KD. 3.4. Dan 4.4 DEMOKRASI TERPIMPIN DI INDONESIA
KD. 3.4. Dan 4.4 DEMOKRASI TERPIMPIN DI INDONESIA
4
Indikator 1 : Menganalisis Kehidupan Politik Masa Demokrasi Terpimpin di Indonesia
Alasan Indonesia menggunakan Demokrasi Terpimpin karena Demokrasi ala Barat (Demokrasi Liberal)
tidak sesuai dengan kepribadian Bangsa.
Pidato Presiden Soekarno 17 Agust 1959 berjudul “ PENEMUAN KEMBALI REVOLUSI KITA” yang berisi :
❖ UUD 1945
❖ Sosialisme
❖ Demokrasi Terpimpin Manifestasi Politik USDEK / Manipol USDEK
❖ Ekonomi Terpimpin Dasar pelaksanaan Demokrasi Terpimpin
❖ Kepribadian Bangsa
Penempatan sila ke 4 Pancasila ----- Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebjaksanaan dalam
permusyarawatan / Perwakilan ( di pimpin oleh dirinya sendiri )
Tujuan Politik Luar Negeri Indonesia pada masa Demokrasi Terpimpin adalah melaksanakan
“POLITIK MERCUSUAR” dengan tujuan untuk menunjukkan kepada dunia Internasional bahwa
Indoensia adalah Negara yang besar atau mencari kemegahan ditengah-tengah pergaulan dunia.
Penerapan politik ini menyebabkan perekonomian Indonesia menjadi kacau akibat pengeluaran
yang besar untuk menandai proyek2 besar seperti pembangunan MONAS, Bundaran HI, gelora Bung
Karno dan Gedung MPR/DPR.
Sesuai dengan hasil KMB, Masalah Irian Barat akan dibicarakan setahun setelah Pengakuan
kedaulatan oleh Belanda tanggal 27 Desember 1949. Tanggal 27 Desember 1950 seharusnya Irian barat
telah dikembalikan kepada Indonesia tetapi sampai tahun 1954 Belanda tidak menanggap keinginan
Indonesia tersebut, maka Pemerintah Indonesia mengambil langkah antara lain :
❖ Konfrontasi Militer
Konfrontasi militer ini ditempuh oelh pemerintah RI setelah Belanda melakukan :
▪ Belanda mendirikan Negara “ Papua” di Irian Barat
▪ Belanda memperkuat pasukannya di Irian Barat
▪ Belanda mengirimkan kapal induk KAREL DOORMAN ke Irian Barat
2 Januari 1962 Presiden Soekarno membentuk Komando Mandala Pembebasan Irian Barat yang
bermarkas di Ujung Pandang. Tugas utama adalah merebut dan mengembalikan Irian Barat ke
wilayah NKRI.
Konfrontasi Indonesia-Malaysia adalah sebuah perang mengenai masa depan Malaya, Brunei, Sabah dan
Sarawak yang terjadi antara Federasi Malaysia dan Indonesia pada tahun 1962 hingga 1966.
Perang ini berawal dari keinginan Federasi Malaya lebih dikenali sebagai Persekutuan Tanah Melayu
pada tahun 1961 untuk menggabungkan Brunei, Sabah dan Sarawak kedalam Federasi Malaysia yang
tidak sesuai dengan Persetujuan Manila oleh karena itu keinginan tersebut ditentang oleh Presiden
Soekarno yang menganggap pembentukan Federasi Malaysia sebagai "boneka Inggris" merupakan
kolonialisme dan imperialisme dalam bentuk baru, serta dukungan terhadap berbagai gangguan
keamanan dalam negeri dan pemberontakan di Indonesia.
3 Mei 1964 Presiden Soekarno membentuk DWIKORA (Dwi Komando Rakyat), berisi :
1. Perkuat Pertahanan Revolusi Indonesia
2. Bantu perjuangan Revolusioner dari Rakyat Malaya, Singapura, Serawak, Brunei dan Sabah untuk
membubarkan Negara boneka Malaysia
SUPERSEMAR
Akhir masa Demokrasi Terpimpin, kekuasaan Soekarno semakin lemah, sehingga tanggal 11 Maret
1966 di tanda tangani SUPERSEMAR yang berisi “ Pemberian Mandat kepada Letjen Soeharto
(Panglima Kostrad) untuk memulihkan keamanan Negara.
Tokoh-tokoh Supersemar :
▪ Mayjen Basuki Rahmat
▪ Brigjen M. Yusuf
▪ Brigjen Amir Mahmud