Anda di halaman 1dari 28

TUGAS CHARACTER BUILDING

Disusun Oleh :

NAMA : Yolanda Deva Sonia


NPM : 20260410001.P
KELAS :C
Dosen Pengampu : Waytherlis Apriani, SST, M. Kes

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN


STIKES TRI MANDIRI SAKTI
BENGKULU
2021

PEMBENTUKAN KARAKTER

A. Latar Belakang

Pembentukan karakter merupakan salah satu tujuan pendidikan nasional.Pada Pasal 1 Undang-
Undang No.20 Tahun 2003Tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa “pendidikan
adalah usaha dasar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan dan akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, Bangsa dan Negara”. Amanah Undang-Undang Sistem Penididikan Nasional
tahun 2003 Pasal 1 itu bermaksud agar pendidikan tidak hanya membentuk insan Indonesia yang
cerdas, namun juga berkepribadian atau berkarakter, sehingga nantinya akan lahir generasi bangsa
yang tumbuh berkembang dengan karakter yang bernafas nilai-nilai luhur bangsa serta agama.

Karakter dapat diartikan sebagai nilai dasar yang membangun pribadi seseorang atau anak yang
terbentuk karena pengaruh hereditas maupun pengaruh lingkungan, yang juga membedakan seseorang
dengan orang lain serta diwujudkan dalam sikap dan perilakunya dalam kehidupan sehari-hari.
Pendidikan karakter juga merupakan pendidikan budi pekerti yang melibatkan aspek pengetahuan
(cognitive), perasaan (feeling), dan tindakan (action).

Dasar pendidikan karakter, sebaiknya diterapkan di dalam lingkungan keluarga, bagaimana anak
mendapatkan contoh yang baik dari orang tua maka anak akan siap terjun dengan karakter yang baik
pula kedalam lingkungan masyarakat. Terutama bagi anak usia remaja yang cenderung masih labil dan
dalam proses mencari jati diri jika tidak dilandasi dengan karakter yang kuat oleh orang tua maka tidak
menutup kemungkinan para remaja akan mempunyai sikap yang buruk di luar rumah bahkan akan
terjerumus terhadap tindakan-tindakan kriminalitas, kekerasan, maupun pergaulan bebas.

Dalam mendidik anak untuk menjadi manusia yang berkarakter diperlukan persiapan dan
perlakuan terhadap anak secara tepat sesuai dengan kondisi anak. Setiap anak mempunyai ciri
individual yang berbeda satu dengan yang lain. Di samping itu setiap anak yang lahir di dunia ini
berhak hidup dan berkembang semaksimal mungkin sesuai dengan kondisi yang dimilikinya. Untuk
dapat memberi kesempatan berkembang bagi setiap anak diperlukan pola asuh yang tepat dari orang
tuanya, hal ini mengingat anak adalah menjadi tanggung jawab orang tuanya baik secara fisik, psikis
maupun sosial.

Dengan pendidikan karakter yang diterapkan secara sistematis dan berkelanjutan, seorang anak
akan menjadi cerdas emosinya. Kecerdasan emosi merupakan bekal penting dalam mempersiapkan
anak menyongsong masa depan, karena seseorang akan lebih mudah dan berhasil menghadapi segala
macam tantangan kehidupan, termasuk tantangan untuk berhasil secara akademis.

Tameng di dalam keluarga atau bekal akhlak, budi pekerti ataupun pendidikan karaker dari orang
tua sangat dibutuhkan oleh seorang anak. Namun bagi sebagian keluarga, barangkali proses
pendidikan karakter yang sistematis sangat sulit, terutama bagi sebagian orang tua yang terjebak pada
rutinitas yang padat, sehingga lebih membiarkan anak bergaul bebas tanpa memantau bagaimana
pergaulan anaknya di luar rumah, atau bahkan orang tua tidak pernah mempedulikan pendidikan anak.
Hal ini terjadi karena faktor ekonomi dan lingkungan maupun keadaan, seperti apa yang telah terlihat
dengan jelas di dalam kehidupan sehari-hari masyarakat pesisir, banyak anak usia remaja yang putus
sekolah bahkan merekapun tidak lulus sekolah dasar (SD). Mereka lebih memilih ikut bapak atau
orang tua bahkan teman-teman sepergaulannya untuk melaut ataupun hanya sekedar ikut berkelompok
dengan teman-temannya.

Orang tua kurang memperhatikan pendidikan anak dan hanya fokus dengan kehidupan sehari-hari
yang serba pas-pasan. Tak jarang pula setelah beranjak lebih besar anak-anak sudah melakukan
tindakan-tinadakan kekerasan (berkelahi) antar teman atau bahkan terjerumus dalam pergaulan bebas.
Tak sedikit orang tua yang bisa dibilang menelantarkan anak, dengan membiarkan anak bergaul
dengan siapa saja ataupun dimana saja, yang penting sang anak pulang dan diberi uang jajan dan hal
ini cenderung berlaku bagi anak-anak laki-laki. Dalam hal ini peranan orang tua terhadap pendidikan
anak terutama pendidikan karakter anak sangatlah penting, bagaimana orang tua menerapkan
peraturan dan konsekuensi terhadap anak di rumahmemberikan pengetahuan apa dan bagaimana
perilaku yang diharapkan dan bagaimana orang tua dapat menyentuh emosi anak dan memberikan
informasi yang tepat tentang sikap atau perilaku anak sampai informasi tersebut akan menetap dalam
hidup anak.

B.PEMBENTUKAN KARAKTER

Dalam kamus lengkap Bahasa Indonesia Modem, dijelaskan bahwa pola berarti "contoh, bentuk,
model atau sistem, cara kerja”. Sementara dalam menentukan bentuk, tahapan, tata cara yang
digunakan dalam merancang sesuatu. Dengan demikian pola dalam konteks ini dimaksudkan sebagai
prosedur dan tata cara pengelolaan lembaga, organisasi atau perkumpulan tertentu. Jika dihubungkan
dengan proses menejemen dalam sebuah organisasi, maka pola diasumsikan sebagai "tahapan atau
mekanisme yang digunakan dalam mengatur system yang berlaku pada organisasi tertentu”. Dalam
kamus Bahasa Indonesia pembentukan berasal dari kata "bentuk yang berarti lengkung, lentur,
bangun, gambaran, rupa, wujud, dan lain sebagainya". Dan pembentukan menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia adalah" proses, cara, pembuatan, atau cara membentuk". Secara harfiah karakter
artinya 'kualitas mental dan moral, kekuatan moral, nama atau reputasi'. Menurut kamus Besar Bahasa
Indonesia" karakter adalah sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang
dengan yang lain baik tabiat maupun watak.

Aziz menyimpulkan bahwa karakter adalah :

Kualitas atau kekuatan mental dan moral, akhlak atau budi pekerti individu yang merupakan
kepribadian khusus yang membedakan dengan individu lain. Lebih lanjut Aziz mengungkapkan bahwa
karakter pendidikan adalah kualitas mental, dan kekuatan moral, akhlak atau budi pekerti dari nilai-
nilai dan keyakinan yang ditanamkan dalam proses pendidikan yang merupaka kepribadian khusus
yang harus melekat pada peserta didik.

Ada tiga langkah dalam merubah dan membentuk karakter seseorang yaitu:

a. Pengosongan, berarti mengosongkan benak pemikiran seseorang dari berbagai pemikiran yang salah,
menyimpang, tidak berdasar, baik dari segi agama maupun agama yang lurus.

b. Pengisian, berarti mengisi kembali benak pikiran seseorang dengan nilai-nilai baru dari sumber
keagamaan, yang membentuk kesadaran baru, logika baru, arah baru, dan lensa baru dalam cara
memandang berbagai masalah

c. Doa, berarti bahwa seseorang harus senantiasa mengharapkan akan pencerahan ilahi dalam cara
berfikir

Adapun ciri-ciri orang yang memiliki karakter, ada 5 kriteria, yakni:


pertama, apabila orang tersebut memegang teguh nilai-nilai kehidupan yang berlaku secara
universal, kedua, memiliki komitmen kuat dengan memegang prinsip kebenaran hakiki, ketiga, dia
harus mandiri meski menerima masukan dari luar, keempat, teguh akan pendirian yang benar, kelima
memiliki kesetiaan yang solid.

