Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM

PENERAPAN 3D ANALISYS DALAM PETA KETINGGIAN WILAYAH KOTA BATU


MATA KULIAH SISTEM INFORMASI GEOGRAFI
Dosen Pengampu: Purwanto, S.Pd, M.Si.

Disusun Oleh:

Nama :Siti Nur Farihah


NIM :190721637664
Prodi :Pendidikan Geografi

PRODI S1 PENDIDIKAN GEOGRAFI


JURUSAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
APRIL 2021

1
DAFTAR PUSTAKA
HALAMAN SAMPUL....................................................................................................................1
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................2
1. LATAR BELAKANG..............................................................................................................3
2. TUJUAN..................................................................................................................................3
3. METODE.................................................................................................................................4
3.1 Alat dan Bahan......................................................................................................................4
3.2 Langkah Kerja.......................................................................................................................4
3.3 Metode Analisis Peta............................................................................................................4
4. KAJIAN PUSTAKA...................................................................................................................4
5. HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................................................8
6. KESIMPULAN......................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA....................................................................Error! Bookmark not defined.

2
1. Latar Belakang
Kebutuhan masyarakat akan pencarian informasi spasial sekarang semakin tinggi. Zaman
yang serba menggunakan teknogi ini, juga mendukung kemajuan visualisasi peta supaya dapat
dibaca, diakses, dan dipahami oleh masyarakat. Maka, dalam menyajikan sebuah peta diperlukan
beberapa langkah untuk menghasilkan peta yang sesuai dengan medan asli namun juga menarik
untuk dibaca. Secara umum, peta dapat dikategorikan menjadi peta umum dan peta tematik
(ESRI,2018). Peta umum merupakan peta yang masih menyajikan informasi spasial sesuai
dengan aslinya. Peta umum masih hanya menyajikan kenampakan di permukaan bumi secara
umum dan belum memuat informasi khusus. Sementara peta tematik merupakan peta yang sudah
menyajikan informasi khusus. Contohnya adalah peta ketinggian spasial
Seiring perkembangan ilmu dan teknologi, pada dasarnya sistem ini memungkinkan
untuk dibangun dengan memanfaatkan fasilitas network analysis dalam Sistem Informasi
Geografis (SIG). Tidak hanya dua dimensi (2D) saja, saat ini fasilitas network analysis dalam
ruang tiga dimensi (3D) atau yang sering disebut sebagai 3D network analysis pada dasarnya
sudah banyak disediakan oleh software-software SIG. Telah banyak penelitian yang membahas
penerapan network analysis untuk mencari rute (route) tercepat (fastest) / terpendek (shortest),
fasilitas terdekat (closest facilities) maupun area palayanan (service areas). Tidak hanya dalam
outdoor space, aplikasi mengenai penentuan rute tercepat, navigasi maupun analisis lainnya di
dalam indoor space, menurut Tsiliakou dan Dimopoulou (2016) tengah menjadi state-of-the-art
saat ini. (Purwanto, 2018)
Dengan adanya kemampuan mengakomodasi aspek 3D dalam indoor space tersebut,
penelitian ini bertujuan untuk menerapkan 3D network analysis untuk menampilkan visualisasi
ketinggian spasial kota Batu. Dengan menerapkan 3D network analysis, diharpakan dapat
menyediakan media informasi yang menarik yang dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran
maupun konsumsi publik. Dengan mengetahui ketinggian wilayah, akan memudahkan pembaca
dalam melakukan rencana tata ruang kota serta dapat memperkirakan resiko bencanatanah
longsor di wilayah tersebut.
2. Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk:
 Melatih kreativitas dan ketelitian

