Bab Ii Landasan Teori
Bab Ii Landasan Teori
LANDASAN TEORI
10
11
bersifat sukarela (Voluntary) dalam arti tidak terjadi karena paksaan, dan
tidak bekerja yang sifatnya menghasilkan upah (Spillane dalam Siallagan,
2011).
2.2. Pengertian Objek Wisata
Mengemukakan pengertian obyek wisata adalah segala sesuatu yang
memilik keunikan, keindahan dan nilai yang berupa keanekaragaman
kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran
atau tujuan kunjungan wisatawan (Ridwan, 2012).
Objek wisata adalah perwujudan daripada ciptaan manusia, tata hidup,
seni budaya, serta sejarah bangsa, dan tempat atau keadaan alam yang
mempunyai daya tarik untuk dikujungi wisatawan (Fandeli dalam Asriandy,
2016).
Obyek wisata atau tempat wisata adalah sebuah tempat rekreasi atau
tempat berwisata. Obyek wisata dapat berupa obyek wisata alam seperti
gunung, danau, sungai, panatai, laut, atau berupa obyek wisata bangunan
seperti museum, benteng, situs peninggalan sejarah, dan lain-lain (Pendit
dalam any safary, 2016)
Menurut UU RI No 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan, dinyatakan
bahwa obyek dan daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang menjadi
sasaran wisata baik itu pembangunan obyek dan daya tarik wisata, yang
dilakukan dengan cara mengusahakan, mengelola dan membuat obyek-
obyek baru sebagai obyek dan daya tarik wisata.
Dalam undang-undang di atas, yang termasuk obyek dan daya tarik
wisata terdiri dari :
1. Objek dan daya tarik wisata ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, yang
berwujud keadaan alam serta flora dan fauna, seperti :
pemandangan alam, panorama indah, hutan rimba dengan
tumbuhan hutan tropis serta binatang binatang langka.
2. Objek dan daya tarik wisata hasil karya manusia yang berwujud
museum, peninggalan purbakala, peninggalan sejarah, seni budaya,
12
merasakan suatu suasana dan pengalaman yang berbeda, yang hanya akan
mereka dapatkan jika mereka berkunjung ke museum. Perubahan ini
membuat peran museum berkembang menjadi tempat preservasi, penelitian
dan komunikasi, yang tujuannya untuk menyampaikan misi edukasi
sekaligus rekreasi kepada masyarakat (Weil dalam Dian, 2011; Hooper-
Greenhill dalam Dian, 2011).
Pengatahuan
Pengetahuan berada dalam
berada terpisah pikiran,
Teori Pengetahuan
dari pelajar dibangun oleh
(realisme) pelajar
(idealism)
Gambar 2.1 Teori Pengetahuan
Sumber: Hein dalam Sulistyowati, 2011
Belajar secara
Belajar dengan
incremental
Teori Belajar membangun makna
ditambahkan
(konstruktivisme)
sedikit demi
sedikit
(behavioursme)
belajar. Orang yang belajar dianggap sebagai ‘botol kosong yang harus
diisi’, pasif dan sebagai penerima pengetahuan yang diberikan oleh
pengajar. Sementara jika kita berpikir bahwa pengetahuan dihasilkan oleh
orang yang sudah memiliki pengetahuan tersebut, dan prosesnya sebagai
aktivitas pikiran dengan kerangka sosial budaya, maka peran pengajar
adalah sebagai fasilitator (Hooper-Greenhill dalam Dian, 2011). Dalam
pandangan konstruktivis, peran edukator di museum adalah untuk
memfasilitasi cara belajar aktif lewat penanganan objek dan diskusi, yang
dihubungkan dengan pengalaman konkret. Dalam konteks edukasi di
museum, dengan didasarkan pada paradigma konstruktivis, museum atau
edukator dapat bertindak sebagai fasilitator. Walaupun demikian, pihak
museum dapat menggunakan cara didaktik sebagai aspek lain dalam
hubungannya dengan publiknya (Hooper-Greenhill dalam Dian, 2011).
Kontribusi unik yang diberikan oleh museum dalam fungsi edukasi
adalah menyediakan kesempatan bagi pengunjung untuk belajar langsung
dari obyek, menstimulasi rasa keingintahuan dan ketertarikan mereka,
mengenalkan cara belajar dengan menggunakan indera dan persepsi melalui
pengalaman hands-on, serta mendukung belajar secara independen (Beer
dalam Kukuh Pamuji 2011). Untuk memenuhi tanggung jawabnya itu,
museum harus meningkatkan perannya sebagai sumber pembelajaran yang
dapat digunakan oleh seluruh komponen masyarakat atau kelompok-
kelompok khusus yang harus dilayaninya (Edson dan Dean dalam Kukuh,
2011).
Konsep Kebijakan Edukasi di Museum, Menurut Bruninghaus dan
Knubel dalam Zahir Widadi (2010) didalam menentukan kebijakan edukasi
museum terdapat empat tujuan utama yang perlu diperhatikan yakni sebagai
berikut:
1. Edukasi dan Koleksi
Edukasi museum harus mempertimbangkan hubungan antara
edukasi dengan benda benda koleksi. Apakah koleksi museum
terdiri dari artefak atau spesimen sejarah alam, benda benda teknik
17