 tahun datang ke IGD dengan keluhan mata kanan tidak nyaman,
berair dan mengganjal sejak 2 jam yang lalu. Pasien bekerja sebagai
pengendara ojek online. Pasien mengatakan selalu menggunakan helm, namun
tidak menggunakan kaca pelindung helm karena tidak dapat melihat dengan
jelas. Pada pemeriksaan, mata kanan tampak merah dan ditemukan benda
asing pada konjungtiva. Tindakan yang paling tepat dilakukan oleh dokter jaga
IGD adalah …
a. Irigasi dengan NaCL 0,9%
b. Ekstraksi dengan menggunakan kapas lidi
c. Beri salep tetrasiklin 3x/hari + steroid topikal
d. Rujuk ke dokter spesialis mata
e. Observasi

3
KATA KUNCI

• Pria, 30 tahun
• Mata kanan tidak nyaman, berair dan mengganjal sejak 2 jam yang lalu
• Pekerjaan sebagai ojek online dan tidak menggunakan proteksi

DIAGNOSIS à CORPUS ALIENUM KONJUNGTIVA

JAWABAN

B. Ekstraksi dengan menggunakan kapas lidi

3
Benda Asing pada Konjungtiva
• Dapat menyebabkan iritasi pada jaringan
• Keluhan : nyeri, mata merah, berair dan rasa mengganjal
• Faktor risiko : pekerja di bidang industri, tukang ojek , dan pekerja yang
tidak menggunakan proteksi
• PF : Penglihatan dapat terganggu apabila mengenai media refraksi
mata (pada konjungtiva visus normal), inspeksi mata umum (ditemukan
benda asing pada bagian mata)
• Komplikasi : Keratitis, Ulkus kornea
Sumber : Dahl AA. Conjunvtival Foreign Body Removal. 2017
3
Tatalaksana Benda Asing pada Mata
• Posisikan pasien senyaman mungkin
• Berikan anestesi local pada mata yang terkena
• Gunakan lup/ slit lamp untuk mengambil benda asing
• Minta pasien untuk fokus melihat satu titik
• Apabila benda asing pada konjungtiva à ekstraksi dengan mengusap
halus lidi kapas. Jika gagal dapat menggunakan jarum suntik 23-25G
• Cara pengambilan dari tengah ke tepi
• Oleskan povidone iodine pada tempat bekas benda asing

Sumber : Dahl AA. Conjunvtival Foreign Body Removal. 2017


3
Tatalaksana Benda Asing pada Mata
• Apabila benda asing pada media refraksi (kornea) à rujuk ke dokter
spesialis mata
• Profilaksis setelah ekstraksi, beri antibiotic topical spektrum luas

Sumber : Dahl AA. Conjunvtival Foreign Body Removal. 2017


3
PILIHAN LAIN

a. Irigasi dengan NaCl 0,9% à tatalaksana utama pada trauma kimia mata
c. Beri salep tetrasiklin 3x/hari + steroid topical à diberikan setelah pengangkatan
benda asing
d. Rujuk ke dokter spesialis mata à bila benda asing berada di media refraksi
e. Observasi à harus segera dilakukan evakuasi untuk mencegah komplikasi

3
An H, 8 tahun datang dengan keluhan mata merah sejak 1 minggu yang lalu. Anak
sering mengucek mata karena terasa gatal dan seperti ada yang mengganjal.
Terdapat Riwayat gatal dan asma pada ayah pasien. Riwayat trauma dan keluhan
serupa sebelumnya disangkal. Pada pemeriksaan fisik didapati tanda vital dalam
batas normal. Pada pemeriksaan oftalmologi didapatkan segmen mata depan dan
belakang normal. VODS 6/6 dan didapatkan gambar seperti di bawah ini. Temuan
klinis dalam pemeriksaan diatas adalah …
a. Cobblestone appearance
b. Folikel
c. Abses multiple
d. Horner trantas dots
e. Pseudomembran

4
KATA KUNCI

• Anak, 8 tahun
• Mata merah, gatal dan ada yang menganjal
• Riwayat gatal dan asma pada ayah pasien
• Pemeriksaan à visus ODS 6/6, Cobble stone pada konjungtiva tarsal

DIAGNOSIS à KONJUNGTIVITIS VERNAL

JAWABAN

A. Cobblestone appearance

4
DD Mata Merah

4
Konjungtivitis
• Peradangan pada konjungtiva
• Etiologi : Bakteri, virus, jamur, alergi
• Anamnesis : mata merah, berair dan adanya sensasi yang mengganjal
• PF : sekret/berair, visus normal, injeksi konjungtiva

Sumber : Ilmu Penyakit Mata. Edisi 5. Jakarta: Fakultas Kedokteran UI.


4
Konjungtivitis
Etiologi Tanda dan gejala Tatalaksana

Bakteri Staphylococcus, Sekret mukopurulen Antibiotik topical


Streptococcus, Kelopak mata sulit
Gonococcus, dibuka
Corynebacterium Papil +
Virus Adenovirus, Herpes Folikel + Air mata buatan
simplex, Varicella Pseudomembran +/- Bisa sembuh sendiri
zoster virus dalam 7-14 hari
Antiviral untuk
infeksi HSV/VZV

Sumber : Ilmu Penyakit Mata. Edisi 5. Jakarta: Fakultas Kedokteran UI.


4
Konjungtivitis
Etiologi Tanda dan gejala Tatalaksana
Jamur Candida, Blastomyces Sering pada pasien Antijamur topikal
imunokompromais
Ada riwayat trauma
(terkena duri, batang
pohon,dll)
Vernal Alergi Riwayat atopik pada Hindari alergen
keluarga Antihistamin topikal
Gatal Mast cell stabilizer
Cobblestobe papilla
Horner Trantas Dot

Sumber : Ilmu Penyakit Mata. Edisi 5. Jakarta: Fakultas Kedokteran UI.


4
Konjungtivitis Vernal
• Hipersensitivitas Tipe 1
• Sering terjadi pada anak-anak
• Rekuren dan pada kedua mata
• Riwayat alergi pada pasien maupun keluarga

Sumber : Ilmu Penyakit Mata. Edisi 5. Jakarta: Fakultas Kedokteran UI.


4
Konjungtivitis Vernal
• Tipe palpebral : papil besar
di konjungtiba tarsal
(Cobblestone)
• Tipe Limbal : degenerasi
epitel kornea di limbus
(Horner Trantas Dot)
• Tatalaksana: Menghindari
alergen, Antihistamin, Mast
Cell stabilizer, Steroid
Sumber : Ilmu Penyakit Mata. Edisi 5. Jakarta: Fakultas Kedokteran UI.
4
Konjungtivitis Vernal vs Atopik

Vernal Atopic
Onset Younger age (<10thn) Second to third
decade
Discharge Mucoid Watery and clear
Conjungtival Scarring Moderate incidence Higher incidence
Eosinophils in + Less likely
conjungtival scarping

Sumber : Ilmu Penyakit Mata. Edisi 5. Jakarta: Fakultas Kedokteran UI.


4
PILIHAN LAIN

B. Folikel à konjungtivitis viral


C. Abses à febris, nyeri dan ada pus Ketika ditekan
D. Horner trantas dot à konjuntivitis vernal, merupakan degenerasi epitel kornea di
limbus
E. Pseudomembran à konjungtivitis viral

4
Ny. Q, 29 tahun mengeluhkan sakit kepala dan nyeri pada pipi yang
hilang timbul sejak 6 minggu yang lalu. Pasien juga mengeluhkan ingus
kental kehijauan dan berbau. Post nasal drip (+) nyeri tekan sinus
maksilaris dextra dan sinistra (+), tes transluminasi (+). Apakah diagnosis
yang paling tepat untuk pasien?
a. Rhinitis akut
b. Rhinitis kronis
c. Sinusitis maksilaris akut
d. Sinusitis maksilaris subakut
e. Sinusitis maksilaris kronik

5
KATA KUNCI

• Ny. Q, 29 tahun
• Sakit kepala +, nyeri pipi hilang timbul selama 6 minggu
• Pilek, ingus kental kehijauan berbau
• PF : PND (+), nyeri tekan maksilaris dextra et sinistra, transluminasi (+)

JAWABAN

D. Sinusitis maksilaris subakut

5
Sinusitis
• Inflamasi mukosa sinus paranasal
• Dapat disertai atau dipicu rhinitis
• Klasifikasi
• Akut <4 minggu
• Subakut: 4 minggu-3 bulan
• Kronik: >3bulan (12 minggu)

