Anda di halaman 1dari 12

Makalah Manajemen Pajak

Minggu Ke-6

Dosen Pengampu : Mike Yolanda,S.P M.M

Disusun Oleh :
Kelompok 4
Guspadil Rifki (20233037)
Hanifa Putri Khaira (20233038)
Hanifah Syafyan (20233039)
Hilfadillah (20233041)
Indah Permata Sari (20233042)

Program Studi Manajemen Pajak


Fakultas Ekonomi
Universitas Negeri Padang
2021
Kata pengantar

Puji syukur kami panjatakan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya kepada kita semua, sehingga makalah kami dapat terselesaikan
dengan baik dan tepat waktunya. Makalah ini dituju untuk memahami lebih detai
tentang konsep dasar perpajakan ,diharapkan para pembaca dapat memahami konsep
tersebut
Dan tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Ibuk Mike Yolanda,S.P, M.M
selaku dosen pengampu Manjemen pajak yang telah membimbing kami. Kami juga
mengucapkan terimakasih kepada teman-teman yang telah membantu kami dalam
pembuatan makalah ini
Dalam makalah ini di jelaskan tentang konsep terori dasar-dasar perpajakan.
Makala ini juga ditujukan untuk memenuhi tugas kelompok. Kami hanya manusia biasa
tempat dimana ada kesalahan, maka kami mohon maaf apabila ada kesalahan ataupun
kekurangan dalam makalah yang kami buat ini. Semeoga makalah yang kami buat ini
dapat bermanfaat untuk pengentahuan kita semua. Untuk tercapainya kesempurnaan
makalah ini , kami mohon kritik dan saran dari teman-teman yang membacanya.

Padang,24 september 2021

Penyusun
Daftar Isi
Kata pengantar...................................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................................................4
1.1 latar belakang..............................................................................................................................4
1.2 rumusan masalah........................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN..............................................................................................................................5
1. Pengertian Rekonsiliasi Objek PPh 21..................................................................................................5
2. Taxability deductibility objek PPH 21...................................................................................................6
3. Terapan tax planning terkait PPH pasal 21..........................................................................................6
4. Alur perencanaan pajak PPH 21...........................................................................................................7
BAB III PENUTUP....................................................................................................................................8
1. Kesimpulan......................................................................................................................................8
2. Saran................................................................................................................................................8
Daftar pustaka........................................................................................................................................9
BAB I
PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang
Pajak merupakan kontribusi wajib kepada negara yang terhutang oleh
orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang,
dengan tidak mendapat imbalan secara langsung dan digunakan untuk
keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat (Undang-undang
Perpajakan No. 28 Tahun 2007). Ada empat fungsi pajak yang dipungut oleh
negara yaitu lebih populer dengan istilah the four R, berdasarkan bukunya
Purwono (2011) yang berjudul Dasar-dasar Perpajakan & Akuntansi Pajak.
Fungsi pertama yaitu revenue atau lebih dikenal dengan istilah fungsi
budgetair (anggaran) adalah fungsi utama dari pemungutan pajak. Kedua,
redistribusion (pemerataan) yaitu fungsi pemerataan pendapatan agar tidak
terjadi kesenjangan sosial. Ketiga, repricing (pengaturan harga) atau fungsi 2 2
regulerent (fungsi mengatur) yang lebih sering digunakan dalam literatur
perpajakan. Keempat, representation (legalitas pemerintahan).
Tax planning yaitu proses mengorganisasi usaha wajib pajak atau kelompok
wajib pajak sedemikian rupa sehingga hutang pajaknya baik pajak penghasilan
maupun pajak-pajak lainnya berada dalam posisi yang minimal, sepanjang hal
ini dimungkinkan oleh ketentuan peraturan perundanganundangan yang
berlaku (Mangoting, 1999).
Perencanaan pajak merupakan langkah awal dalam manajemen pajak.
Manajemen pajak merupakan sarana untuk memenuhi kewajiban perpajakan
dengan benar tetapi jumlah pajak yang dibayar dapat ditekan serendah
mungkin untuk memperoleh laba dan likuiditas yang diharapkan
(Lumbantoruan, 1994: 354). Tujuan manajemen pajak dapat dibagi menjadi
dua yaitu: menerapkan peraturan perpajakan secara benar dan usaha efisiensi
untuk mencapai laba dan likuiditas yang seharusnya.
Pada tahap perencanaan pajak (tax planning) wajib pajak badan perlu
memahami dengan benar perbedaan-perbedaan pengakuan dalam
perhitungan laba menurut akuntansi keuangan dan menurut fiskal
(perpajakan). Perbedaan itu terdapat pada book tax difference, dimana jika
pajak tangguhan akuntansi lebih besar daripada pajak tangguhan fiskal maka
perusahaan akan mendapat manfaat pajak tangguhan (deferred tax benefit)
dan apabila pajak tangguhan akuntansi lebih kecil dari pajak tangguhan fiskal,
maka perusahaan harus membayar beban pajak tangguhan (deferred tax
expence). Dengan begitu perusahaan harus meminimalisasikan pajak
tangguhan fiskal, agar perusahaan memperoleh cadangan kas yang digunakan
untuk meningkatkan laba perusahaan.
1.2Rumusan Masalah
1. rekonsiliasi objek PPh 21
2. taxability deductibility objek PPh 21
3. terapan tax planning terkait PPh 21
4. alur perencanaan pajak PPh 21
5. strategi perencanaan pajak untuk mengefesienkan beban pajak
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Rekonsiliasi Objek PPh 21


