Anda di halaman 1dari 26

PROPOSAL

“ PERAN PEMERINTAH DALAM MENANGANI KONFLIK ANTARA


TRANSPORTASI ONLINE DENGAN TRANSPORTASI
KONVESIONAL DI KOTA BANDA ACEH ”
(STUDI KASUS : Dinas Perhubungan Kota Banda Aceh)

Disusun Oleh:
NURMAINI
160802080

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU PEMERINTAHAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY BANDA ACEH
TAHUN 2019

DAFTAR ISI

1
HALAMAN JUDUL ...............................................................................................
LEMBARAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................
KATA PENGANTAR .............................................................................................
DAFTAR ISI ............................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah ...................................................................
1.2. Identifikasi dan Perumusan Masalah .................................................
1.3. Tujuan Penelitian ...............................................................................
1.4. Manfaat Penelitian .............................................................................
1.5. Penelitian Terdahulu Yang Relavan...................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Landasan Teori ..................................................................................
2.2. Pengertian ..........................................................................................

BAB IIIMETODE PENELITIAN


3.1. Pendekatan Penelitian ........................................................................
3.2. Lokasi Penelitian ...............................................................................
3.3. Sumber Data ......................................................................................
3.4. Teknik Pengumpulan Data ................................................................
3.5. Teknik Analisis Data .........................................................................

DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................

2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pelayanan publik adalah suatu tanggung jawab yang wajib dilaksanakan
oleh pemerintah kepada rakyatnya, sebagai upaya negara dalam memenuhi
kebutuhan dasar dan hak-hak warga negarannya. Pelayanan tersebut
merupakan salah satu tugas dan fungsi penting bagi pemerintah dalam
menyelenggarakan tugas-tugas pemerintahannya, yang dilaksanakan mulai
dari pemerintahan daerah sampai ke pusat.1
UU No 25 tahun 2009 tentang Pelayanan Publik mendefinisikan pelayanan
publik sebagai “suatu rangkaian kegiatan dalam rangka upaya memenuhi
kebutuhan pelayanan sesuai yang telah dirumuskan dalam peraturan
perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa,
dan pelayanan administratif yang disediakan penyelenggara pelayanan
publik”.2 Salah satu bentuk dari pelayanan publik di bidang jasa adalah
penyediaan transportasi umum/publik.
Transportasi merupakan suatu sarana yang sangat penting di dalam
kehidupan masyarakat, karena dengan adanya transportasi dapat membuat
masyarakat mudah dalam melaksanakan “mobilisasi” dalam melaksanakan
aktivitas di kehidupan sehari-hari.3 Transportasi umum adalah salah satu
bentuk pelayanan yang diberikan oleh pemerintah kepada publik agar dapat
terpenuhi kewajiban pemerintah sebagai organisasi publik. Namun dengan
pesatnya kemajuan teknologi informasi di era globalisasi ini maka banyak
bermunculan berbagai jenis bentuk pelayanan jasa transportasi yang
termaksud di dalamnya yaitu transportasi berbasis online.4

1
M.Hamdani Pratama, STRATEGI MENINGKATKAN KUALITAS PELAYANAN
PUBLIK (Studi Deskriptif tentang Strategi UPTD Pengujian Kendaraan Bermotor Tandes Kota
Surabaya dalam Meningkatkan Kualitas Pelayanan Pengujian Kendaraan Bermotor), Jurnal
Kebijakan dan Manajemen Publik, Vol. 3, (3), (2015), h.90
2
Novia Rahma, DKK, Peranan Dinas Perhubungan Dalam Meningkatkan Pelayanan
Masyarakat Di Bidang Angkutan Kota (Studi Pada Dinas Perhubungan Kota Malang), Jurnal
Administrasi Publik, Vol. 1, (7), h. 1298
3
Yuditya Wardhana, Kebijakan Publik Berpihak Pada Siapa? (Kontroversi Transportasi
Konvesional VS Transportasi Online)

3
Transportasi berbasis online menurut Hariyanto adalah transportasi yang
mengikuti perkembangan zaman dengan memanfaatkan teknologi berbasis
aplikasi baik untuk pemesanan maupun pembayaran5. Yang termaksud ke
dalam jenis trasnportasi berbasis online diantaranya yaitu Grabbike dan Go-
jek.
Transportasi online itu sendiri mulai ada di Indonesia sejak Tahun 2010.
Sedangkan di Banda Aceh transportasi online ini mulai beroperasi pada 2
Agustus 2017. Di awal beroperasi, transportasi online belum adanya regulasi
khusus dari pemerintah yang mengatur tentang keberadaan transportasi online
tersebut. Akan tetapi, seiring berjalannya waktu trasportasi online ini semakin
digemari oleh masyarakat karena transportasi online ini menggunakan aplikasi
jadi masyarakat mudah untuk memesannya dan langsung di jemput dimana
saja lokasi pesannya, biayanya yang murah dan juga pelayanannya yang baik.
Sehingga menurut pemerintah perlu adanya sebuah regulasi khusus yang
mengatur penyelenggaraan transportasi online di indonesia serta adanya
jaminan keselamatan bagi driver transportasi online. Oleh karena itu, Menteri
Perhubunga mengeluarkan Peraturan diantaranya: Peraturan Menteri
Perhubungan Republik Indonesia Nomor 118 Tahun 2018 Tentang
“Penyelenggaraan Angkutan Sewa Khusus”6, dan Peraturan Menteri
Perhubungan Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2019 Tentang
“Pelindungan Keselamatan Pengguna Sepeda Motor Yang Digunakan Untuk
Kepentingan Masyarakat”7.
Namun, tingginya minat masyarakat pada transportasi online
menyebabkan terjadinya konflik dengan transportasi konvesional. Walaupun
transportasi online tersebut sudah ada regulasi dari pemerintah tidak membuat

4
Karmila, DKK, Peran Pemerintah Dalam Menangani Angkutan Umum Berbasis Online
(Studi Di Kota Malang), ISSN: 2302-8432, Vol. XIII, (1), (2019), h.24
5
Prinka Kurniasari dan Swasta Priambada, Analisis Persepsi Kemanfaatan dan Persepsi
Kemudahan Terhadap Minat Perilaku Penggunaan Aplikasi Transportasi Online Pada
Mahasiswa Universitas Brawijaya, Jurnal Administrasi Bisnis, Vol. 58, (2), (2018), h. 132
6
Peraturan Mentri Perhubungan No 118 Tahun 2018 Tentang “Penyelenggaraan
Angkutan Sewa Khusus”
7
Peraturan Mentri Perhubungan No 12 Tahun 2019 Tentang “Perlindungan Keselamatan
Pengguna Sepeda Motor Yang Digunakan Untuk Kepentingan Masyarakat”

