Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

METODE BERCERITA BAGI ANAK USIA DINI


(Bercerita Menggunakan Buku Cerita)

DOSEN PEMBIMBING : Cahaya Afriani Napitupulu, M.Psi.,Psikolog


DIBUAT OLEH :
Delfia Janessy 193020213024
Jumiarti PUSPITASARI 193020213025
Yeyen Sepia 193030213059

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PALANGKARAYA

2021
KATA PENNGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Bercerita Menggunakan Buku Cerita ini tepat
pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas ibu Cahaya
Afriani Napitupulu, M.Psi.,Psikolog pada Metode Bercerita Bagi Anak Usia Dini
Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Bercerita
Menggunakan Buku Cerita bagi para pembaca.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan sangat kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Palangkaraya, 03 september 2021


DAFTAR ISI
SAMPUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1
BAB II
BAB III
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Bekang

Perkembangan bahasa di usia dini merupakan periode penting untuk membangun mental
literasi anak. Pemahaman tentang literasi bukan sekedar mengajarkan anak bisa membaca dan
menulis, tetapi literasi dini sesungguhnya berbicara tentang membangun mental anak untuk
“melek huru” atau sadar membaca dan menulis. Mengajarkan membaca dan menulis bukanlah
perkara teknis tentang bagaimana anak bisa membaca dan menulis tetapi yang terpenting
adalah membangun kesadaran dan kesiapan mental anak untuk senang dengan dunia baca dan
tulis.
Literasi adalah kemampuan untuk memahami, menggunakan, dan merenungkan teks tertulis,
untuk mencapai tujuan seseorang, untuk mengembangkan pengetahuan dan potensi
seseorang, dan untuk berpartisipasi dalam masyarakat. Berdasarkan definisi di atas,
pemahaman konsep literasi dini adalah untuk membangun kemampuan memahami,
menggunakan, merenungkan teks, mengembangankan penegtahuan sehingga seseorang dapat
berpartisipasi dalam masyarakat.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II
ISI

