Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH

KEBERATAN DAN BANDING

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah perpajakan

Tim Penyusun :
Fanny Lestari 2002020013
Rahmah Ayu Tantri 2002020020
Wulan Herlina 2002020001
Akuntansi A

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PERJUANGAN TASIKMALAYA
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, kami
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Keberatan Dan Banding"
dengan tepat waktu.

Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Perpajakan Selain itu,
makalah ini bertujuan memberikan ringkasan wawasan untuk Pemahaman tentang
materi keberatan dan banding

Kami mengucapkan terima kasih kepada ibu Larasa Pratiwi, M.Ak selaku
dosen mata kuliah perpajakan. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada
semua pihak yang telah membantu menyelesaikannya makalah ini.

Kami sangat menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab
itu, saran dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Tasikmalaya, 13 Oktober 2021

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………………………………………… i


DAFTAR ISI ……………………………………………………………………….. ii
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………………... 1
A. Latar Belakang ……………………………………………………………… 1
B. Rumusan Masalah …………………………………………………………... 1
C. Tujuan ………………………………………………………………………. 1
BAB II PEMBAHASAN …………………………………………………………… 2
A. Tata cara penyelesain keberatan…………………………………………….. 2
B. Tata cara penyelesaian banding……………………………………………... 5
C. Pembetulan, pengurangan, penghapusan atau pembatalan………...………... 8
D. Daluwarsa penagihan pajak..………………………………………………... 10
E. Pemeriksaan………………………………… ……………………………… 11
F. Penyidikan…………………………………………………………………... 14
G. Sanksi perpajakn…………………………………………………………….. 17
H. Contoh soal pemahaman…………………………………………………….. 24
BAB III PENUTUPAN …………………………………………………………….. 29
A. Kesimpulan …………………………………………………………………. 29
B. Saran ………………………………………………………………………... 29
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………. 30

ii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Indonesia adalah Negara hukum yang diatur oleh undang undang Tahun 1945
yang menjungjung tinggi hak dan kewajiban masyarakat. Karena Pajak merupakan
sumber penghasilan Negara yang bersifat memaksa kepada pribadi atau badan dengan
tidak mendapatkan imbalan secara langsung. Dapat di simpulkan bahwa pemungutan
pajak adalah untuk membiyai keperluan Negara dan untuk kemakmuran masyarakyat.
Hanya Negara yang berhak memungut pajak berupa uang bukan barang atau yang
lainnya.
Tetapi dari adanya pemungutan pajak hanya sebagian kecil saja yang peduli
terhadap pemungutan pajak sampai pada waktunya fiskus mendatangi wajib pajak untuk
menagih hak Negara tetapi wajib pajak menolak untuk membayar pajak sehingga
muncullah konflik antara wajib pajak dan fiskus. Dari masalah tersebut banyak
masyarakat yang belum mengerti dan belum memahami bagaimana cara pengajuan
banding dan keberataan pajak beserta tindak lanjut dari perkara tersebut. Oleh karena itu
dengan adanya makalah ini diharapkan dapat membantu memahami apa itu keberatan dan
banding, dan bagaimana cara kerjanya. Khusunya kepada fiskus dan umumnya untuk
seluruh masyarakat

B. RUMUSAN MASALAH
1. Mengapa terjadi pengajuan banding dan keberatan ?
2. Apa syarat pengajuan banding dan keberatan ?
3. Bagaimana proses penyelesaian banding dan keberatan ?
4. Sanksi apa yang diberikan untuk keberatan dan banding ?

C. TUJUAN MASALAH
1. Menjelaskan ketentuan dan penyelesaian banding dan keberatan
2. Menjelaskan denda atau sanksi banding dan kebereratan
3. Memberikan contoh soal untuk lebih memahami tentang banding dan keberatan

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. TATA CARA PENYELESAIAN KEBERATAN


1. PENGAJUAN KEBERATAN
Ketentuan
a. Diajukan secara tertulis dalam berbahasa Indonesia memakai format yang diisesuaikan
dan menyispksn alasan-alasan pengajuan keberatan
b. Mengemukakan jumlah pajak yang terutang disertai alasan-alasan
c. Satu keberatan diajukan hanya untuk 1 (satu) surat ketetapan pajak, untuk 1 (satu)
pemotongan pajak, atau untuk 1 (satu) pemungutan pajak;
d. Diajukan dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak tanggal Surat ketetapan pajak di
keluarkan
e. Pemungutan pajak oleh pihak ketiga,
f. Surat Keberatan ditandatangani oleh Wajib Pajak Surat Keberatan dan melampirkan surat
kuasa
g. Wajib Pajak tidak mengajukan permohonan
h. Wajib Pajak dapat melakukan revisi kembali selama jangka 3 bulan
i. Tanggal penyampaian Surat Keberatan yang telah direvisis merupakan tanggal Surat
Keberatan diterima.
j. Tidak menunda kewajiban dan pelaksanaan pembayaran pensgihan pajak
k. Wajib Pajak dapat memberikan Surat secara langsung ataupun lewat pos atau jasa
ekspedisi yang ada beserta bukti pengiriman dan e-Filing.
l. Tanggal yang tercantum dalam bukti penerimaan Surat Keberatan merupakan tanggal
Surat Keberatan diterima.

2. PENCABUTAN PENGAJUAN KEBERATAN


 mencabut pengajuan keberatan yang telah diserahkan kepada Direktur Jenderal Pajak
sebelum waktu diterima Surat Pemberitahuan Untuk Hadir oleh Wajib Pajak.
 permohonan diajukan dengan berbahasaBahasa Indonesia dengan format yang sesuai serta
menyisipkan alasan pencabutan
 Ditandatangani oleh Wajib Pajak dan dilampiri dengan surat kuasa khusus

2
 Di sampaikan ke kantor pelayanan pajak bersamaan dengan tembusan kepada Direktur
Jenderal Pajak dan Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak yang merupakan
atasan Kepala Kantor Pelayanan Pajak.
 Direktur Jenderal Pajak wajib memberikan jawaban atas permohonan pencabutan
pengajuan keberatan berupa surat persetujuan atau surat penolakan