4
konflik antara driver transportasi online dengan konvesioanal mereda. Tetap
saja hadirnya transportasi online di Kota Banda Aceh banyak menuai konflik
dengan driver angkutan konvesioanal sehingga terjadinya kecaman dan
demonstrasi yang di lakukan oleh driver angkutan konvesional untuk menolak
angkutan umum berbasis online tersebut.
Dari hasil observasi awal penulis, melalui media sosial pada tanggal 11
juni 2018 pernah terjadi konflik antara driver taxi bandara dengan driver
transportasi online di Bandara Sultan Iskandar Muda Blang Bintang Aceh
Besar, di video yang beredar yang manjadi objek kekerasan yaitu driver taxi
online yang dipukul oleh para driver taxi konvesional bandara. Bahkan
Koalisi Transportasi Aceh (KTA) yang tergabung dalam beberapa perusahaan
tranportasi di Aceh sempat melayangkan tuntutan agar transportasi online
tersebut ditutup. Mereka juga mendesak Gubernur untuk menerbitkan
peraturan tentang keberadaan transportasi online itu serta mereka meminta
agar Gubernur Aceh untuk tidak memberikan izin bagi transportasi berbasis
online di Aceh dan memberhentikan transportasi berbasis online yang sudah
beroperasi di Aceh karena mereka menganggap dengan hadirnya trasnportasi
online dapat mempengaruhi pendapat mereka.
Atas dasar beberapa permasalahan diatas maka peneliti tertarik untuk
membuat penelitian tentang “Peran Pemerintah Dalam Menangani Konflik
Antara Transportasi Online Dengan Konvesional Di Kota Banda Aceh”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dari penelitian ini
adalah:
1. Bagaimana peran pemerintah dalam menangani konflik antara transportasi
online dengan transportasi konvesional di Kota Banda Aceh?
2. Apa saja kendala pemerintah dalam mengatasi konflik antara transportasi
online dengan transportasi konvesional?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka penelittian ini bertujuan untuk:

5
1. Untuk mengetahui bagaimana peran pemerintah dalam menangani konflik
antara transportasi online dengan transportasi konvesional di Kota Banda
Aceh?
2. Untuk mengetahui Apa saja kendala pemerintah dalam mengatasi konflik
antara transportasi online dengan transportasi konvesional?
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1. Secara teoritik
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah atau memperluas
wawasan serta dapat memberikan informasi tentang bagaimana peran
pemerintah dalam menjadi penengah konflik antara transportasi online
dengan konvesional serta kendala apa yang dihadapi oleh pemerintaha
dalam hal menagani konflik antara transportasi online dengan kovesional.
2. Secara praktik
a. Bagi akademik, Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah
referensi di perpustakaan akademik agar dapat memudahkan dalam
mencari referensi peneliti selanjutnya tentang peran pemerintah dalam
menangani permasalah konflik antara transportasi online dengan
konvesional.
b. Bagi pemerintah, dengan hasil penelitian ini diharapkan dapat
membantu pemerintah dalam mengambil langkah-langkah serta
menjadi bahan masukan dalam perumusan kebiajakan untuk mengatasi
konflik antara driver transportasi online dengan konvesional.
1.5 Penelitian Terdahulu
Dalam melakukan penelitian ini, peneliti telah meninjau dan memahami
beberapa hasil penelitian sejenisnya untuk digunakan sebagai bahan rujukan
dan menghindari adanya persamaan pada penelitian yang akan dilaksanakan.
Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Karmila, DKK yang berjudul
“Peran Pemerintah Dalam Menangani Angkutan Umum Berbasis Online Studi
di Kota Malang”. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode
kualitatif deskriptif. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam

6
penelitian ini yaitu melalui wawancara secara mendalam dan observasi. Hasil
dari penelitian ini menjelaskan bahwa peranan pemerintah Kota malang dalam
menyelesaikan persaingan (konflik) antara angkutan umum berbasis online
dengan angkutan umum konvesional yaitu dengan cara Pemerintah Kota
Malang menggunakan metode mengajak bernegosiasi dengan kedua angkutan
umum tersebut dengan membagi zona-zona beroperasi di tempat-tempat
tertentu seperti di bandara dan stasiun, sehingga tidak terjadi konflik dan
kecemburuan antara kedua angkutan tersebut.8
Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Al Araaf Yusuf yang berjudul
“Resolusi Konflik Transportasi Dalam Jaringan Dan Trasnportasi Konvesional
Di Kota Bandar Lampung Tahun 2017 (Studi Konflik Go-Jek dan Persatuan
Ojek Kota Bandar Lampung)”. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif
deskriptif. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
yaitu melalui observasi, dokumentasi dan wawancara. Hasil dari penelitian ini
menjelaskan bahwa peran “lembaga pemerintahan Kota Bandar Lampung
seperti pihak Kepolisian, DPRD, dan Dinas Perhubungan dalam menangani
konflik antara transportasi online dengan transportasi konvesional belum
maksimal melalui proses mediasi, dikarenakan dari pihak Pemerintah pusat
Kota Bandar Lampung sendiri belum turun tangan langsung dalam
menyelesaikan konflik ini sehingga proses mediasi yang dilakukan sebagai
resolusi konflik yang dilakukan selama ini cenderung mengalami kebuntuan
karen yang menjadi penengah tidak tegas sehingga pihak yang terlibat konflik
tetap dengan keinginannya masing-masing”.9
Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Nur Ali yang berjudul “Konflik
Transportasi Konvesional Dengan Trasnportasi Berbasis Online Di Kota
Medan Provinsi Sumatra Utara (Studi Kasus Konflik Antara Gojek Versus
Becak Bermotor)”. Metode Penelitian yang digunakan yaitu metode penelitian

8
Karmila, DKK, Peran Pemerintah Dalam Menangani Angkutan Umum Berbasis Online
(Studi Di Kota Malang), ISSN: 2302-8432, Vol. XIII, (1), (2019), h.26
9
Al Araaf Yusuf, Resolusi Konflik Transportasi Dalam Jaringan Dan Trasnportasi
Konvesional Di Kota Bandar Lampung Tahun 2017 (Studi Konflik Go-Jek dan Persatuan Ojek
Kota Bandar Lampung), Skripsi Diterbitkan (Bandar Lampung: Universitas Lampung:2018),
h.134