Sumber : Buku Ajar Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher. Edisi 7
5
Sinusitis
• Etiologi dan faktor predisposisi
• ISPA akibat virus, rhinitis, kelainan anatomi, infeksi tonsil, dll.
• Pada anak sering akibat hipertrofi adenoid
• Lingkungan berpolusi, udara dingin dan kering, merokok
• Infeksi oleh bakteri, terutama Streptococcus pneumoniae (paling
sering), Haemophilus influenza, Moraxella catarrhalis
• Pada anak lebih banyak Moraxella catarrhalis
• Curiga infeksi bakteri: gejala tidak membaik dalam >10 hari atau ada
perburukan setelah perbaikan (double worsening)
Sumber : Buku Ajar Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher. Edisi 7
5
Sinusitis
• Inspeksi : Pembengkakan pipi hingga kelopak mata
• Palpasi: Nyeri tekan / ketuk pipi (sinusitis maksilaris), nyeri tekan medial
atap orbita (sinusitis frontalis), nyeri tekan kantus medius (sinusitis
etmoid)
• Tes transluminasi à hasil positif menjadi opak ( pemeriksaan paling
sederhana pada sinusitis maksila dan frontal)

Sumber : Buku Ajar Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher. Edisi 7
5
Sinusitis
• Penunjang:
• Rontgen Waters (maksila, frontal, etmoid) dan rontgen Caldwell (etmoid dan
frontal) àair fluid level
• CT Scan (GOLD STANDARD)
• MRI à dengan kontras apabila ada keterlibatan intracranial dan keganasan
• Sinuskopi : atas indikasi gagal pengobatan empilris, unilateral, gejala berat,
curiga rhinosinusitis bakteri, recent sinonasal surgery dan immunocompromised

Sumber : Buku Ajar Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher. Edisi 7
5
5
Tatalaksana Sinusitis
• Bakterial à Antibiotik 10-14 hari
• Akut:
• Amoksisilin 3x 500 mg
• Cefuroxime 2x 250-500 mg à sefalosporin gen 2
• Kronik: (antibiotik gram negatif dan anaerob)
• Metronidazole 3x 500mg + Cefepime 1x400 mg (3-4 minggu)

Sumber : Buku Ajar Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher. Edisi 7
5
PILIHAN LAIN

a. Rhinitis akut à nyeri tekan pipi (-)


b. Rhinitis kronis à nyeri tekan pipi (-)
c. Sinusitis maksilaris akut à < 4 minggu
e. Sinusitis maksilaris kronik à >12 minggu

5
Perempuan berusia 32 tahun datang ke Puskesmas dengan keluhan batuk
disertai darah selama 2 minggu. Keluhan juga disertai dengan demam,
keringat malam dan penurunan berat badan. Pada pemeriksaan tanda vital
didapatkan TD 120/80 mmHg, HR 80x/menit, RR 22x/menit, T 37,8 C.
Pemeriksaan fisik didapatkan ronkhi +/+ pada kedua lapang paru. Hasil
pemeriksaan bakeriologis didapatkan BTA +/+. Terapi yang tepat untuk pasien

a. 2HRZE + 4RH
b. 2HRZE + 4RE
c. 2HRZES + RHZE + 5RHE
d. 2HRZE + 5RH
e. 2HRZE + 5RHE

6
KATA KUNCI

• Perempuan, 32 tahun
• Batuk disertai darah selama 2 minggu, demam, keringat malam dan penurunan berat badan
• TD 120/80 mmHg, HR 80x/menit, RR 22x/menit, T 37,8 C
• Pemfis: ronkhi +/+
• Hasilnya BTA +/+

DIAGNOSIS à TB PARU

JAWABAN

A. 2RHZE + 4RH

6
Tuberkulosis
• Penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB yaitu
Mycobacterium Tuberkulosis yang bersifat bakteri taham asam, gram
(+), dan aerob.
• Sebagian besar menyerang paru, namun dapat mengenai organ tubuh
lainnya.
• Klasifikasi berdasarkan anatomi:
1. TB paru
2. TB ekstraparu

Sumber : PPK Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer, 2017


6
Tuberkulosis
• Diagnosis
1. Anamnesis 2. Pemeriksaan Fisik
• Batuk produktif > 2 minggu yang • Pada awal permulaan penyakit, sulit
disertai: ditemukan kelainan
• Gejala pernapasan (nyeri • Auskultasi: napas
dada, sesak, hemoptisis) bronchial/amforik/ronkhi basah/suara
dan/atau napas melemah di apex paru
• Gejala sistemik (demam, tidak • Tanda-tanda penarikan paru,
nafsu makan, penurunan diafragma dan mediastinum
berat badan, keringat malam,
dan mudah lelah)

Sumber : PPK Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer, 2017


6
Tuberkulosis
3. Pemeriksaan penunjang
• Darah: limfositosis/monositosis, LED meningkat, Hb turun
• Pemeriksaan mikroskopis TB atau kultur kuman dari specimen sputum sewaktu-pagi-
sewaktu; media kultur berupa Lowenstein Jensen
• Untuk TB non-paru, specimen dapat diambil dari bilas lambung, cairan serebospinal,
cairan pleura, ataupun biopsy jaringan
• Foto thoraks PA-lateral/top lordotik:
• Bercak awan dengan batas tidak jelas
• Kavitas
• Pleuritis
• Efusi pleura

Sumber : PPK Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer, 2017


6
Alur Diagnosis

Sumber : Kemenkes RI

6
Tuberkulosis
• Tatalaksana
• Terbagi menjadi 2 tahap:
1. Tahap awal à menggunakan 2. Tahap lanjut à menggunakan
Rifampisin, Isoniazid, Pirazinamid, Rifampisin dan Isoniazid.
Etambutol selama 2 bulan. • Diberikan selama min. 4 bulan
• Diminum setiap hari dan diawasi • Dapat diminum secara intermitten
secara langsung untuk menjamin 3x/minggu atau setiap hari
kepatuhan obat
• Penting untuk membunuh kuman
• Bila diberikan adekuat, dapat persisten à mengurangi kekambuhan.
menurunkan daya penularan
dalam waktu 2 minggu
• Setelah terjadi konversi (BTA +
menjadi -), maka dilanjutkan ke
tahap lanjut.

Sumber : PPK Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer, 2017


6
Tuberkulosis
• Tatalaksana
• OAT lini pertama
1. Kategori 1: 2HRZE/4H3R3 à pengobatan tahap awal selama 2 bulan
diberikan setiap hari dan tahap lanjut selama 4 bulan diberikan 3x/minggu.
2. Kategori 2: 2HRZES/HRZE/5HRE à diberikan untuk TB paru
pengobatan ulang (TB kambuh, gagal pengobatan, putus berobat)

Sumber : PPK Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer, 2017


6
Tuberkulosis
• Tatalaksana

Sumber : PPK Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer, 2017


6
Tuberkulosis
• Tatalaksana

Sumber : PPK Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer, 2017


6
PILIHAN LAIN

b. 2HRZE + 4RE
c. 2HRZES + RHZE + 5RHE
d. 2HRZE + 5RH
e. 2HRZE + 5RHE

Pasien TB baru à diberikan OAT lini pertama kategori 1 (2HRZE + 4R3H3)

6
Laki-laki berusia 55 tahun datang ke IGD RS dengan keluhan nyeri dada kiri
sejak 1 jam yang lalu. Nyeri dirasakan menjalar ke lengan kiri disertai mual dan
keringat dingin. Pasien memiliki riwayat DM (+) dan tidak rutin mengonsumsi
obat. Pemeriksaan fisik didapatkan TD 140/90 mmHg, HR 80x/menit, RR
18x/menit, T 36,7 C. Pada EKG seperti pada gambar dibawah. Diagnosis
pada pasien adalah …
a. STEMI lateral
b. STEMI anterior
c. STEMI inferior
d. NSTEMI lateral
e. NSTEMI anterior
7
KATA KUNCI

• Laki-laki, 55 tahun
• Nyeri dada kiri sejak 1 jam yang lalu; menjalar ke lengan kiri disertai mual dan
keringat dingin
• Riwayat DM (+), TD 140/90
• EKG: ST elevasi pada lead V5, V6, I, aVL

JAWABAN

A. STEMI lateral

7
Infark Miokard
• Perkembangan cepat dari nekrosis otot jantung yang disebabkan oleh
ketidakseimbangan kritis antara suplai oksigen dan kebutuhan
miokardium.
• Disebabkan oleh ruptur plak dan thrombus dalam pembuluh darah
koroner.