3
 Dapat mengoperasikan aplikasi ArcMap
 Dapat melakukan 3D Analysis
 Dapat memperluas pengetahuan dan melatih keterampilana
3. Metode
3.1 Alat dan Bahan
a. Softwere ArcMap
b. Laptop
c. Aplikasi OBS Studio untuk merekam
d. Peta wilayah administrasi kota Batu Shp
e. Data Kontur Demnas
3.2 Langkah Kerja
Berikut adalah link folder video praktikum 3D Analysis Peta Kemiringan Lereng Kota Batu:
https://drive.google.com/drive/folders/1rJzSiG15m9XI3UFUk3twWEkqx2DcH1s4?usp=sharing
3.3 Metode Analisis Peta
Metode yang digunakan dalam peta adalah analisis spasial metode kualitatif. Analisis
spasial adalah teknik ataupun proses yang melibatkan beberapa atau sejumlah fungsi perhitungan
serta evaluasi logika matematis yang dapat dilakukan pada data spasial, dalam rangka untuk
memperoleh nilai tambah, ekstraksi serta informasi baru yang beraspek spasial. Teknik yang
digunakan adalah teknik overlay (tumpang susun). Teknik ini merupakan sistem informasi
berbentuk grafis yang merupakan hasil gabungan dari berbagai peta individu. Peta individu
sendiri merupakan peta yang memiliki informasi atau database yang spesifik. Overlay pada
praktikum ini menggunakan 3 peta individu dalam format shp. Peta-peta tersebut diantaranya
adalah peta curah hujan, peta penggunaan lahan, dan peta kemiringan lereng.
4. Kajian Pustaka
A. Kemiringan Lereng
B. 3D Analysis
Fungsi 3D analysis terdiri dari beberapa sub fungsi yang berhubungan dengan presentasi
data dalam bentum 3 dimensi. Fungsi ini lebih banyak menggunakan fungsi interpolasi. Contoh
penggunaannya adalah untuk menggambarkan data spasial ketinggian, tata guna lahan, dan
jaringan jalan dalam bentuk 3 dimensi. Fungsi ini merupakan pengembangan lebih jauh dari
permodelan data vektor. Model ini menggunakan Triangulated Irregular Network atau lebih

4
umum disebut TIN. Model TIN merupakan set data yang membentuk segitiga dari data set yang
tidak saling bertampalan. Setiap segitihga terdiri dari dari garis dan titik yang salig berhubungan.
Model ini dapat mendekati kenyataan yang ada di lapangan karena ditampilkan dalam bentuk 3
dimensi. Salah satu contohnya adalah dapat membetuk Digital Terrain Model atau DTM.
(Nurpilihan Bafdal, Kharistya Amaru, Boy Macklin Pareira P/, 2011).
Dalam penyajian penampilanya, 3D biasa disajikan dalam Arcscene. Arcscene merupakan
tools yang berfungsi untuk memvisualisasikan tampilan yang perspektif , bernavigasi, dan
berinteraksi dengan data fitur 3D dan raster. (ESRI, 2018). Model medan digital (Digital Terrain
Model/DTM) adalah data digital yang menggambarkan geometri dari bentuk permukaan bumi
(atau bagiannya) yang terdiri dari himpunan titik-titik koordinat hasil sampling dari permukaan
dan dari algoritma yang mendefinisikan permukaan tersebut menggunakan himpunan koordinat
(Tempfli,1991). Variasi dari permukaan bumi, seperti relief dapat disajikan secara matematis
sebagi fungsi dari posisi. Posisi dapat didefinisikan sebagai koordinat geografi (f,I), atau
koordinat empat persegi panjang (X,Y) pada peta berproyeksi misal, UTM. Data elevasi bisa
mengacu pada datum (seperti: mean sea level). DTM juga merupakan suatu sistem, model,
metode, dan alat dalam mengumpulkan, prosessing, dan menyajikan informasi medan. Susunan
nilai-nilai digital yang mewakili distribusi spasial dari karakteristik medan, distribusi spasial
diwakili oleh nilai-nilai pada sistem koordinat horisontal X Y dan karakteristik medan
diwakilioleh ketingggian medan dalam sistem koordinat Z (Frederic J. Doyle, 1991). Sumber
data DEM adalah data evaluasi yang dapat berupa garis dan titik yang dapat diperoleh dari: foto
udara tegak stereo, citra satelit stereo, maupun data pengukuran lapangan; GPS, Thepdolith,
EDM, Total Station, Echounsounder, peta topografi, linier array image.
Interpolasi menjadi fitur yang sangat penting dalam 3D Analysis. Interpolasi adalah proses
penentuan dari nilai pendeekatan dari variabel f(P) pada titik antara P, bila f(P) merupakan
variabel yang mungkin skalar dan vektor yang dibentuk oleh harga f(P1) pada suatu titik P1
dalam ruang yang berdimensi r (Tempfli, 1977). Interpolasi relief medan (terrain) dinyatakan
dengan variabel skalar dan ruang dua dimensi. selanjutnya dapat dibentuk suatu fungsi Pi =
f(xi,yi) dengan : xi, yi = koordinat model atau terrain f = fungsi terrain. (Rochmah, 2014)
Penentuan nilai suatu besaran berdasarkan besaran lain yang sudah diketahui nilainya,
dimana letak dari besaran yang akan ditentukan tersebut di antara besaran yang sudah diketahui.
Besaran yang sudah diketahui tersebut disebut sebagai acuan, sedangkan besaran yang