7
kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
yaitu melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil dari penelitian
menunjukkan bahwa solusi dari Dinas Perhubungan Kota Medan dalam
menangani konflik antara transportasi online dengan transportasi konvesional
dengan cara melakukan mediasi kepada beberapa pihak yaitu dari pihak gojek
dan becak, dan menentukan batas zona penjemputan yang diperboleh untuk
driver transportasi online berjarak 100 meter dari pangkalan becak.10
Dari beberapa penelitian diatas yaitu membahas tentang bagaimana peran
pemerintah dalam menangani konflik antara transportasi online dengan
transportasi konvesional, tentu berbeda dengan penelitian penulis dimana
selain penulis ada membahas peran pemerintah dalam menangani konflik
antara transportasi online dengan transportasi konvesional, penulis juga
membahas kendala yang dialami oleh pemerintah dalam mengatasi konflik
antara transportasi online dengan transportasi konvesional. Selain itu juga
terdapat perbedaan dari segi tempat, waktu, lokasi maupun aktor yang berbeda
dari penelitian lain.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
10
Nur Ali, Konflik Transportasi Konvesional Dengan Trasnportasi Berbasis Online Di
Kota Medan Provinsi Sumatra Utara (Studi Kasus Konflik Antara Gojek Versus Becak Bermotor),
Skripsi Diterbitkan, (Medan: Universitas Medan Area, 2019), h.53

8
2.1 Landasan Teori
1. Teori Peran (Rhole Theory)
Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendirian.
Didalam menjalin hubungan antara sesama manusia terdapat seorang
pemimpin dan bawahan, pemerintah dan masyarakatnya, dan lain
sebagainya. Menurut Merton dalam Raho menjelaskan bahwa peran dapat
diartikan sebagai suatu tindakan yang diharapkan oleh masyarakat dari
orang yang menduduki status tertentu serta mempunyai kewenangan
dalam status sosial khusus.11
Menurut Bruce J Cohen peran merupakan suatu tindakan yang
dilakukan oleh seseorang yang menduduki status tertentu atau seseorang
yang mempunyai wewenang.12 Selain itu, Robbins juga menjelaskan
peran sebagai “a set of expected behavior patterns attributed to someone
occupying a given position in a social unit” (sebagai suatu tindakan yang
dilakukan oleh seseorang dikarenakan menempati posisi status sosial yang
khusus). Biddle & Thomas mengklasifikasi teori peran dalam empat
golongan, yaitu13:
1. Orang-orang yang mengambil bagian dalam interaksi sosial.
2. Perilaku yang muncul dalam interaksi tersebut.
3. Kedudukan orang-orang dalam perilaku.
4. Kaitan diantara orang dan perilaku.
Berdasarkan beberapa penjelasan di atas tentang teori peran, maka
dapat di simpulkan bahwa peran adalah suatu perilaku atau tindakan yang
dilakukan oleh seseorang yang mempunyai wewenang dan kedudukan
khusus dalam masyarakat serta tindakan tersebut menjadi tugas dan
tanggung jawabnya dan sangat diharapkan oleh banyak orang.
11
Ayyub Siswanto, Peranan Pemerintah Daerah Dalam Mengatasi Konflik Antar
Kelompok Di Kecamatan Sabbang Kabupaten Luwu Utara, Skripsi Diterbitkan (Makassar:
Universitas Hasanuddin: 2014),
12
Mutiawanthi, Tantangan “Role”/ Peran yang Dihadapi oleh Mantan Perawat IJ-EPA
Setelah Kembali ke Indonesia, Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI HUMANIORA, Vol. 4,
(2), (2017), h.107
13
M. Alfi Syahri, Peran Dan Wewenang Majelis Tuha Peut Dalam Membuat Kebijakan
Partai Aceh (Studi Kasus Dewan Pimpinan Partai Aceh), Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP
Unsyiah, Vol. 3, (1-22), (2018), h.7-8

9
Jadi, dalam hal ini peran yang dimaksud dari penelitian yang ingin
penulis teliti yaitu bagaimana peran pemerintah dalam manangani konflik
antara transportasi online dengan transportasi konvesional sesuai dengan
kewenangan Pemerintah Daerah yang diatur dalam UU No. 7 Tahun 2012
tentang Penanganan Konflik Sosial dan Permendagri No. 42 Tahun 2015
tentang Koordinasi Penanganan Konflik Sosial.

2. Peran Pemerintah
Pemerintah merupakan suatu bentuk perwujudan dari kehendak rakya,
oleh karena itu pemerintah harus memperhatikan kepentingan rakyat dan
melaksanakan fungsi pelayanan publik dan pengaturan warga negara.
Untuk melaksanakan fungsi tersebut, pemerintah melakukan aktivitas
pelayanan, pengaturan, pembinaan, koordinasi, pengelolaan dan
pembangunan. Ndraha menjelaskan bahwa “peran pemerintah dalam
pembangunan sangat luas, mulai dari hal bersifat ideologi dan spiritual”.
Dan Rasyid juga menjelaskan bahwa dalam menjalankan suatu
pemerintahan, maka tugas pokok yang harus dilaksanakan oleh pemerintah
terdapat tiga fungsi yaitu: pelayanan, pemberdayaan, dan pembanguna.
Yang dimana Rasyid dari ide tugas pokok tersebut menjelaskan bahwa
suatu pelayanan yang baik akan menciptakan keadilan dalam masyarakat
serta akan mendorong pembangunan sehingga menciptakan kemakmuran
dalam masyarakat.14
Arief menjelaskan bahwa ada beberapa peran Pemerintah dalam
melakukan pembinaan kepada masyarakat antara lain:
a. Pemerintah berperan sebagai regulator yaitu dengan menyiapkan arah
untuk menyeimbangkan penyelenggaraan pembangunan melalui
penerbitan peraturan. Sebagai regulator pemerintah memberikan acuan
dasar kepada masyarakat sebagai instrumen untuk mengatur segala
kegiatan pelaksanaan pemberdayaan.