Sumber : PPK Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer, 2017


7
Infark Miokard
• Faktor Risiko 2. Dapat diubah
1. Tidak dapat diubah • Mayor
• Usia à pria > 45 tahun; wanita i. Peningkatan lipid serum
> 55 tahun (umumnya setelah ii. Hipertensi, DM
menopause) iii.Merokok
• Jenis Kelamin à laki-laki > iv.Konsumsi alcohol
perempuan v.Diet tinggi lemak jenuh,
• Riwayat keluarga kolesterol, kalori
• Minor
i. Aktivitas fisik kurang
ii. Stress psikologik
Sumber : PPK Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer, 2017
7
Infark Miokard
• Diagnosis
1. Anamnesis 2. Pemeriksaan Fisik
• Nyeri dada retrosternum seperti • Gelisah dan pucat
tertekan atau tertindih beban • Hipertensi/hipotensi
berat • Murmur dan gallop S3
• Nyeri menjalar ke dagu, leher, • Ronkhi basah disertai peningkatan
tangan, punggung, dan vena jugularis
epigastrium
• Aritmia
• Disertai gejala seperti sesak, mual,
muntah, nyeri epigastrium,
keringat dingin, dan cemas

Sumber : PPK Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer, 2017


7
Infark Miokard
3. Pemeriksaan penunjang
• EKG
i. Pada STEMI à elevasi segmen ST diikuti dengan perubahan sampai inversi
gelombang T, kemudian muncul peningkatan gelombang Q minimal di dua
sadapan (yang berdekatan).
ii. Pada NSTEMI à depresi segmen ST dan inversi gelombang T, atau EKG normal.
• Enzim Jantung
i. Troponin à lebih spesifik (terutama TnI); meningkat dalam 3-4 jam setelah onset,
memuncak dalam 18-36 jam, dan menurun perlahan dalam > 10 hari
ii. Creatine kinase (CK-MB) à mulai meningkat 3-8 jam setelah onset, memuncak
dalam 24 jam, dan kembali normal dalam 48-72 jam.

Sumber : PPK Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer 2017, Pathophysiology of Heart Disease, 6th edition
7
Sumber : PERKI 2018
7
Infark Miokard

STEMI NSTEMI

Sumber : PPK Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer, 2017


7
Infark Miokard

Sumber : Pathophysiology of Heart Disease, 6th edition


7
Infark Miokard
• Tatalaksana
• Segera rujuk setelah pemberian:
1. Oksigen 2-4 L/menit bila SaO2 < 90%
2. Nitrat, ISDN 5-10 mg sublingual maksimal 3 kali; Kontraindikasi: hipotensi/
pasien infark ventrikel kanan (infark inferior, JVP meningkat, paru bersih &
hipertensi)
3. Aspirin, dosis awal 320 mg dilanjutkan dosis pemeliharaan 1x160 mg
4. Klopidogrel 300 mg dilanjut dengan dosis pemeliharaan 1x75 mg
5. Morfin bila setelah pemberian nitrat sublingual 3x, keluhan tidak
berkurang; dosis 1-5 mg IV (maks. 10 mg, interval 10-30 menit)
6. Dirujuk dengan terpasang infus dan oksigen
Sumber : PPK Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer, 2017
7
7

Sumber : Pedoman Tatalaksana Sindrom Koroner Akut


PILIHAN LAIN

b. STEMI anterior à lead V1-V4


c. STEMI inferior à lead II,III,aVF
d. NSTEMI lateral à ST depresi lead V5-V6,I,aVL
e. NSTEMI anterior à ST depresi lead V1-V4

7
Pria, 30 tahun, datang dengan keluhan dada terasa panas sejak 1
minggu yang lalu terutama setelah makan. Keluhan juga disertai mual
dan rasa pahit di lidah terutama bila ia berbaring setelah makan malam.
Pemeriksaan fisik ditemukan nyeri tekan di epigastrium. Diagnosis yang
tepat adalah …
a. Ulkus peptikum
b. Gastritis
c. Ulkus gaster
d. Refluks gastroesofageal
e. Ulkus duodenum

8
KATA KUNCI

• Pria, 30 tahun
• Dada terasa panas sejak 1 minggu yang lalu terutama setelah makan
• Mual dan rasa pahit di lidah terutama bila ia berbaring setelah makan malam
• Pemeriksaan fisik = nyeri tekan di epigastrium

JAWABAN

D. Refluks gastroesofageal

8
Gastroesophageal Reflux Disease (GERD)
• GERD = suatu gangguan di mana isi lambung mengalami refluks
secara berulang ke dalam esofagus, yang menyebabkan terjadinya
gejala dan/atau komplikasi yang mengganggu
• Gejala khas • Heartburn (rasa terbakar di • Disfagia, odinofagia
dada) • Diperberat dengan posisi berbaring
• Regurgitasi asam terlentang
• Nyeri epigastrik • Sering muncul pada malam hari
• Faktor risiko
• Usia > 40 tahun • Konsumsi kopi, alkohol, coklat
• Obesitas • Makanan berlemak
• Kehamilan • Pakaian yang ketat
• Merokok • Pekerja yang sering mengangkat beban
Sumber : Konsensus Nasional Penatalaksanaan GERD di Indonesia, 2013
8
Gastroesophageal Reflux Disease (GERD)
• Pemeriksaan fisik = tidak ada tanda spesifik à isi
kuesioner GERD
• Pemeriksaan penunjang
- Endoskopi SCBA à GOLD STANDARD ERD
- Histopatologi à metaplasia, dysplasia?
- pH-metri 24 jam à Diagnosis NERD
- PPI Test à beri PPI Dosis ganda 1-2 minggu,
gejala menghilang = GERD
• GERD-Q à bila (+) = pengobatan PPI

Sumber : Konsensus Nasional Penatalaksanaan GERD di Indonesia, 2013


8
Gastroesophageal Reflux Disease (GERD)
• Kelompok GERD
1. ERD (Erosive Esophagitis) = ada kerusakan mukosa esofagus (Mucosal break) dengan
pemeriksaan endoskopi
2. NERD (Non-Erosive Reflux Disease) = gejala refluks yang mengganggu tanpa adanya kerusakan
mukosa esofagus
• Tidak ditemukan muosal break pada endoskopi
• Pemeriksaan pH esofagus (+)
• PPI Test (+)
3. GERD Refrakter = tidak berespons terhadap terapi PPI 2x/hari selama 4-8 minggu
4. NAR (Non-Acid Reflux) = reflux berupa cairan empedu, cairan asam lemah/alkali, atau gas
• Komplikasi GERD
- Barrett’s esophagus = ada epitel kolumnar yang dicuragai pada pemeriksaan endoskopi dan
terbukti dengan histologi yang menunjukan adanya metaplasia intertinal

Sumber : Konsensus Nasional Penatalaksanaan GERD di Indonesia, 2013


8
Gastroesophageal Reflux Disease (GERD)
• Alarm symptom
1. Disfagia progresif
2. Odinofagia
3. Penurunan BB tanpa sebab
4. Anemia awitan baru
5. Hematemesis / melena
6. Riwayat keluarga dengan keganasan
lambung/esofagus
7. Penggunaan OAINS kronik
8. Usia > 40 tahun di daerah prevalensi kanker lambung
tinggi

Sumber : Konsensus Nasional Penatalaksanaan GERD di Indonesia, 2013


8
Gastroesophageal Reflux Disease (GERD)
• Tatalaksana
1. Non-farmakologis = turunkan BB, head up 15-20 cm
saat tidur, stop faktor risiko lain, tidak boleh makan
terlalu kenyang 3 jam sebelum tidur
2. Farmakologis
- PPI Test 1-2 minggu (Omeprazole 2 x 20 mg atau
Lansoprazole 2 x 30 mg) à penegakan diagnosis
- Lanjutkan obat hingga 4 minggu +/- Prokinetik
(Domperidone 3 x 10 mg)
- PPI = tidak ada à H2 blocker (simetidin 400-800 mg,
Ranitidine 150 mg, Famotidin 20 mg)
3. Endoskopik = Argon plasma coagulation, ligase,
endoscopic mucosal resection, hemostasis/dilatasi
4. Bedah = fundoplikasi Nissen, perbaikan hiatal hernia