3. PENYELESAIAN KEBERATAN
 Surat permintaan data. Informasi, dan dokumen dikirim paling lama 5 hari kepada KPP
 penganalisian berkas sengketa keberetan hasil analsis sengketa ditulis dalam bentuk
matrik maximal 5 hari setelah dokumen di terima
 meminjam buku, catatan, data, dan informasi dalam bentuk hardcopy atau softcopy
kepada Wajib sesuai materi yang disengketakan apabila sampai dengan jangka waktu
berakhir yaitu 15 hari dan setelah selesai pengecekan berkas tersebut diketahui Wajib
Pajak tidak meminjamkan sebagian atau seluruh buku, catatan, data, dan informasi, maka
Tim Peneliti Keberatan membuat surat permintaan peminjaman yang kedua maximal 10
hari kerja dan jika Wajib Pajak tidak menyerahkan asli bukti pemotongan atau
pemungutan pajak saat keberatan atas suatu pemotongan atau pemungutan pajak maka
akan di proses sesuai data yang ada
 Wajib Pajak untuk memberikan keterangan terkait dengan materi yang disengketakan
melalui penyampaian surat permintaan keterangan paling lama 15 (lima belas) hari kerja
atau setelah surat permintaan keterangan dikirim, jika sampai dengan batas waktu yang
di tentukan wajib pajak tidak memberikan keterangan maka peneliti akan membuat berita
acara paling lama 10 (sepuluh) hari kerja setelah batas waktu dan tetap memproses sesuai
keterangan yang ada
 meminta bukti terkait dengan materi yang disengketakan kepada pihak
 meninjau tempat Wajib Pajak, termasuk tempat lain yang diperlukan;
 melakukan pembahasan dan klarifikasi atas hal-hal yang diperlukan dengan memanggil
Wajib Pajak
 melakukan pemeriksaan untuk tujuan lain dalam rangka keberatan untuk mendapatkan
data dan/atau informasi yang objektif yang dapat dijadikan dasar dalam
mempertimbangkan keputusan keberatan.

3
 Permintaan Keterangan Materi yang Disengketakan Kepada Pihak Ketiga yang
Mempunyai Hubungan dengan Wajib Pajak
 Pembahasan dan Klarifikasi Sengketa Pajak dengan Pemeriksaan atau Pihak Lain yang
Terkait di Lingkungan Direktorat Jenderal Pajak
 Permintaan Pemeriksaan Tujuan Lain dalam Penyelesaian Keberatan
 Melakukan pembahasan keberatan
 Pembuatan kertas kerja penelitian dan laporan penelitian

Alur pembuatan kertas kerja

 rincian dokumen yang diminta oleh Pemeriksa;


rincian dokumen yang diberikan maupun yang tidak diberikan oleh Wajib Pajak kepada
Pemeriksa
 rincian dokumen yang diminta oleh Tim Peneliti Keberatan rincian dokumen yang
diberikan maupun yang tidak diberikan oleh Wajib Pajak kepada Tim Peneliti Keberatan
 dalam hal Wajib Pajak tidak memberikan dokumen, Tim Peneliti
Keberatan memberikan keterangan atas tidak diberikannya dokumen oleh Wajib Pajak;
 dalam hal sengketa keberatan Wajib Pajak hanya bersifat yuridis maka Kertas Kerja
Penelitian Alur Dokumen dapat tidak dibuat.
 Tim Peneliti Keberatan membuat Laporan Penelitian Keberatan.
 Tim Peneliti Keberatan meneliti kembali pencantuman data, meneliti kembali penulisan,
dan meneliti kembali penghitungan dalam Laporan Penelitian Keberatan sebelum
disampaikan kepada kepala unit pelaksana penelitian keberatan.
 Penyampaian surat hadir untuk wajib pajak guna memberikan penjelasan mengenai
keberatan
 Penerbitan surat pengganti dibuat oleh petugas yang ditunjuk pada unit pelaksana
penelitian keberatan
 Konfirmasi hasil atau persetujuan bias di sampaikan secara langsung dengan tanda
terima maupun menggunakan pos atau jasa ekspedisi dengan membeerikna bukti
pengiriman.

4
B. TATA CARA PENYELESAIN BANDING

Banding adalah upaya hukum yang dilakukan Wajib Pajak terhadap suatu keputusan yang
dapat diajukan Banding, berdasarkan UU perpajakan yang berlaku.Putusan Banding adalah
putusan badan peradilan pajak atas banding terhadap Surat Keputusan Keberatan yang
diajukan oleh Wajib Pajak

Persyaratan pengajuan banding

 Di tulis menggunakan Bahasa Indonesia dengan kententuan seseuai format


 Wajib pajak mengemukakan alasan alasan yang jelas dalam jangka 3 bulan semenjak
surat keputusan di terima
 Terhadap satu keptusan di ajukan satu surat banding
Pihak yang mengajukan banding
 Dapat di ajukan oleh wajib pajak , pengurus atau kuasa hukum wajib pajak
 Jika dalam permohonan banding wajib pajak meninggal dunia makan permohonan
banding dapat di lanjutkan oleh pengurus maupun kuasa hukum wajib pajak
 Jika permohonan banding melakukan penggabungan, pelebuiran pemecahan pemekaran
usaha ataau likuidasi maka permohonan banding dapat di lanjutkan oleh pihak yang
menerima pertanggung jawaban
1. Syarat Permohonan Pengajuan Banding
 Surat Banding menggubakan bahasa Indonesia kepada Pengadilan Pajak
 diajukan waktu tiga bulan sejak tanggal diterima Keputusan Direktorat Jenderal Pajak
atau 60 hari sejak tanggal
diterimanya Keputusan Direktorat Jenderal
 jangka waktu tiga bulan tidak mengikat apabila jangka waktu dimaksud tidak dapat
dipenuhi karena keadaan di luar kekuasaanPemohon Banding;
 terhadap satu Keputusan diajukan satu Surat Banding
 banding diajukan disertai alasan-alasan yang jelas, dan dicantumkan tanggal diterima
surat keputusan
 pada Surat Banding dilampirkan salinan Keputusan yang disbanding
 banding hanya dapat diajukan apabila jumlah 50 % telah di bayar dari jumlah pajak
terutang
Penyelesaian banding menggunakan 2 cara

5
2. Proses Banding Acara Biasa
a) Pemohon Banding Mengirimkan Surat Permohonan Banding (SPB) selambatnya tiga
bulan sejak menerima Surat Keputusan Keberatan
b) Sekretariat Pengadilan Pajak mengirimkan Surat Permohonan Banding selambatnya
14 (empat belas) hari sejak menerima Surat Permohonan Banding dari Pemohon
Banding kepada Pejabat Terbanding
c) Pejabat Terbanding mengirimkan Surat Uraian Banding (SUB) selambat-selambatnya
tiga bulan sejak menerima Surat Permohonan Banding
d) Sekretariat Pengadilan Pajak mengirimkan salinan Surat Uraian Banding selambatnya
14 (empat belas) hari sejak menerima Surat Permohonan Banding dari Pejabat
Terbanding kepada Pemohon Banding
e) Pemohon Banding mengirimkan Surat Bantahan (SBt) selambatnya 30 (tiga puluh)
hari sejak menerima salinan Surat Uraian Banding kepada Sekretariat Pengadilan
Pajak
f) Sekretariat Pengadilan Pajak mengirimkan Salinan Surat Banding selambatnya 14
(empat belas) hari sejak menerima Surat Permohonan Banding (SPB) dari Pemohon
Banding kepada Pejabat Terbanding
g) Ketua Pengadilan menunjuk Majelis Hakim untuk menyidangkan perkara sengketa
yang terkait
h) Majelis Hakim mulai bersidang sejak diterimanya Surat Permohonan Banding
i) Majelis Hakim memutuskan perkara dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan
j) Sekretariat Pengadilan Pajak mengirimkan salinan Putusan selambatnya 30 (tiga
puluh) hari sejak Putusan
k) Pemohon Banding dan Pejabat Terbanding melaksanakan putusan selambatnya 30
(tiga puluh) hari sejak menerima salinan Putusan.penyelesaian Banding banding acara
cepat
l) Pemohon banding mengirimkan Surat
Permohonan Banding selambatnya 3 bulan sejak menerima Surat Keputusan
Keberatan
m) Ketua Pengadilan menunjuk Majelis Hakim untuk menyidangkan perkara sengketa
terkait