14
Hendrik Risman, Upaya Pemerintah Daerah Kabupaten Kutai Barat Dalam
Menyelesaikan Konflik Tapal Batas Antar Kampung Di Daerah Kabupaten Kutai Barat (Konflik
Kampung Muhur Dan Kampung Kaliq), eJournal Pemerintahan Integratif, Vol, 3,(3),( 2015)

10
b. Peran pemerintah sebagai dinamisator yaitu sebagai penggerak
partisipasi masyarakat jika terjadi kendala-kendala dalam proses
pembangunan untuk mendorong dan memelihara dinamika
pembangunan daerah. Biasanya pemberian bimbingan diwujudkan
melalui tim penyuluh maupun badan tertentu untuk memberikan
pelatihan.
c. Peran pemerintah sebagai fasilitator yaitu pemerintah menciptakan
kondisi yang kondusif bagi pelaksanaan pembangunan untuk
mengoptimalkan pembangunan daerha. Sebagai fasilitator, pemerintah
bergerak di bidang pendampingan melalui pelatihan, pendidikan, dan
peningkatan keterampilan, serta di bidang pendanaan atau permodalan
melalui pemberian bantuan modal kepada masyarakat yang
diberdayakan15
3. Teori Konflik
Kata konflik berasal dari bahasa latin “configere”, yang artinya saling
memukul. Dari kaca mata sosiologis, konflik merupakan suatu proses
sosial yang terjadi antara dua orang, dua kelompok, atau lebih yang salah
satu pihaknya berusaha untuk menyingkirkan yang lainnya. Sebagai proses
sosial konflik terjadi karena adanya pebedaan antara individu yang terlibat
dalam suatu interaksi. Perbedaan tersebut bisa menyangkut ciri fisik,
tingkat kemampuan, adat dan tata cara, keyakinan dan lain sebagainya.16
Beberapa ahli mendefinisikan konflik sebagai berikut:
a. Menurut Soejono Soekanto menjelaskan bahwa konflik merupakan
pertentangan untuk berusaha memenuhi tujuan dengan jalan
menentang pihak lawan17.
b. Menurut Kartono konflik adalah proses sosial yang bersifat
antagonistik dan terkadang tidak bisa diserasikan karena dua belah
pihak yang konflik memiliki tujuan,sikap dan struktur nilai yang
15
Fatwa Fahrunnisa, DKK, Peran Pemerintah Dalam Menangani Konflik Pemutusan
Hubungan Kerja Karyawan Pt Gunung Mas Di Kabupaten Pangkep, Jurnal Administrasi Publik,
Vol, 3,(3),(2017), h.313
16
Puline Pudjiastiti, Sosiologi Untuk SMA/MA Kelas XI, (Grasindo), h.4
17
Ibid16

11
berbeda, yang terlihat dari bentuk perilaku perlawanan, baik yang
halus, terkontrol, tersembunyi, tidak langsung.18
c. Menurut Drs Ariyano, Konflik merupakan suatu proses dimana kedua
belah pihak berusaha untuk mengagalkan tercapainya tujuan yang di
inginkan oleh masing-maising pihak yang akibatkan karena adanya
perbedaan pendapat, nilat maupun tuntutan dari masing-masing
pihak.19
d. Menurut James W. Vander Zander menjelaskan konflik sebagai suatu
pertentangan mengenai nilai atau tuntutan hak atas kekayaan, status,
atau wilayah untuk menetralkan, merugikan ataupun menyisihkan
lawan mereka20
Wirawan juga menjelaskan bahwa terjadinya konflik di sebabkan oleh
beberapa faktor diantaranya yaitu:
a. Keterbatasan Sumber, konflik juga akan terjadi apabila adanya
keterbatasan sumber sehingga manusia akan memicu suatu persaingan
untuk mendapatkan sumber yang menjadi kebutuhanya yaitu seperti
sumber berupa fasilitas kerja, jabatan, tempat tinggal, dan lain-lain.
b. Perbedaan Tujuan, konflik juga akan terjadi karena adanya perbedaan
tujuan dan kepentingan antara individu maupun kelompok. Contohnya
seperti fenomena konflik antara transportasi konvensional dan
transportasi online.
c. Ambiguitas Yuridiksi, konflik dapat terjadi yang disebabkan karena
belum memiliki kejelasan terhadap struktur, tugas dan wewenang yang
dimiliki pada sebuah organisasi. Konflik ini sering terjadi pada tingkat
pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Walaupun memiliki tugas
yang sama, namun dikerjakan oleh pemerintah yang berbeda sehingga

18
Bagja Waluya, Sosiologi Menyelami Fenomena Sosial Di Masyarakat, (Bandung: PT
Setia Purna Inves, 2017), h.33
19
Agung S.S. Raharjo, Buku Kantong Sosiologi SMA IPS, (Yogyakarta: Pustaka
Widyatama, 2009), h.46
20
Bagja Waluya, Sosiologi Menyelami Fenomena Sosial Di Masyarakat, (Bandung: PT
Setia Purna Inves, 2017), h.33

12
dapat menimbulkan konflik. Contoh seperti pemerintah daerah
membuat aturan yang menyalahi aturan pemerintah pusat.
d. Perbedaan Budaya, konflik juga bisa terjadi karena perbedaan suku,
agama dan ideologi. Hal ini dapat sering ditemui terutama di negara
Indonesia yang memiliki karakteristik masyarakat yang berbeda beda.21
4. Resolusi Konflik
Dalam bahasa inggris resolusi konflik disebut sebagai “conflict
resoluton” yang memiliki arti berbeda-beda menurut para ahli. Menurut
Levine Resolusi dalam Webster Dictionary merupakan suatu “tindakan
mengurangi permasalalah, pemecahan, serta penghapusan atau
penghilangan permasalahan”. Sedangkan menurut Mindes yang dikutip
oleh Rahmantyo mendefinisikan resolusi konflik sebagai suatu
kemampuan yang dilakukan untuk menyelesaikan perbedaan yang terjadi
yang memerlukan keterampilan yang baik dalam bernegoisasi, kompromi
serta mengembangkan rasa keadilan sehingga konflik tersebut dapat
terselesaikan.22
Dari penjelasan kedua ahli di atas maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa resolusi konflik adalah salah suatu cara dilakukan oleh individu
ataupun kelompok dalam hal menyelesaikan konflik yang terjadi antara
manusia dengan melibatkan pihak ketiga yang pandai dalam hal
bernegosiasi dan memiliki wewenang dalam hal menyelesaikan konflik
yang sedang terjadi.
Adapun langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam upaya
penyelesaian konflik diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Mediasi
Menggunakan mediasi dalam menyelesaikan konflik merupakan
salah satu strategi yang baik. Yang dimana didalam mediasi tersebut
21
Andri Trisna dan M,R, Khairul Muluk, Peran Pemerintah Daerah dalam Penyelesaian
Konflik antara Transportasi Konvensional dan Transportasi Online (Studi pada Dinas
Perhubungan Kota Malang), Jurnal Ilmiah Administrasi Publik, Vol.4, (2), (2018), h.159
22
Muhammad Sinduprabowo, Resolusi Konflik Pendirian Pabrik Semen Antara Pt.
Sahabat Mulia Sakti Dengan Masyarakat Di Kabupaten Pati Tahun 2015 (Studi Kasus : Peran
Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng), Skripsi Diterbitkan, (Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta : 2017), h.19