Sumber : Konsensus Nasional Penatalaksanaan GERD di Indonesia, 2013


8
PILIHAN LAIN

a. Ulkus peptikum à bisa disertai PSCBA, regurgitasi asam (-)


b. Gastritis à bisa disertai PSCBA, regurgitasi asam (-)
c. Ulkus gaster à bisa disertai PSCBA, regurgitasi asam (-)
e. Ulkus duodenum à bisa disertai PSCBA, regurgitasi asam (-)

8
Perempuan berusia 35 tahun datang ke IGD RS karena keluhan nyeri ulu hati
yang menjalar ke punggung sejak 1 hari yang lalu. Keluhan disertai mual,
muntah. Pada pemeriksaan tanda vital didapatkan TD 130/80 mmHg, HR 110
x/menit, RR 20x/menit, T 37,5oC. Pemeriksaan fisik didapatkan cullen sign (+).
Hasil lab menunjukkan serum amilase 450 U/L dan lipase 390 U/L. Diagnosis
pada pasien …
a. Pankreatitis
b. Appendicitis
c. Kolangitis
d. KET
e. Ulkus peptikum
9
KATA KUNCI

• Perempuan, 35 tahun
• Nyeri ulu hati yang menjalar ke punggung sejak 1 hari yang lalu, mual, muntah
• T 37,5oC
• Cullen sign
• Pemeriksaan laboratorium : amilase 450 U/L dan lipase 390 U/L

JAWABAN

A. Pankreatitis

9
Alkohol
Pankreatitis akut Penyakit traktus bilier
Hiperlipidemia
Herediter
• Pankreatitis = inflamasi pada Hiperkalsemia
Trauma
pankreas

Etiologi Pankreatitis
• Eksternal
• Surgical
• Terdapat banyak faktor yang • ERCP
Iskemia
berkaitan dengan akut • Hipoperfusi
pankreatitis, paling sering • Aterotrombotik
• Vaskulitis
diakibatkan oleh batu empedu Obstruksi duktus pankreatikus
• Neoplasma
dan alkohol (80%) • Pancreas divisum
• Lesi ampulla atau duodenum
Infeksi
Venom
Obat
Sumber : Schwartz’s Principle of Surgery, 11th Ed Idiopatik

9
Pankreatitis Akut
Batu empedu migrasi ke Melewati pancreatic
Obstruksi Ductal Hypertension
common bile duct duct junction

Ekstravasasi pancreatic
Inflammasi Aktivasi enzim juice ke interstitium
pankreas

Sumber : Schwartz’s Principle of Surgery, 11th Ed


9
Pankreatitis Akut
• Manifestasi klinis • Pemeriksaan fisik dapat
1. Nyeri perut epigastrik yang ditemukan:
menjalar ke punggung dan dapat 1. Grey Turner sign (+) à flank
diperparah dengan makanan ecchymosis
berlemak
2. Cullen sign (+) à ekimosis di
2. Mual, muntah sekitar umbillicus
3. Distensi abdomen
4. Demam
5. Hipotensi
6. Takikardia
Grey Turner sign Cullen sign
Sumber : Schwartz’s Principle of Surgery, 11th Ed
9
Pankreatitis Akut
• Kriteria diagnosis (2 dari 3): • Tatalaksana awal
1. Nyeri abdomen sugestif 1. Resusitasi cairan
pankreatitis 2. Puasa untuk mengistirahatkan
2. Peningkatan serum amilase pankreas
dan/atau lipase ≥ 3x kadar normal 3. Analgetik narcotik IV
3. Penemuan pada pencitraan à 4. NGT à untuk nutrisi bila nyeri
dilakukan bila kriteria diatas belum abdomen telah teratasi
memenuhi (CT-scan kontras) 5. Suplementasi oksigen 2 L nasal canul
6. Rujuk

Sumber : Schwartz’s Principle of Surgery, 11th Ed; Harrison’s Principle of Internal Medicine, 20th Ed
9
PILIHAN LAIN

b. Appendicitis à nyeri ulu hati/periumbilical kemudian berpindah ke RLQ, dapat


ditemukan blumberg sign (+), psoas sign (+), obturator sign (+), rovsing sign (+)
c. Kolangitis à Charcot’s triad ( jaundince, fever, pain)
d. KET à nyeri abdomen, perdarahan, konjungtiva anemis, plano test (+)
e. Ulkus peptikum à nyeri ulu hati (+), riwayat makan yang tidak teratur atau
penggunaan obat-obat NSAID

9
Tn A, 40 tahun datang ke RS dengan keluhan BAK tidak lampias dan
menjadi lebih sering namun sedikit. Keluhan dirasakan sejak 3 hari yang
lalu. Pada pemeriksaan didapatkan suhu febris, nyeri tekan suprapubik
(+), tidak didapatkan nyeri ketuk CVA dan cairan keluar dari OUE.
Diagnosis pada kasus ini adalah …
a. Uretritis GO
b. Sistitis non komplikata
c. Uretritis non GO
d. Sistitis komplikata
e. Pyelonefritis komplikata

10
KATA KUNCI

• Laki-laki, 40 tahun
• BAK tidak lampias, sering namun sedikit
• PF : suhu febris, nyeri tekan suprapubik

JAWABAN

D. Sistitis komplikata

10
Infeksi Saluran Kemih
• Dibagi secara anatomis
• Atas à pyelonefritis
• Bawah à urethritis , sistitis, prostatitis
• Dibagi secara klinis
• Non komplikata à ISK bawah pada wanita
• Komplikata à ISK atas pada wanita, ISK pada pria dan wanita hamil, ISK
dengan gangguan struktural

Sumber : The Massachusetts General Hospital Handbook of Internal Medicine 6th Ed


10
Infeksi Saluran Kemih
• Etiologi tersering
• Escherischia coli (80%)
• Klebsiela
• Proteus sp à pada anak <5tahun
• Post kateterisasi

Sumber : The Massachusetts General Hospital Handbook of Internal Medicine 6th Ed


10
Pyelonephritis
• TRIAS: demam, nyeri ketok CVA, mual/muntah
• Pemeriksaan penunjang
• Urinalisis à pyuria (>5 leukosit/LPB atau esterase leukosit (+), nitrat (+))
• Kultur urin (GOLD STANDARD) à midstream atau kateter
• Kultur darah à ISK komplikata
• CT scan à curiga abses apabila pasien diberi pengobatan tidak membaik
dalam 72 jam pengobatan
• USG renal

Sumber : The Massachusetts General Hospital Handbook of Internal Medicine 6th Ed


10
Infeksi Saluran Kemih
• Indikasi rawat inap:
• Usia > 60 tahun
• Abnormalitas saluran kemih
• Imunokompromais
• Indikasi absolut rawat inap
• Muntah persisten
• Infeksi progresif
• Sepsis
• Obstruksi saluran kemih
Sumber : The Massachusetts General Hospital Handbook of Internal Medicine 6th Ed
10
Tatalaksana
ISK Terapi Farmakologis

Sistitis Non komplikata


TMP-SMX 2 x 960 mg PO untuk 3 hari
Komplikata
Fluorokuinolon 7-14 hari
Ciprofloxacin 2x500mg
Levofloxacin 1x250 mg
TMP-SMX 2x960mg untuk 7-14 hari

Pielonefritis Rawat Jalan


TMP-SMX 2 x 960 mg PO untuk 14 hari
Fluorokuinolon untuk 7 hari
Rawt inap
Ceftriaxone atau ampisilin-sulbactam IV untuk 14 hari; ganti PO juga klinis
membaik setelah 24-48 jam
Sumber : The Massachusetts General Hospital Handbook of Internal Medicine 6th Ed
10
PILIHAN LAIN

a. Uretritis GO à tidak ada discharge purulen


b. Sistitis non komplikata à pasien laki-laki
c. Uretritis non GO à ada discharge dari OUE, nyeri tekan suprapubic (-)
e. Pyelonefritis komplikata à nyeri ketuk CVA (-)

10
Seorang perempuan berusia 30 tahun datang ke Puskesmas dengan keluhan
nyeri pada daerah panggul sejak 5 hari yang lalu. Keluhan disertai dengan
demam, mual, dan muntah. Pasien mengatakan bahwa beberapa bulan yang
lalu pernah mengalami keputihan. Pemeriksaan tanda vital ditemukan tekanan
darah 100/70 mmHg, Nadi 110 x/menit, RR 22 x/menit, dan suhu 38oC. Nyeri
tekan adnexa (+). Plano test (-). Diagnosis pasien adalah …
a. Penyakit Radang Panggul
b. Appendicitis
c. Kehamilan ectopik terganggu
d. Endometriosis
e. Abortus
11
KATA KUNCI