Kegiatan ekstrakurikuler merupakan, kegiatan yang dilakukan di luar jam pelajaran yaang
pelaksanaannya tergantung kepada sekolah tersebut. Kegiatan ekstrakurikuler mempunyai fungsi atau
tujuan untuk mengembangkan kepribadian anak. Berikut ini merupakan fungsi dan tujuan kegiatan
ekstrakurikuler :

a. Meningkatkan kemampuan peserta didik sebagai anggota masyarakat dalam mengadakan hubungan
timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya, dan alam semesta.

b. Menyalurkan dan mengembangkan potensi dan bakat peserta didik agar dapat menjadi manusia
yang berkreativitas tinggi dan penuh dengan karya

c. Melatih sikap disiplin, kejujuran, kepercayaan, dan tanggung jawab dalam menjalankan tugas.

d. Mengembangkan etika dan akhlak yang mengintegrasikan hubungan dengan Tuhan, Rasul,
manusia, alam semesta, bahkan diri sendiri.

e. Memberikan bimbingan dan arahan serta pelatihan kepada peserta didik agar memiliki fisik yang
sehat, bugar, kuat, cekatan, dan terampil

f. Memberi peluang peserta didik agar memiliki kemampuan untuk komunikasi (human relation)
dengan baik, secara verbal dan nonverbal.

Implementasi pendidikan karakter harus sejalan dengan orientasi pendidikan. Pola


pembelajarannya dilakukan dengan cara menanamkan nilai-nilai moral tertentu dalam diri anak yang
bermanfaat bagi perkembangan pribadinya sebagai makhluk individual sekaligus sosial.16
Implementasi pendidikan karakter melalui orientasi pembelajaran di sekolah lebih ditekankan pada
keteladanan dalam nilai pada kehidupan nyata, baik di sekolah maupun di wilayah publik. Noor
Rochman Hadjam, sebagaimana dikutip oleh lena menjelaskan Pendidikan karakter tidak hanya
mengenalkan nilai-nilai secara kognitif tetapi juga melalui penghayatan secara afektif dan
mengamalkan nilai-nilai tersebut secara nyata dalam kehidupan sehari-hari. Kegiatan siswa seperti
pramuka, upacara bendera, palang merah remaja, teater, praktek kerja lapangan, menjadi relawan
bencana alam, atau pertandingan olahraga dan seni adalah cara-cara efektif menanamkan nilai-nilai
karakter yang baik pada siswa. Ia menekankan pendidikan berbasis karakter bukan merupakan mata
pelajaran tersendiri melainkan dampak pengiring yang diharapkan tercapai.

Semua bentuk teknologi dan kemajuan dunia pendidikan adalah sistem yang diciptakan oleh
manusia untuk tujuan tertentu, yang intinya adalah mempermudah manusia dalam memperringan
usahanya, meningkatkan hasilnya, dan menghemat tenaga serta sumber daya yanng ada. Kegunaannya
adalah untuk mempermudah pendidikan termasuk didalamnya dengan adanya kegiatan ekstrakurikuler
ini.
TANTANGAN PEMBENTUKAN KARAKTER

Kendala pembentukan karakter melalui kegiatan ekstrakurikuler adalah sebagai berikut :


1. nilai-nilai karakter yang dikembangkan di sekolah belum terjabarkan dalam indikator yang
representatif. Indikator yang tidak representatif dan baik tersebut menyebabkan kesulitan dalam
mengukur ketercapaiannya.

2. sekolah belum dapat memilih nilai-nilai karakter yang sesuai dengan visinya. Jumlah nilai-nilai
karakter demikian banyak, baik yang diberikan oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan,
maupun dari sumbersumber lain. Umumnya sekolah menghadapi kesulitan memilih nilai karakter
mana yang sesuai dengan visi sekolahnya. Hal itu berdampak pada gerakan membangun karakter
di sekolah menjadi kurang terarah dan fokus, sehingga tidak jelas pula monitoring dan
penilaiannya.

3. pemahaman guru tentang konsep pendidikan karakter yang masih belum menyeluruh.

4. guru belum dapat memilih nilai-nilai karakter yang sesuai dengan mata pelajaran yang
diampunya.

5. guru belum memiliki kompetensi yang memadai untuk mengintegrasikan nilai-niai karakter pada
mata pelajaran yang diampunya.

6. guru belum dapat menjadi teladan atas nilai-nilai karakter yang dipilihnya

Solusi Dari Kendala Pembentukan Karakter Melalui Kegiatan Ekstrakurikuler

Penerapan pendidikan karakter di sekolah dasar dilakukan pada ranah pembelajaran (kegiatan
pembelajaran), pengembangan budaya sekolah dan pusat kegiatan belajar, kegiatan kurikuler dan
kegiatan ekstrakurikuler, serta kegiatan keseharian di rumah dan di masyarakat. Adapun penjelasan
rnasing-masing ranah tersebut adalah sebagai berikut:

a. Penerapan pendidikan karakter Penerapan pendidikan karakter pada pelaksanaan pembelajaran


dilaksanakan dengan menggunakan strategi yang tepat. Dengan dapat mengajak menghubungkan
materi yang dipelajari dengan dunia nyata, berarti siswa diharapkan dapat mencari hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan pengetahuan tersebut dalam kehidupan sehari-
hari. Penerapan pendidikan karakter di sekolahan dianggap sangat efektif karena dengan
pendidikan karakter melalui kegiatan ekstrakurikuler siswa dapat mengetahui karakter baik itu
karakter yang ada pada orang lain maupun karakter pada dirinya sendiri.

b. Pengembangan Budaya Sekolah dan Pusat Kegiatan Belajar melalui kegiatan ekstrakurikuler
Pengembangan budaya sekolah dan pusat kegiatan belajar dilakukan melalui kegiatan
pengembangan diri, yaitu kegiatan rutin, kegiatan spontan, keteladanan, dan, pengkondisian. Salah
satu kegiatan budaya sekolah bagi para siswa adalah dengan keikutsertaan siswa dalam kegiatan
ekstra kurikuler. Kegiatan ekstrakurikuler merupakan kegiatan-kegiatan di luar kegiatan
pembelajaran. Meskipun diluar kegiatan pembelajaran, guru dapat juga mengintegrasikannya dalam
pembelajaran. Kegiatan-kegiatan sebenarnya sudah mendukung pelaksanaan pendidikan karakter.
Solusi dari pembentukan karakter siswa yakni :

-Pertama, mendidik murid agar menjadi manusia muslim, manusia Indonesia seutuhnya
berdasarkan Pancasila.
-Kedua, memberi bekal kemampuan yang diperlukan bagi murid untuk melanjutkan pendidikan
yang lebih tinggi sehinggga pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler dapat berjalan lancar sesuai
dengan apa yang diinginkan dalam pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler.

-Ketiga, memberi kemampuan dasar untuk hidup dalam masyarakat dan mengembangkan diri
sesuai dengan bakat, minat, kemampuan dan lingkungan.

MEMAHAMI BUDAYA DAN

KARAKTER BANGSA
A. Latar Belakang Masalah

Membangun karakter, “character building is never ending process” pembentukan karakter


adalah proses tanpa henti. Karakter atau watak merupakan komponen yang sangat penting
agar manusia dapat mencapai tujuan hidupnya dengan baik dan selamat. Karakter memegang
peran yang sangat utama dalam menentukan sikap dan perilaku.

Membentuk karakter memang tidak semudah membelik telapak tangan, jika karakter ibarat
sebuah bangunan yang kokoh, butuh waktu yang lama dan energi yang tidak sedikit untuk
mengubahnya. berbeda dengan bangunan yang tidak permanen yang menggunakan bahan-bahan
rapuh, maka mengubahnya pun akan lebih cepat dan mudah. Tetapi karakter bukanlah sesuatu yang
mudah diubah, maka tidak ada pilihan lain bagi kita semua kecuali membentuk karakter anak mulai
sejak dini. Tidak ada istilah terlambat guna pembenbentukan karakter, kita perlu membina dan
mengembangkanya secara bertahap, bertingkat, dan berkelanjutan.