13
adanya Mediator yang merupakan pihak ketiga yang tidak terlibat
dalam konflik dan memiliki tugas untuk memberikan rasa adil
terhadap pihak-pihak yang berkonflik sehingga solusi yang diberikan
oleh mediator akan dijadikan salah upaya sebagai penyelesaian
konflik.23
b. Negosiasi
”Negosiasi merupakan salah satu strategi dalam penyelesaian
konflik, dimana para pihak setuju untuk menyelesaikan persoalan
mereka melalui proses musyawarah atau perundingan. Menurut June
Starr dalam Abbas, negosiasi adalah suatu proses struktur di mana para
pihak yang bersengketa berbicara sesama mereka mengenai persoalan
yang diperselisihkan dalam rangka mencapai persetujuan atau
kesepakatan bersama.”24
c. Ajudikasi
Strategi ajudikasi ini berbeda dengan mediasi dimana pihak ketiga
di sini memberikan pendapat atau rekomendasi. Pihak ketiga dalam
ajudikasi ini merupakan seseorang yang mempunyai kewenangan atau
otoritas dalam mengambil keputusan ataupun membuat suatu
kebijakan yang dapat menyelesaikan permasalahan tersebut.25
2.2 Pengertian
1. Pengertian Pemerintah
Jika dilihat dari segi bahasa kata “pemerintah” atau “pemerintahan”
berasal dari kata “perintah” yang berarti sesuatu yang harus dilaksanakan.
Didalam kata tersebut ada beberapa unsur yang menjadi ciri khas dari
“perintah” yaitu26:

23
Bagja Waluya, Sosiologi Menyelami Fenomena Sosial Di Masyarakat, (Bandung: PT
Setia Purna Inves, 2017), h.33
24
Muhammad Sinduprabowo, Resolusi Konflik Pendirian Pabrik Semen Antara Pt.
Sahabat Mulia Sakti Dengan Masyarakat Di Kabupaten Pati Tahun 2015 (Studi Kasus : Peran
Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng), Skripsi Diterbitkan, (Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta : 2017), h.26
25
Ibid24
26
Rendy Adiwilaga, DKK, Sistem Pemerintahan Indonesia, (Yogyakarta: Grup Penerbit
CV Budi Utama, 2018), h.3

14
a. Adanya “keharusan”, menunjukkan kewajiban untuk melaksanakan
apa yang diperintah.
b. Adanya dua pihak yang memberi dan menerima perintah.
c. Adanya hubungan fungsional antara yang memberi dan menerima
perintah.
d. Adanya wewenang untuk memberi perintah.
Dalam bahasa Inggris “pemerintah” atau “pemerintahan” disebut
dengan kata “goverment”, kemudian dalam bahasa Prancis disebut
sebagai “Gouvernment”, dalam bahasa Arab disebut dengan “hukumat”,
dan di Amerika Serikat disebut dengan “administrator”27. Didalam
bukunya yang berjudul Ilmu Negara, G.S Diponolo menjelaskan
pemerintah alam arti sempit suatu badan pimpinan yang terdiri dari
seseorang atau beberapa orang yang mempunyai peran memimpin dalam
suatu lembaga negara yang tugasnya melaksanakan tugas negara.
Sedangkan dalam arti luas pemerintah adalah keseluruhan dari badan
pengurus negara dengan segala organisasi, segala bagiannya dan segala
pejabatnya yang melaksanakan tugas negara dari pusat hingga ke daerah.28
Berikut beberapa pengertian pemerinta menurut para ahli:
a. Menurut Mac. Iver, Pemerintahan adalah organisasi yang didalamnya
ada orang-orang yang mempunyai kekuasaan atau wewenang yang
bisa membuat suatu kebijakan dan regulasi tertentu untuk mengatu
orang-orang yang bisa diperintah.
b. Menurut Woodrow Wilson, mendefinisikan pemerintah sebagai
sekelompok orang dalam suatu organisasi yang mempunyai wewenang
atau kekuatan untuk mewujudkan maksud-maksud organisasi dalam
hal urusan-urusan umum kemasyarakatan.
c. Menurut W.S Sayre, pemerintah adalah suatu organisasi dalam negara
yang mempunyai kekuasaan.

27
Ibid26, h.4
28
Max Boli Sabon, Ilmu Negara: Bahan Pendidikan Untuk Perguruan Tinggi, (Jakarta:
Universitas Atma Jaya, 2019), h.54

15
d. Menurut Samuel Edward Finer, “Pemerintah harus mempunyai
kegiatan terus menerus (process), negara tempat kegiatan itu
berlangsung (state), pejabat yang memerintah (the duty), dan cara,
metode, serta sistem (manner, method, dan sistem) dari pemerintah
terhadap masyarakat.29

Dari beberapa pengertian para ahli yang telah dijelaskan di atas, maka
dapat simpulkan bahwa definisi pemerintah merupakan suatu lembaga
yang didalamnya ada sekelompok orang yang mempunyai tugas dan
wewenang untuk mebuat satu kebijakan yang dapat melindungi dan
menjamin kesejahteraan masyarakat dengan cara memenuhi kebutuhan
yang dibutuhkan oleh masyarakatnya baik primer maupun sekunder.

2. Pengertian Transportasi Konvesional


Kata transportasi berasal dari bahasa latin yaitu “transportare” yang
mana trans berarti mengangkat atau membawa. Jadi transportasi adalah
membawa sesuatu dari satu tempat ke tempat yang lain. Menurut Miro
transportasi dapat diartikan sebagai suatu usaha memindahkan,
mengerakkan, mengangkut, atau mengalihkan suatu objek dari suatu
tempat ke tempat lainnya.30 Transportasi konvesional merupakan
transportasi umum yang biasa digunakan oleh masyarakat. Ada beberapa
jenis transportasi konvesiona seperti bus, taksi, becak, angkutan umum,
ojek dan lain sebagainya.
3. Pengertian Transportasi Online
Transportasi online adalah suatu penyelenggaraan lalu lintas dan
angkutan jalan mengikuti serta memanfaatkan perkembangan ilmu
pengetahuan (teknologi) yang berbasis aplikasi dan online baik untuk
pemesanan maupun pembayaran. Transportasi berbasis online tersebut
diciptakan dengan tujuan untuk mempermudah seseorang yang ingin