• Perempuan, 30 tahun
• Nyeri panggul sejak 5 hari yang lalu, demam, mual, dan muntah
• Riwayat keputihan (+)
• TTV: takikardia, febrile
• Nyeri tekan adnexa (+)

JAWABAN

A. Penyakit Radang Panggul

11
Penyakit Radang Panggul
• Merupakan diagnosis klinis yang ditandai dengan infeksi saluran genital
bagian atas dan inflamasi.
• Disebabkan oleh mikroorganisme (paling umum N. Gonorrhoeae dan
C. Trachomatis) yang berkolonisasi pada endoserviks dan naik ke
endometrium dan tuba fallopi.
• Inflamasi dapat terjadi hingga endometritis, salfingitis, dan peritonitis

Sumber : William Obstetric 25th ed


11
Penyakit Radang Panggul
• Diagnosis (Trias)
1. Nyeri pelvis
2. Nyeri tekan adnexa dan serviks
3. Demam
• Tatalaksana
1. Pemberian antibiotik (cefoxitin dan doksisiklin)
2. Rawat inap bila terdapat abses pelvis atau gejala klinis yang berat

Sumber : William Obstetric 25th ed


11
Abses tubo-ovarium
• Merupakan proses akhir dari pelvic-inflammatory disease (PID)
• Diagnosis à bila terpalpasi massa pada saat pemeriksaan bimanual
pada pasien dengan PID
• Tatalaksana:
1. Rawat inap bila perlu
2. Pemberian antibiotic
• Sefalosporin (seftriakson, cefoxitin) + doksisiklin/azitromisin
3. Insisi drainase à bila pemberian antibiotik tidak membaik

Sumber : William Obstetric 25th ed


11
PILIHAN LAIN

B. Appendicitis à Riwayat keputihan lebih mengarah ke PID


C. Kehamilan ectopic terganggu à Plano test (-)
D. Endometriosis à nyeri haid yang progresif
E. Abortus à tidak ada perdarahan

11
Perempuan usia 26 tahun datang ke RS diantar oleh suaminya karena tidak
menstruasi sejak 2 bulan yang lalu. Beberapa hari terakhir pasien mengeluh
sering mual, muntah dan nafsu makan berkurang. Pemeriksaan tanda vital
ditemukan tekanan darah 100/70 mmHg, Nadi 90 x/menit, RR 20 x/menit,
dan suhu 36,7oC. Dokter menganjurkan untuk dilakukan pemeriksaan USG,
hasil USG tampak gestasional sac (+), perkiraan usia kehamilan 8-9 minggu.
Yang merupakan tanda tidak pasti kehamilan adalah ...
a. Amenorrhea
b. Gestasional sac (+)
c. Gerakan janin
d. Ballotement
e. DJJ

12
KATA KUNCI

• Perempuan usia 26 tahun


• tidak menstruasi sejak 2 bulan yang lalu
• mengeluh sering mual, muntah dan nafsu makan berkurang
• USG tampak gestasional sac (+), usia kehamilan 8-9 minggu

JAWABAN

A. Amenorrhea

12
Kehamilan
• Tanda pasti kehamilan, terdiri dari:
1. Janin/bagian janin terlihat (USG > 5 minggu)
2. Terdengar DJJ (Doppler >12 minggu)
3. Pergerakan janin (primigravida > 18 minggu; multigravida >16 minggu)
4. Ballotement (+); janin/bagian janin teraba

Sumber : Ilmu Kebidanan, Sarwono 2008


12
Kehamilan
• Tanda tidak pasti kehamilan, terdiri dari:
1. Amenorrhea
2. Mual dan muntah
3. Keluhan berkemih
4. Konstipasi
5. Rasa kencang dan nyeri pada payudara (mastodinia)
6. Perubahan BB
7. Kloasma
8. Pembesaran perut
9. Perubahan uterus

Sumber : Ilmu Kebidanan, Sarwono 2008


12
PILIHAN LAIN

b. Gestasional sac (+)


c. Gerakan janin
d. Ballotement
e. DJJ

Semua pilihan di atas merupakan tanda pasti kehamilan

12
Ny. R, 48 tahun datang untuk kontrol penyakitnya. 6 hari yang lalu
pasien mengalami serangan jantung yang kini sudah tidak ada keluhan.
Pada PF didapatkan tanda vital normal. Pada pemeriksaan darah,
didapatkan kadar kolesterol 230 mg/dL, ldl 120 mg/dL. Tatalaksana
dislipidemia yang tepat pada pasien tersebut adalah …
a. Rosuvastatin 1x 20mg
b. Atorvastatin 1x 10mg
c. Simvastatin 1x20mg
d. Simvastatin 1x10mg
e. Atorvastatin 1x20mg

13
KATA KUNCI

• Perempuan, 48 tahun
• Riwayat serangan jantung 5 hari yang lalu
• Lab: kolesterol tinggi, LDL tinggi

DIAGNOSIS à DISLIPIDEMIA

JAWABAN

A. Rosuvastatin 1x20mg

13
Dislipidemia
• Merupakan kelainan metabolism lipid, ditandai dengan peningkatan
maupun penurunan fraksi lipid plasma (kenaikan kolesterol total, LDL
dan TG, namun penurunan HDL)
• Dislipidemia dibagi menjadi 2 macam : Primer (genetik) dan sekunder
(akibat penyakit lain seperti DM, hipotiroid, dll)

Sumber : PERKENI 2015


13
Dislipidemia
• Berdasarkan tingkat risiko:
• Risiko sangat tinggi à target terapi LDL <70 mg/dL atau penurunan >50%
kolesterol total). Nilai SCORE >10%
• PJK (angina stabil, sindrom coroner, post infark)
• Setara PJK: DM, CKD, penyakit arteri karotis (TIA, stroke), penyakit arteri perifer
• Tatalaksana: high intensity statin
• Risiko tinggi à target terapi LDL <100mg/dL atau penurunan >30% kolesterol
awal. Nilai SCORE 5-10%
• Faktor risiko tunggal yang berat
• Sindroma metabolik
• Tatalaksana: Moderate-High intensity statin

Sumber : PERKENI 2015


13
Tatalaksana dislipidemia
• Nonfarmakologi:
• Aktivitas fisik à 4-6 x seminggu, aktivitas fisik sedang, aerobic, minimal 30
menit. Aktivitas anaerobic minimal 2x seminggu
• Nutrisi medis:
• Diet rendah kalori
• Lemak jenuh, lemak trans, kolesterol dibatasi
• Mikronutrien untuk menurunkan LDL : sterol dan serat larut air
• Berhenti merokok

Sumber : PERKENI 2015


13
Tatalaksana dislipidemia
• Farmakologis
• Nicotinic acid : ↓ produksi VLDL, ↑ HDL, dapat menyebabkan resistensi insulin
• Bile acid sequestrant: meningkatkan pengeluaran LDL dari sirkulasi dengan
menstimulasi reseptor LDL
• Statin: ↓ kolesterol dengan menginhibisi HMG CoA reduktase, ↓ lipoprotein,
↑ sintesis resepto LDL
• Direkomendasikan pencegahan primer dan sekunder
• Asam fibrat: ↓ VLDL trigliserid, ↑ lipolysis trigliserid melalui ↑ aktivitas lipase,
↑ HDL

Sumber : PERKENI 2015


13
Sumber : PERKENI 2015
13
Sumber : PERKENI 2015
13
Sumber : PERKENI 2015
13
PILIHAN LAIN

b. Atorvastatin 1x 10mg à moderate intensity


c. Simvastatin 1x20mg à moderate intensity
d. Simvastatin 1x10mg à low intensity
e. Atorvastatin 1x20mg à moderate intensity

13
Anak, 16 tahun, dibawa dengan keluhan ruam-ruam kemerahan sejak 6 jam
yang lalu. Diketahui pasien sudah mengalami demam sejak 3 hari yang lalu
disertai nyeri kepala dan nyeri sendi. Pemeriksaan fisik didapatkan suhu febris.
Pemeriksaan laboratorium didapatkan Hb 13 g/dL, Hematokrit 39%, leukosit
8.000, trombosit 110.000. Diagnosis yang tepat adalah …
a. DF
b. DHF grade I
c. DHF grade II
d. DHF grade III
e. DHF grade IV

14
KATA KUNCI

• Anak, 16 tahun
• Ruam-ruam kemerahan sejak 6 jam yang lalu à manifestasi perdarahan
• Demam sejak 3 hari yang lalu disertai nyeri kepala dan nyeri sendi
• Pemeriksaan fisik = suhu febris
• Pemeriksaan laboratorium = Hb 13 g/dL, Hematokrit 39%, leukosit 8.000,
trombosit 110.000