Rekonsiliasi adalah suatu mekanisme penyesuaian pelaporan keuangan
wajibpajak yang pelaporannya berdasarkan ketentuan komersial, disesuaikan
dengan ketentuanperpajakan. Hal ini dilakukan agar laba dalam laporan keuangan
wajib pajak yangmenjadi dasar perhitungan pengenaan pajaknya sesuai dengan
ketentuan perpajakan.Fokus rekonsiliasi adalah pada laporan laba rugi
perusahaan. Rekonsiliasi objek pphPasal 21 adalah rekonsiliasi yang difokuskan
pada objek PPh Pasal 21 yang olehperusahaan dapat dijadikan sebagai biaya
perusahaan.
Berikut adalah biaya-biaya yang boleh dijadikan pengurang penghasilan
brutoperusahaan (detail tedapat pada PPh Pasal 21 ayat 6 (1) :
- Biaya yang berhubungan secara langsung atau tidak langsung dengan
kegiatanusaha.
- Biaya pembelian bahan.
- Biaya berkenaan dengan pekerjaan atau jasa (termasuk gaji, honorarium,bonus,
gratifikasi, dan tunjangan yang diberikan dalam bentuk uang).
- Biaya bunga, sewa, dan royalty.
- Biaya perjalanan.
- Biaya pengelolaan limbah.
- Premi asuransi.
- Biaya administrasi.
- Pajak, kecuali pajak penghasilan.
- Penyusutan dan amortisasi.
- Iuran kepada dana pensiun (sah menurut Menteri Keuangan).
- Kerugian karena penjualan/pengalihan harta yang dimiliki dalam perusahaan.
- Kerugian karena selisih kurs mata uang.
- Biaya penelitian dan pengembangan perusahaan yang dilakukan di Indonesia.
- Biaya beasiswa, magang dan pelatihan untuk meningkatkan SDM.
- Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih, dengan syarat.
- Sumbangan dalam rangka penanggulangan bencana nasional.
- Sumbangan dalam rangka penelitian dan pengembangan yang dilakukan
diIndonesia.
- Biaya pembangunan infrastruktur social.
- Sumbangan fasilitas pendidikan.
- Sumbangan dalam rangka pembinaan olah raga.
Pembahasan rekonsiliasi PPh 21 lebih banyak mengenai biaya berkenaan
denganpekerjaan atau jasa (termasuk gaji, honorarium, bonus, gratifikasi, dan
tunjangan yangdiberikan dalam bentuk uang). Tidak semua biaya yang
dikeluarkan oleh perusahaan bagikaryawan dapat dijadikan biaya oleh
perusahaan dalam perhitungan labanya.Pemberianfasilitas dalam bentuk
natura/kenikmatan diluar yang telah diatur dalam PPh Pasal 21,tidak dapat
dijadikan biaya oleh perusahaan.
Untuk meyakinkan bahwa atas seluruh objek pph pasal 21 telah dipotong
pajaknya,perlu dilakukan rekonsiliasi antara data laporan keuangan ,baik yang
berasal dari akun neraca maupun akun biaya.rekonsiliasi ini sangat berguna
dalam rangka pelaksanaan pengendalian dan pembuktian bahwa seluruh objek
pajak ketika diperiksa oleh petugas pajak nantinya.
Hubungan kerja antara karyawan dengan perusahaan berlaku prinsip
umum yaitu,taxability-deductibility.jika bagi karyawan merupakan taxable income
(penghasilan yang menjadi objek pph),diperusahaan menjadi deductible expense
(biaya),dan sebaliknya jika bagi karyawan merupakan non taxable
income(penghasilan yang bukan objek pph),maka di perusahaan menjadi non
deductible expense (bukan biaya).