6
n) jika syarat formal terpenuhi, maka Majelis Hakim melakukan Penetapan dan
meneruskan ke Proses Banding
o) jika syarat formal tidak terpenuhi, maka Majelis Hakim atau Majelis Tunggal
membuat Putusan selambatnya 30 hari;
p) Sekretariat Pengadilan Pajak mengirimkan salinan Putusan selambatnya 30 hari sejak
Putusan diucap
q) Pemohon Banding dan Pejabat Terbanding melaksanakan putusan selambatnya 30
hari sejak menerima salinan putusan

3. Putusan Banding

Pengadilan Pajak harus memberikan keputusan dalam janka waktu maximal 12 bulan sejak
tanggal surat banding, jika tidak memberikan keputusanselama jangka waktu maka
banding yang diajukan Wajib Pajak dianggap dikabulkan dan Pengadilan Pajak
menerbitkan Surat Putusan Banding sesuai dengan permohonan banding Wajib Pajak.
Putusan Banding oleh Pengadilan dapat berupa mengabulkan seluruhnya, atau sebagian,
menolak, atau menambah besarnya jumlah pajak yang masih harus dibayar.
Apabila Wajib Pajak masih merasa tidak sependapat wajib pajak dapat menempuh jalur
hukum dengan cara :mengajukan proses ke Makamah Agung dan atau Direktorat Jenderal
Pajak Diharapkan proses pencarian keadilan untuk solusi atas sengketa pajak yang
bertingkat tersebut bisa mendapatkan keadilan dalam pajak

4. Pencabutan Banding

Banding yang dihapus dari daftar sengketa dengan:

 pencabutan diajukan sebelum sidang dilaksanakan;


 putusan Majelis/Hakim Tunggal melalui pemeriksaan dalam hal surat pernyataan
pencabutan diajukan dalam sidang atas persetujuan terbanding.
 Banding yang telah dicabut melalui penetapan atau putusan, tidak dapat diajukan kembali.

7
C. PEMBETULAN PENGURANGAN PENGHAPUSAN ATAU PEMBATAN

Ruang lingkup dari pembetulan ketetapan pajak, terbatas pada kekeliruan atau kesalahan
dari:
a. Kesalahan penulisan nama, alamat, NPWP, jenis pajak, nomor surat, tahun atau masa
pajak, dan tanggal jatuh tempo
b. Kesalahan penghitungan
c. Kekeliruan dalam menentukan atau penerapan taruf, persentase , penghasilan neto,
penerapan sanksi administrasi, PTKP, perhitungan PPh tahun berjalan dan pengkreditan
pajak.
1. Ketetapan Pajak yang dapat di betulkan
a. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
b. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan
c. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar
d. Surat Ketetapan Pajak Nihil
e. Surat Tagihan Pajak
f. Surat Putusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan pajak
g. Surat Putusan Keberatan
h. Surat putusan Penghapusan atau Pengurangan Sanksi Administrasi
i. Surat Putusan Pembatalan atau Pengurangan Ketetapan Pajak yang tidak benar
2. Jangka Waktu Penyelesaian Permohonan WP
Direktur Jendral Pajak dalam jangka waktu dua belas bulan sejak tanggal permohonan di
terima, wajib memberikan keputusan. Apabila tidak memberikan keputusan dianggap di
terima oleh Direktur Jendral Pajak.
3. Penghapusan atau Pengurangan Sanksi Administrasi
1. DJP secara jabatannya atau atas permohonan Wajib Pajak dapat menghapus atau
mengurangkan sanksi administrasi berupa denda, kenaikan dan bunga
2. Permohonan penghapusan atau pengurangan sanksi administrasi memenuhi ketentuan
sebagai berikut:
a. Pengajuan secara tertulis menggunakan Bahasa Indonesia dengan alasan yang jelas dan
yakin

8
b. Disampaikan kepada DJP melalui KPP yang mengenakan sanksi tersebut
c. Tidak boleh melebihi jangka waktu tiga bulan sejak di terbitkan SKPKB atau
SKPKBT,STP kecuali WP dapat menunjuk kan bahwa waktu yang ditentukan
tersebut tidak dapat di penuhi dengan alasan di luar ke kuasaannya.
d. Tidak sedang dalam pengajuan keberatan attas ketetapan pajak dan di ajukan atas suatu
SKPKB atau SKPKBT dan suatu STP.
3. DJP harus memberikan putusan atas permohonan penghapusan atau pengurangan sanksi
administrasi paling lambat dua belas bulan sejak surat permohonan di terima. Apabila waktu
yang sudah di tentukan sudah melewati dan DJP belum memberikan keputusan maka
permohonan di anggap di terima.
4. Pembatalan atau Pengurangan Ketetapan Pajak yang Tidak Benar
 DJP karena jabatannya atau permohonan Wajib Pajak dapat membatalkan atau
mengurangkan ketetapan pajak yang tidak benar
 Permohonan pembatalan atau pengurangan ketetapan pajak tidak benar harus
memenuhi ketentuan sebagai berikut:
 Pengajuan secara tertulis dengan alasan yang jelas dan yakin dalam bahasa
Indonesia.
 Jumlah Pajak terhutang harus di sebutkan menurut perhitungan Wajib pajak
 DJP Wajib memberi keputusan atas permohonan pembatalan atau pengurangan
ketetapan pajak tidak benar paling lambat dua belas bulan sejak di terbitkan tanggal
permohonan di terima. Apabila melebihi waktu yang sudah di tetapkan dan DJP belum
memberi keputusan, maka permohonan di anggap di terima.
5. Permintaan Pemberian/Penjelasan Keterangan Tambahan
1. Untuk mengajukan permohonan, Wajib Pajak bisa meminta
keterangan/penjelasan tambahan, dan Kepala Kantor Pelayanan Pajak wajib menjawab
secara tertulis hal -hal yang termasuk dalam dasar pemotongan, pengenaan atau
pemungutan. Wajib Pajak juga harus memperhatikan jangka waktu atau tanggal
pengajuan permohonan yang sudah di jelaskan di atas.
2. Wajib Pajak dapat juga menyampaikan alasan penjelasan atau tambahan tertulis, sebelum
surat keputusan di terbitkan.