JAWABAN

A. DF

14
Demam Dengue & Demam Berdarah Dengue
• Infeksi Dengue = penyakit Dengue virus infection

dengan berbagai spektrum Asymptomatic Symptomatic

yang disebabkan oleh virus


Undifferentiated fever DF DHF Expanded dengue syndrome
Dengue, family Flaviviridae (viral syndrome) Isolated organopathy

• Vektor utama = Aedes


(Stegomyia) aegypti, Ae. Without With unusual Non-shock With shock
albopictus haemorrhage haemorrhage (DSS)

Ensefalopati
Gagal hepar akut
Gagal ginjal akut
Miokarditis
ARDS
Rhabdomiolosis

Sumber : WHO SEARO 2011


14
Demam Dengue & Demam Berdarah Dengue

Perjalanan Penyakit

Sumber : WHO SEARO 2011


14
Demam Dengue & Demam Berdarah Dengue
Infeksi Dengue

Derajat keparahan
Demam Manifestasi Hepatomegali Permeabilitas Trombositopenia DHF
Anoreksia perdarahan: vaskular ↑
Muntah Tes turniket (+),
ptekie Hemokonsentrasi Kebocoran I
Hipoproteinemia plasma
Koagulopati II
Efusi pleura/ascites
Hipovolemia
Manifestasi Penyakit

Dehidrasi
Syok DIC
III

Perdarahan berat di
DF Kematian GI, otak, dll IV
DHF/DSS
Sumber : WHO SEARO 2011
14
Demam Dengue & Demam Berdarah Dengue
• Klasifikasi
Grade Tanda & Gejala Laboratoris
DF Demam dengan ≥ 2: - Leukopenia
- Nyeri kepala ≤5.000/mm3
- Nyeri retro-orbital - Trombositopenia
- Mialgia <150.000/mm3
- Artralgia - HCT naik 5-10%
- Ruam - Tidak ada bukti

Sumber : WHO SEARO 2011


- Manifestasi perdarahan (tes turniket +, ptekie, ekimosis/purpura, perdarahan kebocoran plasma
mukosa atau saluran cerna)
- Tidak ada kebocoran plasma
DHF I Demam & manifestasi perdarahan (tes turniket +) + bukti kebocoran plasma (HCT - Trombositopenia
naik ≥20% dari baseline atau menurun pada fase convalescence; efusi pleura, <100.000/mm3
ascites, hipoproteinemia/albuminemia - HCT naik ≥20%
II Grade I + perdarahan spontan
III Grade I/II + kegagalan sirkulasi (nadi lemah, PP ≤20mmHg, hipotensi TDS
<80mmHg pada usia <5 tahun atau 80-90 mmHg pada usia >5 tahun, gelisah)
IV Grade III + syok dengan nadi dan TD tak teraba

14
PILIHAN LAIN

b. DHF grade I
c. DHF grade II Ada bukti kebocoran plasma à
d. DHF grade III efusi pleura, ascites, ↑Ht >20%, hipoproteinemia)

e. DHF grade IV

14
Laki-laki, 28 tahun datang dengan keluhan nyeri di lutut kanan setelah
melakukan lompat jauh. Ketika dilakukan pemeriksaan dengan menarik
tibia ke arah anterior, didapatkan bunyi “klik”. Diagnosis pada pasien
adalah …
a. Ruptur ligamentum krusiatum anterior
b. Ruptur ligamentum krusiatum posterior
c. Ruptur ligamentum kolateral lateral
d. Ruptur ligamentum kolateral medial
e. Ruptur meniscus

15
KATA KUNCI

• Laki-laki, 28 tahun
• Nyeri di lutut kanan setelah melakukan lompat jauh
• Pemeriksaan sendi lutut = menarik tibia ke arah anterior, didapatkan bunyi “klik”
à Anterior drawer test

JAWABAN

A. Ruptur ligamentum krusiatum anterior

15
PILIHAN LAIN

b. Ruptur ligamentum krusiatum posterior


c. Ruptur ligamentum kolateral lateral
d. Ruptur ligamentum kolateral medial
e. Ruptur meniscus

Penjelasan pilihan lain di slide pembahasan

15
Cedera Lutut
• Anatomi Lutut

Sumber : Apley’s System of Orthopaedics and Fracture, 10E


15
Cedera Lutut
• Ruptur ACL
• Etiologi : Axial-loading twisting injury
• Gejala : nyeri seluruh lutut, instabilitas
• PF :
• Lachman’s test (+)
• Anterior drawer test (+)
• Pivot shift (+)

Sumber : Apley’s System of Orthopaedics and Fracture, 10E


15
Cedera Lutut
• Ruptur PCL
• Etiologi : Direct anterior blow atau dashboard
injury
• Gejala : nyeri lutut posterior, instabilitas
• PF :
• Posterior drawer test (fleksi 90o + tekanan ke arah
posterior) = (+)
• Posterior sag sign (+)
• Posterior sulcus test (+)
Sumber : Apley’s System of Orthopaedics and Fracture, 10E
15
Cedera Lutut
• Ruptur MCL • Ruptur LCL
• Biasa menyertai • Varus force
rupture ACL dan • PF :
meniscus medial atau • Varus stress test 30o
murni karena valgus (+)
force
• PF :
• Valgus stress test 30o
(+)

Sumber : Apley’s System of Orthopaedics and Fracture, 10E


15
Cedera Lutut
• Ruptur Meniscus Medial • Ruptur Meniscus Lateral
• Gejala : nyeri lutut medial, • Gejala : nyeri lutut lateral,
bengkak bengkak
• PF : • PF :
• McMurray Eksorotasi (+) • McMurray Endorotasi (+)
• Apley Endorotasi (+) • Apley Eksorotasi (+)

Sumber : Apley’s System of Orthopaedics and Fracture, 10E


15
Tn. L, 20 tahun datang dengan keluhan bercak bercak merah pada kulitnya.
Mulanya terdapat bercak soliter yang besar muncul di dada kiri, lalu bercak
lainnya tersebar di perutnya. Bercak berupa makula eritema batas tidak tegas
berbentuk oval dengan panjang searah lipatan kulit. Bercak menyerupai
gambaran pohon cemara terbalik. Terapi topikal yang diberikan kepada pasien
adalah ...
A. Asam salisilat dengan mentol 1%
B. Krim mupirosin
C. Dapson, rifampisin, lampren
D. Ketokonazole
E. Krim mikonazole
16
KATA KUNCI

• Laki-laki, 20 tahun
• Bercak bercak merah pada kulitnya
• Awalnya bercak soliter yang besar muncul di dada kiri, lalu bercak lainnya tersebar di perutnya
• Bercak berupa makula eritema batas tidak tegas berbentuk oval dengan panjang se arah lipatan
kulit, menyerupai gambaran pohon cemara terbalik

DIAGNOSIS à PITIRIASIS ROSEA

JAWABAN

A. Asam salisilat dengan mentol 1%

16
Pitiriasis Rosea Pitiriasis=skuama halus
• Kelainan kulit akut yang diawali dengan munculnya
plak/macula soliter warna merah dengan skuama halus
(herald patch), tersusun berdasarkan lipatan kulit (Christmas
tree pattern).
• Etiologi: infeksi HHV6 dan HHV7
• Efloresensi: berawal dari lesi primer herald patch (soliter, oval
anular, batas tegas), skuama halus, dan pada bagian dalam
tepinya terdapat skuama yang lebih jelas membentuk
gambaran skuama kolaret.
• Lesi sekunder berupa makula/plak merah muda3, multipel,
berukuran lebih kecil dari lesi primer1,2, berbentuk bulat atau
lonjong, yang mengikuti Langer lines (membentuk pola pohon
natal)
• Predileksi: batang tubuh, lengan atas proksimal dan tungkai atas
Christmas tree pattern
Sumber : Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. FKUI. 2016; Panduan Praktik Klinik. PERDOSKI. 2017.
16
Terapi
• Merupakan penyakit swasirna (self limiting disease).
• Topikal
• Bedak asam salisilat ditambah mentol 0.5-1%
• Larutan anti pruritus seperti calamine lotion.
• Kortikosteroid topikal
• Sistemik
• Apabila gatal sangat mengganggu dapat diberikan antihistamin seperti setirizin 1x10 mg per hari.
• Kortikosteroid sistemik.
• Eritromisin oral 4x250 mg/hari selama 14 hari.
• Asiklovir1,4 3x400 mg/hari per oral selama 7 hari6 diindikasikan sebagai terapi pada awal
perjalanan penyakit yang disertai flu-like symptoms atau keterlibatan kulit yang luas.
• Dapat pula dilakukan fototerapi: narrowband ultraviolet B (NB-UVB) dengan dosis tetap sebesar
250 mJ/cm2 3 kali seminggu selama 4 minggu.