29
Rendy Adiwilaga, DKK, Sistem Pemerintahan Indonesia, (Yogyakarta: Grup Penerbit
CV Budi Utama, 2018), h.4
30
Adriansyah, Manajemen Transportasi Dalam Kajian Dan Teori, (Jakarta: Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Prof. Dr. Moestopo Beragama, 2015), h.1

16
bepergian. Sebagai contoh: mudah memesannya, efesien dan efektif. Ini
merupakan sebuah terobosan baru yang patut diberi apresiasi.31
di indonesia sendiri ada beberapa jenis perusahaan transportasi yang
berbasis online diantaranya yaitu:
a. Go-Jek
“Go-Jek sendiri adalah pelopor Ojek online di Indonesia dan
menjadi yang terbesar untuk saat ini, dan bernaung di bawah
perusahaan PT. Go-Jek Indonesia yang didirika oleh Nadiem Makarim.
Perusahaan ini bergerak di bidang jasa layanan transportasi sebagai
perantara yang menghubungkan antara para pengendara ojek dengan
pelanggan. Go-Jek merupakan model transportasi yang harus dipesan
melalui Aplikasi Go-Jek. Selain itu hal yang menarik lainnya adalah
terdapatnya salah satu fitur dalam aplikasi ini yakni Shopping yang
dapat membantu untuk berbelanja apapun dan dari manapun”. 32 Jenis
kendaraan yang digunakan untuk gojek ini yaitu kendaraan bermotor
beroda dua.
Berikut ini beberapa jenis-jenis pelayanan Go-jek yang saat ini banyak
di gunakan oleh masyarakat diantara yaitu:
1. GO-RIDE
GO-RIDE merupakan layanan transportasi yang memberikan
kecepatan, kemudahan pemesanan, dan kemudahan dalam
menentukan tujuan pengantaran. Ketika masyarakat memesan GO-
RIDE, mereka akan memasukkan tempat pejemputan dan tujuan
mereka kedalam aplikasi Go-jek sehinggan driver GO-RIDE medah
dalam menjemput pelanggan.
2. GO-FOOD

31
Arif Hidayat Giawa, DKK, Perlindungan Hukum Terhadap Perusahaan Transportasi
Online Dalam Tindak Pidana Penipuan Order Fiktif, Jurnal Hukum Prima Indonesia, h.3
32
Riswanto Tumuwe, DKK, Pengguna Ojek Online Di Kalangan Mahasiswa Universitas
Sam Ratulangi Manado, HOLISTIK, Tahun XI No. 21A , 2018, h.3

17
GO-FOOD merupakan salah satu layanan pesan antar makanan.
Didalam GO-FOOD ini lebih dari 75.000 restoran yang ikut bekerja
sama dengan Go-Jek. Dan masih dalam satu area yang sama
3. GO-SEND
GO-SEND merupakan layanan antar barang. Barang yang
diantar maksimal berat 20 kg dan ukuranya maksimal 70x50x50 dan
masih dalam satu area yang sama.
4. GO-SHOP
GO-SHOP merupakan layanan belanja yang dapat memudahkan
pelanggan dalam membeli barang atau makanan yang tidak terdaftar
pada layanan GO-FOOD dan GO-MART.
b. Grabbike
Grab merupakan jenis transportasi online yang didalamnya ada taxi
online dan ojek online. Grab ini didirikan oleh Anthony Tan dan Hooi
Ling Tan yang merupakan warga negara Malaysia. Di indonesia grab
mulai beroperasi pada bulan juni 2012. Grab hampir mirip dengan Go
Jek, hanya saja layanan Grabbike belum memiliki layanan antar barang
atau belanja.33

BAB III
METODELOGI PENELITIAN

Metode berarti “jalan” atau “cara”. Jadi metode penelitian adalah cara
pengumpulan data dan analisis. Atau secara umum metode penelitian
didefinisikan sebagai suatu kegiatan ilmiah yang dilakukan secara bertahap
dimulai dengan penentuan topik, pengumpulan data dan menganalisis data,
sehingga nantinya diperoleh suatu pemahaman dan pengertian atas topik, gejala
atau isu tertentu.34

33
Arif Hidayat Giawa, DKK, Perlindungan Hukum Terhadap Perusahaan Transportasi
Online Dalam Tindak Pidana Penipuan Order Fiktif, Jurnal Hukum Prima Indonesia, h.3
34
J.R. Raco, Metode Penelitian Kualitatif Jenis, Karakteristik dan Keunggulannya,
(Jakarta: Grasindo, 2010), h.3

18
3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian
Didalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif yang
bersifat deskriptif. Penelitian kualitatif merupakan penelitian tentang riset
yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisa dan kemudian di
interpretasikan. Denzin dan Lincoln menjelaskan bahwa penelitian kualitaif
merupakan penelitian yang menggunakan latar alamiah dengan maksud
menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan cara melibatkan
berbagai metode yang ada. Sedangkan menurut Erickson penelitian kualitatif
merupakan suatu usaha untuk menemukan dan menggambarkan secara naratif
kegiatan yang dilakukan dan dampak dari tindakan yang dilakukan terhadap
kehidupan mereka.35
Jadi dari beberapa pendapat para ahli diatas maka dapat di simpulkan
bahwa penelitian kualitatif deskriptif merupakan suatu penelitian dengan
mengumpulkan data di lapangan yang kemudian dibahas dan dianalisis
dengan mengacu pada landasan teoritis.
3.2 Lokasi Penelitian
Untuk melakukan sebuah penelitian, di perlukan adanya penentuan di
mana penelitian di lakukan. Penelitian ini berlokasi di Kantor Dinas
Perhubungan Kota Banda Aceh.
3.3 Sumber Data.
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data primer dan
sekunder.
a. Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh dengan survey langsung
ke lapangan dengan menggunakan semua metode pengumpulan data
seperti wawancara.36
b. Data Sekunder

35
Albi Anggito dan Johan Setiawan, Metode Penelitian Kualitatif, ( Jawa Barat: CV
Jejak, 2018), h.7
36
Nur Achmad Budi Yulianto, DKK, Metodelogi Penelitian Bisnis, (Malang:
POLINEMA PRESS, 2017), h.37

