BAB 6
ANALISA EKONOMI
6.1 Pendahuluan
Biaya untuk menghasilkan tenaga listrik per kWh terdiri dari beberapa komponen,
yaitu biaya proyek dan biaya operasi.
Biaya Proyek
Biaya proyek diperlukan untuk mewujudkan proyek, terdiri dari biaya langsung dan
biaya tidak langsung, sebagai biaya modal yang harus dikeluarkan oleh sponsor
proyek.
c. Kontingensi
Biaya Operasi
Biaya operasi diperlukan untuk kegiatan operasi pembangkit, yang terdiri dari biaya
tetap dan biaya variabel.
Biaya konstruksi proyek dapat diasumsikan sebagai modal proyek. Perkiraan biaya
dibuat sampai pada tingkatan tahap pembangunan dan jadwal pengiriman pada
studi kelayakan. Tanggal mulai tahap konstruksi (dalam hitungan bulan) juga
6-1
LAPORAN PRA STUDI KELAYAKAN BAB 6
PLTM BANTAENG II, SULAWESI SELATAN ANALISA EKONOMI
Biaya langsung adalah estimasi semua biaya untuk EPC dan kontingensi pembangkit
yang diasumsikan dalam program analisa finansial.
Biaya tidak langsung yang terkait dengan proyek ini meliputi tetapi tidak terbatas
pada hal-hal berikut:
c. Penasehat Keuangan
6-2
LAPORAN PRA STUDI KELAYAKAN BAB 6
PLTM BANTAENG II, SULAWESI SELATAN ANALISA EKONOMI
2. Biaya Variabel
a. Penyediaan (seperti bahan kimia dan minyak pelumas)
b. Biaya-biaya variabel meliputi komponen-komponen biaya yang
bervariasi seperti servis atas dasar jam operasi mesin, suku cadang,
minyak pelumas, dan seterusnya.
Estimasi biaya proyek terdiri dari biaya langsung dan biaya tidak langsung seperti
dapat dilihat pada Tabel - 6.1.
6-3
LAPORAN PRA STUDI KELAYAKAN BAB 6
PLTM BANTAENG II, SULAWESI SELATAN ANALISA EKONOMI
PT. BPE menyiapkan perhitungan biaya energi listrik, termasuk harga dan syarat-
syaratnya dari penjualan energi yang dihasilkan. Harga yang dinyatakan merupakan
hasil kajian biaya rekayasa yang merupakan refleksi nominal dari pembangkit..
Dengan begitu, studi kelayakan harus merefleksikan pertimbangan biaya saat ini
dan penawarannya.
Fixed O&M Charge - dimaksudkan untuk memenuhi biaya tetap operasi dan
pemeliharaan. Yang termasuk dalam komponen biaya ini adalah biaya untuk
pegawai, pendukung teknis dan pemeliharaan, suku cadang pemeliharaan ‘non-
running hour’ (semuanya disatukan dalam kontrak O&M). Pajak pertambahan Nilai
(PPN) pada kontrak O&M, biaya umum dan administrasi, serta asuransi.
6.6.1 Pendahuluan
PT. BPE akan menyiapkan suatu rencana finansial yang fleksibel, yang benar-benar
bisa dilaksanakan dengan lancar. Saat ini, kondisi pasar uang untuk mendanai
proyek di Indonesia kurang menggembirakan. Walau begitu, diyakini bahwa kondisi
ekonomi di Indonesia tidak sampai menghambat pelaksanaan proyek dalam
mencapai termin-termin pendanaannya.
6-4
LAPORAN PRA STUDI KELAYAKAN BAB 6
PLTM BANTAENG II, SULAWESI SELATAN ANALISA EKONOMI
Dua kontrak utama yaitu kontrak EPC dan O&M akan diperlakukan oleh PT. BPE
mencakup hal-hal yang rinci, dalam kerjasama dengan pihak ketiga seperti
kontraktor O&M. Dengan demikian, waktu pelaksanaan juga disusun sesuai dengan
jadwal pelaksanaan rencana finansial.
Pelaksanaan EPC akan menggunakan kontrak tetap, lumpsum dan ’turnkey’ yang
diharapkan bisa dilaksanakan oleh suatu Kontraktor yang terpilih atas dasar lelang
terbatas atau penunjukkan langsung.
Kontraktor merupakan subyek evaluasi atas kinerja yang rendah atas peralatan
PLTMH yang ditawarkan dan penalti terhadap tanggal-tanggal utama jadwal
pekerjaan.
Kontrak O&M akan dilakukan oleh Sponsor Proyek sendiri. Sementara itu, kontrak
O&M ini akan berupa kontrak jenis ‘costs plus’ dengan biaya tetap dalam
melaksanakan pelayanan servis O & M yang dibutuhkan. Lebih lanjut, bonus atau
penalti akan diterapkan untuk menantang kontraktor O&M agar tercapai kinerja
pembangkit yang optimal.