5
ditentukan disebut sebagai besaran antara (intermediate value). Dalam interpolasi hubungan
antara titik-titik acuan tersebut didekati deengan mengguakan fungsi yang disebut fungsi
interpolasi. Fungsi yang banyak dipergunakan dalam interpolasi adalah fungsi polinominal.
Terdapat beberapa struktur data yang berbeda yang dapat digunakan untuk menyajikan topografi:
a. Grid atau Lattice Struktur ini menggunakan sebuah bidang segitiga teratur, segiempat, atau
bujursangkar atau bentuk siku yang teratur grid. Perbedaan resolusi grid dapat digunakan,
pemilihannya biasanya berhubungan dengan ukuran daerah penelitian dan kemampuan
fasilitas komputer. Seperti data dapat disimpan dengan berbagai cara, biasanya metode adalah
dengan koordinat Z berhubungan untuk rangkaian titik-titik sepanjang profil dengan titik awal
dan spasi grid tertentu (Moore et al., 1991).
b. TIN (Triangular Irregular Network) Model TIN merupakan suatu set data yang
membentuk segitiga dari suatu data set ang tidak saling bertampalan dengan koordinat x, y
dan nilai z yang menyajikan data elevasi. Pada setiap segitiga dalam TIN terdiri dari titik dan
garis yang saling terhubungkan sehingga membentuk segitiga. Model TIN berguna dalam
merepresentasikan ruang (spasial) dalam bentuk 3D, sehingga dapat mendekati kenyataan
dilapangan. Salah satu diantaranya adalah dalam membangun Model Permukaan Bumi Digital
(Digital Terrain Model/DTM). Model TIN disimpan dalam topologi berhubungan antara
segitiga dengan segitiga didekatnya dimana titiktitik didefinisikan pada tiap segitiga dengan
segitiga lain. Tiap bidang segitiga digabungkan dengan tiga titik segitiga yang dikenal sebagai
facet (Mark 1975).
c. Kontur Dibuat dari digitasi garis kontur disimpan dalam format seperti Digital Line Graphs
(DLGs) membuat pasangan-pasangan koordinat x,y sepanjang tiap garis kontur yang
menunjukkan elevasi khusus. Berdasarkan DEM tersebut dapat diturunkan beberapa model
medan digital, antara lain : model tiga dimensi (3D), kontur (Contours), profil, perhitungan
volume, peta efek bayangan (hill shading), lereng (slope), aspek (aspect), visibility, tampilan
3D “real time”. Masing-masing turunan DEM ini mempunyai aplikasi tertentu yang
menyangkut aspek ketinggian / elevasi, misal: visibility bermanfaat untuk aplikasi
perencanaan penempatan pemancar penguat sinyal telepon selluler. DTM (Digital Terrain
Model) atau biasa disebut model pandangan 3D/perspektif menggambarkan konfigurasi
permukaan bumi dengan pandangan perspektif atau pandangan mata burung (bird’s eye view)
dalam bentuk blok diagram 3D. Tema peta lainnya dimungkinkan juga secara 3D dengan