19
Secara singkat data sekunder merupakan data yang telah di
kumpulkan oleh oleh orang lain yang dapat di peroleh melalui studi
kepustakaan berupa buku, jurnal artikel, hasil penelitian terdahulu, serta
literatur lainnya yang dapat memberikan informasi terkait peran
Pemerintah dalam menangani konflik antara transportasi online dengan
transportasi konvesional di Kota Banda Aceh.37
3.4 Teknik Pengumpulan Data
a. Wawancara Mendalam
Wawancara merupakan suatu teknik pengumpulan data yang
menggunakan proses interaksi atau komunikasi secara langsung antara
pewawancara dengan responden. Tujuan dari wawancara mendalam ini
untuk mendapatkan informasi yang mendalam tentang persepsi, sikap,
pendapat, keinginan, kepercayaan, dan pengalaman yang berhubungan
dengan peran pemerintah dalam menangani konflik antara transportasi
online dengan transportasi konvesional.38 Secara umum wawancara dapat
dibagi kedalam dua bagian yaitu: wawancara berencana dan wawancara
tidak berencana. Dimana wawancara berencana adalah wawancara yang
terstruktur dimana semua pertanyaan yang ingin ditanyakan oleh peneliti
kepada informan sudah di tulis dan akan dibacakan sesuai yang telah di
tulis kepada informan untuk menjawab pertanyaan tersebut. Sedangkan
wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas. Peneliti bisa
memberi pertanyaan yang bisa datang dari mana saja kepada informan.39
Didalam penelitian ini penulis menggunakan metode wawacara yang
tidak terstruktur.
Jadi yang akan di wawancarai dalam penelitian ini yaitu:

No Informan Jumlah

37
Ibid
38
Eko Budiarto dan Dewi Angraeni, Pengantar Epidemiologi E/2, (Jakarta: Buku
Kedokteran EGG, 2001), h.46
39
Trimo Prabowo, Peran Pemerintah Daerah Dalam Mengatasi Konflik Agraria
Perspektif Islam (Studi Kasus Kawasan Register 45 Kabupaten Mesuji), Skripsi Diterbitkan,
(Lampung: Universitan Islam Negeri Raden Intan Lampung, 2017), h.14

20
1 Pegawai pada kantor Dinas Perhubungan Kota Banda Aceh 2 Orang
2 Driver transportasi online (gojek dan grabbike) 2 Orang
3 Driver transportasi konvesional 2 Orang
4 masyarakat yang menerima pelayanan dari kedua 3 Orang
transportasi tersebut

Jumlah 9 Orang

b. Observasi
Observasi merupakan teknik pengumpulan data yang menggunakan
pertolongan indra mata. Observasi sebagai teknik pengumpulan data
mempunyai ciri yang spesifik bila di bandingkan dengan teknik yang lain,
yaitu wawancara dan kuesioner. Kalau wawancara dan kuesioner selalu
berkomunikasi dengan orang, maka observasi tidak hanya terbatas pada
orang, tetapi juga obyek-obyek alam yang lain. Observasi secara umum
dapat dibagi kedalam 2 bagian yaitu: yang pertama, observasi partisipan,
dan yang kedua observasi non partisipan.40
Didalam penelitian ini penulis menggunakan teknik observasi non
partisipan. Dimana dalam observasi ini penulis tidak terlibat secara
langsung kedalam aktivitas orang-orang yang sedang diamati tapi hanya
sebagai pengamat independen.
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah suatu cara untuk memperoleh informasi data
penelitian berkaitan dengan peran pemerintah dalam menangani konflik
antara transportasi konvesional dengan transportasi online. Teknik ini
dilakukan dengan cara mengumpulkan berbagai literasi baik dari buku
tentang berbagai teori dan pendapat, maupun jurnal penelitian sebelumnya
yang berhubungan dengan permasalahan penelitian.
Didalam penelitian ini penulis menggunakan teknik dokumentasi
dengan cara mengumpulkan jurnal penelitian yang menyangkut tentang

40
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan
R&D), (Jakarta: Alfabeta, 2018

21
peran pemerintah dalam menangani konflik antara transportasi
konvesional dengan transportasi online.
3.5 Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan salah satu langkah penting dalam rangka
memperoleh temuan-temuan hasil penelitian. Dalam penelitian ini teknik
analisis data ada 3 yaitu:
1. Reduksi data (Data Reduction), merupakan suatu analisis yang
menggolongkan, pemilihan, mengarahkan, membuang yang tidak
perlu dan mengorganisasikan data kasar yang muncul dari catatan-
catatan tertulis di lapangan sehingga kesimpulan akhirnya dapat
ditarik.
2. Penyajian data (Data Display), merupakan alur kedua yang
penting dalam kegiatan analisis penelitian kualitatif. Penyajian
data adalah proses penyusunan informasi yang kompleks dalam
bentuk sistematis, sehingga menjadi bentuk yang sederhana serta
dapat dipahami maknanya. Penyajian data diarahkan agar data
hasil reduksi terorganisirkan, tersusun, dalam pola hubungan,
sehingga makin mudah dipahami dan merencanakan kerja
penelitian selanjutnya.
3. Penarikan kesimpulan/Verifikasi, penarikan kesimpulan adalah
langkah terakhir yang dilakukan peneliti dalam menganalisis data
secara terus menerus baik pada saat pengumpulan data atau setelah
pengumpulan data. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih
bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti
yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data
berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada
tahap awal didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten
saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data. Maka
kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang
kredibel. Dalam penelitian kualitatif penarikan kesimpulan
tersebut dengan cara induktif, yang mana peneliti berangkat dari

22
kasus-kasus yang bersifat khusus berdasarkan pengalaman nyata
kemudian dirumuskan menjadi model, konsep, teori, prinsip,
propinsi, atau definisi yang bersifat umum. Dengan kata lain,
penarikan kesimpulan secara induktif adalah proses penelitian
yang diawali dengan mengumpulkan data dan kemudian
mengembangkan suatu teori dari data-data tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Adiwilaga, Rendy, DKK. 2018. Sistem Pemerintahan Indonesia. Yogyakarta:


Grup Penerbit CV Budi Utama
Sabon, Max Boli. 2018. Ilmu Negara: Bahan Pendidikan Untuk Perguruan
Tinggi. Jakarta: Universitas Atma Jaya
Adriansyah, 2015. Manajemen Transportasi Dalam Kajian Dan Teori. Jakarta:
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Prof. Dr. Moestopo
Beragama

