Anda di halaman 1dari 6

Mutia Hariatul Jannah Putri Yanhas

044493812

UPBJJ-UT Jakarta

1. Dalam kepabeanan impor disebutkan adanya fasilitas bagi perusahaan yang berorientasi dan untuk
pameran. Mohon jelaskan kedua hal tersebut.

Dalam kepabeanan impor terdapat fasilitas pembebasan bea masuk yang dikenakan kepada kegiatan impor
barang sementara yang tidak ditujukan untuk komersial. Kriteria barang yang mendapat fasilitas tersebut
mengacu pada pengaturan konvensi internasional salah satunya adalah barang keperluan pameran. Untuk
mendapatkan fasilitas ini kewajiban pabeannya menggunakan prosedur PIB dengan kewajiban
menyerahkan jaminan yang perizinannya dimohonkan kepada DJBC.

Selain itu, terdapat jenis fasilitas yang berkaitan dengan kegiatan ekspor, yaitu fasilitas Kemudahan Impor
Tujuan Ekspor (KITE) dan fasilitas Tempat Penimbunan Berikat. Kedua jenis fasilitas tersebut merupakan
fasilitas yang diberikan terhadap sektor industri yang berorientasi ekspor. Fasilitas KITE diberikan dalam
bentuk pembebasan bea masuk atau pengembalian bea masuk sesuai dengan Pasal 26 Ayat (1) huruf k dan
Pasal 27 Undang-Undang Kepabeanan.

Sumber:

Buku Materi Pokok ADBI4235 Kepabeanan dan Cukai Surono Modul 1 1.22 , Modul 3 Halaman 3.4 dan
Modul 4 Halaman 4.79

2. Silakan Anda kerjakan latihan berikut:

PT. XYZ (memiliki API) mengimpor bahan baku elektrik dari Korea Selatan dengan data seperti berikut:

Jenis barang : Light-emitting diode (LED) lamps

Harga FOB : US$ 250.000

Post tariff BTKI : HS 8539.50.00 BM: 20% PPN: 10%

NOPBM : US$ 1 = Rp.14.500

Hitunglah BM dan PDRI yang harus dibayar oleh PT XYZ !

FOB : = 250.000
Freight : 10% X FOB = 25.000
Insurance : 0,5% X CFR = 1.375
CIF : = 276.375

Nilai Pabean : CIF X Kurs Rp = Rp4.007.437.500


BM : 20% X Nilai Pabean = Rp801.487.500
Nilai Impor : Nilai Pabean + BM = Rp4.808.925.000

PPN : 10% X Nilai Impor = Rp480.892.500


PPh Pasal 22 : 2,5% X Nilai Impor = Rp120.223.125
PDRI : PPN + PPh Pasal 22 = Rp601.115.625

Page 1|6
Total : BM + PDRI = Rp1.402.603.125

= Rp1.403.000.000

3. PT Bimoli Indonesia, Tbk mengekspor crude palm oil sebanyak 3.500 MT telah berada di kawasan
pabean di pelabuhan muat siap untuk diekspor. Tetapi ternyata sebanyak 340 MT setelah dilaksanakan
konsolidasi mengalami kerusakan dan harus diganti terlebih dulu. Apa dan bagaimana caranya untuk
mengganti dan memasukkan kembali ke dalam kawasan pabean? Jelaskan secara lengkap!

Apabila atas ekspor suatu barang dilakukan konsolidasi, maka dokumen pelindungnya berupa
Pemberitahuan Konsolidasi Barang Ekspor (PKBE) disertai dengan NPW-NPE yang dikonsolidasi. Barang
yang di ekspor tersebut merupakan bahan curah, maka atas pemasukan barang yang telah di ekspor dapa
menggunakan izin pemasukan barang curah.

Dalam kasus dimana barang yang dikonsolidasi mengalami kerusakan dan harus diganti, cara melakukan
penggantian dan memasukkan kembali barang tersebut ke dalam kawasan pabean adalah dengan
menggunakan dokumen Pemberitahuan Pembetulan (PP) PEB dan Surat Persetujuan Pengeluaran Barang
Ekspor (SPPBE) atau bisa juga menggunakan Pemberitahuan Pembetulan (PP) PKBE dan SPPBE.

