Anda di halaman 1dari 9

TUGAS PENGANTAR ILMU

FILSAFAT
ONTOLOGI LOGIKA

OLEH
NAMA : YUNIARTHA YAKOB BOLA
NPP : 27.0590
KELAS : F.4

FAKULTAS POLITIK
PEMERINTAHAN
INSTITUT PEMERINTAHAN
DALAM NEGERI
2018
BAB 1
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Ontologi merupakan salah satu kajian kefilsafatan yang paling kuno
dan berasal dari Yunani. Studi tersebut mebahas keberadaan sesuatu
yang bersifat konkret. Tokoh Yunani yang memiliki pandangan yang
bersifat ontologis dikenal seperti Thales, Plato, dan Aristoteles . Pada
masanya, kebanyakan orang belum membedaan antara penampakan
dengan kenyataan. Thales terkenal sebagai filsuf yang pernah sampai
pada kesimpulan bahwa air merupakan substansi terdalam yang
merupakan asal mula segala sesuatu. Thales berpenderian bahwa segala
sesuatu tidak berdiri dengan sendirinya melainkan adanya saling
keterkaitan dan keetergantungan satu dengan lainnya .
Ontologi secara ringkas membahas realitas atau suatu entitas dengan
apa adanya. Pembahasan mengenai ontologi berarti membahas
kebenaran suatu fakta. Untuk mendapatkan kebenaran itu, ontologi
memerlukan proses bagaimana realitas tersebut dapat diakui
kebenarannya. Untuk itu proses tersebut memerlukan dasar pola berfikir,
dan pola berfikir didasarkan pada bagaimana ilmu pengetahuan
digunakan sebagai dasar pembahasan realita.
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Ontologi
a. Menurut bahasa,
Istilah “ontology” berasal dari bahasa Yunani “onta” yang berarti
sesuatu “yang sungguh-sungguh ada”, “kenyataan yang
sesungguhnya”, dan “logos” yang berarti “studi tentang”, “studi
yang membahas sesuatu” (Rachman, 2003: 97)..
b. Menurut istilah,
Ontologi adalah ilmu yang membahas tentang hakikat yang ada,
yang merupakan ultimate reality baik yang berbentuk
jasmani/konkret maupun rohani/abstrak
c. Menurut Suriasumantri (1985),
Ontologi membahas tentang apa yang ingin kita ketahui,
seberapa jauh kita ingin tahu, atau, dengan kata lain suatu
pengkajian mengenai teori tentang “ada”. Telaah ontologis akan
menjawab pertanyaan-pertanyaan :
a) apakah obyek ilmu yang akan ditelaah,
b) bagaimana wujud yang hakiki dari obyek tersebut, dan
c) bagaimana hubungan antara obyek tadi dengan daya tangkap
manusia (seperti berpikir, merasa, dan mengindera) yang
membuahkan pengetahuan.

Jadi ontology dapat diartikan sebagai studi yang membahas


sesuatu yang sungguh-sungguh ada. Secara terminologis ontologi juga
diartikan sebagai metafisika umum yaitu cabang filsafat yang mempelajari
sifat dasar dari kenyataan yang terdalam, ontology membahas asas-asas
rasional dari kenyataan
Ontologi merupakan pembahasan tentang bagaimana cara
memandang hakekat sesuatu itu, apakah dipahami sebagai sesuatu yang
tunggal dan bisa dipisah dari sesuatu yang lain atau bernuansa jamak,
terikat dengan sesuatu yang lain, sehingga harus dipahami sebagai suatu
kebulatan (holistik).
Pengertian paling umum pada ontologi adalah bagian dari bidang
filsafat yang mencoba mencari hakikat dari sesuatu. Sebuah ontologi
memberikan pengertian untuk penjelasan secara eksplisit dari konsep
terhadap representasi pengetahuan pada sebuah knowledge base.
Sebuah ontologi juga dapat diartikan sebuah struktur hirarki dari istilah
untuk menjelaskan sebuah domain yang dapat digunakan sebagai
landasan untuk sebuah knowledge base”. Dengan demikian, ontologi
merupakan suatu teori tentang makna dari suatu objek, property dari
suatu objek, serta relasi objek tersebut yang mungkin terjadi pada suatu
domain pengetahuan. Ringkasnya, pada tinjauan filsafat, ontologi adalah
studi tentang sesuatu yang ada.
Hakekat kenyataan atau realitas memang bisa didekati ontologi
dengan dua macam sudut pandang:
1. Kuantitatif, yaitu dengan mempertanyakan apakah kenyataan itu
tunggal atau jamak?
2.Kualitatif, yaitu dengan mempertanyakan apakah kenyataan (realitas)
tersebut memiliki kualitas tertentu, seperti misalnya daun yang memiliki
warna kehijauan, bunga mawar yang berbau harum.
Secara sederhana ontologi bisa dirumuskan sebagai ilmu yang
mempelajari realitas atau kenyataan konkret secara kritis.