Tidak perlu disangsikan lagi bahwa pendidikan karakter merupakan upaya yang harus melibatkan
semua pihak baik keluarga, masyarakat, dan lembaga pendidikan sekolah. Pendidikan yang pada
umumnya bertujuan sangat mulia baik dalam membentuk pribadi yang kuat, berkarakter khas, dan
sekian banyak tujuan baik lainya.

Dalam hal ini lembaga pendidikan yang terlibat dalam mengarahkan peserta didik harus seiring
dan sejalan dengan rumusan tujuan pendidikan nasional. Tujuan pendidikan nasional yaitu:
Membangun kualitas manusia yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan selalu dapat
meningkatkan kebudayaan dengan-Nya sebagai warga negara yang berjiwa pancasila mempunyai
semangat dan kesadaran yang tinggi, berbudi pekerti yang luhur, berkepribadian yang kuat, cerdas
terampil, dapat mengembangkan dan menyuburkan demokrasi, dapat memelihara hubungan yang baik
antara sesama manusia dan lingkungannya, sehat jasmani, mampu mengembangkan daya estetik,
berkesanggupan untuk membangun diri dan masyarakat (Suryosubroto, 2010).

Dalam pelaksanaan operasional, sebuah lembaga pendidikan harus mematuhi semua peraturan
yang telah ditetapkan oleh pemerintah, diantaranya yaitu dalam mendirikan sebuah satuan lembaga
pendidikan. Syarat pendirian satuan pendidikan yaitu:

1. Setiap satuan pendidikan formal dan nonformal yang didirikan wajib memperoleh izin
pemerintah atau pemerintah daerah.

2. Syarat-syarat untuk memperoleh izin meliputi isi pendidikan, jumlah dan kualifikasi dan
tenaga kependidikanan, pembiayaan pendidikan, serta menejemen dan proses pendidikan.

3. Pemerintah atau pemerintah daerah memberi dan mencabut izin pendirian satuan pendidikan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (Suryosubroto, 2010).

Satu hal lagi yang perlu diperhatikan sebuah lembaga pendidikan, ada beberapa prinsip dalam
menyelaggarakan pendidikan yaitu:
1. Pendidikan diselanggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tdak diskriminatif dengan
menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan
bangsa.

2. Pendidikan diselenggarakan sebagai satu kesatuan yang sitematik dengan sitem terbuka dan
multi makna.

3. Pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan, membangun kemauan dan


mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran (Suryobroto, 2010).

B. PEMBAHASAN

1. Pengertian

Karakter Menurut Michael Novak karakter merupakan “campuran kompatibel dari seluruh
kebaikan yang diidentifikasi oleh tradisi religius, cerita sastra, kaum bijaksana, dan kumpulan orang
berakal sehat yang ada dalam sejarah.”8 Sementara itu, Masnur Muslich menyatakan bahwa karakter
merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri,
sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan,
perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat
istiadat.

Selanjutnya, Muchlas Samani berpendapat bahwa karakter dapat dimaknai sebagai nilai dasar
yang membangun pribadi seseorang, terbentuk baik karena pengaruh hereditas maupun pengaruh
lingkungan, yang membedakannya dengan orang lain, serta diwujudkan dalam sikap dan perilakunya
dalam kehidupan sehari-hari.10 Pendapat senada juga disampaikan oleh Agus Wibowo, bahwa
karakter adalah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan
bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan negara.

Karakter adalah ciri khas yang dimiliki oleh suatu benda atau individu. Ciri khas tersebut asli dan
mengakar pada kepribadian benda atau individu tersebut, dan merupakan mesin yang mendorong
bagaimana seseorang bertindak, bersikap, berujar, dan merespon sesuatu.Selanjutnya, menurut
Maksudin yang dimaksud karakter adalah ciri khas setiap individu berkenaan dengan jati dirinya (daya
qalbu), yang merupakan saripati kualitas batiniah/rohaniah, cara berpikir, cara berperilaku (sikap dan
perbuatan lahiriah) hidup seseorang dan bekerja sama baik dalam keluarga, masyarakat, bangsa
maupun Negara.

Dari pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa karakter adalah sesuatu yang terdapat
pada individu yang menjadi ciri khas kepribadian individu yang berbeda dengan orang lain berupa
sikap, pikiran, dan tindakan. Ciri khas tiap individu tersebut berguna untuk hidup dan bekerja sama,
baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan Negara.

2. Komponen-Komponen Karakter yang Baik

Ada tiga komponen karakter yang baik (components of good character) yang dikemukakan oleh
Lickona, sebagai berikut:

a. Pengetahuan Moral
Pengetahuan moral merupakan hal yang penting untuk diajarkan. Keenam aspek berikut
ini merupakan aspek yang menonjol sebagai tujuan pendidikan karakter yang diinginkan.

b. Perasaan Moral

Sifat emosional karakter telah diabaikan dalam pembahasan pendidikan moral, namun di
sisi ini sangatlah penting. Hanya mengetahui apa yang benar bukan merupakan jaminan di
dalam hal melakukan tindakan yang baik. Terdapat enam aspek yang merupakan aspek emosi
yang harus mampu dirasakan oleh seseorang untuk menjadi manusia berkarakter.

c. Tindakan Moral

Tindakan moral merupakan hasil atau outcome dari dua bagian karakter lainnya. Apabila
orang-orang memiliki kualitas moral kecerdasan dan emosi maka mereka mungkin melakukan
apa yang mereka ketahui dan mereka rasa benar .

3. Nilai-Nilai Karakter yang Harus Ditanamkan

Nilai-nilai karakter dan budaya bangsa berasal dari teori-teori pendidikan, psikologi pendidikan,
nilai-nilai sosial budaya, ajaran agama, Pancasila dan UUD 1945, dan UU No. 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional, serta pengalaman terbaik dan praktek nyata dalam kehidupan
sehari-hari.

Kemendiknas mengidentifikasi ada nilai untuk pendidikan budaya dan karakter bangsa sebagai
berikut ini:

a) Religius: sikap dan perilaku patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran
terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, serta hidup rukun dengan pemeluk agama lain.
b) Jujur: perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat
dipercaya dalam perkataan, tindakan dan pekerjaan.
c) Toleransi: sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap,
dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.
d) Disiplin: tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan
peraturan.
e) Kerja Keras: perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai
hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya
f) Kreatif: berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari apa yang
telah dimiliki.
g) Mandiri: sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan
tugas-tugas.
h) Demokratis: cara berpikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya
dan orang lain.
i) Rasa Ingin Tahu: sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam
dan meluas dari apa yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.
j) Semangat Kebangsaan: cara berpikir, bertindak, dan wawasan yang menempatkan kepentingan
bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.
k) Cinta Tanah Air: cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian,
dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan
politik bangsanya.
l) Menghargai Prestasi: sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu
yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, dan menghormati keberhasilan orang lain.
m) m.Bersahabat dan Komunikatif: tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul,
dan bekerjasama dengan orang lain
n) Cinta Damai: sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan
aman atas kehadirannya.
o) Gemar Membaca: kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang
memberikan kebajikan baginya.
p) Peduli Lingkungan: sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada
lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan
alam yang sudah terjadi.
q) Peduli Sosial: sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan bagi orang lain dan
masyarakat yang membutuhkan.
r) Tanggung jawab: sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya
yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan alam, sosial, dan
budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.

Sementara itu, Ratna Megawangi berpendapat bahwa terdapat 9 pilar karakter yang berasal dari
nilai-nilai luhur universal, yaitu:

a. Cinta Tuhan dan segenap ciptaan-Nya,


b. Kemandirian dan tanggungjawab,
c. Kejujuran atau amanah,
d. Hormat dan santun,
e. Dermawan, suka tolong menolong dan gotong royong atau kerjasama,
f. Percaya diri dan pekerja keras,
g. Kepemimpinan dan keadilan,
h. Baik dan rendah hati
i. Toleransi, kedamaian, dan kesatuan.