Cara untuk mengganti dan memasukkan kembali ke dalam kawasan pabean yaitu sebelum barang masuk
ke kawasan pabean, petugas bea dan cukai yang menjaga pintu kawasan akan melakukan penelitian atas
kesamaan antara dokumen dan peti kemas. Dalam hal yang telah diperiksa di luar kawasan maka tetapa
dilakukan penelitian atas segel yang dilekatkan pada peti kemas. Apabila sudah sesuai maka barang dapat
dimasukkan ke kawasan pabean, sedangkan jika ternyata tidak sesuai maka akan diserahkan kepada unit
pengawas untuk dilakukan proses lebih lanjut.

Sumber :

BMP ADBI4235 Kepabeanan dan Cukai Modul 3 Halaman 3.14 s.d. 3.15

4. Ekspor adalah suatu kegiatan mengeluarkan barang ke luar daerah pabean Indonesia Suatu barang
dianggap telah diekspor, apabila telah dimuat ke sarana pengangkut yang akan berangkat ke luar
daerah pabean. Jelaskan secara lengkap meliputi apa saja tahapan urutan penyelesaian kewajiban
pabean atas barang ekspor?

Tahapan kewajiban yang harus dipenuhi eksportir dalam penyelesaian ekspor yaitu :

a. Registrasi Kepabeanan

Kewajiban kepabeanan tidak hanya berlaku untuk importir, tetapi kewajiban berlaku juga untuk
melakukan kegiatan ekspor. Kegiatan registrasi kepabeanan bagi eksportir berfungsi untuk
mendapatkan Nomor Identitas Kepabeanan (NIK).

b. Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB)

Setelah memiliki NIK eksportir, kegiatan ekspor sudah dapat dilakukan oleh eksportir. Hal pertama yang
harus dilakukan dalam tatalaksana kepabeanan di bidang ekspor adalah membuat draf pemberitahuan
pabean ekspor. Kegiatan penyampaian PEB wajib disampaikan oleh setiap eksportir yang melakukan
kegiatan ekspor. Pembuatan PEB dilakukan menggunakan modul aplikasi elektronik.

Data-data yang diisikan dalam PEB merupakan ikhtisar dari dokumen-dokumen sebagai berikut :

o Dokumen identitas eksportir, antara lain : SIUP/IDP, NIK, dan NPWP


o Dokumen komersial, transaksi perdagangan, berupa invoice dan packing list
o Dokumen pembayaran : diisi sesuai dengan mekanisme pembayaran yang disepakati oleh eksportir
dan pembelinya diluar negeri, antara lain : Letter of Credit, Telegraphic Transfer,Collection, dan
sebagainya.
o Dokumen Lartas ekspor berupa surat perizinan ekspor, dan sebagainya
o Surat Setoran Pabean, Cukai dan Pajak Dalam Rangka Impor (SSPCP) dalam hal barang ekspor
dikenakan bea keluar

Page 2|6
o Dokumen lain yang diperlukan sesuai karakteristik barang.

c. Penyelesaian izin Lartas/ pemenuhan lartas ekspor

Sebenarnya semua barang dapat diekspor kecuali barang-barang tertentu yang terkena aturan larangan
dan pembatasan yang mengacu pada ketentuan umum yang dikeluarkan oleh Kementrian Perdagangan
Republik Indonesia. Kriteria lartas barang ekspor dibedakan menjadi tiga kategori, yaitu :

o Barang yang bebas diekspor : Barang ekspor yang dalam proses ekspornya tidak memerlukan izin
khusus dari otoritas perdagangan
o Barang yang dibatasi ekspornya: Barang yang hanya dapat diekspor dengan persetujuan dari
otoritas perdagangan, dalam hal ini Menteri Perdagangan atau Pejabat-Pejabat yang ditunjuknya.
Bentuk ijinnya dibedakan berdasarkan atas subjek dan objeknya.
o Barang yang dilarang ekspornya: Barang yang sama sekali tidak boleh diekspor. Tujuan larangan
ekspor barang jenis ini yaitu untuk melindungi kepentingan perekonomian dalam negeri dan juga
kelestarian lingkungan hidup. Contohnya adalah ekspor anak ikan arwana, rotan asalan dari hutan
alam, benih ikan sidat, barang kuno yang memiliki nilai budaya, dll.

d. Prosedur Pelayanan PEB

Barang ekspor menurut ketentuan kepabeanan dikelompokkan dalam beberapa kategori sesuai tujuan
ekspornya. Perlakuan pelayanan untuk masing-masing kategori berbeda yang merupakan wujud dari
manajemen risiko oleh aparatur DJBC untuk mengawasi barang-barang ekspor secara efektif. Kategori
barang ekspor Bea Cukai dibagi menjadi barang yang bersifat umum, barang yang bersifat khusus,
barang yang memiliki fasilitas tertentu, dan barang yang kena BK.

