Anda di halaman 1dari 35

CASE STUDY REPORT (CSR)

PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER (PKPA)


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PADANG PANJANG
INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT

“Penerimaan, dan Penyimpanan ”

Preseptor :
apt. Rahmi Safyanti, M.Farm
apt. Delli Syam, S.Si

Disusun Oleh :
KELOMPOK I

Reski Mulia, S.Farm (2030122056)


Rosmelia, S.Farm (2030122059)
Siti Nirmala, S.Farm (2030122064)

APOTEKER ANGKATAN XXVIII


PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS PERINTIS INDONESIA
PADANG PANJANG
2021
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan

pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat

inap, rawat jalan dan gawat darurat. Instalasi Farmasi adalah unit pelaksana fungsional

yang menyelenggarakan seluruh kegiatan pelayanan kefarmasian di rumah sakit

(PERMENKES RI, 2016).

Pelayanan Kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab

kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil

yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien. Untuk menjamin mutu

pelayanan kefarmasian di rumah sakit, harus dilakukan pengendalian mutu pelayanan

kefarmasian yang meliputi monitoring dan evaluasi. Pengaturan standar pelayanan

kefarmasian di rumah sakit bertujuan untuk meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian,

menjamin kepastian hukum bagi tenaga kefarmasian, dan melindungi pasien dan

masyarakat dari penggunaan obat yang tidak rasional dalam rangka keselamatan pasien

(patient safety). Standar Pelayanan Kefarmasian di rumah sakit meliputi standar

pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, bahan medis habis pakai dan pelayanan

farmasi klinik (PERMENKES RI, 2016).

Pelayanan kefarmasian di rumah sakit merupakan bagian yang tidak terpisahkan

dari sistem pelayanan kesehatan rumah sakit yang berorientasi kepada pelayanan pasien,

penyediaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai yang bermutu

2
dan terjangkau bagi semua lapisan masyarakat termasuk pelayanan farmasi klinis

(PERMENKES RI, 2016).

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan

Kefarmasian juga dinyatakan bahwa dalam menjalankan praktek kefarmasian

pada Fasilitas Pelayanan Kefarmasian, Apoteker harus menerapkan Standar

Pelayanan Kefarmasian yang diamanahkan untuk diatur dengan Peraturan Menteri

Kesehatan.

Apoteker bertanggung jawab terhadap pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat

Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai di Rumah Sakit yang menjamin seluruh

rangkaian kegiatan perbekalan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis

Habis Pakai sesuai dengan ketentuan yang berlaku serta memastikan kualitas,

manfaat, dan keamanannya. Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan

Medis Habis Pakai merupakan suatu siklus kegiatan, dimulai dari pemilihan,

perencanaan kebutuhan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian,

pemusnahan dan penarikan, pengendalian, dan administrasi yang diperlukan bagi

kegiatan Pelayanan Kefarmasian (Permenkes 72, 2016).

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 INSTALASI RUMAH SAKIT

2.1.1 Pengertian

Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan


pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat
inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Salah satu bagian pelayanan dari rawatan tersebut
adalah dengan adanya suatu Instalasi Farmasi. Instalasi Farmasi adalah unit pelaksana
fungsional yang menyelenggarakan seluruh kegiatan pelayanan kefarmasian di Rumah
Sakit (Permenkes, 2016).
2.1.2 Tujuan Instalasi Farmasi Rumah Sakit

Adapun Tujuan dari Instalasi Rumah Sakit adalah :


1. Menyelenggarakan, mengkoordinasikan, mengatur dan mengawasi seluruh
kegiatan Pelayanan Kefarmasian yang optimal dan profesional serta sesuai
prosedur dan etik profesi.
2. Melaksanakan pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai yang efektif, aman, bermutu dan efisien.
3. Melaksanakan pengkajian dan pemantauan penggunaan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai guna memaksimalkan efek terapi dan
keamanan serta meminimalkan risiko.
4. Melaksanakan Komunikasi,Informasi, dan Edukasi (KIE) serta memberikan
rekomendasi kepada dokter, perawat dan pasien.
5. Berperan aktif dalam Komite/Tim Farmasi dan Terapi.
6. Melaksanakan pendidikan dan pelatihan serta pengembangan Pelayanan
Kefarmasian.
7. Memfasilitasi dan mendorong tersusunnya standar pengobatan dan formularium
Rumah Sakit (Permenkes, 2016).