2. Taxability deductibility objek PPH 21


• Strategi memaksimalkan pengurangan (maximizing deductions)
Prinsip taxability deducatibility adalah prinsip yang menjelaskan tentang
pos-pos yang dapat /tidak dapat dikenai pajak penghasilan (objek pajak dan
bukan objek pajak penghasilan )dan po-pos yang dapat /tidak dapat dibayarkan
(pengurang penghasilan bruto )yang mekanismenya jika pada pihak pemberi kerja
pemberian imbalan/penghasilan dapat dibiayakan.maka pada pihak karyawan
merupakan penghasilan yang dikenakan pajak.sebaliknya jika pada pihak
karyawan pemberian imbalan/penghasilan tersebut bukan meruapakan
penghasilan,maka pada pihak pemberi kerja tidak dapat dibiayakan (bukan
pengurang penghasilan bruto).
prinsip taxability deductibility merupakan prinsip dasar yang lazim dipakai
dalam perencanaan pajak ,yang pada umumnya mengubah/mengkonversikan
penghasilan yang merupakan objek pajak menjadi penghasilan yang tidak objek
pajak atau sebaliknya mengubah biaya yang tidak boleh dikurangkan menjadi
biaya yang boleh dikurangkan ,dengan konsekuensi terjadinya perubahan pajak
terutang akibat pengubahan atau konversi tersebut,apakah perubahan jumlah
pajak terutang akan menjadi lebih besar atau lebih kecil atau sama dengan jumlah
pajak terutang akibat koreksi fiscal apabila dilakukan pengubahan /konversi
tersebut ,tentunya harus dipertimbangkan mana alternative yang lebih
menguntungkan perusahaan.jika kondisi keuangan perusahaan dalam keadaan
baik dan kinerja perusahaan menghasilkan laba besar ,maka salah satu alternative
yang direkomendasikan adalah dengan mengkaji mana yang lebih
menguntungkan antara memeberikan kesejahteraan kepada karyawan dalam
bnetuk tunjangan atau dalam bentuk benefit in kind.

3. Terapan tax planning terkait PPH pasal 21


Perhitungan PPh Pasal 21 dapat dilakukan dengan 4 alternatif yaitu:
1. Alternatif 1 : PPh pasal 21 Ditanggung Pegawai
2. Alternatif 2 : PPh pasal 21 Ditanggung Pemberi Kerja
3. Alternatif 3 : PPh pasal 21 Diberikan dalam Bentuk Tunjangan Pajak
4. Alternatif 4 : PPh pasal 21 di Gross up