6
acuan DEM-nya. Pada display 3D dapat ditentukan antara lain, sudut pengamatan, titik pusat
pengamatan, skala ketinggian/ VE, titik pengamatan, arah pandangan atu rotasi.
Dari model digital yang telah dibuat, dapat dihasilkan berbagai turunan model digital
tersebut, yang dilakukan melalui surface analyst. Dengan menggunakan fungsi ini, informasi
tambahan untuk menghasilkan data baru bisa diperoleh dan pola yang ada pada surface bisa
dikenali, diantaranya:
a. Aspect: Fungsi aspect mencari arah dari penurunan yang paling tajam (steepest down-slope
direction) dari masingmasing sel ke sel-sel tetangganya. Nilai output adalah arah aspect:
‘0’° adalah tepat ke utara, ‘90’° adalah timur, dst. Beberapa aplikasi aspect \:
- Cari semua slope yang menghadap ke selatan pada sebuah landscape sebagai salah satu
kriteria untuk mencari lokasi paling baik untuk membangun sebuah rumah.
- Hitung iluminasi matahari untuk masing-masing lokasi pada lokasi penelitian untuk
menentukan keragaman hayati pada lokasi tersebut.
b. Slope: Fungsi slope menentukan slope atau laju perubahan maksimum dari setiap sel
dengan tetangganya. Fungsi ini menghasilkan theme slope grid berupa nilai slope dalam
persentasi (contoh: slope 10%) atau dalam derajat (contoh: slope 45°). Beberapa aplikasi
slope: Tunjukkan semua area datar yang cocok untuk lahan-lahan pertanian/perkebunan.
c. Hillshade: Fungsi hillshade digunakan untuk memprediksi iluminasi sebuah surface untuk
kegunaan analisa ataupun visualisasi. Untuk analisis, hillshade dapat digunakan untuk
menentukan panjangnya waktu dan intensitas matahari pada lokasi tertentu. Untuk
visualisasi, hillshade mampu menonjolkan relief dari surface. Contoh penggunaan analisis
hillshade menggunakan input.

7
5. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Slope

Slope merupakan salah satu fungsi pada fitur symbology pada arcmap. Fungsi slope
menentukan slope atau laju perubahan maksimum dari setiap sel dengan tetangganya. Dengan
kata lain, slope berfungsi untuk menunjukkan kemiringan lereng. Fungsi ini menghasilkan theme
slope grid berupa nilai slope dalam atau dalam derajat. Pada praktikum ini, bentuk yang
digunakan adalah derajat. Berikut adalah arti dari masing-masing simbol warna pada print screen
Slope Kota Batu.
Data tersebut menunjukkan 5 klasifikasi kemiringan lereng Kota Batu. Diantaranya adalah:
1. Hijau tua: menunjukkan area dengan kemiringan lereng 0° pada gambar kiri dan kanan.
2. Hijau muda menunjukkan area dengan kemiringan lereng 0-89,98° di gambar kiri, dan
0-15° pada gambar kanan
3. Kuning menunjukkan area dengan kemiringan lereng 89,98-89,99° di gambar kiri, dan
15°-25° di gambar kanan
4. Jingga menunjukkan area dengan kemiringan lereng 89,99°-90,00° di gambar kiri, dan
25°-45° di gambar kanan
5. Merah menunjukkan area dengan kemiringan lereng >90° pada gambar kiri, dan 45°-