2. Pengertian Logika
Logika adalah pola pikir logis yang digunakan sebagai alat untuk
menarik kebenaran.Pola pikir logis yang dimaksud ialah pola pikir ilmiah
yaitu suatu proses berfikir yang berpedoman pada tatacara tertentu
berdasarkan landasan teori, konsep atau fakta emperis dan dilakukan
secara sistematis dan logis.
Pola pikir ilmiah ini dikategorikan dalam pola berfikir modern dan
digunakan sebagai pedoman dalam penelitian ilmiah, artinya langkah
pokok dalam penelitian mengikuti pola pikir ilmiah ini. Langkah pokok
dalam pola berfikir ilmiah itu menurut penemunya yaitu john dewey ialah:
1). The felt need, 2). The problem, 3). The hypothesis, 4). Collection
data as evidence, 5). Concluding belief.
3. Model Logika
Ada 5 model logika, yang masing-masing model mempunyai cara
yang berbeda dalam membuktikan kebenaran. Kelima model tersebut
ialah:
1. Logika formil aristoteles, yang dikenal dengan nama “sylogisme”
2. Logika deduktif yaitu bertolak dari asumsi umum(teori) menuju
kepembuktian secara khusus (fakta emperis).
3. Logika induktif yaitu berdasarkan fenomena khusus(fakta
emperis), menuju kekesimpulan secara umum (teori yang berlaku umum)
4. Logika probabilistik yaitu pola pikir yang menghasilkan proposisi-
proposisi dalam pernyataan- pernyataan kebenaran relatif, artinya dalam
pernyataan tersebut memberi peluang atas kemungkinan benar dan
kemungkinan salah
5. Logika reflektif yaitu kombinasi logika deduktif dan induktif
dengan jalan mondar-mandir dari kutup deduksi kekutup induksi sampai
memperoleh kesimpulan yang memuaskan.
Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa Ontologi logika adalah studi
studi yang membahas sesuatu yang sungguh-sungguh ada dengan
berpikir logis (menggunakan logika) untuk menarika suatu kebenaran.

4. Obyek Ontologi
Obyek material ontologi adalah yang ada artinya segala-galanya,
yang meliputi yang ada sebagai wujud konkret maupun abstrak, indrawi
maupun tidak indrawi. Obyek formal ontologi adalah memberikan dasar
yang paling umum tiap masalah yang menyangkut manusia, dunia, dan
Tuhan. Titik tolak dan dasar ontology adalah refleksi terhadap kenyataan
yang paling dekat yaitu manusia sendiri dan dunianya.
Ontologi membahas tentang yang ada, yang tidak terikat oleh satu
perwujudan tertentu. Ontologi membahas tentang yang ada yang
universal, menampilkan pemikiran semesta universal. Ontologi berupaya
mencari inti yang termuat dalam setiap kenyataan, atau dalam rumusan
Lorens Bagus; menjelaskan yang ada yang meliputi semua realitas dalam
semua bentuknya.
1. Objek Formal
Objek formal ontologi adalah hakikat seluruh realitas. Bagi
pendekatan kuantitatif, realitas tampil dalam kuantitas atau jumlah,
tealaahnya akan menjadi kualitatif, realitas akan tampil menjadi
aliran-aliran materialisme, idealisme, naturalisme, atau
hylomorphisme. Referensi tentang kesemuanya itu penulis kira
cukup banyak. Hanya dua yang terakhir perlu kiranya penulis lebih
jelaskan. Yang natural ontologik akan diuraikan di belakang
hylomorphisme di ketengahkan pertama oleh aristoteles dalam
bukunya De Anima. Dalam tafsiran-tafsiran para ahli selanjutnya di
fahami sebagai upaya mencari alternatif bukan dualisme, tetapi
menampilkan aspek materialisme dari mental.
2. Metode dalam Ontologi
Lorens Bagus memperkenalkan tiga tingkatan abstraksi dalam
ontologi, yaitu : abstraksi fisik, abstraksi bentuk, dan abstraksi
metaphisik. Abstraksi fisik menampilkan keseluruhan sifat khas
sesuatu objek; sedangkan abstraksi bentuk mendeskripsikan sifat
umum yang menjadi ciri semua sesuatu yang sejenis. Abstraksi
metaphisik mengetangahkan prinsip umum yang menjadi dasar dari
semua realitas. Abstraksi yang dijangkau oleh ontologi adalah
abstraksi metaphisik.