4. Alur perencanaan pajak PPH 21


1. Gross Method (PPh Pasal 21 ditanggung sendiri oleh karyawan).
Merupakan suatu metode pemotongan pajak dimana karyawan
menanggung sendiri jumlah pajak penghasilannya, pada umumnya dipotong
langsung dari gaji karyawan.Perhitungan metode ini adalah hal yang hampir
sebagian besar dilakukan perusahaankarena mungkin tidak terlalu rumit bagi
perusahaan atau mungkin memang cocok dengankeadaan perusahaan (siklus
hidup perusahaan).
2. Net Method (PPh Pasal 21 ditanggung Perusahaan)Net Method
yaitu metode yang pemotongan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21
ditanggungoleh perusahaan (pemberi kerja) dengan cara membebankan pajak
karyawan sebagaibeban pajak. Menurut Undang- Undang Pajak Nomor 17 Tahun
2000 Pasal 9 ayat 1 huruf (h)disebutkan bahwa beban pajak merupakan beban
yang tidak dapat dikurangkan dalamperhitungan Penghasilan Kena Pajak (PKP)
perusahaan (non deductible expenses). Dengandemikian maka perusahaan akan
terkena koreksi fiskal jika menggunakan metode ini
3. Gross Up Method (Tunjangan pajak yang di gross up )
YaituSuatu metode pemotongan pajak dimana perusahaan memberikan
tunjangan pajak yang jumlahnya sama besar dengan jumlah pajak yang akan
dipotong dari karyawan. Padaprinsipnya Gross Up adalah untuk mencari
tunjangan pajak yang jumlahnya sama denganpajak yang terutang. Karena
besarnya tunjangan pajak yang diberikan perusahaandimasukan sebagai
penghasilan yang dicantumkan dalam SPT PPh Pasal 21 maka atasseluruh
tunjangan pajaknya dapat dibiayakan (deductible)
4. Strategi perencanaan pajak untuk mengefisiensikan beban pajak.
Sebelum melaksanakan suatu perencanaan pajak seseorang harus
mengetahui dan memahami perbedaan antara laba akuntansi atau laba komersial
dengan penghasilan kena pajak atau laba fiskal strategi mengefisienkan beban
pajak dari berbagai dijabarkan sebagai berikut1
• Mengambil keuntungan dari berbagai pilihan bentuk badan hukum yang tepat
sesuai dengan kebutuhan dan jenis usaha
• Memilih lokasi perusahaan yang akan didirikan
• mengambil keuntungan sebesar besarnya atau semaksimalmungkin dari
berbagai pengecualian potongan, pengurangan atas Pkp yang diperbolehkan Uu
• mendirikan perusahaan dalam satu jalur usaha sehingga diatur mengenai
penggunaan tarif pajak yang Menguntungkan antar masing-masing badan usaha
• mendirikan perusahaan ada yang sebagai pusat laba dan ada sebagai pusat
biaya
BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pph pasal 21
merupakan pajak atas penghasilan berupa gaji,upah,honorarium tunjangan dan
pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan dengan
pekerjaan atau jabatan,jasa,dan kegiatan yang dilakukan oleh wajib pajak orang
pribadi dalam negeri .pemotongan pph pasal 21 adalah setiap orang pribadi atau
badan yang diwajibkan oleh UU No.7 Tahun 1983 tentang pajak penghasilan
sebagaimana telah diubah dengan UU No.17 Tahun 2000 dan terakhir UU No.36
Tahun 2008 untuk memotong pph pasal 21.

2. Saran
Dari uraian pembahasan di atas penulis masyarakat kepada pembaca
sekalian agar manfaat dari pembahasan mengenai pajak penghasilan pasal 21
dapat memberikan wawasan positif .dimana sisi positif dari uraian tersebut bisa
dijadikan sebagai bahan untuk menambah pengetahuan tentang pajak
penghasilan pasal 21 tersebut dan sisi kurang baiknya bisa dijadikan sebagai
bahan pembelajaran untuk menjadi lebih baik lagi.untuk itu ,penullis sangat
mengharapkan saran dari pembaca.
Daftar Pustaka

https://www.academia.edu/36764912/Tax_Planning_Pajak_Penghasilan_Pasal_21_26_pptx

https://id.scribd.com/document/433112994/Taxability-Dan-Deductibility-Objek-PPh-Pasal-21

https://www.coursehero.com/file/p5m7id8/D-REKONSILIASI-OBJEK-PPH-PASAL-21-Rekonsiliasi-adalah-
suatu-mekanisme/

Anda mungkin juga menyukai