4
2.1.3 Fungsi Instalasi Farmasi Rumah Sakit

Instalasi farmasi rumah sakit merupakan unit yang beranggung jawab terhadap
penyelanggaraan semua kegiatan pekerjaan kefarmasian, fungsi instalasi farmasi rumah
sakit meliputi:
1. Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis
Pakai
a. Memilih Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai sesuai kebutuhan pelayanan Rumah Sakit
b. Merencanakan kebutuhan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai secara efektif, efisien dan optimal
c. Mengadakan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai berpedoman pada perencanaan yang telah dibuat sesuai ketentuan
yang berlaku
d. Memproduksi Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan di Rumah Sakit
e. Menerima Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
sesuai dengan spesifikasi dan ketentuan yang berlaku
f. Menyimpan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
sesuai dengan spesifikasi dan persyaratan kefarmasian
g. Mendistribusikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai ke unit-unit pelayanan di Rumah Sakit
h. Melaksanakan pelayanan farmasi satu pintu
i. Melaksanakan pelayanan Obat “unit dose”/dosis sehari
j. Melaksanakan komputerisasi pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan,
dan Bahan Medis Habis Pakai (apabila sudah memungkinkan)
k. Mengidentifikasi, mencegah dan mengatasi masalah yang terkait dengan
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
l. Melakukan pemusnahan dan penarikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan,
dan Bahan Medis Habis Pakai yang sudah tidak dapat digunakan
m. Mengendalikan persediaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai

5
n. Melakukan administrasi pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai.
2. Pelayanan farmasi klinik
a. Mengkaji dan melaksanakan pelayanan Resep atau permintaan Obat
b. Melaksanakan penelusuran riwayat penggunaan Obat
c. Melaksanakan rekonsiliasi Obat
d. Memberikan informasi dan edukasi penggunaan Obat baik berdasarkan
Resep maupun Obat non Resep kepada pasien/keluarga pasien
e. Mengidentifikasi, mencegah dan mengatasi masalah yang terkait dengan
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
f. Melaksanakan visite mandiri maupun bersama tenaga kesehatan lain
g. Memberikan konseling pada pasien dan/atau keluarganya
h. Melaksanakan Pemantauan Terapi Obat (PTO)
 Pemantauan efek terapi Obat
 Pemantauan efek samping Obat
 Pemantauan Kadar Obat dalam Darah (PKOD).
i. Melaksanakan Evaluasi Penggunaan Obat (EPO)
j. Melaksanakan dispensing sediaan steril
 Melakukan pencampuran Obat suntik
 Menyiapkan nutrisi parenteral
 Melaksanakan penanganan sediaan sitotoksik
 Melaksanakan pengemasan ulang sediaan steril yang tidak stabil
k. Melaksanakan Pelayanan Informasi Obat (PIO) kepada tenaga kesehatan
lain, pasien/keluarga, masyarakat dan institusi di luar Rumah Sakit
l. Melaksanakan Penyuluhan Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) (Permenkes RI,
2016).

6
2.2 Pelayanan Kefarmasian

Pelayanan Kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab


kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil
yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien (Permenkes RI, 2016).
Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari sistem pelayanan kesehatan Rumah Sakit yang berorientasi kepada pelayanan
pasien, penyediaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
yang bermutu dan terjangkau bagi semua lapisan masyarakat termasuk pelayanan
farmasi klinik (Permenkes RI, 2016).
Pengelolaan obat merupakan salah satu aspek manajemen yang penting. Hal ini
dikarenakan jika terjadi ketidak efisiensinya akan memberi dampak yang merugikan
dalam melakukan pelayanan kesehatan dalam bidang kefarmasian. Pengelolaan sediaan
farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai merupakan suatu siklus kegiatan
yang dimulai dari perencanaan hingga evaluasi yang saling terkait satu dengan yang
lain. Menurut Departemen Kesehatan RI (2008), tugas pokok dari pengelolaan
perbekalan farmasi antara lain:
a. Mengelola perbekalan farmasi yang efektif dan efisien
b. Menerapkan farmakoekonomi dalam pelayanan
c. Meningkatkan kompetensi/ kemampuan tenaga farmasi
d. Mewujudkan Sistem Informasi Manajemen berdaya guna dan tepat
guna
e. Melaksanakan pengendalian mutu pelayanan

Berdasarkan Permenkes RI Nomor 72 Tahun 2016, kegiatan Pengelolaan


Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai meliputi:
1. Pemilihan
Pemilihan adalah kegiatan untuk menetapkan jenis sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan bahan medis habis pakai sesuai dengan kebutuhan. Pemilihan
sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai ini berdasarkan
formularium dan standar pengobatan/pedoman pakai diagnosis dan terapi, standar