Sedangkan metode pembuktian dalam ontologi oleh Laurens


Bagus di bedakan menjadi dua, yaitu : pembuktian a priori dan
pembuktian a posteriori.
Pembuktian a priori disusun dengan meletakkan term tengah
berada lebih dahulu dari predikat; dan pada kesimpulan term tengah
menjadi sebab dari kebenaran kesimpulan.
Contoh :
Sesuatu yang bersifat lahirah itu fana (Premis umum)
Badan itu sesuatu yang lahiri (Premis khusus)
Jadi, badan itu fana (Kesimpulan)

Sedangkan pembuktian a posteriori secara ontologi, term tengah


ada sesudah realitas kesimpulan; dan term tengah menunjukkan akibat
realitas yang dinyatakan dalam kesimpulan hanya saja cara pembuktian a
posterioris disusun dengan tata silogistik sebagai berikut:
Contoh :
Gigi geligi itu rahang dinasaurus (Tt-S)
Gigi geligi itu pemakan tumbuhan (Tt-P)
Jadi, Dinausaurus itu pemakan tumbuhan (S-P)

Bandingkan tata silogistik pembuktian a priori dengan a posteriori.


Yang apriori di berangkatkan dari term tengah di hubungkan dengan
predikat dan term tengahj menjadi sebab dari kebenaran kesimpulan;
sedangkan yang a posteriori di berangkatkan dari term tengah di
hubungkan dengan subjek, term tengah menjadi akibat dari realitas dalam
kesimpulan.
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Dari Pembahasan yang telah dilakukan diperoleh kesimpulan :
a) Ontologi adalah sebagai studi yang membahas sesuatu yang sungguh-
sungguh ada.
Secara Ringkasnya, pada tinjauan filsafat, ontologi adalah studi tentang
sesuatu yang ada.
b) Pembahasan ontologi terkait dengan pembahasan mengenai
metafisika. Mengapa ontologi terkait dengan metafisika? Ontologi
membahas hakikat yang “ada”, metafisika menjawab pertanyaan apakah
hakikat kenyataan ini sebenar-benarnya? Pada suatu pembahasan,
metafisika merupakan bagian dari ontologi, tetapi pada pembahasan lain,
ontologi merupakan salah satu dimensi saja dari metafisika. Karena itu,
metafisika dan ontologi merupakan dua hal yang saling terkait. Bidang
metafisika merupakan tempat berpijak dari setiap pemikiran filsafati,
termasuk pemikiran ilmiah. Metafisika berusaha menggagas jawaban
tentang apakah alam ini.
c) Logika adalah pola pikir logis yang digunakan sebagai alat untuk
menarik kebenaran.
d) Ontologi logika adalah studi studi yang membahas sesuatu yang
sungguh-sungguh ada dengan berpikir logis (menggunakan logika) untuk
menarika suatu kebenaran.
DAFTAR PUSTAKA
Amrul. 2009. Ontologi (metafisika, asumsi, dan peluang).Diakses tanggal
18-November-
2011.http://amrull4h99.wordpress.com/2009/10/01/ontologi-metafisika-
asumsi-dan- peluang/
Rachaman, Maman.dkk. 2003. Filsafat Ilmu.Semarang : UPT UNNES
Press
Suriasumantri, Jujun S, 1998. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Popular.
Jakarta : Pustaka Sinar Harapan.

Anda mungkin juga menyukai