9
* Agar dapat menjadi perhatian bahwa pengajuan untuk permohonan agar tidak menunda-
nunda kewajiban untuk membayar pajak.

D. DALUWARSA PENAGIHAN PAJAK

Daluwarsa pajak adalah suatu batasan waktu yang telah di tentukan oleh UU bahwa fiskus
tidak memiliki hak lagi untuk melakukan penagihan hutang pajak terhadap wajib pajak
Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 daluwarsa Penagihan Pajak yaitu 5 tahun,
sebagaimana disebutkan:

“Hak untuk melakukan penagihan pajak, termasuk bunga, denda, kenaikan, dan biaya
penagihan pajak, daluwarsa setelah melampaui waktu 5 tahun terhitung sejak penerbitan
Surat Tagihan Pajak, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, serta Surat Ketetapan Pajak
Kurang Bayar Tambahan, dan Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan,
Putusan Banding, serta Putusan Peninjauan Kembali.”

Sebagaimana diatur dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000, Penagihan Pajak
adalah serangkaian tindakan agar penanggung pajak melunasi utang pajak dan biaya
penagihan pajak dengan memperingatkan, melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus,
memberitahukan Surat Paksa, mengusulkan pencegahan, melaksanakan penyitaan,
melaksanakan penyanderaan, menjual barang yang telah disita.

Daluwarsa penagihan pajak Menurut uu pasal 22 ayat 1 dan 2 no.16 tahun 2009

1. Hak untuk melakukan penagihan pajak, termasuk bunga, denda, kenaikan, dan biaya
penagihan pajak, daluwarsa setelah lampau waktu 10 (sepuluh) tahun terhitung sejak saat
terutangnya pajak atau berakhirnya Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak atau Tahun Pajak
yang bersangkutan.
2. daluwarsa penagihan pajak sebagimana dimaksud dalam ayat (1) tertangguh apabila :
diterbitkan surat teguran dan surat paksa, ada pengakuan utang dari WP langsung atau
tidak lamgsung, diterbitkan SKPKB(Ps.13 ayat 5) atau SKPKBT (Ps 15 Yt 4)

10
A. Utang pajak tertegun
1. diterbitkan surat Teguran dan Surat Paksa;
2. ada pengakuan utang pajak dari Wajib Pajak baik langsung maupun tidak langsung;
3. diterbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
4. dilakukan penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan.
5. Diterbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar atau Surat Ketetapan Pajak Kurang
Bayar Tambahan; atau
6. Dilakukan penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan

B. Pengakuan Utang Pajak yang meliputi:

1. Secara langsung dalam hal Wajib Pajak:


A. Menyatakan masih mempunyai Utang Pajak
B. Mengajukan permohonan angsuran atau penundaan pembayaran Utang Pajak
C. Melakukan pembayaran sebagian Utang Pajak.
2. Secara tidak langsung, dalam hal Wajib Pajak:
A. Mengajukan permohonan pembetulan atas surat ketetapan pajak atau surat tagihan pajak;
B. Mengajukan keberatan, banding, atau peninjauan kembali;
C. Mengajukan permohonan pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi;
D. Mengajukan permohonan pengurangan atau pembatalan surat ketetapan pajak atau surat
tagihan pajak yang tidak benar; dan/ atau
E. Mengajukan gugatan kepada pengadilan pajak.
F. Mengajukan permohonan pembatalan hasil pemeriksaan.

E. PEMERIKSAAN

Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data, keterangan,


atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan profesional berdasarkan suatu standar

11
pemeriksaan.Tujuan Pemeriksaan adalah untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban
perpajakan dan untuk tujuan lain.:

Pemeriksaan pajak untuk menguji kepatuhan

1. Pemeriksaan Khusus, dilakukan karena adanya indikasi ketidakpatuhan pemenuhan


kewajiban perpajakan, baik berdasarkan data konkret maupun hasil analisis risiko.
2. Pemeriksaan Rutin, merupakan pemeriksaan yang dilakukan sehubungan dengan
pemenuhan hak dan/atau pelaksanaan kewajiban perpajakan Wajib Pajak.

Pemeriksaan Tujuan Lain dilakukan dalam rangka:

 Penerbitan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan/atau pengukuhan Pengusaha Kena
Pajak (PKP) secara jabatan
 Penghapusan NPWP dan/atau pencabutan pengukuhan PKP berdasarkan permohonan
Wajib Pajak
 Penentuan saat produksi dimulai
 Penentuan Wajib Pajak berlokasi di daerah terpencil
 Penetapan besarnya biaya pada tahapan eksplorasi
 Penagihan pajak
 Keberatan

 Pengumpulan bahan guna penyusunan Norma Penghitungan Penghasilan Neto


 Penghapusan NPWP dan/atau pencabutan pengukuhan PKP secara jabatan

1. Lingkup Pemeriksaan

Pemeriksaan Kantor dilakukan dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan dan dapat
diperpanjang menjadi 6 (enam) bulan saat surat panggilan datanfg memenuhi surat
panggilan Pemeriksaan Lapangan dilakukan dalam jangka waktu paling lama 4 (empat)
bulan dan dapat diperpanjang menjadi paling lama 8 (delapan) bulan.

2. Tahap pemeriksaan

12
penyampaian Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Lapangan surat panggilan dalam rangka
pemeriksaan kantor. Pada saat pandemi seperti sekarang pemeriksaan dapat dilakukan secara
daring melalui aplikasi yang telah disediakan seperti zoom dan lain lain

Hak dan Kewajiban Wajib Pajak Dalam Rangka Pemeriksaan

Wajib Pajak berhak:

a. meminta Pemeriksa Pajak untuk :


o memperlihatkan tanda pengenal dan Surat Perintah Pemeriksaan
o memberikan Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Lapangan
o memperlihatkan surat yang berisi perubahan tim pemeriksa apabila susunan
keanggotaan mengalami perubahan
o memberikan penjelasan tentang alasan dan tujuan pemeriksaan
b. menerima Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan;
c. menghadiri pembahasan akhir hasil pemeriksaan bersama dengan pemeriksa pada waktu
yang telah ditentukan
d. mengajukan permohonan Quality Assurance Pemeriksaan dalam hal belum disepakati
dasar hukum koreksi pemeriksaan
e. mengisi kuesioner terkait pelaksanaan pemeriksaan.

Wajib Pajak berkewajiban:

a. menghadiri pemeriksaan tepat waktu;


b. memperlihatkan dokumen yang menjadi dasar penghitungan penghasilan;
c. memberikan kesempatan untuk mengakses dan/atau mengunduh data yang dikelola
secara elektronik
d. memberikan kesempatan tim pemeriksa untuk memasuki dan memeriksa ruangan yang
menjadi tempat penyimpanan dokumen serta meminjamkannya
e. memberi bantuan guna kelancaran pemeriksaan, yang dapat berupa
 memfasilitasi pengaksesan data yang di lakukan secara elektronik
 memberikan bantuan kepada tim pemeriksa untuk membuka barang bergerak atau
tidak bergerak

13
 menyediakan ruangan khusus dalam hal pemeriksaan dilakukan di tempat Wajib
Pajak
f. meminjamkan Kertas Kerja Pemeriksaan yang dibuat oleh akuntan publik
g. menyampaikan tanggapan secara tertulis atas Surat Pemberitahuan Hasil
h. memberikan keterangan lisan atau tertulis yang diperlukan.