7
sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai yang telah ditetapkan,
pola penyakit, efektivitas dan keamanan, serta pengobatan berbasis bukti.
2. Perencanaan Kebutuhan.
Perencanaan kebutuhan merupakan kegiatan untuk menentukan jumlah dan
periode pengadaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
sesuai dengan hasil kegiatan pemilihan untuk menjamin terpenuhinya kriteria tepat
jenis, tepat jumlah, tepat waktu dan efisien.
3. Pengadaan.
Pengadaan merupakan kegiatan yang dimaksudkan untuk merealisasikan
perencanaan kebutuhan. Pengadaan yang efektif harus menjamin ketersediaan,
jumlah, dan waktu yang tepat dengan harga yang terjangkau dan sesuai standar
mutu.
4. Penerimaan.
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis, spesifikasi,
jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera dalam kontrak atau surat
pesanan dengan kondisi fisik yang diterima. Semua dokumen terkait penerimaan
barang harus tersimpan dengan baik.
5. Penyimpanan.
Setelah barang diterima di Instalasi Farmasi perlu dilakukan penyimpanan
sebelum dilakukan pendistribusian. Penyimpanan harus dapat menjamin kualitas
dan keamanan Sediaan Farnmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
sesuai dengan persyaratan kefarmasian. Persyaratan kefarmasian yang dimaksud
meliputi persyaratan stabilitas dan keamanan, sanitasi, cahaya, kelembaban,
ventilasi, dan penggolongan jenis Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai.
6. Pendistribusian.
Distribusi merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam rangka
menyalurkan/menyerahkan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai dari tempat penyimpanan sampai kepada unit pelayanan/pasien dengan
tetap menjamin mutu, stabilitas, jenis, jumlah, dan ketepatan waktu.
7. Pemusnahan dan Penarikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan BMHP

8
Pemusnahan dan penarikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai yang tidak dapat digunakan harus dilaksanakan dengan cara
yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
8. Pengendalian dilakukan terhadap jenis dan jumlah persediaan dan penggunaan
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai. Pengendalian
penggunaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dapat
dilakukan oleh Instalasi Farmasi harus bersama dengan Komite/Tim Farmasi dan
Terapi di Rumah Sakit.
9. Administrasi harus dilakukan secara tertib dan berkesinambungan untuk
memudahkan penelusuran kegiatan yang sudah berlalu. Pengelolaan sediaan
farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai dilakukan di Instalasi Farmasi
Rumah Sakit.Pengelolaan sediaan farmasi dan alat kesehatan tersebut harus aman,
bermanfaat, bermutu, dan terjangkau bagi seluruh masyarakat, agar masyarakat
terhindar dari penggunaan sediaan farmasi dan alat kesehatan yang
tidak memenuhi persyaratan khasiat maupun keamanannya.
Pelayanan farmasi klinik merupakan pelayanan langsung yang diberikan Apoteker
kepada pasien dalam rangka meningkatkan outcome terapi dan outconme terapi dan
meminimalkan resiko terjadinya efek samping obat, untuk tujuan keselamatan pasien
(patient safety) sehingga kualitas hidup pasien (quality of life) terjamin.
Berdasarkan Permenkes RI Nomor 72 tahun 2016, kegiatan pelayanan farmasi
klinik yang dilakukan di rumah sakit antara lain, pengkajian dan pelayaian resep,
pengkajian dan pelaya nan resep,penelusuran riwayat penggunaan obat, rekonsiliasi
obat, pelayanan informasi obat (PIO), konseling, visite, pemantauan terapi obat (PTO),
monitoring efek samping obat (MESO), evaluasi penggunaan obat (EPO), dispensing
sediaan steril, pemantauan kadar obat dalam darah (PKOD).

9
2.3 Penerimaan

Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis, spesifikasi,

jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera dalam kontrak atau surat

pesanan dengan kondisi fisik yang diterima. Semua dokumen terkait penerimaan barang

harus tersimpan dengan baik (PERMENKES RI, 2016).

Pemeriksaan mutu obat dilakukan secara organoleptik, khusus pemeriksaan label

dan kemasan perlu dilakukan pengecekan terhadap tanggal kedaluwarsa, dan nomor

batch terhadap obat yang diterima. Penerimaan sediaan farmasi dan BMHP harus

dilakukan oleh Apoteker atau tenaga teknis kefarmasian. Semua sediaan farmasi dan

BMHP harus ditempatkan dalam tempat persediaan, segera setelah diterima, sediaan

farmasi dan BMHP harus segera disimpan dalam tempat penyimpanan sesuai standar.

Hal yang perlu diperhatikan dalam penerimaan adalah (Binfar, 2010):

a) Harus mempunyai Material Safety Data Sheet (MSDS) untuk bahan yang berbahaya.

b) Harus mempunyai sertifikat asli untuk alat kesehatan.

c) Sertifikat analis produk.

d) Khusus vaksin dan enzim harus diperiksa cool box dan catatan pemantauan suhu

dalam perjalanan.