PENGEMBANGAN SEKOLAH BERKARAKTER

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Pendidikan Nasional di Indonesia memiliki tujuan untuk mengembangkan kemampuan
dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945. Sedangkan tujuan pendidikan adalah
mengembangkan potensi yang ada pada diri peserta didik menjadi manusia yang beriman,
berilmu, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Oleh karena itu berbagai model pembelajaran terus berkembang demi terwujudnya tujuan dari
pendidikan. Pada era seperti sekarang ini, model-model pembelajaran yang berkembang baik
yang mengadaptasi dari pendidikan di luar negeri maupun yang menciptakan sendiri memiliki
pengaruh yang besar bagi peserta didik terutama dalam memahami materi yang disampaikan
oleh pendidik.
Tidak hanya pada model pembelajaran, kini berkembang pula berbagai sekolah yang
memiliki visi dan misi yang sangat beragam, namun demikian hal ini tidak menjadi terlalu
penting karena pada dasarnya tujuannya adalah untuk mewujudkan tujuan pendidikan secara
maksimal. Dengan berkembangnya sekolah-sekolah di Indonesia baik formal maupun non-
formal dapat menjadikan model sekolah di Indonesia semakin beragam. Namun harus diingat
bahwa sekolah juga memiliki peran yang penting dalam membentuk karakter bangsa, dan
karakter bangsa ini dimulai dari peserta didik dan kebiasannya sehingga membentuk karakter
yang melekat pada dirinya. Apabila pihak sekolah mengabaikan hal ini tentu tidak sesuai dengan
tujuan pendidikan yang tidak hanya mengutamakan aspek akademik peserta didik.
Sekolah dihadapkan pada tantangan yang begitu besar, karena pada kenyataannya banyak
sekolah yang tidak mampu menciptakan generasi muda yang berkarakter dan berjiwa nasiolisme.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dapat diakses tanpa batas oleh siapapun
menjadikan peserta didik mampu mengembangkan potensi mereka di luar sekolah. Jika sekolah
tidak mengembangkan dan memperbaharui sistemnya maka bisa jadi peserta didik akan
menganggap sekolah itu tidak penting. Dampak lainnya adalah memudarnya nilai dan norma, jati
diri, kepribadian serta memudarnya jiwa nasionalisme dan sosial dari generasi muda Indonesia.
Kebudayaan milik asing yang sekarang ini melekat pada para generasi muda Indonesia inilah
yang harus diwaspadai. Banyak remaja, peserta didik atau generasi muda yang justru bangga
akan budaya luar. Bahkan dengan senang hati mempelajarinya serta diterapkan dalam
kesehariannya baik dari gaya berpakaian, gaya berbicara, gaya hidup, dan pergaulannya.
Hal ini menuntut sekolah untuk mempunyai strategi agar setiap peserta didiknya menjadi
bibit yang berkualitas bagi bangsanya dan menjadi penerus bangsa yang bangga akan jati dirinya,
asal-usulnya dan juga karakternya. Bangga akan budaya dan nilai yang begitu beragam di
Indonesia yang mencerminkan kehidupan dan perilaku warga negaranya. Tidak hanya itu
sekolah menjadi tempat untuk mengenalkan dan melestarikan setiap budaya dan sejarah di
Indonesia yang merupakan warisan nenek moyang dengan harapan para peserta didik mampu
menerapkan dan mengembangkan budayanya sampai ke dunia luar. Oleh karenanya, sekolah
harus memiliki sistem yang tepat, efektif, efisien dan mengikuti perkembangan zaman agar
mampu menciptakan generasi penerus bangsa berkualitas melalui pendidikan.

B.     Rumusan Masalah

1.      Bagaimana mengembangkan sekolah berkarakter ?


2.      Apa saja kelebihan dan kekurangan sekolah berkarakter ?
3.      Apa saja nilai karakter yang harus dikembangkan ?

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Definisi Sekolah Berkarakter


Sekolah berkarakter yaitu dimana sekolah ini mengembangkan sistem pendidikan dengan
memperhatikan dan mengembangkan aspek kecerdasan (kognitif), perilaku (psikomotorik) dan
perasaan (afektif) dengan seimbang sehingga sekolah mampu membangun kebiasaan atau
karakter tertentu, yang akan menjadikan peserta didik menjadi sosok yang berkepribadian.
Bagaimana cara berfikir, berperasaan dan berperilaku yang baik secara berulang-ulang dan
dijadikan kebiasaan akan menciptakan karakter yang akan menjadi ciri khas dari individu
tersebut, ketika di sekolah maupun ketika sudah berbaur dengan masyarakat luas.
Pengembangan dan pembiasan inilah yang harus diperhatikan dalam membangun sekolah
berkarakter. Ketika menamakan sebagai sekolah berkarakter, maka segala yang berkaitan dengan
sekolah tersebut juga harus berkarakter. Setidaknya menjaga perilaku dan lisan ketika di dalam
sekolah, karena bagaimana mungkin peserta didik akan menjadi berkarakter ketika para pendidik
dan yang berkaitan tidak memiliki karakter. Belajar untuk menjadi berkarakter itu memang
tidaklah mudah, karena memiliki banyak kaitan dan saling mempengaruhi.
Sekolah berkarakter akan memiliki ciri sendiri dan menjadi pilihan yang tepat seorang
peserta didik untuk membentuk pribadi yang berkarakter. Hal yang perlu diketahui adalah
karakter tidak tumbuh sendiri dan bukan bawaan sejak lahir, maka seperti disebutkan diatas
bahwa memerlukan pembiasaan untuk menumbuhkan suatu karakter tertentu. Beberapa puluh
tahun yang lalu, pendidikan maupun sekolah berkarakter mungkin belum mendapat perhatian
khusus namun seiring prubahan zaman hal ini menjadi penting, karena jika tidak ada perhatian
pada pembentukan karakter maka akan mengancam generasi penerus bangsa.
Menurut Prof. Drs. H. Dakir bahwa kepribadian yang ada pada manusia terdiri dari
sembilan. Kesembilan hal tersebut yang semestinya dikembangkan dan dibudayakan pada diri
peserta didik. Kesembilan hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1.      Ketaqwaan
2.      Kecerdasan
3.      Kesusilaan
4.      Kejujuran
5.      Kekreatifan
6.      Kesehatan
7.      Keterampilan
8.      Kemasyarakatan
9.      Kemandirian

B.     Peran Sekolah Berkarakter


Pengembangan sekolah berkarakter ini menjadi salah satu upaya dalam mewujudkan dan
melestarikan serta mempertahankan bangsa. Melalui pengembangan ini sekolah berperan sangat
penting untuk mengawasi, mengarahkan dan membimbing peserta didik agar menjadi sesuai nilai
dan norma. Melalui sekolah peserta didik akan mendapat pendidikan karakter yang akan
berpengaruh positif dalam diri peserta didik.
Pada era globalisasi seperti sekarang ini, banyak generasi muda yang terjerumus kepada
hal-hal negatif seperti banyak yang kehilangan jati diri, bersifat egois, dan terlalu berlebihan
dalam berekspresi dan bertingkah laku. Hal ini membuat budaya Indonesia yang sangat sesuai
dengan kepribadian warga Indonesia seperti memudar dan semakin dilupakan. Ketika generasi
muda tidak peduli terhadap bangsanya sendiri, bagaimana mungkin bangsa tersebut akan
bertahan. Hal inilah yang menjadikan sekolah berkarakter dan pendidikan karakter menjadi
penting.
Namun ketika diadakan perubahan dalam penataannya demi menciptakan suatu sistem
yang dianggap tepat sesuai dengan situasi dan kondisi, tentu akan menimbulkan berbagai pro dan
kontra baik dari masyarakat umum maupun dari pihak internalnya sendiri. Sehingga untuk
mengantisipasi hal tersebut perlu adanya penyuluhan ataupun sosialisasi yang bertujuan untuk
mengenalkan dan menjelaskan apa dan bagaimana sistem yang baru tersebut. Hal ini juga
berlaku dalam pembangunan sekolah berkarakter, haruslah ada penjelasan sebab akibat, dampak
dan lain sebagainya kepada publik supaya dalam pembangunannya tidak terjadi banyak keraguan
dan pertanyaan yang akan menghambat pembangunan sekolah berkarakter. Dan semakin banyak
yang memperhatikan tentang pendidikan karakter maka pembangunan sekolah berkarakter akan
menyeluruh di seluruh wilayah Indonesia. Sehingga setiap sekolah akan memperbaiki sistemnya
dan berusaha membangun sekolahnya menjadi sekolah yang berkarakter. Tidak hanya sekolah
untuk menimba ilmu pengetahuan semata tetapi juga menjadi tempat untuk membentuk karakter
para peserta didiknya.
Dengan berbagai permasalahan diatas, maka sekolah berkarakter memiliki peran yang
penting dalam mewujudkan tujuan pendidikan, membentuk karakter generasi penerus bangsa,
dan mengarahkan peserta didik kepada individu yang berkarakter dan berkualitas. Sekolah
dituntut harus menerapkan dan mengembangkan nilai-nilai, norma, dan budaya. Karena
membentuk karakter bangsa merupakan sebuah proses panjang, hal ini dimulai dari awal peserta
didik masuk sampai dengan selesai dari suatu satuan pendidikan. Sehingga diharapkan selama
proses ini peserta didik mampu memahami dan menerapkan apa yang telah dipelajari. Adanya
Disiplin, dimana pendidik, tenaga kependidikan dan peserta didik datang tepat waktu,
pembelajaran berlangsung dengan baik, adanya aturan yang sudah disetujui oleh warga sekolah
yang dilaksanakan dengan baik, berpakaian rapi dan sopan sesuai dengan peraturan yang ada
serta adanya suasana yang santun antara guru, tenaga kependidikan dan peserta didik mampu
menjadikan proses dalam pembentukan karakter positif di sekolah berjalan dengan baik dan
benar. Tentunya dengan proses yang benar maka akan berpengaruh terhadap hasil yang akan
dicapai nantinya. Peran inilah yang sangat penting yang harus diterapkan di sekolah-sekolah di
seluruh Indonesia untuk mengembangkan sekolahnya menjadi sekolah berkarakter.