A. Pengertian Bercerita Pada Anak Usia Dini


Metode bercerita adalah cara penyampaian atau penyajian materi pembelajaran secara
lisan dalam bentuk cerita. Metode bercerita dilaksanakan dalam upaya memperkenalkan,
memberikan keterangan, atau penjelasan tentang hal baru dalam rangka menyampaikan
pembelajaran yang dapat mengembangkan berbagai kompetensi dasar anak usia dini. Dhieni
N. (2008: 6.7) “Metode bercerita untuk anak-anak sepadam dengan metode ceramah untuk
orang dewasa.”
Salah satu aspek perkembangan yang sangat penting untuk distimulasi sejak dini adalah
aspek bahasa. Komponen bahasa bukan hanya berbicara saja akan tetapi menyimak,
membaca, serta menulis (Bachir, 2005). Keempat komponen bahasa tersebut harus di
stimulasi sejak dini. Untuk mengembangkan bahasa anak usia 4-6 tahun khususnya pada
aspek menyimak, berbicara serta membaca salah satu caranya adalah melalui kegiatan
bercerita (Musfiroh, 2005).
Kegiatan bercerita di PAUD menurut Permendiknas No 137 Tahun 2013, anak
diharapkan melalui memahami cerita yang dibacakan akan senang dan dapat menghargai
bacaan. Hal ini dapat dimaknai dengan seringnya melakukan kegiatan bercerita yang menarik
akan membuat anak menjadi menyenangi kegiatan bercerita dan timbul minat anak untuk
membaca. Didukung dengan kajian panel Wahyuni (2018: 9) kegiatan bercerita dengan
memanfaatkan buku cerita bergambar sebagai media pembelajaran akan meningkatkan
kemampuan berbicara anak. Proses pembelajaran yang menyenangkan dan menarik salah
satunya yaitu bercerita dengan beberapa yang dapat meningkatkan kemampuan bercerita
seperti kegiatan membebaskan anak memilih buku yang akan dibacakan, mengenali karakter
dari setiap tokoh-tokoh dalam buku cerita bergambar yang telah diperkenalkan sebelumnya
oleh guru, pelafalan kata, pembendaharaan kata anak menjadi jelas dan bertambah dengan
melakukan kegiatan tanya jawab antara guru dan anak, kemudian setelah guru bercerita dan
menyimpulkan cerita secara sederhana, anak diberi kesempatan untuk menceritakan
kembali cerita bergambar secara sederhana.
Kegiatan bercerita juga dapat meningkatkan kemampuan menyimak anak didukung
dengan kajian panel Ihtiar (2015: 7) keterampilan menyimak anak melalui metode bercerita
dengan gambar merupakan proses pembelajaran yang menarik minat anak. Kegiatan yang
dapat meningkatkan kemampuan menyimak melalui metode bercerita menggunakan
gambar yaitu memperhatikan dengan tidak ramai saat dibacakan cerita gambar, menjawab
pertanyaan terkait isi cerita gambar, menceritakan kembali isi cerita gambar, dan
mengungkapkan pendapat tentang cerita gambar.
Kegiatan bercerita untuk anak tidaklah mudah, hal ini dikarenakan konsentrasi anak
masih belum dapat terlalu lama. Selain itu tahap berpikir anak masih ke kearah konkrit
sehingga diperlukannya suatu strategi atau tahapan dalam bercerita untuk anak usia dini.
Strategi ini meliputi kecermatan dalam memilih isi cerita, media yang digunakan, intonasi
suara dan gerak tubuh. Guru yang memahami stategi atau tahapan bercerita untuk anak
akan lebih mudah dalam melaksanakan kegiatan bercerita. Selain itu pemilihan buku cerita
yang tepat untuk anak akan mempengaruhi pada minat baca anak hal ini sesuai dengan
Parrott (2017) yang menyatakan seorang pembaca yang efektif akan lebih memahami isi
suatu buku jikalau buku tersebut isinya familiar atau tidak asing bagi anak. Kegiatan bercerita
dengan menggunakan buku cerita ini berpengaruh positifuntuk memupuk kecintaan anak
terhadap buku yang nantinya akanmengembangkan minat awal untuk membaca. Menurut
Tampubolon (1991 : 50)"Baik sekali jika cerita diambil dari buku cerita anak."
1.Fungsi Bercerita
Menurut Tampubolon, 1991 : 50 "Bercerita pada anak memainkan peranan pentingbukan
saja dalam menumbuhkan minat dan kebiasaan membaca, tetapi juga
dalammengembangkan bahasa dan pikiran anak".
2.Membacakan Cerita
Hal-hal yang perlu diperhatikan saat membacakan cerita untuk anak yang lebih tua atauanak
toddler (2-4 tahun) adalah sebagai berikut (Dombro, Colker, Dodge, 1999):
1.Yakinkan bahwa semua anak merasa nyaman, juga pendidik.
2.Dorong anak menggunakan ilustrasi dalam buku untuk mengira-ngira apa yangterjadi.
3.Berikan jeda sejenak saat membaca dan memperbolehkan anak-anak untukmenebak-
nebak kalimat atau cerita selanjutnya pada halaman berikutnya.
4.Loncati episode tertentu dari cerita dalam buku yang sudah dihafal anak dari waktuke
waktu.
5.Berikan respon terhadap kode-kode verbal dan non verbal dari anak tentang gambaryang
tertera dalam buku.
6.Hubungkan isi cerita dengan kehidupan keseharian anak.
7.Jika anak terlihat responsif dan antusias, cobalah membaca buku secarakeseluruhan
sekaligus.
8.Doronglah anak untuk merefleksikan cerita dalam buku.
9.Bersiap-siaplah untuk membacakan cerita yang sama berulang-ulang dari hari kehari.
3.Tujuan Bercerita
Untuk anak usia 4-6 tahun agar anak mampu menyimak dengan sesama terhadap apa yang
disampaikan orang lain, anak bertanya, apabila tidak memahaminya. Anak dapat menjawab
pertanyaan, anak dapat menceritakan kembali dengan ekspresinya terhadap apa yang
disimaknya atau didengarnya. Dengan demikian adanya keterpaduan dengan keterampilan
bahasa yang lainnya. Menurut Tampubolon (1991:10) “Bahasa berpengaruh besar pada
perkembangan pikiran, dan media tersebut membawa pesan dalam rangka mencapai tujuan
pembelajaran.