e. Penyampaian PEB

PEB yang telah disusun oleh eksportir menggunakan modul aplikasi PEB disampaikan Kepada Kantor
Bea Dan Cukai menggunakan sistem pertukaran data elektronik. Dalam hal Kantor Bea Dan Cukai
belum menerapkan sistem PDE maka PEB disampaikan dengan menggunakan media data elektronik
(flashdisk) ataupun secara manual. Penyampaian PEB ditunjukkan kepada kantor bea dan cukai tempat
pemuatan sarana pengangkut. Penyampaian PEB baru dapat dillakukan apabila eksportir telah
memiliki estimasi tanggal keberangkatan sarana pengangkut ke luar daerah pabean dan dapat
disampaikan paling cepat 7 hari sebelum tanggal estimasi ekspor atau keberangkatan sarana
pengangkutnya.

f. Proses dokumen PEB

Tata cara penelitian PEB dan penatausahaannya dilaksanakan dengan memperhatikan ketersediaan
sistem aplikasi dikantor pabean tempat penyerahan PEB.PEB menggunakan sistem elektronik atau
belum. Setelah PEB dikirim secara elektronik kepada bea dan cukai, pertama kali yang dilakukan oleh
sistem adalah penelitian perizinan lartas. penelitian lartas ini dilakukan secara otomatis oleh Sistem
National Single Window. Atas PEB yang belum memenuhi perizinan akan mendapat respons
validasi dokumen PEB oleh sistem CEISA ekspor. Tahap berikutnya dari proses penelitian PEB adalah
penomoran penjaluran. Sistem penjaluran ekspor hanya mengenal 2 alternatif yaitu :

o Pemeriksaan fisik (merah) apabila kategori PEB termasuk kategori yang wajib pemeriksaan fisik,
terbatas hanya 6 kategori saja.
o Non pemeriksaan fisik, apabila kategori PEB tidak termasuk yang harus di periksa fisik.

g. Pemeriksaan fisik barang

Barang ekspor tidak diperiksa fisik namun hanya diteliti dokumennya saja. Barang ekspor akan diperiksa
fisik dalam hal-hal tertentu saja dengan mempertimbangkan tingkat risiko.

Barang ekspor yang dikenakan pemeriksaan fisik adalah barang-barang dengan kondisi tertentu
misalnya barang ekspor yang akan kembali diimpor, barang ekspor yang pada saat impor ditujukan
untuk diekspor kembali, barang ekspor yang saat impornya mendapatkan fasilitas pembebasan atau
pengembalian, barang ekspor yang dikenakan bea keluar, dll.

Page 3|6
Pemeriksaan fisik barang ekspor dapat dilakukan di beberapa alternatif tempat sesuai dengan
permintaan pihak eksportir. Tempat tersebut adalah ebagai berikut :

• Kawasan pabean dikantor pabean pemuatan, TPS,TPP, atau TPB


• Gudang eksportir sendiri
• Tempat lain yang digunakan menyimpan barang ekspor yang telah diizinkan oleh kepala kantor.

h. Pemasukan ke kawasan pabean

Dokumen pelindung pemasukkan barang ekspor kekawasan pabean adalah NPE. Untuk barang ekspor
yang telah diperiksa fisik, namun izin lartasnya berupa laporan surveyor (LS) belum terpenuhi, maka
pemasukkan ke kawasan pabean menggunakan permohonan pemasukkan sebagian peti kemas.
Apabila barang dikenakan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan yang dilakukan di kawasan pabean, maka
pemasukkan barang ekspor ke kawasan pabean menggunakan PEB dan PPB.

i. Konsolidasi barang ekspor

Penggunaan peti kemas yang sama untuk beberapa PEB (minimal 2 PEB).

j. Pembetulan PEB

PEB yang telah diberitahukan, dapat dibetulkan terkait jenis barang, jumlah barang atau nomor peti
kemas, sepanjang barang belum dimasukkan ke kawasan pabean. Pembetulan tiga hal tersebut masih
dapat diizinkan meskipun barang telah masuk kawasan pabean jika berkaitan dengan short shipment,
makanan/minuman untuk kebutuhan penumpang dipesawat, atau barang curah.

k. Pembatalan PEB

PEB yang telah diberitahukan, karena suatu hal dapat dibatalkan oleh eksportirnya. Tidak selalu
pembatalan PEB dapat diterima atau dikabulkan, apabila barang telah dimuat di sarana pengangkutan
untuk diekspor maka permohonan pembatalan ditolak.

