Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

ALIRAN ESENSIALISME DAN REKONTRUKSIONISME

DALAM PENDIDIKAN

Disusun untuk Memenuhhi Tugas Mata Kuliah Filasafat Pendidikan

Dosen Pengampu:

Dr. H. Syamsul Huda, M.Ag

Disusun Oleh:

Siti Nur Azizah (20201070)

PAI-3B

PROGAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) KEDIRI

2021/2022
A. Pendahuluan

Pendidikan menurut pandangan Islam merupakan corak hitam putihnya


perjalanan hidup seseorang. Oleh karena itu ajaran Islam menetapkan
bahwa pendidikan merupakan salah satu kegiatan yang wajib hukumnya
bagi pria dan wanita, dan berlangsung seumur hidup semenjak dari
buaian hingga ajal menjemput. Kedudukan tersebut secara tidak
langsung telah menempatkan pendidikan sebagai bagian yang tak
terpisahkan dengan hidup dan kehidupan umat manusia. Pendidikan
merupakan media untuk mencapai kesejahteraan hidup bagi umat, tidak
hanya umat Islam saja akan tetapi seluruh umat manusia yang ada di muka
bumi. Pendidikan yang berkualitas akan membawa masyarakat yang maju
dan modern.

Dengan begitu, pendidikan menyandang misi keseluruhan bagi aspek


kebutuhan hidup dan berproses sejalan dengan dinamika hidup serta
perubahan-perubahan yang terjadi. Sebagai akibat logisnya maka
pendidikan senantiasamengandung pemikiran dan kajian, baik secara
konseptual maupun operasionalnya,sehingga diperoleh relevansi dan
kemampuan menjawab tantangan sertamemecahkan masalah-masalah
yang dihadapi oleh umat manusia.Pemikiran dan kajian tentang
pendidikan dilakukan oleh para ahli dalamberbagai sudut tinjauan dan
disiplin ilmu, seperti agama, filsafat, sosiologi, ekonomi,politik, sejarah, dan
antropologi. Sudut tinjauan ini menyebabkan lahirnya cabang ilmu
pengetahuan kependidikan yang berpangkal dari sudut tinjauannya,
yaitu pendidikan agama, filsafat pendidikan, sosiologi pendidikan, dan
sebagainya. Salah satunya filsafat pendidikan yang tidak terlepas dalam dunia
pendidikan. Sebab dengan adanya filsafat persoalan di dalam pendidikan
mampu diatasi dan diselesaikan.

Dengan adanya filsafat pendidikan akan membantu melatih berpikir secara


rasional mendalam dalam dunia pendidikan. Filsafat dalam pendidikan
bersandar pada filsafat formal atau filsafat umum. Maksudnya adalah
masalah-masalah pendidikan merupakan karakter dari filsafat itu sendiri.
Sehingga filsafat pendidikan pada hakikatnya adalah terapan daripada filsafat
umum.1 Filsafat pendidikan memiliki fungsi yang penting bagi aspek-aspek
pendidikan, seperti metode pengajaran, guru, tujuan, kurikulum, sarana dan
prasarana). Dalam dunia pendidikan filsafat sangat memengaruhi konsep
yang ada dalam pendidikan, antara lain yaitu perennialisme, idealisme,
esensialisme, rekontruksionisme, pragmatisme, eksistensialisme dan
progresivisme.

Setiap aliran filsafat pada dasarnya memiliki pandangan yang berbeda-


beda dalam berfilsafat terhadap pendidikan, adakalanya bertentangan
pendapat bahkan ada yang menguatkan satu sama lain. Filsafat esensialisme
merupakan pendidikan yang didasarkan kepada nilai-nilai kebudayaan yang
telah ada sejak awal peradaban umat manusia. Esensialisme memandang
bahwa pendidikan harus berpijak pada nilai-nilai yang memiliki kejelasan dan
tahan lama yang memberikan kestabilan dan nilai-nilai terpilih yang
mempunyai tata yang jelas.2 Sedangkan aliran filsafat rekonstruksionisme
merupakan suatu aliran dalam filsafat pendidikan yang berusaha untuk
merombak atau menyusun kembali suatu tata susunan lampau dan
membangun tata susunan kebudayaan baru yang bersifat modern. 3Dari uraian
diatas bahwa kedua aliran memiliki paham yang berbanding terbalik, dengan
perbedaan tersebut pasti akan memunculkan penerapan pendidikan yang
berbeda. Maka melalui makalah ini penulis akan menjelaskan apa perngetian
dari aliran filsafat esensialisme dan aliran filsafat rekonstruksinisme. Dalam
makalah ini akan dijelaskan bagaimana pandangan aliran esensialisme dan
rekonstruksinisme dalam pendidikan.