HASIL PEMERIKSAAN
maka akan diterbitkan suatu surat ketetapan pajak, yang berisi pajak terutang menjadi
kurang bayar, lebih bayar, atau nihil.melalui penyampaian Surat Pemberitahuan Hasil
Pemeriksaan (SPHP) yang dilampiri dengan daftar temuan hasil pemeriksaan dengan
mencantumkan dasar hukum atas temuan tersebut.

Pemeriksaan dalam pengujian kepatuhan Wajib Pajak diakhiri dengan pembuatan Laporan
Hasil Pemeriksaan (LHP) dan produk hukum yang dapat berupa:

1. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB)


2. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT)
3. Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN)
4. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB)

Pemeriksaan ditutup dengan diterbitkannya LHP yang berisi usulan diterima atau
ditolaknya permohonan WP.

F. PENYIDIK

penyidikan merupakan proses kelanjutan dari hasil pemeriksaan yang mengindikasikan bukti
permulaan menurut Pasal 1 angka 31 UU Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP),
adalah serangkaian tindakan yang dilakukan oleh penyidik untuk mencari serta

14
mengumpulkan bukti yang ditujukan untuk membuat suatu tindak pidana perpajakan menjadi
terang atau jelas dan menemukan tersangka.

berdasarkan Pasal 44 ayat (1) UU KUP, penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan hanya
dapat dilakukan oleh Pejabat Pegawai Negeri Sipil (PPNS) tertentu di lingkungan DJP yang
diberi wewenang khusus sebagai penyidik tindak pidana di bidang perpajakan Dengan tujuan:

1. aktivitas penerimaan pajak dapat berjalan dengan baik dan lancar.


2. Memulihkan kerugian atas pendapatan negara.
3. Memberikan efek jera kepada pelaku Memberikan keadilan dan kepastian hukum dengan
menjunjung tinggi nilai integritas.

Pasal 44 ayat (2) UU KUP tugasnya penyidik memiliki 11 wewenang.

1. menerima, mencari, mengumpulkan, dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan


dengan tindak pidana perpajakan
2. meneliti, mencari, dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi/badan tentang
kebenaran perbuatan yang dilakukan terkait dengan tindak pidana perpajakan.
3. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi/badan terkait dengan tindak
pidana perpajakan
4. memeriksa buku, catatan, dan dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana perpajakan.
5. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan, pencatatan, dan
dokumen lain, serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut.
6. meminta bantuan tenaga ahli dalam pelaksanaan tugas penyidikan.
7. menyuruh berhenti/melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat
pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang, benda, dan/atau
dokumen yang dibawa.
8. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana perpajakan.
9. memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau
saksi.
10. menghentikan penyidikan.
11. melakukan tindakan lain untuk kelancaran penyidikan.

15
penyidik harus memberitahu dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil
penyidikannya kepada penuntut umum sesuai dengan ketentuan yang diatur UU Hukum
Acara Pidana.apabila diperlukan, penyidik dapat meminta bantuan aparat penegak hukum
Dalam melaksanakan tugasnya

penyidikan akan dihentikan jika tidak terdapat cukup bukti atau peristiwa yang disidik
bukan merupakan tindak pidana perpajakan dan dihentikan apabila peristiwa tersebut
telah daluwarsa atau tersangka telah meninggal dunia.

1. Kewenangan dalam Proses Penyidikan Pajak

Penyidik juga berwenang melakukan kolaborasi dengan Polri, Kejaksaan, serta Pusat
Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) Komisi pemberantasan korupsi
(KPK), Otoritas jasa keuangan (OJK) dan lembaga perbankan dengan tujuan untuk
memberikan keadilan dan kepastian hukum yang menjunjung tinggi nilai integritas agar
penegakan dari hukum pidana ini berjalan efektif.

2. Proses Penghentian Penyidikan

Menteri Keuangan, Jaksa Agung dapat menghentikan penyidikan tindak pidana paling
lama 6 bulan sejak tanggal surat permintaan penghentian penyidikan yang disusun oleh
Menteri Keuangan jika disetujui.

Namun, Jaksa Agung hanya bisa menghentikan penyidikan sepanjang perkara pidana itu
belum dilimpahkan ke pengadilan dan penghentian penyidikan hanya dilakukan setelah
wajib pajak melunasi utang pajak yang tidak/kurang dibayar atau yang tidak seharusnya
dikembalikan.Wajib pajak juga harus membayar sanksi administrasi berupa denda 4 kali
lipat dari jumlah pajak yang tidak/kurang dibayar, atau yang tidak seharusnya
dikembalikan.

Dan berdasarkan dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 55/PMK.03/2016, Pasal 6, 7,


permintaan penghentian penyidikan apabila Menteri Keuangan menyetujui permohonan

16
penghentian atas proses dan 8 penyidikan yang diajukan oleh Wajib Pajak.menyatakan
bahwa Menteri Keuangan dapat menyusun surat

G. SANKSI PERPAJAKAN

1. Sanksi Administratif

Denda :

No Pasal Masalah Sanksi Keterangan

1 7 (1) SPT Terlambat disampaikan :

Rp100.000 atau
a. Masa Per SPT
Rp500.000

Rp100.000 atau Rp
b. Tahunan Per SPT
1.000.000

Dari jumlah pajak


2 8 (3) Pembetulan sendiri dan belum disidik 150%
yang kurang dibayar

pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai


PKP, tetapi tidak membuat faktur pajak atau
3 14 (4) 2% Dari DPP
membuat faktur pajak, tetapi tidak tepat
waktu;

pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai


PKP yang tidak mengisi faktur pajak secara 2% Dari DPP
lengkap

PKP melaporkan faktur pajak tidak sesuai


2% Dari DPP
dengan masa penerbitan faktur pajak

17
Sanksi bunga:

Bunga. Sanksi pajak berupa bunga diberikan kepada Wajib Pajak yang melakukan
pelanggaran atau kesalahan dalam pembayaran pajak. Besaran bunga yang dikenakan
ditentukan per bulan sesuai dengan pelanggaran yang dilakukan. Pelanggaran tersebut
misalnya terlambat membayar pajak atau kurang membayar pajak.