Sumber :

BMP ADBI4235 Kepabeanan dan Cukai Modul 3 Halaman 3.5 s.d. 3.17

5. PT Sejahtera Makmur Indonesia menanam dan mengekspor biji kakao sebanyak 7.000 Metric Ton
dengan harga patokan ekspor adalah US$2,000/Metric Ton. Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan
Tahun 2017 tarif bea keluar untuk biji kakao adalah 15%. Kurs yang berlaku pada saat itu US$1 =
Rp14.500,- Hitung besarnya bea keluar yang harus dibayarkan oleh PT Sejahtera Makmur Indonesia?

Bea Keluar = tarif x harga ekspor x jumlah satuan barang x nilai tukar mata uang asing

= 15% x US$2.000 x 7.000 x Rp 14.500

= Rp 30.450.000.000

Sumber :

BMP ADBI4235 Kepabeanan dan Cukai Modul 3 Halaman 3.25

6. PT Timber Borneo Indonesia memproduksi dan mengekspor kayu gergajian papan jenis kayu Merbau
dengan lebar (board) surface four side (S4S) dengan ukuran lebar ≥10 cm, dan tebal < setengah lebar.
Luas penampangnya 2.400 m² dan panjang ≤ 2.000 m² sebanyak 5.500 m³ dengan tujuan ekspor ke
Taipeh, Taiwan. Harga patokan ekspor saat itu US$900/m³ dan kurs yang berlaku US$1 = Rp14.500,-
Hitung berapa bea keluar yang harus dibayarkan oleh PT Timber Borneo Indonesia?

Bea Keluar = tarif x harga ekspor x jumlah satuan barang x nilai tukar mata uang asing

= 5% x US$900 x 5.500 x Rp 14.500

= Rp 3.588.750.000

Page 4|6
Sumber :

BMP ADBI4235 Kepabeanan dan Cukai Modul 3 Halaman 3.25 s.d. 3.26

7. PT Trimitra Nusa Engineering mengimpor trafo beban untuk tegangan menengah PT PLN Persero dari
Australia. Freight dari Australia FOB US$25,000 dan Insurance sebesar US$2,300 ditutup di Jakarta.
NDPBM US$1 = Rp14.500,- Barang tersebut sangat vital untuk mengalirkan listrik ke ibukota Negara,
sehingga bisa mendapatkan keringanan bea masuk atau Bea Masuknya = 0%. Tetapi hingga tibanya
sarana pengangkut di Tanjung Priok, Jakarta SKEP dari DJBC untuk mendapat pembebasan bea masuk
belum diterima. Hitung besarnya total pungutan impor yang harus dibayarkan, dan bagaimana caranya
agar trafo beban tersebut tetap dapat segera dikeluarkan dari kawasan pabean dan aliran listrik dapat
segera normal kembali?

FOB : = 25.000
Freight : 10% X FOB = 2.500
Insurance : = -
CIF : = 27.500

Nilai Pabean : CIF X Kurs Rp = Rp398.750.000


BM : 10% X Nilai Pabean = Rp39.875.000
Nilai Impor : Nilai Pabean + BM = Rp438.625.000

PPN : 10% X Nilai Impor = Rp43.862.500


PPh Pasal 22 : 2,5% X Nilai Impor = Rp10.965.625
PDRI : PPN + PPh Pasal 22 = Rp54.828.125

Total : BM + PDRI = Rp94.703.125

= Rp94.703.000

Sumber :

BMP ADBI4235 Kepabeanan dan Cukai Modul 2 Halaman 2.25

8. Pemerintah Indonesia telah mengadopsi free trade agreement yang perlakuan pembebanan tarif bea
masuk yang berbeda, umumnya lebih rendah atau dihapuskan dari most favor nations yang berlaku,
sehingga digunakan tarif preferensial. Apakah persyaratan utama yang harus dilengkapi oleh para
importir untuk memperoleh tarif preferensial tersebut dan apakah tiga elemen utamanya? Jelaskan
secara lengkap!