Sumber : Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. FKUI. 2016; Panduan Praktik Klinik. PERDOSKI. 2017.
16
Alur Diagnosis dan Tatalaksana

Sumber : Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. FKUI. 2016; Panduan Praktik Klinik. PERDOSKI. 2017.
16
PILIHAN LAIN

B. Salep mupirosin à salep antibiotik


C. Dapson, rifampisin , lampren à antibiotik kombinasi untuk terapi kusta
D. Ketokonazole à antifungal
E. Krim mikonazole à antifungal

16
Wanita, 30 tahun diantar ke IGD oleh rekan kerjanya setelah ditendang
oleh atasannya. Pasien diketahui sedang hamil 16 minggu. Pemeriksaan
fisik ditemukan perdarahan aktif dari kemaluan pasien, didapatkan tinggi
fundus uteri sesuai masa kehamilan, DJJ (-). Derajat luka yang sesuai
dengan kondisi pasien tersebut adalah …
a. Luka sangat ringan
b. Luka ringan
c. Luka sedang
d. Luka berat
e. Luka sangat berat

17
KATA KUNCI

• Wanita, 30 tahun
• Ditendang oleh atasannya
• Sedang hamil 16 minggu
• Pemeriksaan fisik = perdarahan aktif dari kemaluan, tinggi fundus uteri sesuai
masa kehamilan, DJJ (-) à janin meninggal

JAWABAN

D. Luka berat

17
Traumatologi
• Traumatologi = ilmu yang mempelajari tentang luka dan cedera serta hubungannya dengan
berbagai kekerasan
• Derajat/Kualifikasi Luka
Kualifikasi KUHP Deskripsi Hukuman dan KUHPnya
Luka Berat Ps 90 • Jatuh sakit / mendapat luka yang tidak memberi harapan Ps 351 (3) ≤5 tahun
sembuh sama sekali atau menimbulkan bahaya maut Ps 353 (2) ≤7 tahun
• Tak mampu terus-menerus menjalankan tugas Ps 354 (1) ≤8 tahun
jabatan/pekerjaan Ps 355 (1) ≤12 tahun
• Kehilangan salah satu panca indera
• Mendapat cacat berat
• Menderita sakit lumpuh
• Terganggunya daya piker ≥ 4minggu
• Gugurnya kandungan seorang perempuan
Luka Sedang Menyebabkan penyakit/menghalangi pekerjaan untuk Ps 351 (2) ≤2 tahun 8 bulan
sementara waktu (antara luka berat&ringan) Ps 353 (1) ≤4 tahun
Luka Ringan Ps 352 (1) Tidak menimbulkan penyakit/halangan untuk menjalankan Ps 352 (1) Penjara ≤3 bulan,
pekerjaan denda ≤ 450k
Sumber : Ilmu Kedokteran Forensik, FKUI
17
Traumatologi
• Klasifikasi kekerasan Kekerasan tumpul

Mekanik Kekerasan tajam Termal


Listrik
Luka tembak Elektrik
Berdasarkan sifat Petir
dan penyebabnya Fisika Tekanan udara

Akustik
Non-mekanik
Radiasi

Asam
Kimia
Basa

Sumber : Ilmu Kedokteran Forensik, FKUI


17
Traumatologi : Kekerasan Tumpul & Tajam
• Klasifikasi kekerasan
= perubahan warna kulit yang
Luka memar disebabkan oleh resapan darah ke
(kontusio, hematom) jaringan akibat kerusakan pembuluh
darah
= luka pada permukaan kulit superfisial
Luka lecet
Kekerasan tumpul yang terjadi akbat cedera pada
(abrasi, ekskoriasi) epidermis yang bersentuhan dengan
benda yang memiliki permukaan kasar

Kekerasan yang tidak Luka robek = luka terbuka yang menyebabkan kulit
disebabkan oleh benda teregang ke satu arah dan melampaui
(laserasi) elastisitas kulit
dengan tepi tajam

Sumber : Ilmu Kedokteran Forensik, FKUI


17
Traumatologi : Kekerasan Tumpul & Tajam
• Klasifikasi kekerasan
= luka tajam dengan arah trauma
sejajar
Luka iris/sayat Khas = kedua sudut luka lancip;
dalam luka < panjang luka
= luka tajam dengan arah trauma ~
45o permukaan kulit
Kekerasan tajam Luka bacok
Khas = kedua sudut luka lancip,
dalam luka ≤ panjang luka
Kekerasan yang disebabkan = luka tajam dengan arah trauma tegak lurus
Luka tusuk permukaan kulit
oleh benda yang memiliki
Khas = dalam luka > panjang luka; salah satu
sisi tajam baik berupa garis sudut lancip, sudut lain lancip/tumpul
atau runcing Estimasi ukuran senjata:
Panjang senjata ≥ kedalaman luka
Lebar senjata ≤ panjang luka
Sumber : Ilmu Kedokteran Forensik, FKUI
17
Traumatologi : Kekerasan Tumpul & Tajam
Pembeda Kekerasan Tumpul Kekerasan Tajam
Bentuk luka Tidak teratur Teratur
Tepi Tidak rata Rata
Jembatan jaringan Ada Tidak ada
Folikel rambut terpotong Tidak Ya/Tidak
Dasar luka Tidak teratur Garis/titik
Sekitar luka Bisa lecet/memar Bersih
• Luka Setengah Tajam
= luka akibat kekerasan benda tumpul yang mempunyai tepi rata, seperti tepi meja, gigi
Ciri menyerupai trauma tumpul, namun memiliki bentuk teratur

Sumber : Ilmu Kedokteran Forensik, FKUI


17
Traumatologi
• Kesimpulan pada VeR
Jenis perlukaan/cedera

Jenis kekerasan penyebab cedera

Derajat/kualifikasi luka

Gambaran mengenai benda penyebab luka (bila gambaran luka khas)

Sebab kematian (pada jenazah)

Sumber : Ilmu Kedokteran Forensik, FKUI


17
PILIHAN LAIN

a. Luka sangat ringan


b. Luka ringan
c. Luka sedang
e. Luka sangat berat

17
Seorang laki-laki yang mengalami kecelakaan tunggal dibawa oleh polisi
ke IGD dengan kondisi penurunan kesadaran. Setelah dilakukan
pemeriksaan, pasien diindikasikan untuk diberikan bantuan jalan napas
berupa intubasi. Lembar persetujuan tindakan (informed consent)
kedokteran berhak ditandatangani oleh …
a. Penyidik
b. Polisi yang membawa pasien ke IGD
c. Dokter yang sedang menangani pasien
d. Tidak diperlukan persetujuan tindakan pada kasus gawat darurat
e. Keluarga inti pasien, menunggu kedatangan anggota keluarga

18
KATA KUNCI

• Laki-laki kecelakaan tunggal dibawa oleh polisi ke IGD


• Pasien mengalami penurunan kesadaran
• Pasien diindikasikan untuk dilakukan intubasi

JAWABAN

D. Tidak diperlukan persetujuan tindakan pada kasus


gawat darurat
18
Persetujuan Tindakan Kedokteran (Informed Consent)
Persetujuan Tindakan Persetujuan yang diberikan oleh pasien atau keluarga terdekat* setelah mendapat
Kedokteran penjelasan secara lengkap mengenai tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang akan
dilakukan terhadap pasien.
Tindakan Kedokteran Suatu tindakan medis berupa preventif, diagnostik, terapeutik atau rehabilitatif yang
dilakukan oleh dokter terhadap pasien.
Tindakan Invasif Suatu tindakan medis yang langsung dapat mempengaruhi keutuhan jaringan tubuh pasien.
Tindakan Kedokteran Tindakan medis yang berdasarkan tingkat probabilitas tertentu, dapat mengakibatkan
Berisiko Tinggi kematian atau kecacatan.
Pasien yang Kompeten Pasien dewasa** atau bukan anak menurut peraturan perundang-undangan atau telah/pernah
menikah, tidak terganggu kesadaran fisiknya, mampu berkomunikasi secara wajar, tidak
mengalami kemunduran perkembangan (retardasi) mental dan tidak mengalami penyakit
mental sehingga mampu membuat keputusan secara bebas.
*keluarga terdekat: suami atau istri, ayah atau ibu kandung, anak-anak kandung, saudara-saudara kandung atau pengampunya
(PMK No.290 Tahun 2008)
**pasien dewasa: sudah di atas 21 tahun atau sudah menikah
(KUHAPer Pasal 330)

Sumber : PMK No. 290 Tahun 2008


18
Persetujuan
• Persetujuan dapat diberikan secara tertulis atau lisan.
• Tindakan berisiko tinggi à harus tertulis dan ditandatangani
• Persetujuan lisan:
a. Ucapan setuju
b. Bentuk gerakan menganggukkan kepala
• Jika persetujuan lisan meragukan à persetujuan tertulis.
• Persetujuan dapat dibatalkan oleh yang memberi persetujuan
sebelum dimulainya tindakan dengan cara tertulis oleh yang
memberi persetujuan.
Sumber : PMK No. 290 Tahun 2008
18
Ketentuan pada Situasi Khusus
• Tindakan penghentian/penundaan bantuan hidup (withdrawing/withholding life
support) harus mendapat persetujuan tertulis dari keluarga terdekat pasien.