2.4 Penyimpanan

Setelah barang diterima di Instalasi Farmasi perlu dilakukan penyimpanan

sebelum dilakukan pendistribusian. Penyimpanan harus dapat menjamin kualitas dan

keamanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai sesuai

dengan persyaratan kefarmasian. Persyaratan kefarmasian yang dimaksud meliputi

persyaratan stabilitas dan keamanan, sanitasi, cahaya, kelembaban, ventilasi, dan

10
penggolongan jenis Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai

(Permenkes 72, 2016).

Komponen yang harus diperhatikan antara lain :

a. Obat dan bahan kimia yang digunakan untuk mempersiapkan Obat diberi label yang

secara jelas terbaca memuat nama, tanggal pertama kemasan dibuka, tanggal

kadaluwarsa dan peringatan khusus.

b. Elektrolit konsentrasi tinggi tidak disimpan di unit perawatan kecuali untuk

kebutuhan klinis yang penting.

c. Elektrolit konsentrasi tinggi yang disimpan pada unit perawatan pasien dilengkapi

dengan pengaman, harus diberi label yang jelas dan disimpan pada area yang dibatasi

ketat (restricted) untuk mencegah penatalaksanaan yang kurang hati-hati.

d. Sediaan Farmasi, dan Bahan Medis Habis Pakai yang dibawa oleh pasien harus

disimpan secara khusus dan dapat diidentifikasi.

e. Tempat penyimpanan obat tidak dipergunakan untuk penyimpanan barang lainnya

yang menyebabkan kontaminasi (Permenkes 72, 2016).

Metode penyimpanan dapat dilakukan berdasarkan kelas terapi, bentuk sediaan,

dan jenis Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dan disusun

secara alfabetis dengan menerapkan prinsip First Expired First Out (FEFO) dan First In

First Out (FIFO) disertai sistem informasi manajemen. Penyimpanan Sediaan Farmasi,

Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang penampilan dan penamaan yang

mirip Look Alike Sound Alike (LASA) tidak ditempatkan berdekatan dan harus diberi

penandaan khusus untuk mencegah terjadinya kesalahan pengambilan Obat (Permenkes

72, 2016).

11
Rumah Sakit harus dapat menyediakan lokasi penyimpanan obat emergensi untuk

kondisi gawat darurat. Tempat penyimpanan harus mudah diakses dan terhindar dari

penyalahgunaan dan pencurian. Pengelolaan obat emergensi harus menjamin :

a. Jumlah dan jenis Obat sesuai dengan daftar Obat emergensi yang telah ditetapkan.

b. Tidak boleh bercampur dengan persediaan Obat untuk kebutuhan lain

c. Bila dipakai untuk keperluan emergensi harus segera diganti;

d. Dicek secara berkala apakah ada yang kadaluwarsa.

e. Dilarang untuk dipinjam untuk kebutuhan lain (Permenkes 72, 2016).

Standar prosedur operasional penyimpanan perbekalan farmasi RSUD Padang


Panjang (No.445.2/004/SPO/RSUD-PP/I/2018)
1. Petugas farmasi menyimpan obat sesuai dengan bentuk, sediaan dan jenisnya, suhu

penyimpanan, stabilitasnya, sifat bahan ketahanan terhadap cahaya.

2. Susun obat secara alfabetis sesuai dengan prinsip FIFO dan FEFO.

3. Letakkan bendera merah pada obat yang kadaluarsanya ≤ 1 (satu) bulan, bendera

kuning pada obat yang kadaluarsanya > 1(satu) - ≤ 3(tiga) bulan, dan bendera hijau

pada obat yang kadaluarsanya > 3 (tiga) - ≤ 6 (enam) bulan.

4. Beri stiker High Alert untuk obat High Alert, dan stiker LASA untuk obat LASA.

5. Infus digudang farmasi diletakkan diatas pallet.

Standar prosedur operasional penyimpanan Obat Narkotika dan Psikotropika


RSUD Padang Panjang (No.445.2/005/SPO/RSUD-PP/I/2018)
1. Petugas farmasi menyimpan obat narkotika dan psikotropika di lemari khusus

sesuai dengan prinsip FIFO dan FEFO.

2. Simpan obat narkotika dilemari yang memiliki kunci ganda dan dipegang oleh dua

orang yang berbeda.

12
3. Simpan obat jenis psikotropika dilemari khusus.

4. Gantungkan kunci dengan tali biru dileher.

5. Catat setiap ada transaksi barang masuk dan mutasi barang keluar pada kartu stok

narkotika dan psikotropika.

6. Lalu serah terima kunci lemari narkotika setiap pergantian shift.

Standar prosedur operasional penyimpanan Bahan-Bahan Berbahaya dan


Beracun (B3) RSUD Padang Panjang (No.445.2/008/SPO/RSUD-PP/I/2018)
1. Petugas farmasi menerima B3 yang memiliki lembar MSDS (Material Safety Data

Sheet) dari bahan yang akan disimpan.

