DALAM PENDIDIKAN
Dosen Pengampu:
Disusun Oleh:
PAI-3B
FAKULTAS TARBIYAH
2021/2022
A. Pendahuluan
B. Pembahasan
1
Abd. Muis Filsafat dalam Pendidikan, (Jember: IAIN Jember Press, 2015), hlm. 84.
2
Dahniar, “Filsafat Pendidikan Esensialisme”, Jurnal Aktualisasi Pendidikan Islam. Vol. 15 (2).
2021, hlm. 163.
3
Ali Mubin, Pengaruh Filsafat Rekonstruksionisme terhadap Rumusan Konsep Pendidikan serta
Tinjauan Islam Terhadapnya, (Tangerang: Universitas Muhammadiyah Tangerang, 2018). hlm.70.
Filsafat berasal dari bahasa Yunani yaitu philein atau philos dan shopia
atau shopos. Philein mengandung arti cinta, sedangkan philos adalah sahabat.
Shopia adalah kebijaksanaan, sedangkan shopos adalah bijaksana.
Berdasarkan analisis terhadap kata-kata ini, maka filsafat dipahami sebagai
cinta, sahabat, atau pecinta kebijaksanaan. Cinta kebijaksanaan maksudnya
menyukai segala sesuatu yang dinilai benar atau baik. Dengan demikian,
filsafat dapat didefinisikan sebagai ilmu yang digunakan untuk menemukan
kebenaran. Essentia merupakan asal kata esensialisme. Kata tersebut berasal
dari bahasa latin yang berarti hakikat kodrat. Kata ini berkaitan dengan segala
sesuatu yang bersifat apa adanya, sesungguhnya, inti sari, aturan, atau hukum
sebenarnya. Didalam bahasa Indonesia, essentia dikenal sebagai esensi yang
berarti hakikat atau inti tentang sesuatu. Oleh sebab itu, esensialisme
ditafsirkan sebagai filsafat yang mempertahankan nilai-nilai inti, mutlak, atau
fundamental. Filsafat dapat dipahami juga sebagai ilmu, teori, atau
pengetahuan yang menjadi dasar pikiran tertentu.4
4
Purwati, P., Rizal, A. S., & Nurdin, E. S. “Konsep Pendidikan Umum di Perguruan Tinggi dalam
Tinjauan Esensialisme”. Sosio Religi: Jurnal Kajian Pendidikan Umum, 18(2), 2020.
5
Muhammad Noor Syam, Filsafat Kependidikan dan Dasar Filsafat Kependidikan Pancasila,
(Surabaya : Usaha Nasional, 1988), hlm. 260.
kebudayaan lama itu telah banyak melakukan kebaikan-kebaikan untuk umat
manusia. Yang mereka maksud dengan kebudayaan lama itu adalah yang
telah ada semenjak peradaban manusia yang pertama-tama dahulu. Akan
tetapi yang paling mereka pedomani adalah peradaban semenjak zaman
Renaissance, yaitu yang tumbuh dan berkembang.6 Aliran esensialisme
merupakan perpaduan dari aliran idealisme dan realisme, jadi dua aliran ini
bertemu sebagai pendukung esensialisme. Esensialisme memandang bahwa
pendidikan harus berpijak pada nilai-nilai yang memiliki kejelasan dan tahan
lama, yang memberikan kestabilan dan nilai-nilai terpilih yang mempunyai
tata yang jelas. Dengan artian, esensialisme ingin kembali ke masa dimana
nila-nilai kebudayaan itu masih tetap terjaga, yang nilai itu tersimpul dalam
ajaran para filosof, ahli pengetahuan yang agung, yang ajaran dan nilai-nilai
ilmu mereka kekal.7
6
Dahniar, “Filsafat Pendidikan Esensialisme”, h. 165.
7
Usiono,” Pengantar Filsafat Pendidikan”, (Jakarta: Hijri Pustaka Utama, 2006), h. 153.
cepat ini adalah upaya rekonstruksi masyarakat penciptaan tatanan dunia baru
secara menyeluruh.8
8
Nurul Qomariyah,”Pendidikan Islam Dan Aliran Filsafat Pendidikan Rekonstruksionisme”. Al-
Falah: Jurnal Ilmiah Keislaman dan Kemasyarakatan, 2017, h. 200.
9
Herlini Puspika Sari. "Rekonstruksionisme Pendidikan Islam Menurut Muhammad Iqbal." Al-
Fikra: Jurnal Ilmiah Keislaman. 2020. Vol.19.(1), h. 130
peka dana aktif dalam perubahan zaman sehingga anak bisa siap dalam
menghadapi majunya zaman yag penuh dengan perkembangan.10
d. George Santayana
10
Herlini PuspikaSari, "Rekonstruksionisme Pendidikan Islam Menurut Muhammad Iqbal”, h.
131-132.
George Santayana memadukan antara aliran idealisme dan aliran
realisme dalam suatu sintesa dengan mengatakan bahwa nilai itu tidak
dapat ditandai dengan suatu konsep tunggal, karena minat, perhatian dan
pengalaman seseorang menentukan adanya kualitas tertentu. Walaupun
idealisme menjunjung asas otoriter atau nilai-nilai, namun juga tetap
mengakui bahwa pribadi secara aktif bersifat menentukan nilai-nilai itu
atas dirinya sendiri (memilih, melaksanakan). Dia memadukan antara
aliran idealisme dan realisme dalam suatu sintesa dengan mengatakan
bahwa nilai tidak dapat ditandai dengan suatu konsep tunggal, karena
minat, perhatian dan pengalaman seseorang menentukan adanya kualitas
tertentu.11
c. Paulo Freire
C. Penutup
12
Nurul Qomariyah,”Pendidikan Islam Dan Aliran Filsafat Pendidikan Rekonstruksionisme”, h.
210
Sedangkan aliran filsafat rekontruksionisme adalah salah satu aliran
filsafat yang berpusat pada sebuah perubahan melalui penyusunan kembali
tatanan tradisional menjadi lebih modern. Menurut pandangan aliran
rekonstruksinisme, dalam pendidikan perlu adanya perombakan tata susunan
lama dan membangun tata susunan hidup kebudayaan yang baru, untuk
mencapai tujuan tersebut diperlukan kerjasama antara individu. Dengan
perombakan pendidikan tersebut diharapkan dapat memunculkan sebuah
tatanan baru yang lebih modern, sehingga subjek pendidikan akan lebih
berorientasi pada masa depan dan tidak terkekang oleh tatanan tradisional.
Dengan begitu menjadikan aliran rekonstruksinisme cenderung mengikuti
perkembangan zaman. Tokoh-tokoh aliran rekontruksionisme antara lain;
George Sylvester Counts, Harold Rugg Caroline Pratt dan Paulo Freire.
Daftar Pustaka
Muis, Abd. Filsafat dalam Pendidikan. Jember: IAIN Jember Press, 2015.