• Persetujuan TIDAK DIPERLUKAN:


a. Keadaan gawat darurat, untuk menyelamatkan jiwa pasien dan/atau
mencegah kecacatan
b. Kepentingan masyarakat banyak yang harus dilaksanakaan sesuai program
pemerintah.

Sumber : PMK No. 290 Tahun 2008


18
PILIHAN LAIN

a. Penyidik
b. Polisi yang membawa pasien ke IGD
c. Dokter yang sedang menangani pasien
e. Keluarga inti pasien, menunggu kedatangan anggota keluarga

Penjelasan pilihan lain di slide pembahasan

18
Sebagai bentuk partisipasi terhadap program Kementerian Kesehatan,
Puskesmas Alam Sari aktif melakukan kegiatan imunisasi dasar untuk
anak-anak diwilayah kerjanya. Apakah tingkat pencegahan yang
dilakukan oleh Puskesmas tersebut?
a. Promosi kesehatan
b. Pelindungan khusus
c. Diagnosis dini & Pengobatan yang tepat dan cepat
d. Pembatasan kecacatan
e. Rehabilitasi

19
KATA KUNCI

• Kegiatan imunisasi dasar untuk anak-anak di wilayah kerjanya


• Tingkat pencegahan yang dilakukan

JAWABAN

B. Pelindungan Khusus

19
Five Level of Prevention
PENCEGAHAN PRIMER
Promosi Kesehatan Pelindungan Khusus
• Edukasi Kesehatan • Vaksinasi dan imunisasi
• Edukasi makanan bernutrisi seimbang • Pengobatan profilkasis
• Edukasi sanitasi lingkungan: air bersih, tempat • Penggunaan sanitasi lingkungan yang baik dan
penampungan sampah, septic tank, dsb. benar
• Edukasi pemilik usaha dalam menyediakan • Pelindungan terhadap kecelakaan di tempat
lingkungan pekerjaan yang sehat umum dan di tempat kerja
• Edukasi kesehatan jiwa • Komposisi nutrisi tertentu pada individu dengan
• Konseling pre-marital penyakit kronis
• Mencegah individu dengan alergi kontak
dengan alergen

Sumber : Leavell and Clark’s Level of Prevention


19
Five Level of Prevention
PENCEGAHAN SEKUNDER
Diagnosis Dini & Pengobatan Cepat dan Tepat Pembatasan Kecacatan
• Pelacakan kasus yang terukur secara individual dan • Pengobatan yang adekuat untuk
masal menghentikan kelanjutan penyakit dan untuk
• Skrining penyakit di masyarakat mencegah komplikasi serta sekuel
Tujuan: • Penyediaan fasilitas untuk membatasi
• Mengobati dan mencegah kelanjutan penyakit kecacatan dan mencegah kematian
• Mencegah penyebaran penyakit menular
• Mencegah komplikasi dan sekuel
• Mempersingkat masa tidak produktif

Sumber : Leavell and Clark’s Level of Prevention


19
Five Level of Prevention
PENCEGAHAN TERSIER
Rehabilitasi
• Penyediaan fasilitas kesehatan dan edukasi untuk latihan
memaksimalkan fungsi tubuh
• Meningkatkan kualitas hidup (ADL)

Sumber : Leavell and Clark’s Level of Prevention


19
Five Level of Prevention

Sumber : Leavell and Clark’s Level of Prevention


19
PILIHAN LAIN

a. Promosi kesehatan
c. Diagnosis dini & Pengobatan yang tepat dan cepat
d. Pembatasan kecacatan
e. Rehabilitasi

Penjelasan pilihan lain di slide pembahasan

19
Seorang mahasiswa kedokteran ingin melakukan penelitian mencari
hubungan ibu merokok dan tidak merokok dengan kejadian anak BBLR
dan tidak BBLR. Uji statistik yang tepat digunakan adalah …
a. T-test
b. T-test berpasangan
c. Chi-square
d. McNemar
e. ANOVA

20
KATA KUNCI

• Mencari hubungan à komparatif


• Ibu merokok dan tidak merokok à kualitatif, 2 kelompok tak berpasangan
• Anak BBLR dan tidak BBLR à kualitatif, 2 kelompok tak berpasangan

JAWABAN

C. Chi-square

20
Uji Statistik
• Pemilihan Uji Statistik bergantung pada:
• Data = kualitatif atau kuantitatif
• Data = tidak berpasangan atau berpasangan
• Distribusi data = normal atau tidak
• Distribusi data
Tes untuk normalitas data = Kolmogorov-Smirnov (K-S), Lilliefors, Shapiro-
Wilk (S-W), Anderson-Darling, Cramer-von Mises, D’Agostino skewness,
Anscombe-Glynn, D’Agostino-Pearson omnibus, Jarque-Bera
Hasil :
• p > 0,05 = terdistribusi normal à uji parametrik
• p < 0,05 = tidak terdistribusi normal à uji non parametrik

Sumber : Basic in Epidemiology and Biostatistics


20
Uji Statistik
• Komparatif (Data Kuantitatif) à menentukan ada/tidaknya hubungan
Data Kuantitatif

2 2 >2 >2
berpasangan tidak berpasangan tidak berpasangan berpasangan

Repeated/ Two ways


Paired t-test Unpaired t-test One-way ANOVA
ANOVA

Wilcoxon matched pair/ Mann-Whitney U/ Friedman


Kruskal-Wallis
Wilcoxon signed rank Wilcoxon Rank Sum

Sumber : Basic in Epidemiology and Biostatistics


20
Uji Statistik
• Komparatif (Data Kualitatif)

Data Kualitatif

2 2 >2 >2
berpasangan tidak berpasangan tidak berpasangan berpasangan

McNemar Chi-square Chi-square Friedman

Sumber : Basic in Epidemiology and Biostatistics


20
Uji Statistik
• Korelatif à hasil = koefisien korelasi/KK (r) à menentukan derajat hubungan

Data KK (r) Derajat asosiasi


Koefisien kontingensi
Kualitatif ±1,0 Sangat kuat
Lambda
(nominal)
±0,7 – ±1,0 Kuat
Parametrik Pearson ±0,4 – ±0,7 Sedang
Data Non- Spearman ±0,2 – ±0,4 Lemah
Kuantitatif parametrik Somers’d ±0,01 – ±0,2 Diabaikan
(Ordinal) Gamma
0,0 Tidak ada asosiasi

Sumber : Basic in Epidemiology and Biostatistics


20
Uji Statistik
• Regresi à menentukan korelasi antar variabel dan
memprediksi nilai suatu variabel memengaruhi nilai
variabel lain
Jenis Variabel Dependen Variabel Bebas
Skala rasio,
Regresi Linier
distribusi normal
Skala
Regresi Kategorikal
pengukuran apa
Logistik (dikotom)
saja
Regresi Kategorikal
Multinomial (politom)

Sumber : Basic in Epidemiology and Biostatistics


20
PILIHAN LAIN

a. T-test
b. T-test berpasangan
d. McNemar
e. ANOVA

Penjelasan pilihan lain di slide pembahasan

20
DAFTAR SEKARANG!
TERIMA KASIH!

@boost_med +62-813-8281-4742

@boost_med www.boost-med.com info@boost-med.com

49

Anda mungkin juga menyukai