2. Petugas farmasi dan perawat ruangan menyimpan B3 dalam lemari yang tertutup.

3. Pasang label berisi nama bahan, tanda bahaya, tanda peringatan, Bobot/volume

bahan. Contoh obat B3 : Braunol, alkagide, alkayme, H2O2 3%, desinfektan

(lysol), povidone iodine dan lain-lain.

Standar prosedur operasional Pemantauan Suhu RSUD Padang Panjang


(No.445.2/009/SPO/RSUD-PP/I/2018)
1. Petugas farmasi memantau suhu ruangan dan lemari pendingin obat setiap hari pada

waktu yang telah ditentukan secara teratur.

2. Lihat suhu ruangan dan pendingin obat pada termometer, catat pada lembar

pemantauan suhu.

3. Atur suhu pendingin obat apabila pada saat pemeriksaan suhu lemari pendingin

tidak sesuai dengan suhu seharusnya (2-8 oC).

4. Atur suhu air konditioner saat pemeriksaan suhu ruangan tidak sesuai dengan suhu

standar penyimpanan obat (16- 25 oC).

13
Standar prosedur operasional pemberian label pada sediaan farmasi RSUD
Padang Panjang (No.445.2/011/SPO/RSUD-PP/I/2018)
1. Petugas farmasi memberi label ulang pada kemasan sediaan farmasi, jika obat yang

dikeluarkan dari wadah aslinya.

2. Beri label LASA atau High Alert. Untuk sediaan obat LASA/High Alert. Contoh obat

LASA : Candesartan 8 mg dan candesartan 16 mg, Lansoprazole dan Omeprazole.

3. Beri label pada setiap perbekalan farmasi yang diberikan berisi :

a. Rawat jalan : nomor resep, identitas pasien, nama obat, kekuatan sediaan, aturan

pakai, tanggal penyiapan, tanggal kadaluwarsa.

b. Rawat inap : tanggal penyiapan, identitas pasien, nama obat beserta kekuatan,

etiket disiapkan untuk tiap kali waktu minum obat.

c. Periksa ulang atas isi label sebelum obat disiapkan.

Standar prosedur operasional pelayanan farmasi untuk pasien IGD RSUD Padang
Panjang (No.445.2/013/SPO/RSUD-PP/I/2018)

1. Dokter menulis resep obat setelah pasien mendapatkan perawatan di IGD

2. Dokter atau perawat membawa resep ke apotik IGD

3. Petugas farmasi menyiakan obat sesuai dengan jumlah yang di minta, di sertai

kwitansi pembayaran, khusus bagi pasien umum

4. Obat diserahkan ke pasien melalui perawat atau langsung ke pasien.

Standar prosedur operasional pelayanan obat bagi pasien di depo utama rawat
jalan RSUD Padang Panjang

1. Petugas farmasi menerima resep di depo utama

14
2. Baca dan seleksi kelengkapan resep pada lembar resep dan lihat status pasien

(BPJS/umum)

3. Telaah resep dan isi kolom yang tersedia dengan ceklis

4. Paraf kolom tahapan pelayanan dan tulis waktu penyiapan resep

5. Konfirmasi dokter penulis resep apabila resep tidak atau sulit terbaca

6. Hubungi dokter penulis resep jika obat tidak tersedia

7. Siapkan obat sesuai resep

8. Verifikasi obat dengan resep serta paraf pada kolom verifikasi obat

9. Khusus pasien umum obat diserahkan setelah pasien menyelesaikan administrasi

dan pembayaran

10. Berikan edukasi pada pasien tentang nama obat, frekuensi, waktu makan dan

guna obat

Standar prosedur operasional pelayanan obat bagi pasien di depo utama rawat
inap RSUD Padang Panjang (No.445.2/014/SPO/RSUD-PP/I/2018)

1. Petugas farmasi membaca instruksi terapi pasien pada lembar KIO

2. Lakukan telaah obat seperti duplikasi terapi, interaksi, dosis, rute, waktu dan

frekuensi

3. Hubungi dokter penulis resep jika obat tidak tersedia atau ada yang di ragukan

4. Buat etiket obat dengan sistem unit dose atau etiket dengan siste individual

untuk pasien pulang

5. Periksa obat yang dibawa pasien baru masuk rawat inap

6. Simpan obat yang dibawa pasien di depo farmasi dan beri penandaan

7. Siapkan obat pasien

15
8. Isi lembar konseling untuk pasien pulang

9. Serahkan perbekalan farmasi keruang perawat ruangan disertai bukti serah

terima

10. Susun perbekalan farmasi ke tempat penyimpanan obat di ruang rawat inap

11. Serahkan obat pulang ke pasien atau keluarga pasien jika pasien pulang disertai

konseling

12. Catat pemakaian obat harian

13. Buat klaim penggunaan obat untuk pasien pulang

16
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Penerimaan

Penerimaan adalah suatu proses serah terima perbekalan farmasi dari

rekanan/distributor untuk selanjutnya diserahkan ke gudang farmasi dalam keadaan

baik. Tujuan penerimaan yaitu pemeriksaan barang yang dikirim distributor sesuai

dengan yang diharapkan/ dibutuhkan rumah sakit dan mencegah selisih jumlah barang