C.    Upaya Mengembangkan Sekolah Berkarakter


Sekolah berkarakter sangatlah penting untuk diterapkan dan dikembangkan pada era
seperti sekarang ini. Dalam mengembangkan perserta didik yang berkarakter,sekolah dituntut
untuk menciptakan suasana pembelajaran yang efektif dan komunikatif serta suasana lingkungan
sekolah yang kondusif. Sehingga dapat terciptanya peserta didik yang berkarakter positif, karena
lingkungan sekolah yang negatif bisa sangat berpengaruh dalam perkembangan peserta didik
yang akan berdampak buruk terhadap pendidikan. Oleh karena itu, peranan sekolah sangat
penting mulai dari tata tertib sekolah,misi visi sekolah dan segala macam ketentuan dari sekolah.
Dan kesemuanya itu harus bisa di tanamkan pada setiap peserta didik.
Bagaimana mengembangkan sekolah menjadi berkarakter, hal ini menjadi pekerjaan
rumah yang besar bagi setiap sekolah. Untuk mewujudkan suatu sekolah yang berkarakter
memerlukan kerjasama dari berbagai pihak baik pendidik, peserta didik maupun komite sekolah.
Sekolah yang selalu bersih, nyaman dan aman untuk peserta didik akan menciptakan lingkungan
sekolah yang kondusif dan mendukung proses pembelajaran yang sedang berjalan. Ini
merupakan salah satu upaya untuk menumbuhkan rasa nyaman, sehingga peserta didik tidak
merasa bosan dan tidak berusaha untuk keluar dari lingkungan di sekolah. Hal ini juga
mengurangi angka membolos pada saat jam pelajaran maupun jam istirahat. Sehingga setiap
peraturan yang ada di sekolah dipatuhi oleh semua warga sekolah, bukan hanya peserta didik
tetapi juga pendidik dan yang lainnya. Sehingga terlihat bahwa dalam menumbuhkan karakter
dan mengembangkan sekolah berkarakter memerlukan kerjasama dari semua pihak. Banyak sisi
yang harus diperhatikan, seperti :
a.       Lingkungan sekolah yang kondusif
b.      Penerapan peraturan sekolah
c.       Penerapan nilai-nilai agama, sosial dan budaya
d.      Pendidik yang berkarakter dan berkualitas
e.       Disiplin, inovatif, kreatif dan berdaya saing
f.       Model pembelajaran yang efektif
g.      Sarana dan prasarana yang mendukung pembelajaran
h.      Kegiatan sekolah yang bersifat mengembangkan potensi

D.    Analisis Kelebihan Dan Kekurangan Sekolah Berkarakter


Dari berbagai pernyataan dan pembahasan diatas maka kelebihan dari sekolah
berkarakter adalah :
a.       Menciptakan generasi penerus bangsa yang berkarakter
b.      Memperbaiki karakter peserta didik supaya tidak terpengaruh budaya luar
c.       Mewujudkan tujuan pendidikan
d.      Menumbuhkan jiwa-jiwa nasionalisme dan demokratis
e.       Menjadi sekolah unggulan yang mencetak peserta didik unggulan
f.       Mencetak peserta didik berdaya saing tinggi
g.      Menyeimbangkan pendidikan akademik dan pendidikan perilaku atau kepribadian
h.      Melestarikan nilai agama, sosial dan budaya Indonesia
i.        Menumbuhkan sikap cinta tanah air
j.        Meningkatkan dan memperbaiki sistem pendidikan di sekolah

Dari berbagai pernyataan dan pembahasan diatas maka kekurangan dari sekolah berkarakter
adalah :
a.       Mendapat penolakan dari masyarakat awam karena dianggap menekan peserta didik
b.      Membutuhkan waktu yang tidak sebentar
c.       Memerlukan kerjasama dari semua pihak
d.      Memerlukan kesadaran dan kemauan dari semua warga sekolah
e.       Memerlukan anggaran untuk menunjang pembangunan sekolah berkarakter
f.       Menuntut semua warga sekolah untuk patuh
g.      Menuntut semua warga sekolah untuk mengikuti dan memperbaiki kepribadian masing-masing
h.      Peserta didik merasa diatur dan dibatasi dalam bertindak maupun berperilaku
i.        Menuntut pendidik untuk berkepribadian dan berkualitas