No Pasal Masalah Sanksi Keterangan

8 (2 dan Per bulan, dari jumlah pajak yang


1. Pembetulan SPT Masa dan Tahunan 2%
2a) kurang dibayar

9 (2a dan Keterlambatan pembayaran pajak masa dan Per bulan, dari jumlah pajak
2. 2%
2b) tahunan terutang

Kekurangan pembayaran pajak dalam Per bulan, dari jumlah kurang


3. 13 (2) 2%
SKPKB dibayar, max 24 bulan

SKPKB diterbitkan setelah lewat waktu 5


Dari jumlah paak yang tidak mau
4. 13 (5) tahun karena adanya tindak pidana 48%
atau kurang dibayar.
perpajakan maupun tindak pidana lainnya

Per bulan, dari jumlah pajak


5. 14 (3) a. PPh tahun berjalan tidak/kurang bayar 2% tidak/ kurang dibayr, max 24
bulan

Per bulan, dari jumlah pajak


b. SPT kurang bayar 2% tidak/ kurang dibayr, max 24
bulan

Per bulan, dari jumlah pajak


PKP yang gagal berproduksi dan telah
14 (5) 2% tidak/ kurang dibayr, max 24
diberikan pengembalian Pajak Masukan
bulan

18
No Pasal Masalah Sanksi Keterangan

SKPKBT diterbitkan setelah lewat waktu 5


Dari jumlah pajak yang tidak
6. 15 (4) tahun karena adanya tindak pidana 48%
atau kurang dibayar
perpajakan maupun tindak pidana lainnya

SKPKB/T, SK Pembetulan, SK Keberatan,


Per bulan, atas jumlah pajak yang
7. 19 (1) Putusan Banding yang menyebabkan kurang 2%
tidak atau kurang dibayar
bayar terlambat dibayar

Per bulan, bagian dari bulan


8. 19 (2) Mengangsur atau menunda 2%
dihitung penuh 1 bulan

Atas kekurangan pembayaran


9. 19 (3) Kekurangan pajak akibat penundaan SPT 2%
pajak

Sanksi kenaikan:

Kenaikan. Sanksi pajak berupa kenaikan diberikan kepada Wajib Pajak yang melakukan
pelanggaran atau kesalahan dalam pemberian informasi yang digunakan dalam
penghitunganbesaran pembayaran pajak. Sanksi kenaikan membuat Wajib Pajak harus
membayar pajak dengan jumlah yang berlipat ganda dari aslinya. Sanksi kenaikan
menjadi sanksi yang ditakuti oleh Wajib Pajak.

No Pasal Masalah Sanksi Keterangan

Pengungkapan ketidak benaran SPT sebelum terbitnya Dari pajak yang


1. 8 (5) 50%
SKP kurang dibayar

19
No Pasal Masalah Sanksi Keterangan

Apabila: SPT tidak disampaikan sebagaimana disebut


13 dalam surat teguran, PPN/PPnBM yang tidak seharusnya
2.
(3) dikompensasikan atau tidak tarif 0%, tidak terpenuhinya
Pasal 28 dan 29

Dari PPh yang tidak/


a. PPh yang tidak atau kurang dibayar 50%
kurang dibayar

Dari PPh yang tidak/


b. tidak/kurang dipotong/ dipungut/ disetorkan 100% kurang dipotong/
dipungut

Dari PPN/ PPnBM


c. PPN/PPnBM tidak atau kurang dibayar 100% yang tidak atau
kurang dibayar

Dari jumlah
15
3. Kekurangan pajak pada SKPKBT 100% kekurangan pajak
(2)
tersebut

2. Sanksi Pidana

Sanksi bagi Wajib Pajak yang baru pertama kali melanggar ketentuan Pasal 38 UU KUB
adalah tidak menyampaikan SPT atau menyampaikan SPT tetapi isinya tidak benar atau
tidak lengkap, atau melampirkan keterangan yang isinya tidak benar sehingga dapat
menimbulkan kerugian pada pendapatan negara, tidak dikenai pidana tapi dikenai sanksi
administrasi

Hukum pidana diterapkan karena adanya tindak pelanggaran dan tindak kejahatan tindak
pelanggaran disebut dengan kealpaan, yaitu tidak sengaja, lalai, tidak hati-hati, atau kurang
mengindahkan kewajiban pajak sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan

20
negara. Sedangkan tindak kejahatan adalah tindakan dengan sengaja tidak mengindahkan
kewajiban pajak sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara.

Meski dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara, tindak pidana di bidang
perpajakan tidak dapat dituntut setelah jangka waktu 10 (sepuluh) tahun terlampaui.Jangka
waktu ini dihitung sejak saat terutangnya pajak, berakhirnya masa pajak, berakhirnya bagian
tahun pajak, atau berakhirnya tahun pajak yang bersangkutan. Penetapan jangka waktu 10
(sepuluh) tahun ini disesuaikan dengan daluarsa penyimpanan dokumen-dokumen
perpajakan yang dijadikan dasar penghitungan jumlah pajak yang terutang, yaitu selama 10
(sepuluh) tahun.

Pengecualian Denda

mengatur pihak Wajib Pajak yang dikecualikan dalam penerapan denda atau sanksi
pajak

1. Wajib Pajak (WP) orang pribadi yang telah meninggal dunia.


2. WP orang pribadi yang tidak lagi melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas.
3. WP orang pribadi yang berstatus Warga Negara Asing yang tidak lagi tinggal di
indonesisa
4. Badan usaha yang tidak lagi melakukan kegiatan usahanya di Indonesia.
5. Badan usaha asing yang tidak lagi melakukan kegiatan usaha di Indonesia namun belum
dibubarkan sesuai peraturan berlaku.
6. Bendahara yang tidak melakukan pembayaran lagi.
7. WP yang terkena bencana yang ketentuan bencananya diatur dalam Peraturan Menteri
Keuangan.
8. WP lain yang diatur berdasarkan Peraturan Menteri keuangan.

Wajib Pajak (WP) terkena musibah, kriteria yang termasuk ke dalam bencana adalah:

 Terkena kerusuhan massal.

21
 Terkena musibah kebakaran.
 Terkena musibah ledakan bom atau serangan teror.
 Mengalami perang antar suku.
 Mengalami kegagalan sistem komputer administrasi penerimaan negara atau perpajakan.

Pembayaran Denda
beberapa hal yang perlu diperhatikan Wajib Pajak yaitu:

 Nomor Ketetapan pada Surat Tagihan Pajak (STP).


 Tahun Pajak yang tertera pada STP.
 Jumlah Tagihan denda.
 sudah memiliki akun DJPOnline untuk membuat kode billing bayar pajak secara online.melalui
kantor pos, bank persepsi yang ditunjuk, ATM, atau internet banking.

cara melakukan pembayaran denda melalui DJPOnline?

1. masuk ke akun DJP Online Anda dan masuk ke laman e-billing.


2. menu Jenis Pajakdi sini Anda perlu mengetahui kode akun dan kode jenis setoran e-billing
pajak.

berikut kode akun dan jenis setoran pajak yang perlu Anda ketahui.