yang harus sesuai dengan e-katalog (surat pemesanan secara elektronik) atau secara

manual.

Penerimaan Sediaan Farmasi, dan Bahan Medis Habis Pakai di RSUD Padang

Panjang sesuai dengan proses yang dipaparkan pada Permenkes No. 72 tahun 2016.

Penerimaan obat di Rumah Sakit Umum Daerah Padang Panjang ada 3 bagian yaitu

bagian obat, bahan kimia, BMHP. Pada bagian obat, bahan kimia dan BMHP dilakukan

penerimaan barang langsung di instalasi farmasi. Sebelum pengecekan barang yang

telah tiba, petugas penerima melakukan pencocokan pemesanan obat sesuai dengan

pesanan yang kita pesan. Kemudian dilakukan pemeriksa terhadap faktur barang, hal

yang harus diperhatikan dari faktur tersebut adalah :

1) Cek pengirim (distributor) dan penerima barang (RSUD Padang Panjang)

2) Alamat pengirim dan tujuan pengiriman / penerima.

3) Identitas barang (nama barang bentuk sediaan, kekuatan,)

4) Jumlah barang yang diminta

5) Expired date minimal 2 tahun

6) Kemasan

17
7) Batch

8) Harga

9) Sertifikat penunjang (bila diperlukan)

Setelah dilakukan pemeriksaan faktur barang, kemudian jumlah barang yang

masuk di catat dalam kartu stok. Pencatatannya sesuai dengan tanggal masuk barang,

asal barang, harga barang, batch dan expired date. Pencatatan dalam kartu stock juga di

input dalam sistem informasi management (SIM) dimana dilakukan setiap barang

masuk sebagai bentuk administrasi. Kemudian dilakukan stock opname setiap 1 bulan

sekali pada akhir bulan.

3.2 Penyimpanan

Penyimpanan adalah suatu kegiatan menyimpan dan memelihara dengan cara

menempatkan pembekalan farmasi yang diterima pada tempat yang dinilai aman dari

pencurian serta gangguan fisik yang dapat merusak mutu obat. Tujuan penyimpanan

adalah memelihara mutu sediaan farmasi, menghindari penggunaan yang tidak

bertanggungjawab, menjaga ketersediaan dan memudahkan pencarian dan pengawasan.

Metode penyimpanan dapat dilakukan digudang berdasarkan kelas terapi, menurut

bentuk sediaan dan alfabetis dengan menerapkan prinsip FEFO (First Expired First Out)

dan FIFO (First In First Out). Sistem penyimpanan obat di Gudang Farmasi RSUD

Padang Panjang menggunakan gabungan antara metode FIFO dan FEFO. FIFO yaitu

obat-obatan yang baru masuk diletakkan dibelakang obat yang terdahulu, sedangkan

FEFO yaitu dengan cara menempatkan obat-obatan yang ED (Expired Date) lebih lama

diletakkan dibelakang obat-obatan yang mempunyai ED lebih pendek, walaupun

barangnya datang belakangan. Penyusunan obat pada Gudang Farmasi di RS Padang

18
Panjang sudah berdasarkan abjad/alfabetis A-Z seperti Amoksisilin diletakkan di abjad

A, concor diletakkan diurutan abjad C, begitu juga dengan penyimpanan obat di depo

utama, depo IGD, depo OK (Ruang operasi ), dan depo Amprahan tujuannya agar

mempermudah menemukan obat yang akan diambil dan gampang untuk mengingat.

Untuk yang sediaan infus disimpan diatas palet dan diberi jarak ± 2-3 cm dari

dinding, obat golongan high alert disimpan pada rak khusus berwarna merah dan diberi

label khusus, obat dipisahkan berdasarkan bentuk sediaan obat, untuk sediaan tablet

disusun pada rak secara abjad, sediaan injeksi disimpan pada rak khusus injeksi, dan

obat narkotik dan psikotropik disimpan pada lemari khusus dengan pintu berkunci

ganda yang tidak dapat dipindahkan dan diberi tanda khusus, berupa label warna merah

dirak nya dan label high alert berwarna merah. untuk bahan yang mudah terbakar

disimpan pada ruangan khusus tahan api, namun karena keterbatasan ruangan, bahan

yang mudah terbakar disimpang dilemari dan tanda Khusus (bahaya dan mudah

terbakar), setiap ruangan dilengkapi dengan apar dan alat pemadam yang telah

terpasang disetiap ruangan.