B. Pembahasan

1. Definisi Aliran Esensialisme

1
Abd. Muis Filsafat dalam Pendidikan, (Jember: IAIN Jember Press, 2015), hlm. 84.
2
Dahniar, “Filsafat Pendidikan Esensialisme”, Jurnal Aktualisasi Pendidikan Islam. Vol. 15 (2).
2021, hlm. 163.
3
Ali Mubin, Pengaruh Filsafat Rekonstruksionisme terhadap Rumusan Konsep Pendidikan serta
Tinjauan Islam Terhadapnya, (Tangerang: Universitas Muhammadiyah Tangerang, 2018). hlm.70.
Filsafat berasal dari bahasa Yunani yaitu philein atau philos dan shopia
atau shopos. Philein mengandung arti cinta, sedangkan philos adalah sahabat.
Shopia adalah kebijaksanaan, sedangkan shopos adalah bijaksana.
Berdasarkan analisis terhadap kata-kata ini, maka filsafat dipahami sebagai
cinta, sahabat, atau pecinta kebijaksanaan. Cinta kebijaksanaan maksudnya
menyukai segala sesuatu yang dinilai benar atau baik. Dengan demikian,
filsafat dapat didefinisikan sebagai ilmu yang digunakan untuk menemukan
kebenaran. Essentia merupakan asal kata esensialisme. Kata tersebut berasal
dari bahasa latin yang berarti hakikat kodrat. Kata ini berkaitan dengan segala
sesuatu yang bersifat apa adanya, sesungguhnya, inti sari, aturan, atau hukum
sebenarnya. Didalam bahasa Indonesia, essentia dikenal sebagai esensi yang
berarti hakikat atau inti tentang sesuatu. Oleh sebab itu, esensialisme
ditafsirkan sebagai filsafat yang mempertahankan nilai-nilai inti, mutlak, atau
fundamental. Filsafat dapat dipahami juga sebagai ilmu, teori, atau
pengetahuan yang menjadi dasar pikiran tertentu.4

Esensialisme adalah suatu filsafat dalam aliran pendidikan konservatif


yang pada mulanya dirumuskan sebagai suatu kritik pada trend-trend
progresif di sekolah- sekolah. Bagi aliran ini "Education as Cultural
Conservation", pendidikan sebagai pemeliharaan kebudayaan. Karena dalil
ini, maka aliran esensialisme dianggap para ahli sebagai "Conservatif road to
culture" yakni aliran yang ingin kembali kepada kebudayaan lama warisan
sejarah yang telah membuktikan kebaikan-kebaikannya bagi kehidupan
manusia. Esensialisme percaya bahwa pendidikan harus didasarkan kepada
nilai-nilai kebudayaan yang telah ada sejak zaman awal peradaban umat
manusia. Kebudayaan yang mereka wariskan kepada kita hingga sekarang,
telah teruji oleh zaman, kondisi dan sejarah kebudayaan.5

Aliran filsafat esensialisme adalah suatu aliran filsafat yang menginginkan


agar manusia kembali kepada kebudayaan lama. Mereka beranggapan bahwa

4
Purwati, P., Rizal, A. S., & Nurdin, E. S. “Konsep Pendidikan Umum di Perguruan Tinggi dalam
Tinjauan Esensialisme”. Sosio Religi: Jurnal Kajian Pendidikan Umum, 18(2), 2020.
5
Muhammad Noor Syam, Filsafat Kependidikan dan Dasar Filsafat Kependidikan Pancasila,
(Surabaya : Usaha Nasional, 1988), hlm. 260.
kebudayaan lama itu telah banyak melakukan kebaikan-kebaikan untuk umat
manusia. Yang mereka maksud dengan kebudayaan lama itu adalah yang
telah ada semenjak peradaban manusia yang pertama-tama dahulu. Akan
tetapi yang paling mereka pedomani adalah peradaban semenjak zaman
Renaissance, yaitu yang tumbuh dan berkembang.6 Aliran esensialisme
merupakan perpaduan dari aliran idealisme dan realisme, jadi dua aliran ini
bertemu sebagai pendukung esensialisme. Esensialisme memandang bahwa
pendidikan harus berpijak pada nilai-nilai yang memiliki kejelasan dan tahan
lama, yang memberikan kestabilan dan nilai-nilai terpilih yang mempunyai
tata yang jelas. Dengan artian, esensialisme ingin kembali ke masa dimana
nila-nilai kebudayaan itu masih tetap terjaga, yang nilai itu tersimpul dalam
ajaran para filosof, ahli pengetahuan yang agung, yang ajaran dan nilai-nilai
ilmu mereka kekal.7