Bagian ini menjelaskan tentang strategi PT. BPE dalam pendanaan proyek, sumber-
sumber finansial yang dibutuhkan untuk membiayai pengembangan, desain dan
kontruksi proyek. Dalam hal ini, pendanaan diasumsikan berasal dari ekuiti dan
pinjaman guna mendukung strategi yang paling realistik untuk:
1 Menjamin kapital yang dibutuhkan dalam waktu tertentu atas dasar kebutuhan.
6-5
LAPORAN PRA STUDI KELAYAKAN BAB 6
PLTM BANTAENG II, SULAWESI SELATAN ANALISA EKONOMI
Rencana pendanaan proyek ini dipakai sebagai dasar dalam perhitungan komponen
A tarif listrik.
PT. BPE akan membentuk tim yang berpengalaman untuk membentuk dan
mengelola pendanaan proyek dan juga rencana finansial guna mengakomodasi
kendala-kendala yang dihadapi.
Rencana finansial harus bisa menunjukkan manfaat bagi Sponsor Proyek, seperti di
bawah ini :
6.7.1 Kesimpulan
Secara umum, untuk menilai kelayakan dari suatu proyek, lembaga pembiayaan
proyek biasa mempertimbangkan dua hal yaitu NPV (Net Present Value) dan IRR
(Internal Rate of Return). Dalam hal ini, perhitungan dan analisis keuangan yang
dilakukan berdasarkan tariff yang ditetapkan pemerintah adalah Rp 787.2 per kWh.
Dengan demikian IRR berada pada nilai 18,40% (asumsi USD 2000/kW) atau
15,30% (asumsi USD 2500/kW) dimana angka ini berada di atas tingkat suku bunga
yang pada perhitungan ini diasumsikan sebesar 13%. Payback period adalah 5 – 6
tahun. Rencana financial dibuat atas dasar prinsip pendanaan ‘non-recourse’ yang
secara penuh menanggung seluruh biaya proyek pada saat ‘financial closing’.
6-6
LAPORAN PRA STUDI KELAYAKAN BAB 6
PLTM BANTAENG II, SULAWESI SELATAN ANALISA EKONOMI
dibangun. NPV minimal yang dapat diterima untuk mengembangkan proyek adalah
lebih besar dari 0 atau positif.
Rencana financial awal dilakukan untuk memberi jaminan terhadap resiko politik
dari lembaga penjamin investasi atau lembaga-lembaga lain terhadap komponen
pinjaman ‘non-recourse’ tersebut.
Hal ini merupakan praktek pendekatan yang terbaik guna menjamin pendanaan
pinjaman. Contoh beberapa proyek menunjukkan bahwa pencarian awal pendanaan
dari pasar uang internasional biasanya dikombinasi dengan kenyataan bahwa
kebanyakan proyek juga memasukkan jaminan terhadap resiko politik (dari
lembaga kredit ekspor atau lembaga-lembaga lain dari banyak negara) untuk
menggalang pendanaan investasi.
Adanya biaya tinggi yang biasa menyertai pinjaman lokal dan dikombinasi tingkat
bunga tinggi yang diminta oleh bank-bank lokal bisa mempengaruhi total biaya
proyek dan persyaratan pinjaman.
Pada saat ini, investasi ekuiti yang dibutuhkan untuk proyek akan disiapkan oleh
6-7
LAPORAN PRA STUDI KELAYAKAN BAB 6
PLTM BANTAENG II, SULAWESI SELATAN ANALISA EKONOMI
Proyek juga memerlukan fasilitas pinjaman dan waktu selama konstruksi. Lebih
lanjut, PT. BPE akan menyiapkan ‘letter of credit’ dan fasilitas modal kerja.
Fasilitas pinjaman dibayarkan dalam mata uang rupiah dan dollar Amerika.
Guna meminimalkan resiko fluktuasi nilai tukar mata uang, PT. BPE akan
mengupayakan tingkat suku bunga tambahan untuk fasilitas ‘hedging’ dengan
lembaga keuangan sebagai bagian dari pendanaan. Jumlah pasti dari pinjaman yang
diberi fasilitas ‘hedging’ sangat tergantung pada struktur biaya dan tinggi suku
bunga pada saat ‘financial closing’ terjadi.
Umumnya lembaga keuangan Internasional sudah biasa dengan fasilitas pinjaman
‘non-recourse’ untuk proyek Indonesia dan hal ini dilakukan melalui seleksi tender
yang kompetitif terhadap penawaran pendanaan pinjaman.
Kompetisi di antara bank-bank komersial untuk jenis pembiayan semacam ini bisa
mendapatkan syarat-syarat pinjaman dan harga yang paling menarik.
6-8
LAPORAN PRA STUDI KELAYAKAN BAB 6
PLTM BANTAENG II, SULAWESI SELATAN ANALISA EKONOMI
6-9
LAPORAN PRA STUDI KELAYAKAN BAB 6
PLTM BANTAENG II, SULAWESI SELATAN ANALISA EKONOMI
6 - 10