Sedangkan pada sistem penyimpanan obat di depo utama ini berbeda dengan

sistem penyimpanan depo lainnya karena pada depo utama penyimpanan obat

berdasarkan farmakologi dengan prinsip yang diterapkan berdasarkan FEFO dan FIFO.

Pada penyimpanan berdasarkan farmakologi ini memiliki kelemahan yaitu akan

menyulitkan pencarian obat dengan cepat, terutama bagi petugas yang baru dan belum

mengenal dengan baik klasifikasi obat berdasarkan efek farmakologi.

Untuk obat LASA yang perlu diberi penandaan khusus (misalnya obat Prednisone

dengan Prednisolone, Nicardipine dengan Nifedipin dan lain-lain dengan stiker berlogo

19
“LASA” pada wadah obat dan penyimpanan obat tidak diletakkan berdampingan supaya

menghindari kemungkinan salah ambil akibat kemiripan tampilan obat.

Obat yang memerlukan kewaspadaan tinggi (Hight Alert Medication) contohnya,

Amiodarone HCL, Dobutamin HCL, Heparin Sosium Injeksi, dan lain-lain disimpan

ditempat terpisah, dan diberi tanda khusus. Selain berdasarkan jenis dan bentuk sediaan,

penyimpanan obat juga perlu memperhatikan suhu penyimpanan untuk menjaga

stabilitas obat, seperti pada penyimpanan vaksin dengan suhu beku ( 2 oC - 8oC ),

penyimpanan suhu kamar (15oC – 30oC) dll. Pengelompokkan berdasarkan kestabilan

suhu ruang ini disesuaikan dengan instruksi penyimpanan yang tertera di kemasan obat.

Untuk obat yang stabilitasnya dipengaruhi oleh cahaya, maka disimpan pada tempat

yang terlindung dari cahaya matahari langsung.

Tabel 1. Persentase penyimpanan obat berdasarkan ED, Suhu dan Penggolongannya

sebagai berikut :

Katagori Persentase
No Jumlah
penyimpanan obat
Tanpa
463 obat 95,46%
bendera
1 Expire Date Hijau 7 obat 1,44%
Kuning 9 obat 1,85%
Merah 6 obat 1,23%
-20°C - 10° C 0 0%
2°C - 8°C 21 obat 4,33%
2 Suhu
8°C - 15°C 0 0,00%
15°C - 30°C 464 obat 95,67%
OB 38 obat 7,83%
OBT 20 obat 4,12%
OK 403 obat 83,08%
3 Penggolongan OOT 7 obat 1,44%
Prekursor 2 obat 0,4 %
Psikotropika 10 obat 2,06%
Narkotika 4 obat 0,8 %

20
Penggolongan
Bukan High
4 berdasarkan 382 obat 78.76%
Allert
kewaspadaan
High Allert 103 obat 21,23%

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan

 Berdasarkan hasil pengamatan, serangkaian kegiatan yang telah dilakukan,

terkait mengenai instalasi farmasi mulai dari Penerimaan, Penyimpanan sediaan

farmasi, bahan kimia dan bahan medis habis pakai yang dilakukan oleh RSUD

Padang Panjang hampir sepenuhnya memenuhi standar Permenkes No. 72 tahun

21
2016. Pengelolaan perbekalan farmasi ditunjang oleh sistem informasi

manajemen berupa pengelolaan data secara komputerisasi. Dimana

penyimpanan barang di RSUD Kota Padang Panjang dengan menggunakan

prinsip In First Out (FIFO) dan First Expired First Out (FEFO).

 Berdasarkan hasil persentase obat Ed di instalasi farmasi RSUD Padang Panjang

menggambarkan bahwa managemen pengelolaan obat telah terlaksana dengan

baik sesuai dengan standar pelayanan kefarmasian di rumah sakit.

 Persentase obat berdasarkan ED didapatkan hasil sebagai berikut : Tanpa

bendera 95,46 %, bendera hijau : 1,44%, bendera kuning : 1,85% dan bendera

merah : 1,23%.

 Persentase obat berdasarkan suhu didapatkan hasil sebagai berikut : suhu -20°C

- 10° C : 0%, 2°C - 8°C : 4,33%, 8°C - 15°C : 0,00% dan 15°C - 30°C :

95,67%.