2. Definisi Aliran Rekonstruksionisme

Secara harfiah rekonstruksionisme berasal dari bahasa Inggris, yang asal


kata dasarnya adalah construct (membangun), construction (pembangunan)
reconstruct; menyusun kembali. Aliran rekonstruksionisme suatu aliran yang
berusaha merombak tata susunan lama dengan membangun tata susunan
hidup kebudayaan yang bercorak modern. Rekonstruksionisme yang sering
kali diartikan sebagai rekonstruksi social merupakan pengembangan dari
gerakan filsafat pendidikan progresivisme. Arthur K. Ellis menganggap
bahwa rekonstruksionisme merupakan perkembangan dari progresifisme
dalam pendidikan, yang kadang kala dalam diartikan sebagai rekonstruksi
social. Pengikut aliran rekonstruksionisme, lanjutnya pada umumnya
menganggap bahwa progresivisme berjalan cukup jauh dalam mengupaya
perbaikan masyarakat. Mereka menganggap bahwa progresivisme hanya
memperhatikan problematika masyarakat pada saat itu saja (sedang dihadapi),
padahal yang diperlukan di abad kemajuan teknologi yang bergerak demikian

6
Dahniar, “Filsafat Pendidikan Esensialisme”, h. 165.
7
Usiono,” Pengantar Filsafat Pendidikan”, (Jakarta: Hijri Pustaka Utama, 2006), h. 153.
cepat ini adalah upaya rekonstruksi masyarakat penciptaan tatanan dunia baru
secara menyeluruh.8

Dalam filsafat pendidikan rekonstruksionisme adalah suatu aliran yang


berupaya merombak tata susunan lama dan juga tata susunan hidup
kebudayaan yang mempunyai corak modern serta menjadi kesepakatan antar
manusia. Aliran rekonstruksionisme memandang bahwa realita itu bersifat
universal, dimana realita itu ada di suatu tempat. Aliran rekonstruksionisme
berkeyakinan juga bahwa tugas penyelamatan dunia merupakan tugas semua
umat manusia dan bangsa. Rekonstruksionisme ingin merombak tata susunan
lama dan membangun tata susunan hidup kebudayaan yang sama sekali baru.
Rekontruksi pendidikan menuntut individu menjadi lebih baik dan dapat
berkompromi terhadap perubahan dan berperan aktif dalam menciptakan
perubahan.9

Penganut aliran rekontruksionisme menekankan pada hasil belajar dari


pada proses. Rekonstruksionisme memiliki persepsi bahwa lembaga
pendidikan harus memiliki tujuan, metode, dan peranan yang sesuai dengan
situasi, kebutuhan, dan berorientasi kepada masyarakat. Rekonstruksionisme
menganggap diharuskan adanya pendidikan dengan unsur-unsur
pembelajaran yang berkaitan dengan masalah-masalah global. Sehingga
peserta didik dipersiapkan agar mampu beradaptasi dan berinteraksi dengan
masyarakat luas. Rekonstruksionisme mengikuti sebuah alur yang meyakini
dan mengemukakan bahwa keberadaan sekolah adalah untuk adanya
perbaikan dalam masyarakat dan beberapa pendidik setuju bahwa pemuda
harus memikirkan tantangan dan masalah sosial, ekonomi, politik serta
berusaha untuk mencapai mufakat dalam mencari solusi. Tujuan adanya
rekontruksi pendidikan berupaya agar anak didik dalam pembelajaran lebih

8
Nurul Qomariyah,”Pendidikan Islam Dan Aliran Filsafat Pendidikan Rekonstruksionisme”. Al-
Falah: Jurnal Ilmiah Keislaman dan Kemasyarakatan, 2017, h. 200.
9
Herlini Puspika Sari. "Rekonstruksionisme Pendidikan Islam Menurut Muhammad Iqbal." Al-
Fikra: Jurnal Ilmiah Keislaman. 2020. Vol.19.(1), h. 130
peka dana aktif dalam perubahan zaman sehingga anak bisa siap dalam
menghadapi majunya zaman yag penuh dengan perkembangan.10

