Anda di halaman 1dari 1

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26

TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PEKERJAAN DAN PRAKTIK


TENAGA GIZI
Mengacu pada peraturan Menteri Kesehatan tersebut, pada pasal 13 dijelaskan bahwa :
Pasal 13
(1) Tenaga Gizi hanya dapat melakukan pekerjaan dan/atau praktik paling banyak di 2
(dua) tempat kerja/praktik.
(2) Permohonan SIPTGz atau SIKTGz kedua dapat dilakukan dengan menunjukkan
bahwa yang bersangkutan telah memiliki SIPTGz atau SIKTGz pertama.
Dapat disimpulkan bahwa seorang ahli gizi yang sudah memiliki SIPTGz atau SIKTGz dapat
melakukan praktik atau pekerjaan pada 2 tempat yang berbeda. Dengan syarat harus
mengajukan permohonan SIPTGz atau SIKTGz kedua untuk melakukan praktik keduanya.
Tetapi dengan tetap menjalankan peraturan Menteri Kesehatan Pasal 9 Ayat 3 yang
berbunyi:
(3) SIPTGz atau SIKTGz sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berlaku untuk 1 (satu)
tempat.
Ahli Gizi dapat melakukan praktek/pekerjaan pada 2 tempat yang berbeda tetapi tetap harus
pada satu kota yang sama. Dalam praktek Ahli gizi tentu harus memperhatikan kewenangan
yang dimiliki oleh ahli gizi, yang sudah diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan No. 16
Tahun 2013 pada Pasal 17 yang berbunyi :
Pasal 17
Tenaga Gizi dalam melaksanakan Pelayanan Gizi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan,
mempunyai kewenangan sebagai berikut:
a. Memberikan pelayanan konseling, edukasi gizi, dan dietetik;
b. Pengkajian gizi, diagnosis gizi, dan intervensi gizi meliputi perencanaan, preskripsi
diet, implementasi, konseling dan edukasi serta fortifikasi dan suplementasi zat gizi
mikro dan makro, pemantauan dan evaluasi gizi, merujuk kasus gizi, dan dokumentasi
pelayanan gizi;
c. Pendidikan, pelatihan, penelitian dan pengembangan pelayanan gizi; dan
d. Melaksanakan penyelenggaraan makanan untuk orang banyak atau kelompok orang
dalam jumlah besar.

Anda mungkin juga menyukai