 Persentase obat berdasarkan golongan yaitu obat bebas : 7,83%, Obat bebas

terbatas : 4,12%, Obat keras : 83,08%, Psikotropika 2,06%, Narkotik : 0,8 %,

Prekursor : 0,4 % dan OOT : 1,44%

 Presentase obat bukan higt alert yaitu : 78.76% dan higt alert 21,23%

4.2 Saran

 Dalam melakuan penyimpanan obat kedepannya diharapkkan lebih berhati-

hati dan harus mengecek kembali suhu yang tertera di kotak obat.

 Penyimpanan obat psikotropika tidak dicampurkan lagi dengan obat lainnya.

 Obat yang ED dilakukan pemisahan lagi terhadap obat yang belom ED.

22
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2010. Pedoman Pengelolaan Perbekalan Farmasi Dirumah Sakit. Jakarta :

Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan RI.

Permenkes RI. (2014). Permenkes No. 58 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di

Rumah Sakit. Jakarta : MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA.

Permenkes RI. (2016). Permenkes RI No. 72 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan

Farmasi di Rumah Sakit. Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

23
Aini, Q. 2018. Analisis Perencanaan Persediaan Spare Part Mobil Dengan Metode Abc

(Konsep 80-20) Pada Gudang Suku Cadang Di Bengkel Pt. Liek Satu Invicta

Toyota Pamekasan. JPTM 7(1), 102-108.

Kini, L., Oyong, N., Agustina, E. 2015. Manajemen Persediaan Suku Cadang Mesin

High Pressure Compressor Dengan Klasifikasi Fsn-Abc-Ved (Studi Kasus Di Pt.

Exterran Indonesia, Gosp Cepu). Jurnal Rekayasa Dan Manajamen Sistem

Industri, 3(2), 333-342.

Kumar, Y., Rupesh, K.K., Komal, D., Gautam, K.D., Jalam, S.D., Devprakash, S. 2017.

FSN Analysis For Inventory Management – Case Study Of Sponge Iron Plant.

International Journal For Research In Applied Science & Engineering

Technology (IJRASET), 5(2), 53-57.

Ni’mah, Z., dan Yuniar, F. 2019. Multi-Unit Spares Inventory Control – Three

Dimensional (MUSIC 3D) Approach To Inventory Control. Jurnal Matematika

Mantik 5(1), 19-27.

Permenkes RI Nomor 4 Tahun 2021 Tentang Perubahan Penggolongan Narkotika

Permenkes RI Nomor 23 TAHUN 2020 Tentang Penetapan Dan perubahan

penggolongan Psikotropika

Permenkes RI Nomor 3 Tahun 2015 Tentang Peredara, Penyimpanan, Pemusnahan,

Pelaporan, Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi

Peraturan BPOM Nomor 28 Tahun 2018 Tentang Pedoman Pengelolaan Obat-Obat

Tertentu Yang sering disalahgunakan

Peraturan Kepala BPOM RI Nomor 7 Tahun 2016 Tentang Pedoman Pengelolaan Obat-

Obat Tertentu yang sering disalahgunakan

24
Permenkes RI Nomor 3 tahun 2021 tentang perubahan penggolongan, pembatasan, dan

kategori obat

Lampiran 1. Penerimaan Obat

25
Gambar 1. Penerimaan Obat

Lampiran 2. Tempat Penyimpanan Obat di RSUD Kota Padang Panjang

26
Gambar 2. Kulkas tempat penyimpanan obat suhu 2-8 oC

Gambar 3. Lemari penyimpanan obat luar

Lampiran 3. Tempat Penyimpanan Obat di RSUD Kota Padang Panjang (Lanjutan)

27
Gambar 4 . Lemari penyimpanan sediaan obat oral berdasarkan abjad

28
29
30
Gambar 5. Bendera penyimpanan obat yang akan kadaluarsa

31
Lampiran 4. Tempat Penyimpanan Obat di RSUD Kota Padang Panjang (Lanjutan)

Gambar 6. Lemari penyimpanan obat High Alert

Gambar 7. Lemari penyimpanan obat narkotika

32
Lampiran 5. Tempat Penyimpanan Obat di RSUD Kota Padang Panjang (Lanjutan)

Gambar 8. Penyimpanan sediaan infus

Gambar 9. Lemari penyimpanan sediaan sirup

33
Lampiran 6. Tempat Penyimpanan Obat di RSUD Kota Padang Panjang (Lanjutan)

Gambar 10. Lemari penyimpanan BMHP

Gambar 11. Tempat penyimpanan obat expired

34
Lampiran 7. Tempat Penyimpanan Obat di RSUD Kota Padang Panjang (Lanjutan)

Gambar 12. Lemari penyimpanan obat di Depo IGD

Gambar 13.Troli Emergency

35

Anda mungkin juga menyukai