3. Tokoh- tokoh Aliran Esensialisme dan Pemikiranya

a. Georg Wilhelm Friedrich Hegel (1770-1831)

Ia mengemukakan adanya sintesa antara ilmu pengetahuan dan


agama menjadi suatu pemahaman yang menggunakan landasan spiritual.
Sebuah penerapan yang dapat dijadikan contoh mengenai sintesa ini
adalah pada teori sejarah. Hegel mengatakan bahwa tiap tingkat
kelanjutan, yang dikuasai oleh hukum-hukum yang sejenis. Hegel
mengemukakan pula bahwa sejarah adalah manifestasi dari berpikirnya
Tuhan. Tuhan berpikir dan mengadakan ekspresi mengenai pengaturan
yang dinamis mengenai dunia dan semuanya nyata dalam arti spiritual.
Oleh karena Tuhan adalah sumber dari gerak, maka ekspresi berpikir
juga merupakan gerak.

b. Johan Frieddrich Herbart (1776-1841)

Ia berpendapat bahwa tujuan pendidikan adalah menyesuaikan jiwa


seseorang dengan kebijaksanaan Tuhan artinya adanya penyesuaian
dengan hukum kesusilaan. Proses untuk mencapai tujuan pendidikan itu
oleh Herbart disebut pengajaran.

c. William T. Harris (1835-1909)

Ia mengemukakan bahwa tugas pendidikan adalah menjadikan


terbukanya realitas berdasarkan susunan yang tidak terelakkan dan
bersendikan ke kesatuan spiritual sekolah adalah lembaga yang
memelihara nilai-nilai yang turun menurut, dan menjadi penuntun
penyesuaian orang pada masyarakat.

d. George Santayana

10
Herlini PuspikaSari, "Rekonstruksionisme Pendidikan Islam Menurut Muhammad Iqbal”, h.
131-132.
George Santayana memadukan antara aliran idealisme dan aliran
realisme dalam suatu sintesa dengan mengatakan bahwa nilai itu tidak
dapat ditandai dengan suatu konsep tunggal, karena minat, perhatian dan
pengalaman seseorang menentukan adanya kualitas tertentu. Walaupun
idealisme menjunjung asas otoriter atau nilai-nilai, namun juga tetap
mengakui bahwa pribadi secara aktif bersifat menentukan nilai-nilai itu
atas dirinya sendiri (memilih, melaksanakan). Dia memadukan antara
aliran idealisme dan realisme dalam suatu sintesa dengan mengatakan
bahwa nilai tidak dapat ditandai dengan suatu konsep tunggal, karena
minat, perhatian dan pengalaman seseorang menentukan adanya kualitas
tertentu.11

4. Tokoh- tokoh Aliran Rekontruksionisme dan Pemikiranya

a. George Sylvester Counts

Sebagai pelopor rekonstruksionisme dalam publikasinya Dare the


school build a new sosial order mengemukakan bahwa sekolah akan
betul- betul berperan apabila sekolah menjadi pusat bangunan
masyarakat baru secara keseluruhan, dan kesukuan (rasialisme).
masyarakat yang menderita kesulitan ekonomi dan masalah-masalah
sosial yang besar merupakan tantangan bagi pendidikan untuk
menjalankan perannya sebagai agen pembaharu dan rekonstruksi sosial
dari pada pendidikan hanya mempertahankan status dengan
ketidaksamaan-ketidaksamaan dan masalah-masalah yang terpendam di
dalamnya.

b. Harold Rugg Caroline Pratt

Ia berpendapat bahwa nilai merupakan hasil berfikir efektif peserta


didik. Nilai yang dimaksud adalah nilai yang ada pada sekolah tersebut.
Nilai ini diharapkan agar dapat merubah dunia pendidikan lebih
berkembang menjadi baik. Nilai juga perlu dilihat dari proses belajar dari
peserta didik dan juga perkembangannya yang didapat dari pelajaran
11
Dahniar, “Filsafat Pendidikan Esensialisme”, h. 164.
tersebut dan juga pola pikir dari peserta didik tersebut agar dapat selalu
berfikir dengan baik. Sekolah juga harus melakukan perbaikan
masyarakat yang spesifik.