8
>90° di gambar kanan.
Dapat diketahui dari gambar tersebut bahwa mayoritas wilayah kota Batu memiliki
kemiringan lereng yang cukup curam. Hal ini dikarenakan kota Batu dikelilingi oleh gunung
arjuno, panderman dan welirang. Nampak bahwa wilayah kota Batu memiliki kemiringan lereng
yang curam pada daerah barat dan utara. Sementara daerah selatan cenderung landai. Hal ini
terjadi karena wilayah selatan kota Batu merupakan wilayah yang terletak di kaki gunung yang
dengan proses sedimentasi yang mendominasi sehingga tidak ditemui lereng yag curam.
Sementara topografi wilayah kota Batu utara dan barat bergelombang dan berbuki. Sehingga
pemukiman banyak terdapat di wilayah selatan dan semakin berkurang kearah utara dan barat.
B. Aspect

Raster Sama dengan slope, aspect juga merupakan analisis raster yang diatur dalam
symbology. Fungsi aspect adalah untuk mencari arah dari penurunan yang paling tajam (steepest
down-slope direction) dari masingmasing sel ke sel-sel tetangganya. Aspect juga bisa
didefinisikan sebagai arah hadap suatu lereng. Nilai output adalah arah aspect 0° adalah tepat ke
utara, 90° adalah timur, 180° adalah selatan, dan 270° adalah barat. Berikut adalah arti dari

9
simbol warna dalam aspect

Berdasarkan data tersebut menggambarkan bahwa arah lereng masing-masing simbol


warna adalah sebagai berikut:
a. Warna Abu-abu menunjukkan lereng yang datar
b. Warna Merah menunjukkan lereng yang menghadap kearah utara
c. Warna Jingga menunjukkan lereng yang menghadap kearah timur laut
d. Warna kuning menunjukkan lereng yang menghadap kearah timur
e. Warna hijau muda menunjukkan lereng yang menghadap tenggara
f. Warna biru muda menunjukkan lereng yang menghadap kearah selatan
g. Warna biru toska menunjukkan lereng yang menghadap kearah barat daya
h. Warna biru tua menunjukkan lereng yang menghadap kearah barat
i. Warna merah muda keunguan menunjukkan lereng yang menghadap kearah barat
laut

Pada gambar tersebut menunjukkan arah masing-masing lahan. Mayoritas kota batu
memiliki lereng yang menghadap kearah barat daya. Yaitu bagian lereng gunung arjuno dan
dataran kaki. Kota Batu memiliki lahan datra yang minim dan cenderung berada di kota Batu
bagian selatan. Sementara pegunungan dibagian utara dan barat cenderung memiliki kemiringan
lereng yang menghadap kearah barat laut. Dari aspect ini dapat diketahui kemana potensi arah
longsoran kota Batu sehingga pemerintah dapat merencanakan bagaimana pembangunan dan tata
ruang kota yang sesuai dan tidak beresiko menimbulkan kerusakan lingkungan.
C. Profil

10
11
Profil merupakan penampang melintang dari bentuk permukaan bumi. Profil
menggambarkan penampang permukaan bumi apabila dipotong tegak lurus oleh bidang tegak.
Melalui proses profilinhg, gambaran relief permukaan bumi akan lebih jelas. Profil berfungsi
untuk memberikan informasi apakah suatu tempat itu berupa dataran tinggi, dataran rendah,
bukit, lembah, lereng curam, lereng landai, atau bentuk yang lain. Ada dua macamprofil, yaitu
profil topografi dan profil geologi. Profil topografi merupakan penampang permukaan bumi
tanpa menghiraukan bentuk lapisan batuan yang ada di bawahnya sehingga yang diperlukan
adalah bagaimana bentuk muka bumi. Sementara profil geologi merupakan penampang kulit
bumi yang menggambarkan struktur lapisan batuan. Pada pratikum ini menggunakan profil
topografi.
Grafik penampang dapat dilihat pada legenda bahwa apabila kita memotong kota Batu
secara diagonal, maka akan membentuk penampang seperti pada grafik. Secara diagonal, kota
Batu memiliki relief yang tidak rata yakni berkisar antara 450 hingga 3000mdpl. Pada puncak
gunung, ketinggian kota melebihi 2500mdpl kemudian ketinggian menurun disepanjang lereng
mencapai lembah pada ketinggian kira-kira 1000mdpl kemudian naik kembali pada lereng
gunung di ketinggian antara 2000-2500mdpl. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kota Batu
memiliki relief yang tidak rata secara diagonal.
D. Kota Batu dalam TIN