B. Bercerita Mengunakan Buku Cerita


Bercerita mengunakan buku certa adalah kegiatan guru bercerita menggunakan buku cerita
didepan muridnya jam menyuruh murudnya menyimak cerita apa yang sedang ibu guru
bacakan
Cotohnya : https://youtu.be/yr736ZCvpJ0

1. Teknik Bercerita
Sebelum bercerita, pendidik harus memahami terlebih dahulu tentang cerita apa yang
hendak disampaikannya, tentu saja disesuaikan dengan karakteristik anak-anak usia dini.
Agar dapat bercerita dengan tepat, pendidik harus mempertimbangkan materi ceritanya.
Pemilihan cerita antara lain ditentukan oleh :
a. Pemilihan Tema dan judul yang tepat
Seorang pakar psikologi pendidikan bernama Charles Buhler mengatakan bahwa anak hidup
dalam alam khayal. Anak-anak menyukai hal-hal yang fantastis, aneh, yang membuat
imajinasinya “menari-nari”. Bagi anak-anak, hal-hal yang menarik, berbeda pada setiap
tingkat usia, misalnya; Sampai ada usia 4 tahun, anak menyukai dongeng fabel dan horor,
seperti: Si wortel, Tomat yang Hebat, Anak ayam yang Manja, kambing Gunung dan Kambing
Gibas, anak nakal tersesat di hutan rimba, cerita nenek sihir, orang jahat, raksasa yang
menyeramkan dan sebagainya. Pada usia 4-8 tahun, anak-anak menyukai dongeng jenaka,
tokoh pahlawan/hero dan kisah tentang kecerdikan, seperti; Perjalanan ke planet Biru, Robot
pintar, Anak yang rakus dan sebagainya Pada usia 8-12 tahun, anak-anak menyukai dongeng
petualangan fantastis rasional (sage), seperti: Persahabatan si Pintar dan si Pikun, Karni Juara
menyanyi dan sebagainya
b. Waktu Penyajian
Dengan mempertimbangkan daya pikir, kemampuan bahasa, rentang konsentrasi dan daya
tangkap anak, maka para ahli dongeng menyimpulkan sebagai berikut;
Sampai usia 4 tahun, waktu cerita hingga 7 menit Usia 4-8 tahun, waktu cerita hingga 10 -15
menitUsia 8-12 tahun, waktu cerita hingga 25 menitNamun tidak menutup kemungkinan
waktu bercerita menjadi lebih panjang, apabila tingkat konsentrasi dan daya tangkap anak
dirangsang oleh penampilan pencerita yang sangat baik, atraktif, komunikatif dan humoris.
c. Suasana (situasi dan kondisi)
Suasana disesuaikan dengan acara/peristiwa yang sedang atau akan berlangsung, seperti
acara kegiatan keagamaan, hari besar nasional, ulang tahun, pisah sambut anak didik,
peluncuran produk, pengenalan profesi, program sosial dan lain-lain, akan berbeda jenis dan
materi ceritanya. Pendidik dituntut untuk memperkaya diri dengan materi cerita yang
disesuaikan dengan suasana. Jadi selaras materi cerita dengan acara yang diselenggarakan,
bukan satu atau beberapa cerita untuk segala suasana.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bercerita menggunakan buku cerita sangat bermanfaat kareda dapat mengembngkan
kemampuan bahasa anak dan kemampuan menyimak nak serta masih banyak lagi
kemampuan yang dapat dikembangkan menggunakan metode bercerita

B. Saran
Makalah yang kami buat ini jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kmi sangat
membutuhkan kritik dan saran yang membangun. Kami selaku penulis makalah ini meminta
maaf jika ada kesalah kata atau kalimat dalam penulisan makalah ini.
Daftar Pustaka

Depdiknas 2010. Garis –Garis Besar Program Kegiatan Belajar PAUD. Jakarta:
Depdiknas. Dhieni, N. et.al 2008. Metode Pengembangan Bahasa. Jakarta: Universitas Terbuka.
Zuchdi,Darmiyati. 1997. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia diKelas Rendah. Bandung: UPI
Pers.
Bachir, S.B. (2005). Pengembangan Kegiatan Bercerita, Teknik, dan Prosedurnya.
Ihtiar, C. (2015). Peningkatan Keterampilan Menyimak Melalui Metode Bercerita
Yogyakarta. Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini. Edisi 9 Tahun ke-4 2015: hal. 7-9.
Musfiroh, T. (2005). Bercerita Untuk Anak Usia Dini. Jakarta: Depdiknas.
Nurbiana, D., dkk. 2008. Metode Pengembangan Bahasa. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas
Terbuka
Wahyuni, T.E. (2018). Peningkatan Kemampuan Berbicara Melalui Metode Bercerita
Dengan Menggunakan Media Buku Cerita Bergambar Pada Kelompok B di TK

Anda mungkin juga menyukai