23
Waluya, Bagja. 2017. Sosiologi Menyelami Fenomena Sosial Di Masyarakat.
Bandung: PT Setia Purna Inves
Raharjo, Agung S.S. 2009. Buku Kantong Sosiologi SMA IPS. Yogyakarta:
Pustaka Widyatama
Sugiyono. 2018. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif dan R&D). Jakarta: Alfabeta
Raco, J.R. 2010. Metode Penelitian Kualitatif Jenis, Karakteristik dan
Keunggulannya. Jakarta: Grasindo
Anggito, Albi dan Johan Setiawan. 2018. Metode Penelitian Kualitatif. Jawa
Barat: CV Jejak
Yulianto, Nur Achmad Budi, DKK. 2017. Metodelogi Penelitian Bisnis. Malang:
POLINEMA PRESS
Budiarto, Eko dan Dewi Angraeni. 2001. Pengantar Epidemiologi E/2. Jakarta:
Buku Kedokteran EGG
Pratama, M.Hamdani. STRATEGI MENINGKATKAN KUALITAS PELAYANAN
PUBLIK (Studi Deskriptif tentang Strategi UPTD Pengujian
Kendaraan Bermotor Tandes Kota Surabaya dalam Meningkatkan
Kualitas Pelayanan Pengujian Kendaraan Bermotor), Jurnal Kebijakan
dan Manajemen Publik, Vol. 3, (3), (2015). Diakses pada 08/10/2019
Rahma, Novia, DKK. Peranan Dinas Perhubungan Dalam Meningkatkan
Pelayanan Masyarakat Di Bidang Angkutan Kota (Studi Pada Dinas
Perhubungan Kota Malang), Jurnal Administrasi Publik, Vol. 1, (7).
Diakses pada 08/10/2019
Wardhana, Yuditya. Kebijakan Publik Berpihak Pada Siapa? (Kontroversi
Transportasi Konvesional VS Transportasi Online). Diakses pada
08/10/2019
Karmila, DKK. Peran Pemerintah Dalam Menangani Angkutan Umum Berbasis
Online (Studi Di Kota Malang), ISSN: 2302-8432, Vol. XIII, (1),
(2019). Diakses pada 08/10/2019
Kurniasari, Prinka, dan Swasta Priambada, Analisis Persepsi Kemanfaatan dan
Persepsi Kemudahan Terhadap Minat Perilaku Penggunaan Aplikasi

24
Transportasi Online Pada Mahasiswa Universitas Brawijaya, Jurnal
Administrasi Bisnis, Vol. 58, (2), (2018). Diakses pada 09/10/2019
Peraturan Mentri Perhubungan No 118 Tahun 2018 Tentang “Penyelenggaraan
Angkutan Sewa Khusus”. Diakses pada 09/10/2019
Peraturan Mentri Perhubungan No 12 Tahun 2019 Tentang “Perlindungan
Keselamatan Pengguna Sepeda Motor Yang Digunakan Untuk
Kepentingan Masyarakat”. Diakses pada 09/10/2019
Yusuf, Al Araaf. Resolusi Konflik Transportasi Dalam Jaringan Dan
Trasnportasi Konvesional Di Kota Bandar Lampung Tahun 2017 (Studi
Konflik Go-Jek dan Persatuan Ojek Kota Bandar Lampung), Skripsi
Diterbitkan (Bandar Lampung: Universitas Lampung:2018). Diakses
pada 11/10/2019
Ali, Nur. Konflik Transportasi Konvesional Dengan Trasnportasi Berbasis
Online Di Kota Medan Provinsi Sumatra Utara (Studi Kasus Konflik
Antara Gojek Versus Becak Bermotor), Skripsi Diterbitkan, (Medan:
Universitas Medan Area, 2019). Diakses pada 11/10/2019
Siswanto, Ayyub. Peranan Pemerintah Daerah Dalam Mengatasi Konflik Antar
Kelompok Di Kecamatan Sabbang Kabupaten Luwu Utara, Skripsi
Diterbitkan (Makassar: Universitas Hasanuddin: 2014). 11/10/2019
Mutiawanthi, Tantangan “Role”/ Peran yang Dihadapi oleh Mantan Perawat IJ-
EPA Setelah Kembali ke Indonesia, Jurnal AL-AZHAR INDONESIA
SERI HUMANIORA, Vol. 4, (2), (2017). Diakses pada 11/10/2019
Syahri, M. Alfi. Peran Dan Wewenang Majelis Tuha Peut Dalam Membuat
Kebijakan Partai Aceh (Studi Kasus Dewan Pimpinan Partai Aceh),
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 3, (1-22), (2018).
Diakses pada 13/10/2019
Risman, Hendrik. Upaya Pemerintah Daerah Kabupaten Kutai Barat Dalam
Menyelesaikan Konflik Tapal Batas Antar Kampung Di Daerah
Kabupaten Kutai Barat (Konflik Kampung Muhur Dan Kampung
Kaliq), eJournal Pemerintahan Integratif, Vol, 3,(3),( 2015). Diakses
pada 20/10/2019

25
Fahrunnisa, Fatwa, DKK. Peran Pemerintah Dalam Menangani Konflik
Pemutusan Hubungan Kerja Karyawan Pt Gunung Mas Di Kabupaten
Pangkep, Jurnal Administrasi Publik, Vol, 3,(3),(2017). Diakses pada
20/10/2019
Pudjiastiti, Puline. Sosiologi Untuk SMA/MA Kelas XI, (Grasindo). Diakses pada
22/10/2019
Trisna, Andri dan M,R, Khairul Muluk, Peran Pemerintah Daerah dalam
Penyelesaian Konflik antara Transportasi Konvensional dan
Transportasi Online (Studi pada Dinas Perhubungan Kota Malang),
Jurnal Ilmiah Administrasi Publik, Vol.4, (2), (2018). Diakses pada
23/10/2019
Sinduprabowo, Muhammad. Resolusi Konflik Pendirian Pabrik Semen Antara Pt.
Sahabat Mulia Sakti Dengan Masyarakat Di Kabupaten Pati Tahun
2015 (Studi Kasus : Peran Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan
Kendeng), Skripsi Diterbitkan, (Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta : 2017). Diakses 05/11/2019
Giawa, Arif Hidayat, DKK. Perlindungan Hukum Terhadap Perusahaan
Transportasi Online Dalam Tindak Pidana Penipuan Order Fiktif,
Jurnal Hukum Prima Indonesia. Diakses pada 05/11/2019
Tumuwe, Riswanto, DKK. Pengguna Ojek Online Di Kalangan Mahasiswa
Universitas Sam Ratulangi Manado, HOLISTIK, Tahun XI No. 21A ,
2018. Diakses pada 07/11/2019
Prabowo, Trimo. Peran Pemerintah Daerah Dalam Mengatasi Konflik Agraria
Perspektif Islam (Studi Kasus Kawasan Register 45 Kabupaten Mesuji),
Skripsi Diterbitkan, (Lampung: Universitan Islam Negeri Raden Intan
Lampung, 2017). Diakses pada 14/11/2019

26

Anda mungkin juga menyukai