Saling berkaitan antara pendidik dan peserta didik serta dengan pihak terkait lainnya,
sehingga apabila salah satu ada yang menyimpang maka pembentukan karakter akan terhambat.
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Sekolah berkarakter yaitu dimana sekolah ini mengembangkan sistem pendidikan dengan
memperhatikan dan mengembangkan aspek kecerdasan (kognitif), perilaku (psikomotorik) dan
perasaan (afektif) dengan seimbang sehingga sekolah mampu membangun kebiasaan atau
karakter tertentu, yang akan menjadikan peserta didik menjadi sosok yang berkepribadian.
Sehingga diharapkan dengan adanya sekolah-sekolah berkarakter akan mewujudkan tujuan
pendidikan di Indonesia dengan maksimal. Seperti diketahui bahwa pendidikan nasional di
Indonesia memiliki tujuan untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa sesuai
dengan Pancasila dan UUD 1945. Sedangkan tujuan pendidikan adalah mengembangkan potensi
yang ada pada diri peserta didik menjadi manusia yang beriman, berilmu, kreatif, mandiri dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Sekolah harus menerapkan dan mengembangkan nilai-nilai, norma, dan budaya. Karena
membentuk karakter bangsa merupakan sebuah proses panjang, hal ini dimulai dari awal peserta
didik masuk sampai dengan selesai dari suatu satuan pendidikan. Disinal diketahui bahwa
sekolah memiliki peran yang penting dalam mempersiapkan generasi bangsa yang berkualitas
dan berkarakter. Namun dalam prosesnya dan pelaksaannya, sekolah berkarakter ini juga
memiliki kekurangan dan kelebihan yang harus disikapi dengan bijaksana dan dengan pikiran
yang pisitif. Tantangan yang dihadapi pun begitu besar dan banyak sekali, karena dalam
membangun sekolah berkarakter memerlukan kesadaran, kemauan, kerjasama dan komitmen
yang kuat dari semua warga sekolah dan pihak terkait lainnya.
Dan haruslah diingat bahwa kepribadian atau karakter peserta didik bukanlah didapat
secara instan, bukan pula bawaan sejak lahir dan memerlukan proses yang tidak sebentar dalam
pembentukannya. Sebagai sekolah yang berkarakter maka perannya pun sangat besar karena
banyak yang berharap sekolah semacam ini mampu mencetak peserta didiknya menjadi manusia
bermartabat dan menjadi generasi penerus bangsa yang berkarakter. Meskipun terdapat bebrapa
hal yang perlu diperhatikan lagi demi kesempurnaan dalam mengembangkan sekolah berkarakter
ini. Dengan berbagai upaya yang dilakukan dalam mengembangkan sekolah berkarakter,
menjadikan sistem pendidikan Indonesia menjadi lebih baik dan dapat mewujudkan tujuannya
secara maksimal serta mencetak peserta didik menjadi manusia yang berkarakter.
Prof. Drs. H. Dakir menyebutkan juga bahwa kepribadian yang ada pada manusia terdiri
dari sembilan hal yaitu ketaqwaan, kecerdasan, kesusilaan, kejujuran, kekreatifan, kesehatan,
keterampilan, kemasyarakatan dan kemandirian. Kesembilan hal tersebut yang semestinya
dikembangkan dan dienkulturasi pada diri peserta didik ketika mereka “sekolah” di lembaga
pendidikan tingkat apapun, agar mereka memiliki kepribadian yang kuat. Kesembilan hal
tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Ketaqwaan, maksudnya manusia berasal dari Tuhan, perlu bertaqwa pada pencipta-Nya,
tetapi jangan sampai bersifat fanatik dan dogmatis
2. Kecerdasan, maksudnya aspek pribadi dari cipta yang berpusat di otak perlu
dikembangkan, tetapi jangan sampai bersifat rasionalistis
3. Kesusilaan, maksudnya, aspek pribadi dari karsa yang bersifat di hati, perlu dibina, tetapi
jangan bersifat emosionalistis
4. d. Kejujuran, maksudnya aspek pribadi dari karsa yang menyebabkan kita berkemampuan
untuk berbuat, perlu bimbingan yang positif, tetapi jangan sampai bersifat voluntaristis
5. Kekreatifan, maksudnya karya yang harmonis dari ketiga aspek cipta, rasa dan karsa akan
menghasilkan sesuatu yang baru, perlu dilatih dan dibina sesuai dengan bakat dan minat
anak, tetapi jangan sampai bersifat sombong.
6. Kesehatan, maksudnya aspek yang sangat dibutuhkan oleh raga, perlu dilatih dan
dibiasakan hidup sehat, tetapi jangan sampai bersifat animilistis
7. Keterampilan, maksudnya karya dari raga terutama dalam latihan otot perlu dilatih agar
para siswa dapat prigel dan dapat hidup mandiri, tetapi jangan bersifat kurang
pertimbangan akal
8. Kemasyarakatan, maksudnya manusia tidak pernah hidup sendiri, pasti butuh pertolongan
orang lain, hidup bermasyarakat perlu dibina, namun jangan sampai bersifat alruistis
9. Kemandirian, maksudnya manusia sebagai mahluk individu mempunyai sifat individual
berbeda antara satu dengan yang lain, perlu dibina terutama dalam bakat dan minatnya
hendaknya dijaga jangan sampai menjadi manusia egois

MENGANALISIS AKIBAT GLOBALISASI DALAM

PEMBANGUNAN CHARAKTER BANGSA


1. Pendahuluan

Latar Belakang
Pembangunan bangsa dan pembangunan karakter bangsa adalah dua istilah yang
saling dipertautkan antara satu dengan lainnya. Hal ini dikarenakan artikulasi sebuah
bangsa memang berbeda dengan sebuah benda fisik biasa. Menurut Rajasa (2007),
sebuah bangsa adalah kumpulan dari tata nilai. Sendi-sendi yang menopang sebuah
bangsa umumnya adalah berupa karakter dan mentalis rakyatnya yang menjadi pondasi
yang kukuh dari tata nilai bangsa tersebut. Kerubtuhan sebuah bangsa umunya ditandai
dengan semakin lunturnya nilai-nilai bangsa tersebut, walaupun secara fisik bangsa
tersebut masih eksis.
Sekarang Indonesia telah memasuki era globalisasi, dimana kelak setiap negara
akan mudah memasuki Indonesia dan berinvestasi di negeri ini. Fenomena globalisasi
adalah dinamika yang paling strategis dan kelak akan membawa pengaruh pula terhadap
tata nilai dari berbagai bangsa. Akulturasi budaya bukan tidak mungkin akan terjadi, dan
generasi muda yang paling rentan dalam proses akulturasi budaya dan tata nilai kelak.
Oleh karena itu, generasi muda semenjak dini haruslah dibekali oleh pendidikan karakter
yang positif, agar dapat menjadi bangsa yang siap bersaing dengan bangsa lain dan tidak
akan terpengaruh oleh dampak negatif dari globalisasi. Tulisan ini dibuat untuk
merumuskan sebuah usaha membangun karakter bangsa yang positif dan kokoh menuju
era globalisasi, dengan meninjau peranan pemerintah.
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah di ulas sebelumnya, maka dapat ditarik
beberapa perumusan masalah agar dapat membangun karakter bangsa yang positif dan
kokoh menuju era globalisasi. Perumusan masalah tersebut adalah:
1. Bagaimana kondisi bangsa Indonesia saat ini?
2. Bagaimana langkah strategis pemerintah Indonesia untuk menciptakan bangsa yang
berkarakter?
Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui kondisi bangsa Indonesia
saat ini dan merumuskan langkah strategis pemerintah Indonesia untuk dapat
menciptakan bangsa yang berkarakter.

2. Telaah Pustaka

Pembangunan Bangsa yang Berkarakter


Menurut Karen (2001) dalam Megawangi (2007), kata karakter berasal dari kata
Yunani, charassein, yang berarti mengukir sehingga terbentuk sebuah pola. Sejalan
dengan itu, Megawangi (2007) menuturkan bahwa akhlak tidak secara otomatis dimiliki
oleh setiap manusia begitu ia dilahirkan, tetapi memerlukan proses panjang melalui
pengasuhan dan pendidikan.
Terbentuknya karakter (kepribadian) suatu manusia ditentukan oleh dua faktor,
yaitu nature (faktor alami atau fitrah) dan nurture (sosialisasi dan pendidikan). Fitrah
manusia menurut perspektif agama adalah cenderung kepada kebaikan, namun pengaruh
lingkungan dapat mengganggu proses tumbuhnya fitrah. Faktor lingkungan, yaitu usaha
memberikan pendidikan dan sosialisasi dapat menentukan ”buah” seperti apa yang akan
dihasilkan nantinya dari seorang anak.1 Jadi sebuah bangsa akan terbentuk menjadi
bangsa yang berkarakter dengan adanya pengasuhan, pendidikan, dan sosialisasi positif
dari lingkungan sekitanya.
Menurut Rajasa (2007), pembangunan bangsa yang bertata nilai memiliki dua
argumen penting, yaitu pembangunan yang bertata nilai merupakan esensi dari suatu
pemahaman pembangunan yang sepenuhnya berorientasi pada manusia sebagai subyek
pembangunan atau lazim dikenal dengan human oriented development dan pembangunan
yang bertata nilai juga berarti jalur untuk dapat tercapainya suatu tata pemerintahan yang
baik, atau good governance. Kedua argumen tersebut sangat dibutuhkan untuk
memahami tentang pembangunan bangsa yang berkarakter, yang tidak hanya
membangun secara fisik saja, tetapi juga tata nilai dan kepribadiannya.

3. Metode Penulisan
1
Metode penulisan dilakukan dengan menggunakan data sekunder yang diperoleh
dari berbagai macam literatur, seperti buku, makalah seminar atau jurnal, situs internet,
serta hasil-hasil penelitian yang berhubungan dengan usaha membangun karakter bangsa.
Data sekunder disajikan dalam bentuk pemaparan secara deskriptif dengan
mengikhtisarkan beberapa rujukan yang terkait dengan usaha membangun karakter
bangsa, selanjutnya dilakukan analisis terhadap ikhtisar yang telah dibuat, berkaitan
dengan peranan pemerintah dalam usaha membangun karakter bangsa menuju era
globalisasi.