TIN (Triangular Irregular Network) Model TIN merupakan suatu set data yang

12
membentuk segitiga dari suatu data set ang tidak saling bertampalan dengan koordinat x, y dan
nilai z yang menyajikan data elevasi. Pada setiap segitiga dalam TIN terdiri dari titik dan garis
yang saling terhubungkan sehingga membentuk segitiga. Model TIN berguna dalam
merepresentasikan ruang (spasial) dalam bentuk 3D, sehingga dapat mendekati kenyataan
dilapangan. Salah satu diantaranya adalah dalam membangun Model Permukaan Bumi Digital
(Digital Terrain Model/DTM).
Model TIN disimpan dalam topologi berhubungan antara segitiga dengan segitiga
didekatnya dimana titiktitik didefinisikan pada tiap segitiga dengan segitiga lain. Tiap bidang
segitiga digabungkan dengan tiga titik segitiga yang dikenal sebagai facet. Dalam peta kota Batu
tampak bahwa topografi kota Batu bergelombang dengan ketinggian lebih bervariasi disebelah
barat dan utara dibandingkan dengan kota Batu bagian selatan. Bentuk TIN ini memiliki tekstur
gambar yang lebih kasar apabila dibandingkan dengan data raster.
E. Animasi 3D Kota Batu
Berikut adalah link animasi dalam visualisasi 3D kota Batu:
https://drive.google.com/file/d/1Gl7nqb7zW3Iu0Hvwfds8X2JotYFiqaCo/view?
usp=sharing

6. KESIMPULAN

Berdasarkan praktikum tersebut dapat diperoleh kesimpulan bahwa:


1. Visualisasi peta dalam bentuk 3D dalam set data TIN lebih mendekati penampakan
aslinya
2. Topografi wilayah batu bervariasi, lebih bergelombang ke arah utara dan barat dan
semakin landai kearah selatan.
3. Mayoritas wilayah kota Batu memiliki lereng yang curam dengan arah lereng mayoritas
ke arah barat daya
4. Visualisasi peta dalam bentuk animasi 3D lebih menarik dan mudah dipahami untuk
dijadikan sebagai media pembelajaran siswa sehingga perlu unuk dikembangkan dan
dipraktikkan oleh guru geografi.

13
DAFTAR PUSTAKA
ESRI, T. P. (2018). Modul Pembelajaran ArcGis. ESRi Indonesia.
Nurpilihan Bafdal, Kharistya Amaru, Boy Macklin Pareira P/. (2011). Buku ajar Sisrtem
Informasi Geografi. Bandung: Jurusan Teknik Manajemen Industri Pertanian FTIP
UNPAD.
Purwanto, t. H. (2018). Analisis Jaringan 3-Dimensi Untuk Penentuan Rute Evakuasi di Gedung
Bertingkat. Jurnal Nasionak Teknologi Terapan Vol.2(2), 147-164.
Rochmah, E. N. (2014). ArcGIS Mapping is easy n'fun.
http://blog.ub.ac.id/mastertommy/files/2014/07/fix_modul-arcgis.pdf.

14

Anda mungkin juga menyukai