Jenis Pajak Kode Akun Kode Jenis Setoran Pajak

PPh 25/29 Pribadi 411125 300

PPh 25/29 Badan 411126 200

22
PPh 23 Masa 411124 100

PPN 411211 300

Masa PPN Lainnya 411219 300

3. Setelah memilih Kode Akun dan Jenis Setoran. Ubah Masa Pajak dan isi sesuai dengan
Tahun Pajak, Jumlah Setor serta Nomor Ketetapan.
4. Kemudian klik Simpan untuk mendapatkan kode e-billing dan cetak.lalu bayar sesuai
dengan sanksi administrasi

Untuk mecegah keterlambatan membayar pajak bisa melalui pengingat pajak yaitu aplikasi
reminder pajak.

23
CONTOH SOAL PEMAHAN

1. Wajib pajak tidak dapat mengajukan keberatan mengapa? Karean surat pengembalian
pendahuluan pajak atau SKPPKP
2. Bila keptusan pengandilan di rasa tidak puas maka wajib pajak dapat mengjukannya
kepada ?
Jawaban : Mahkamah Agung
3. Banding adalah upaya hukum yang dilakukan Wajib Pajak terhadap suatu keputusan yang
dapat diajukan Banding, tetapi banding bisa di cabut dengan ketentuan?
Jawaban : pencabutan diajukan sebelum sidang dilaksanakan putusan Majelis/Hakim
Tunggal melalui pemeriksaan dalam hal surat pernyataan pencabutan diajukan dalam
sidang atas persetujuan terbanding.
Banding yang telah dicabut melalui penetapan atau putusan, tidak dapat diajukan kembali.
4. Wajib pajak mengajukan keberatan hanya kepada direktur jenderal pajak atas suatu
Surat ketetapan pajak atau atas pemotongan atau pemungutan oleh pihak ketiga
berdasarkan ketentuan per-undang undangan perpajakan
5. Utang pajak tertegun apabila ?
 Diterbitkan surat teguran dan Surat Paksa;
 Ada pengakuan utang pajak dari Wajib Pajak baik langsung maupun tidak langsung;
 Diterbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
 Dilakukan penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan.
 Diterbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar atau Surat Ketetapan Pajak Kurang
Bayar Tambahan; atau
 Dilakukan penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan

Soal : Atas SPT Tahunan tahun pajak 2012 atas nama PT Sudah Mulai Ngantuk diterbitkan
SKPKB sebesar Rp 75.000.000 WP hanya setuju Rp 45.000.000 dan hendak mengajukan
keberatan.

6. Berapa yang harus dibayar PT Sudah Mulai Ngantuk sebelum mengajukan keberatan?
Jawab: Minimal membayar yg disetujui dlm pembahasan akhir (minimal Rp 45 000.000)

24
7. Jika SK Keberatan mengabulkan sebagian, menjadi Rp 65 000.000, berapa yang masih
harus dibayar PT Sudah Mulai Ngantuk berdasarkan SK Keberatan? WP membayar yg
disetujui.
Jawab: SK Keberatan = Rp 65.000.000
Sdh dibayar = Rp 45.000.000
Belum dibayar = 20 juta
Sanksi denda = 50% X 20 juta = 10 juta
Yg hrs dibayar berdsrkan SK Keberatan = 30 juta
8. WP masih belum setuju atas SK Keberatan, dan mengajukan Banding. Putusan Banding
terbit sebesar Rp 50.000.000 Berapa yg masih hrs di bayar PT Sudah Mulai Ngantuk
berdsrkan Putusan Banding?
Jawab:Putusan Banding = Rp 50.000.000 Sdh dibayar = Rp 45.000.000 Belum dibayar =
Rp 5.000.000 Sanksi denda = 100% X Rp 5.000.000 = Rp 5.000.000 juta Yg msh hrs
dibayar berdsrkan Put Banding = Rp 10.000.000
9. PT. dinamika mempunyai penghasilan kena pajk tahun 2010 sebesar Rp 150.000.000, PPH
terhutang sebesar Rp 37.500.000 dengan jumlah kredit pajak Rp 29.500.000 atas PPH
kurang bayar tesebut sebesar Rp 8.000.000 sudah dilakukan pembayaran pada tanggal 20
april 2011. Oleh KPP dilakukan pemeriksaan sederhana lapangan dan menunjukan pkp
yang sebesar Rp 200.000.000 setelah dilakukan koreksi atas biaya penyusutan aktiva tetap
dan sumbangan hitunglah : PPH tahun 2010 yang masih harus di bayar apabla SKPKB
diterbitkan tanggal 15 agustus 2010

Jawaban

Pkp setelah koreksi Rp 200.000.000


Pph terhutang + 25 % x 200 juta Rp 50.000.000
Kredit pajak Rp 29.500.000
Pph kurang bayar seharusnya Rp 20.500.000
Pph yang sudah di setor Rp 8.000.000
Pph yang kurang bayar Rp 12.500.000
Denda administrasi (4 bulan x 2% x 12.500 Rp 1.000.000
juta)

25
Jumlah taggihan dalam skpkb Rp 13.500.000

10. PT. A telah terdaftar di KPP asejak awal tahun 2010 namun belum menyampaikan SPT
tahunan PPH tahun 2010. Oleh karena itu KPP dikeluarkan surat tegoran yang meminta agar
SPT tersebut segera di sampaikan paling lambat tanggal 10 juni 2011. Kemudian PT.A
menyampaikan SPT tersebut sekaligus melunasi PPH terhutang pada tanggal 20 juli 2011.
Adapun ringkasan dari spt tahunan pph yangg di sampaikan adalah
Penghasilan kena pajak Rp 180.000.000
Pph terhutang Rp 45.000.000
Jumlah kredit pajak Rp 27.200.000
Pph kurang bayar (dilunasi tgl 20 juli Rp 17.800.000
2011)
Hitunglah jumlah PPH yang masih harus di bayar apabila siterbitkan SKPKB tahun 2010
tertanggal 20 september 2011.
Jawaban :
Pph tidak di bayarr Rp 17.800.000
Sanksi kenaikan ( 50% x 17.800.000) Rp 8.900.000

11. PT. X merupakan PKP eksportir dan telah menyampaikan SPT masa PPN bulan maret
2011 dengan perincian :
Pajak keluaran :

ekspor Nihil
Dalam negeri Rp 320.000.000
Pajak masukan Rp 250.000.000
Ppn kurang bayar Rp 70.000.000

KPP melakukan pemeriksaan setelah memperoleh data yang cukup signifikan mengenai
ekspor BKP dimana diketahui bahwa nilai dari eksppor ternyata terdapat selisih
Rp.280.000.000 yang merupaakn penjualan dalam negeri hitunglah

26
Jumlah PPN yang masih harus dibayar, apabila SKPKB ppn tersebut diterbitkan tanggal 5
september 2011
Jawab:
Pajak keluaran = 320 juta + ( 10% x 280 Rp 348.000.000
juta)
Pajak masukan Rp 250.000.000
Ppn kurang bayar Rp 98.000.000
Ppn yang telah disetor Rp 70.000.000
Ppn yang kurang disetor Rp 28.000.000
Sanksi kenaikan (100%) Rp 28.000.000
Jumlah ppn yang harus dibayar Rp 56.000.000