4. Analisis dan Sintesis


Kondisi Bangsa Indonesia
Berdasarkan hasil survey PERC (Political and Economic Risk Consultancy)
menyebutkan bahwa sistem pendidikan di Indonesia menempati posisi terburuk di
kawasan Asia, yaitu dari 12 negara yang disurvey oleh PERC, Korea Selatan dinilai
memiliki sistem pendidikan terbaik, disusul Singapura, Jepang dan Taiwan, India, Cina,
serta Malaysia. Indonesia menduduki urutan ke-12 setingkat di bawah Vietnam (kompas,
5/9/2001).
Kemudian berdasarkan laporan dari United Nations Development Program
(UNDP) tahun 2004 dan 2005, menyatakan bahwa Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
di Indonesia ternyata tetap buruk. Tahun 2004 Indonesia menempati urutan 111 dari 175
negara ditambah wilayah khusus Hong Kong dan wilayah Palestina yang diteliti oleh
Program Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa. Sedangkan tahun 2005 IPM
Indonesia berada pada urutan ke 110 dari 177 negara. Posisi tersebut tidak jauh berbeda
dari tahun sebelumnya. Berdasarkan IPM 2004, Indonesia menempati posisi di bawah
negara-negara miskin seperti Kirgistan (110), Equatorial Guinea (109) dan Algeria (108).
Data tersebut terasa lebih menyakitkan jika posisi Indonesia dibandingkan dengan
beberapa negara anggota ASEAN lainnya. Singapura (25), Brunei Darussalam (33),
Malaysia (58), Thailand (76), dan Filipina (83). Indonesia hanya satu tingkat diatas
Vietnam (112) dan lebih baik dari Kamboja (130), Myanmar (132), dan Laos (132).2

2
Melihat data diatas maka akan terasa sangat menyakitkan jika kita melihat sejarah
bangsa Indonesia di masa lampau. Dunia pendidikan Indonesia pada tahun 1970-an masih
diakui dunia, bahkan banyak mahasiswa dan kaum intelektual mancanegara mencari ilmu
di Indonesia, namun saat ini kebanggaan itu telah hilang dan justru bangsa Indonesia
banyak yang mencari ilmu di negara lain.
Banyak faktor yang menyebabkan runtuhnya potensi bangsa Indonesia pada saat
ini. Diantaranya adalah pendidikan, pendidikan merupakan mekanisme institusional yang
akan mengakselerasi pembinaan karakter bangsa dan juga berfungsi sebagai arena
mencapai tiga hal prinsipil dalam pembinaan karakter bangsa. Tiga hal prinsipil tersebut
menurut Rajasa (2007) adalah:
Hal pertama adalah pendidikan sebagai arena untuk re-aktifasi karakter luhur
bangsa Indonesia. Secara historis bangsa Indonesia adalah
1. bangsa yang memiliki karakter kepahlawanan, nasionalisme, sifat heroik, semangat
kerja keras serta berani menghadapi tantangan. Kerajaan-kerajaan Nusantara di masa
lampau adalah bukti keberhasilan pembangunan karakter yang mencetak tatanan
masyarakat maju, berbudaya dan berpengaruh.
2. Hal kedua adalah pendidikan sebagai sarana untuk membangkitkan suatu karakter
bangsa yang dapat mengakselerasi pembangunan sekaligus memobilisasi potensi
domestik untuk meningkatkan daya saing bangsa.
3. Hal ketiga adalah pendidikan sebagai sarana untuk menginternalisasi kedua aspek
diatas yakni re-aktifasi sukses budaya masa lampau dan karakter inovatif serta
kompetitif, ke dalam segenap sendi-sendi kehidupan bangsa dan program pemerintah.
Internalisasi ini harus berupa suatu concerted efforts dari seluruh masyarakat dan
pemerintah.
Selain pendidikan, faktor yang mempengaruhi kemunduran bangsa Indonesia
adalah karena bobroknya mental pejabat di pemerintahan. Berdasarkan hasil survey
PERC pada tahun 2002 dan 2006. Skor korupsi Indonesia adalah tertinggi di Asia
dengan skor 8.16 (dari total skor 10), selengkapnya dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Skor Korupsi Negara di Asia

No Negara Skor Korupsi Tahun


2004 2006
1 Indonesia 9.92 8.16
2 Vietnam 8.25 7.91
3 Filipina 8.00 7.80
4 Cina 7.00 7.58
5 India 9.17 6.76
6 Malaysia 5.71 6.13
7 Taiwán 5.83 5.91
8 Kora Selatan 5.75 5.44
9 Hong Kong 3.33 3.13
10 Jepang 3.25 3.01
11 Singapura 0.90 1.30
Keterangan : Semakin tinggi skor, semakin jelek tingkat korupsinya.
Jika melihat data-data yang telah dipaparkan di atas, maka pantaslah bangsa
Indonesia mengalami kemunduran dalam berbagai macam posisi di dunia. Untuk
mengatasi permasalahan tersebut, pemerintah harus membina bangsa dengan
menanamkan nilai-nilai positif agar bangsa Indonesia memiliki karakter yang positif dan
mampu bersaing dengan negara lain di era globalisasi.
Langkah Pemerintah Indonesia
Gagasan pembangunan bangsa unggul sebenarnya telah ada semenjak
diproklamirkannya kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945.
Pimpinan nasional kita yang pertama yakni Soekarno telah menyatakan perlunya nation
and character building sebagai bagian integral dari pembangunan bangsa.
Karakter suatu bangsa berperan besar dalam mempertahankan eksistensi bangsa
Indonesia. Cukup banyak contoh empiris yang membuktikan bahwa karakter bangsa yang
kuat berperan besar dalam mencapai tingkat keberhasilan dan kemajuan bangsa. Contoh
pertama adalah Cina. Negeri ini bisa dikatakan tidak lebih makmur dibandingkan dengan
Indonesia di era ’70-an. Namun dalam kurun waktu kurang dari 30 tahun, dengan disiplin
baja dan kerja keras, Cina telah berhasil bangkit menggerakkan mesin produksi
nasionalnya. Budaya disiplin Cina tercermin dari berhasilnya negeri ini menekan masalah
korupsi di kalangan birokrat secara substansial. Sedangkan budaya kerja keras tampak
nyata dari semangat rakyat ini untuk bersedia selama 7 hari dalam seminggu untuk
bekerja demi mencapai keunggulan dan kejayaan negerinya. Saat ini Cina tidak saja
menjadi negara pengekspor terbesar, akan tetapi lebih dari itu, produksi ekspor Cina
semakin banyak yang memiliki kandungan teknologi menengah dan teknologi tinggi.
Contoh lainnya adalah India. Negara ini sekarang telah berhasil menjadi salah
satu negara yang sanggup berswasembada pangan. Dengan jumlah penduduk kedua
terbanyak di dunia, maka pencapaian posisi kesanggupan memenuhi kebutuhan pangan
secara mandiri merupakan prestasi yang sangat membanggakan. Keberhasilan ini
didorong oleh karakter kuat bangsa India untuk maju dan membangun dengan
kemampuan sendiri atau yang dikenal dengan istilah budaya Swadeshi. Prinsip inilah
yang membuat India tumbuh menjadi negara paling mandiri di Asia saat ini. Berbagai
kebutuhan hidup mulai dari paling sedehana seperti sabun mandi hingga mobil, mesin-
mesin industri, kapal laut bahkan pesawat terbang dibuat sendiri. Meskipun produk-
produk tersebut kualitasnya rendah jika dibandingkan dengan produk Jepang dan Barat
akan tetapi semangat Swadeshi telah menjadikan ketergantungan India terhadap produk
impor sangat rendah. Ekonomi India bukanlah yang terbaik di Asia, namun hutang luar
negeri India nyaris tidak ada.
Karakter bangsa-bangsa lainnya juga hampir sama. Intinya ada kombinasi antara
semangat juang, disiplin dan kerja keras. Indonesia yang memiliki sumber daya alam dan
sumber daya manusia yang melimpah seharusnya dapat menjadi salah satu bangsa yang
unggul di kancah dunia. Namun, untuk mencapai hal tersebut bangsa Indonesia haruslah
berbenah diri terlebih dahulu dan harus membangun bangsa ini dengan menumbuhkan
karakter positif di diri setiap bangsa Indonesia. Pemerintah sebagai regulator bangsa
harus menyiapkan langkah-langkah strategis agar dapat membangun karakter bangsa
Indonesia yang unggul dan siap bersaing dengan bangsa lain di era globalisasi. Beberapa
langkah yang dapat diambil pemerintah untuk membangun karakter bangsa antara lain:
1. Mengiternalisasikan pendidikan karakter pada instansi pendidikan semenjak tingkat
dini atau kanak-kanak. Pendidikan karakter yang dilakukan di instansi pendidikan dapat
dilakukan dengan selalu memberikan arahan mengenai konsep baik dan buruk sesuai
dengan tahap perkembangan umur anak. Penerapan pendidikan karakter di instansi
pendidikan dapat mengikuti pilot project SBB dan TK Karakter milik yayasan Indonesia
Heritage Foundation.3 Penerapan model tersebut adalah sebagai berikut:
a) Memakai acuan nilai-nilai dari 9 pilar karakter, yaitu cinta Tuhan dan segenap
ciptaan-Nya; kemandirian dan tanggung jawab; kejujuran atau amanah dan
bijaksana; hormat dan santun, dermawan, suka menolong dan gotong royong;
percaya diri, kreatis, dan pekerja keras; kepemimpinan dan keadilan; baik dan
rendah hati; serta toleransi, kedamaian dan kesatuan.
b) Mengajarkan pilar-pilar dalam kurun 2 tahun sekolah.
c) Menggunakan kurikulum karakter (kurikulum eksplisit), yang diterapkan dengan
refleksi pilar setiap hari selama 20 menit
d) Menggunakan sistem ”Pembelajaran Terpadu Berbasis Karakter”.
e) Menggunakan teori DAP (Development Appropriate Practices), teori Integrated
Learning System, metode pembelajaran inquiry-based learning, dan cooperatice
learning.
f) Menerapkan co-parenting.
2. Menanamkan sebuah koordinasi gerakan revitalisasi kebangsaan bersama generasi
muda yang diarahkan terutama pada penguatan ketahanan masyarakat dan bangsa
terhadap upaya nihilisasi pihak luar terhadap nilai-nilai budaya positif bangsa Indonesia.
Upaya ini memerlukan andil generasi muda sebagai subyek program karena para generasi
muda adalah penerus bangsa yang akan menentukkan masa depan dan integritas bangsa
Indonesia. Menurut Rajasa (2007), tiga peran penting generasi muda dalam upaya
pembanguan karakter bangsa adalah
a) Sebagai pembangun-kembali karakter bangsa yang positif. Esensi peran ini adalah
adanya kemauan keras dan komitmen dari generasi muda untuk menjunjung
tinggi nilai-nilai moral di atas kepentingan-kepentingan sesaat sekaligus upaya
kolektif untuk menginternalisasikannya pad kegiatan dan aktifitasnya sehari-hari.
b) Sebagai pemberdaya karakter. Pembangunan kembali karakter bangsa tentunya
tidak akan cukup, jika tidak dilakukan pemberdayaan secara terus-menerus.