c. Paulo Freire

Seorang tokoh pendidikan Brazil yang berpengaruh di dunia. Ia


mengemukakan mengenai pemikirannya yang berhubungan dengan
pendidikan, bahwa pemerintah harus merubah sistem pendidikan.
Menurutnya sistem pendidikan saat ini sangat menindas masyarakat, dan
agar dapat diganti dengan sistem pendidikan yang baru yaitu sebuah
sistem pendidikan yang dalam prosesnya terdapat kebebasan bagi
masyarakat, dengan cara memanusiakan manusia bukan dengan cara
menekan ataupun penindasan terhadap masyarakat.12

C. Penutup

Dalam dunia pendidikan filsafat mempunyai peranan penting dan tidak


dapat terlepas begitu saja. Karena dengan adanya filsafat segala persoalan
yang ada didalamnya dapat diatasi. Dalam uraian diatas dapat disimpulkan
bahwa aliran filsafat esensialisme dan aliran filsafat rekonstruksionisme
sangat berbanding terbalik. Aliran filsafat esensialisme adalah suatu aliran
filsafat yang menginginkan agar manusia kembali kepada kebudayaan lama
terutama sejak zaman renaissance. Beranggapan bahwa pendidikan harus
kembali ke kebudayaan lama itu karena telah banyak melakukan kebaikan-
kebaikan untuk umat manusia. Esensialisme memandang bahwa pendidikan
harus berpijak pada nilai-nilai yang memiliki kejelasan dan tahan lama, yang
memberikan kestabilan dan nilai-nilai terpilih yang mempunyai tata yang
jelas. Dengan artian, esensialisme ingin kembali ke masa dimana nila-nilai
kebudayaan itu masih tetap terjaga. Tokoh-tokoh aliran esensialisme antara
lain; Georg Wilhelm Friedrich Hegel, Johan Frieddrich Herbart, William T.
Harris dan George Santayana.

12
Nurul Qomariyah,”Pendidikan Islam Dan Aliran Filsafat Pendidikan Rekonstruksionisme”, h.
210
Sedangkan aliran filsafat rekontruksionisme adalah salah satu aliran
filsafat yang berpusat pada sebuah perubahan melalui penyusunan kembali
tatanan tradisional menjadi lebih modern. Menurut pandangan aliran
rekonstruksinisme, dalam pendidikan perlu adanya perombakan tata susunan
lama dan membangun tata susunan hidup kebudayaan yang baru, untuk
mencapai tujuan tersebut diperlukan kerjasama antara individu. Dengan
perombakan pendidikan tersebut diharapkan dapat memunculkan sebuah
tatanan baru yang lebih modern, sehingga subjek pendidikan akan lebih
berorientasi pada masa depan dan tidak terkekang oleh tatanan tradisional.
Dengan begitu menjadikan aliran rekonstruksinisme cenderung mengikuti
perkembangan zaman. Tokoh-tokoh aliran rekontruksionisme antara lain;
George Sylvester Counts, Harold Rugg Caroline Pratt dan Paulo Freire.
Daftar Pustaka

Dahniar. “Filsafat Pendidikan Esensialisme”. Jurnal Aktualisasi Pendidikan


Islam. 2021. Vol. 15 (2).

Mubin, Ali. Pengaruh Filsafat Rekonstruksionisme terhadap Rumusan


Konsep Pendidikan serta Tinjauan Islam terhadapnya. Tangerang:
Universitas Muhammadiyah Tangerang, 2018.

Muis, Abd. Filsafat dalam Pendidikan. Jember: IAIN Jember Press, 2015.

Noor Syam, Muhammad. Filsafat kependidikan dan Dasar Filsafat


Kependidikan Pancasila. Surabaya: Usaha Nasional, 1988.

Purwati, P., Rizal, A. S., & Nurdin, E. S. “Konsep Pendidikan Umum di


Perguruan Tinggi dalam Tinjauan Esensialisme”. Jurnal Kajian
Pendidikan Umum. 2020.Vol. 18(2).

Qomariyah, Nurul. ”Pendidikan Islam Dan Aliran Filsafat Pendidikan


Rekonstruksionisme”. Al-Falah: Jurnal Ilmiah Keislaman dan
Kemasyarakatan. 2017.

Sari, Herlini Puspika. "Rekonstruksionisme Pendidikan Islam Menurut


Muhammad Iqbal." Al-Fikra: Jurnal Ilmiah Keislaman. 2020.
Vol.19.(1).

Usiono. Pengantar Filsafat Pendidikan. Jakarta: Hijri Pustaka Utama, 2006.

Anda mungkin juga menyukai