Agar mendapatkan fasilitas tarif preferensi atas barang impor, produk impor wajib memenuhi persyaratan
yang tertera dala, satu paket ketentuan yang disebut rules of origin.Untuk membuktikan bahwa suatu
barang yang diimpor benar-benar berasal dari suatu negara, maka atas barang impor tersebut dalam skema
FTA wajib dilengkapi dengan Certificate of Origin (CoO) atau biasa disebut Surat Keterangan Asal (SKA).
SKA dikeluarkan oleh institusi resmi yang ditunjuk oleh masing-masing negara dan wajib ditandatangani
oleh pejabat berwenang di negara mitra FTA.

Persyaratan utama bagi importir yang ingin mendapatkan skema tarif prefensial adalah kewajiban
menlampirkan SKA. Bukan berarti bahwa apabila barang impor sudah dilengkapi dengaan SKA otomatis
pasti mendapatkan keringanan atau penghapusan tarif. Pejabat bea dan cukai terlebih dahulu harus meneliti
dan memerifikasi SKA sesuai dengan ketentuan pemenuhan aturan rule of origin.

Terdapat tiga elemen utama yang menjadi fokus penelitian pejabat bea dan cukai terhadap SKA ini, yaitu :

a. Pemenuhan kriteria origin (origin criteria), yaitu pemenuhan persyaratan mengenai statutas atas barang
yangakan diajukan tarif preferensinya.

Page 5|6
b. Pemenuhan kriteria pengiriman (consignment criteria), persyaratan mengenai pengiriman langsung
barang dari negara eksportir ke negara importir yang merupakan mitra FTA. Toleransi
transhipment/transit hanya diberikan dengan batasan-batasan tertentu.
c. Pemenuhan prosedur penerbitan SKA (Procedural Provision), persyaratan formal penerbitan SKA diatur
secara khusus dalam operational certification procedure (OCP). Hal-hal khusus yang diatur didalam
setiap OCP atas FTA menjadi atensi tersendiri bagi pejabat bea dan cukai yang memutuskan hak atas
tarif preferensi.

Sumber :

BMP ADBI4235 Kepabeanan dan Cukai Modul 4 Halaman 4.24 s.d. 4.25

9. Sebagai Atase Pertahanan di Kedutaan Besar Amerika di Jakarta, maka ia memperoleh fasilitas
pembebasan bea masuk untuk satu mobil pribadi yang digunakan di Indonesia, berdasarkan PP Nomor
8 Tahun 1957. Setelah bertugas di Jakarta ia akan dipindah tugaskan ke Negara Australia. Ia kemudian
berkeinginan menjual mobil pribadinya di Jakarta saja. Dapatkah hal tersebut ia lakukan atau tidak dapat
dilakukan? Apa saja syarat-syaratnya seandainya dapat melakukan penjualan mobil tersebut? Jelaskan
secara lengkap!

Penjualan mobil milik Atase Pertahanan Kedutaan Besar Amerika di Jakarta dapat dilakukan di Jakarta. Hal
ini karena atas barang milik perwakilan negara asing (PWNA) yang digunakan resmi kantor PWNA dan juga
yang digunakan untuk keperluan pribadi pejabat PWNA dengan pembatasan jumlah dan karakteristik
kendaraan yang boleh diimpor, dapat dipindahtangankan kepemilikannya kepada orang lain di Indonesia.
Syarat kendaraan dapat dipindahtangankan kepemilikan adalah berdasarkan batasan waktu tertentu yaitu
bagi kendaraaan yang dipergunakan untuk keperluan kantor minimal sudah digunakan selama 3 tahun dan
untuk keperluan pribadi minimal sudah digunakan 2 tahun.

Sumber :

BMP ADBI4235 Kepabeanan dan Cukai Modul 4 Halaman 4.59

10. Fasilitas fiskal berupa pembebasan atau keringanan bea masuk terhadap barang impor yang digunakan
untuk keperluan bahan baku, pembangunan dan pengembangan dalam rangka penanaman modal asing.
Dalam hal ini adalah diberikan untuk mesin dan bahan baku industri. Apakah syaratnya untuk barang
yang dapat diberikan fasilitas pembebasan atau keringanan bea masuk tersebut? Jelaskan lengkap!

Syarat suatu barang dapat diberikan fasilitas pembebasan atau keringanan bea masuk adalah sebagai
berikut :

a. Belum diproduksi di dalam negeri

b. Sudah diproduksi di dalam negeri namun belum memenuhi spesifikasi yang dibutuhkan

c. Sudah diproduksi di dalam negeri namun jumlahnya belum mencukupi kebutuhan industri

Sumber :

BMP ADBI4235 Kepabeanan dan Cukai Modul 4 Halaman 4.65

Page 6|6

Anda mungkin juga menyukai