3
Sehingga generasi muda juga dituntut untuk mengambil peran sebagai
pemberdaya karakter. Bentuk praktisnya adalah kemauan dan hasrat yang kuat
dari generasi muda untuk menjadi role model dari pengembangan karakter bangsa
yang positif.
c) Sebagai perekayasa karakter sejalan dengan perlunya adaptifitas daya saing untuk
memperkuat ketahanan bangsa. Peran ini menuntut generasi muda untuk terus
melakukan pembelajaran.
3. Meningkatkan daya saing bangsa dalam bentuk kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Menurut Porter (1999) dalam Rajasa (2007), pemahaman daya saing sebagai
salah satu keunggulan yang dimiliki suatu entitas dibandingkan dengan entitas lainnya,
bukanlah baru muncul di era abad ke-21 sekarang ini. Peran daya saing dalam meujudkan
suatu entitas lebih unggul dibandingkan lainnya sebenarnya suatu keniscayaan semenjak
masa lampau. Daya saing disini tentunya harus dipahami dalam arti yang sangat luas.
Peran teknologi informasi dan telekomunikasi, menurut Porter, hanya sebatas
mempercepat sekaligus memperbesar peran daya saing dalam menentukan keunggulan
suatu entitas dibandingkan dengan entitas lainnya.
4. Menggunakan media massa sebagai penyalur upaya pembangunan karakter bangsa.
Menurut Oetama (2006) peran media ada tiga, yaitu sebagai penyampai informasi,
edukasi,dan hiburan. Peran strategis ini hendaknya dapat didayagunakan pemerintah
bekerjasama dengan pemilik media untuk menayangkan informasi yang positif dan
mendukung terciptanya karakter bangsa yang kompetitif.
Keempat langkah di atas hanyalah sebagian dari langkah-langkah strategis yang
dapat diambil oleh pemerintah Indonesia untuk membangun karakter bangsa ini. Masih
banyak cara yang dapat ditempuh agar bangsa ini menjadi bangsa yang memiliki
kapasitas daya saing yang tinggi, agar mampu memberikan komplementasi pada sistem
sivilisasi global atau pada era globalisasi dan memberikan peran pada sektor-sektor
ekonomi yang bernilai tambah tinggi. Juga memiliki karakter yang positif, disiplin, dan
sebagainya.

5. Kesimpulan dan Saran


Harus diakui bahwa sorotan terhadap kemandirian bangsa saat ini semakin
mengemuka. Sebagian dari sorotan tersebut dapat dijawab dengan argumen fenomena
globalisasi. Sebuah kondisi dimana mau tidak mau atau suka tidak suka, kita harus
memberikan peluang dan akses yang sama kepada segala pihak, termasuk pihak asing,
untuk ikut terlibat dalam berbagai percaturan nasional maupun regional di berbagai
bidang, berikut segala konsekuensinya.
Menghadapi kondisi tersebut, maka kita haruslah meningkatkan daya saing
bangsa, tentunya dalam arti luas, dimana tidak hanya meningkatkan kapasitas secara
fisik, tetapi juga kapasitas moral bangsa yang berkarakter.
Pembangunan karakter bangsa ini dapat dilakukan pemerintah melalui
internalisasi karakter di instansi pendidikan semenjak dini atau tingkat kanak-kanak
dengan menerapkan 9 pilar dalam model SBB dan TK. Karakter yayasan Indonesia
Heritage Foundation, menanamkan sebuah koordinasi gerakan revitalisasi kebangsaan
bersama generasi muda yang diarahkan terutama pada penguatan ketahanan masyarakat
dan bangsa terhadap upaya nihilisasi pihak luar terhadap nilai-nilai budaya positif bangsa
Indonesia, dan meningkatkan daya saing bangsa dalam bentuk kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
Semoga dengan upaya membangun karakter bangsa ini, bangsa Indonesia dapat
bersaing dengan bangsa lain di era globalisasi yang kian mendekat.

6. Daftar Pustaka
Handayani. 2007. Problematika Sistem Pendidikan Indonesia dan Gagasan Based Sayria’
Education. http://ayok.wordpress.com/2007/06/18\problematika-sistem-
indonesia-gagasan-based-syaria-education/ [19 Maret 2008]
http://undp.org/hdr/2004 [19 Maret 2008].
http://asiarisk.com [19 Maret 2008].
Megawangi, Ratna. 2007. Pendidikan Karakter. Cimanggis: Indonesia Heritage
Foundation.
Oetama, Jakob. 2006. Peran Media, Membangun karakter Bangsa. http://www.forum-
rektor.org/opini.php?hal=3&no=21 [19 Maret 2008].
Rajasa, Hatta M. 2007. Memaknai Kemerdekaan dari Perspektif Pembinaan Karakter.
http://www.setneg.go.id/index.php?
option=com_content&task=view&id=738&Itemid=135[19 Maret 2008].
_____________. 2007. Membangun karakter Bangsa dan Kemandirian Bangsa.
http://www.setneg.go.id/index.php?
option=com_content&task=view&id=529&Itemid=116 [19 Maret 2009].

Anda mungkin juga menyukai