12. PT. sinar sebagai pemotong pajak telah menyampakan SPT masa pasal 21/26 untuk masa
juni 2011 tepat pada waktunya dengan jumlah setoran Rp 12.500.000 juta pada saat
dilakukan pemeriksaan terdapat adanya pembayaran kepada kantor akuntan yang harus
dilakukan pemotongan pph sebesar Rp 2.400.000 juta tetapi belum dipotong dan di setor
maka hitunglah :
Berapa PPH pasal 21/26 masa juni 2011 yang masih harus dibayar, apabila KPP
menerbitkan SKPKB tanggal 16 september 2011
Jawab :
Pph pasal 21 kurang di potong Rp 2.400.000
Sanksi kenaikan (100%) Rp 2.400.000
Jumlah pph pasal 21 yang harus di bayar Rp 4.800.000

13. PT. tiara harus menyetorkan pph pasal 25 setiap bulan sebesar Rp 52.000.000 juta yang
jatuh temponya setiap tanggal 15
PPH pasal 25 bulan mei 2011 dibayar tepat waktu tetapi hanya di setor sebesar Rp
20.000.000 karena perusahaan sedang kesulitan Cash Flow Atas kekurangan pembayarn
tersebut di terbitkan SPT masa PPH pasal 25 tanggal 20 septmber 2011
Hitunglah : PPH pasal 25 yang masih harus di bayar dalam SPT tersebut

27
Jawaban
Pph pasal 25 seharusnya Rp 52.000.000
Pp pasal 25 yang disetor Rp 20.000.000
Pph pasal 25 yang kurang bayar Rp 32.000.000
Sanks bunga= 4 x 2% x 32 juta Rp 2.560.000
Jumlah tagihan dalam spt Rp 34.560.000

14. PT. Hari menyampaikan SPT tahunan 2010 tepat waktu, namum setelah diklakukan
penelitian ternyata terdapat salah hitung yang menyebabkan PPH kurang bayar sebesar Rp
20.000.000, atas kekurangan tersebut di terbitkan SPT pada tanggal 25 juli 2011 maka
hitunglah
Jumlah PPH yang masih harus d bayar berdasarkan SPT tersebut
Jawaban:
Pph kurangbyar Rp 20.000.000
Sanksi bunga = 3 bulan x 2% x 20 juta Rp 1.200.000
J/ umlah tagihan dalam spt Rp 21.200.000
Pengenaan sanksi dihitung dari batas waktu penyampaian SPT tahunan pph badan (30
april) sampai dengan tanggal spt
15. PT. Eksternal sudah terrdaftar sebaga
16. i PKP sejak tanggal 1 juli 2007. Pada bulan april 2011 menjual barang kepada PT.internal
dangan penjualan 240.000.000.karena kelalaian transaksi tersebut baru dibuatkan faktur
pajak pada tanggal 15 juli 2011. Oleh KPP di terbitkan STP tertanggal 5 september 2011
hitunglah:
Jumlah PPN yang masih harus dibayar berdasarkan STP tersebut
Jawaban
DPP PPN Rp 240.000.000
Sanksi dendan= 2% x 240 jut Rp 4.800.000
Jumlah tagihan dalam stp Rp 244.800.000

28
BAB III
PENUTUPAN

A. KESIMPULAN

Dalam proses pengajuan keberatan pajak, wajib pajak diharuskan membayar terlebih dahulu
pajak yang ditagihkan dengan tujuan untuk tidak menunda pendapatan negara. Selain itu, pada
putusan atas keberatan wajib pajak apabila keberatannya ditolak atau diterima sebagian, maka
wajib pajak dikenakan denda sebesar 50% (lima puluh persen) pada tingkat pertama dan 100%
(seratus persen) pada tingkat banding

B. SARAN

Untuk meningkatkan efektifitas Bidang Keberatan dan Banding dalam menangani keberatan, perlu
adanya peningkatan kualitas pegawai atau penambahan jumlah pegawai dan sosialisasi tentang pentinya
pajak bagi masyarakat sehingga masyarakat yang telah menjadi Wajib Pajak dapat mengerti tentang
hukum- hukum pajak dan penanganan apabila fiskus mengirimkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar

29
DAFTAR PUSTAKA

Pajak.go.id. 2021. Keberatan | Direktorat Jenderal Pajak. [online] diambil :


<https://www.pajak.go.id/id/keberatan> [diakses 8 October 2021].

Jdih.kemenkeu.go.id. 2021. PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 01.


[online] diambil: <https://jdih.kemenkeu.go.id/fullText/2007/01~PJ.07~2007Per.HTM> [diakses
8 October 2021].

Pajak.go.id. 2021. Banding | Direktorat Jenderal Pajak. [online] diambil :


<https://www.pajak.go.id/id/banding> [diakses 8 October 2021].

Pembetulan, P., 2019. Pembetulan, Pembatalan Ketetapan Pajak dan Penghapusan Sanksi
Administrasi - . [online] Pembetulan, Pembatalan Ketetapan Pajak dan Penghapusan Sanksi
Administrasi. Diambil : <https://materipajak.id/pembetulan-pembatalan-ketetapan-pajak-dan-
penghapusan-sanksi-administrasi/> [diakses 8 October 2021].

Pajak.go.id. 2021. Pengurangan dan Penghapusan Sanksi Administrasi | Direktorat Jenderal


Pajak. [online] diambil : <https://www.pajak.go.id/id/pengurangan-dan-penghapusan-sanksi-
administrasi-0> [diakses 8 October 2021].

: Jdih.kemenkeu.go.id. 2021. PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 01.


[online] diambil : <https://jdih.kemenkeu.go.id/fullText/2007/01~PJ.07~2007Per.HTM>
[diakses 9 October 2021].

Klikpajak. 2021. Daluwarsa Pajak & Jatuh Tempo SKPKB yang WP Badan Wajib Tahu.
[online] diambil : <https://klikpajak.id/blog/ketahui-ketentuan-daluwarsa-skpkb/> [diakses 8
October 2021].

PERATURAN PAJAK. 2016. S – 411/PJ.02/2016. [online] diambil :


<https://peraturanpajak.com/2016/06/13/s-411pj-022016/> [diakses 8 October 2021].

Pajak.go.id. 2021. Penagihan Pajak | Direktorat Jenderal Pajak. [online] diambil :


<https://www.pajak.go.id/id/penagihan-pajak> [diakses 8 October 2021].

30
ASMARANI, N., 2013. Beda Banding dan Gugatan. [online] Beda Banding dan Gugatan.
Diambil : <https://news.ddtc.co.id/beda-banding-dan-gugatan-20617?page_y=0> [diakses 8
October 2021].

31

Anda mungkin juga menyukai