Anda di halaman 1dari 8

Upaya Meningkatkan Kualitas Pendidikan di Era New Normal

Nisa Ghoniyah

nisaghoniyah206@gmail.com

Institut Agama Islam Negeri Pekalongan

Abstract
The Corona Virus Spread in various countries challenges us to see the reality of
the world slowly changing. We have seen the changes in technology, economy,
politics and education in the midst of the crisis due to Covid-19. Change needs to
be prepared, responding with attitudes and actions when always learning new
things. Indonesia is not alone in finding solutions for students to keep learning and
their educational rights are fulfilled.
Keywords: Change
Abstrak
Penyebaran Virus Corona di berbagai negara menantang kita untuk melihat
realitas dunia yang perlahan berubah. Kita telah melihat perubahan teknologi,
ekonomi, politik dan pendidikan di tengah krisis akibat Covid-19. Perubahan
perlu dipersiapkan, merespon dengan sikap dan tindakan ketika selalu belajar hal-
hal baru. Indonesia tidak sendiri dalam mencari solusi bagi siswa untuk terus
belajar dan terpenuhi hak-hak pendidikannya.
Kata kunci: Perubahan
PENDAHULUAN
New normal atau kehidupan normal yang baru, diartikan perubahan
perilaku untuk boleh melakukan aktifitas normal, dengan tetap menerapkan
protokol kesehatan guna mencegah terjadinya penularan covid-19. Prinsip new
normal adalah mampu menyesuaikan dengan pola hidup, menata kehidupan dan
perilaku baru sampai ditemukannya vaksin untuk Covid-19. Untuk penerapannya
di masyarakat, pemerintah membuat “empat sehat lima sempurna”. Empat sehat
yang di maksud adalah memakai masker, menjaga jarak fisik, mencuci tangan,
istirahat yang cukup dan jangan panik, sebagai penyempurna yang kelima makan
makanan yang bergizi untuk menjaga imunitas tubuh.1
Kemudian, Dalam sektor Pendidikan, adanya learning from home atau
BDR (belajar dari rumah). Disinilah dituntut adanya kreatifitas dan inovasi semua
elemen pendidikan, terutama ekosistem pendidikan berbasis teknologi. Tidak bisa
dipungkiri, Pelaksanaan sistem pendidikan jarak jauh, selama ini dinilai masih
belum berjalan secara optimal.2 Hambatan seperti sulitnya jaringan internet di
daerah tertentu, biaya yang cukup banyak untuk pembelajaran daring, orang tua
tidak mampu mendampingi anak nya belajar di rumah, karena pengetahuan
mereka kurang tentang sistem pembelajaran saat ini atau orang tua yang bekerja,
atau bisa jadi justru guru yang kurang memiliki kompetensi di bidang IT.
Pendidikan Merdeka Belajar merupakan respon terhadap kebutuhan sistem
pendidikan pada era Revolusi Industri 4.0. Di era Revolusi Industri 4.0 kebutuhan
utama yang ingin dicapai dalam sistem pendidikan yaitu penguasaan terhadap
literasi baru. Esensi merdeka belajar adalah merdeka dalam berpikir baik secara
individu maupun secara berkelompok sehingga bisa melahirkan siswa – siswa
yang kritis, kreatif, kolaboratif, inovatif dan partisipatif. Dengan adanya merdeka
belajar keterlibatan siswa dalam pembelajaran akan meningkat.

1
Rahmat, PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MULTIDISIPLINER Telaah Teori dan Praktik Pengembangan
PAI di Sekolah dan Perguruan Tinggi, In Fathorrazi (Ed.), LKiS (1st ed., Vol. 1, 2017
2
Rahmat, Pendidikan Agama Islam Berwawasan Interdisipliner sebagai Corak dan Solusi
Pendidikan Agama Islam Era 4.0 Rahmat 1 1, Tribakti: Jurnal Pemikiran Keislaman, 30(2), hlm
349–361, 2019
PEMBAHASAN

Dalam pemahaman umum sistem pendidikan adalah jumlah keseluruhan


dari bagian-bagiannya bekerjasama untuk mencapai hasil yang diharapkan
berdasarkan atas kebutuhan yang telah ditentukan. Setiap sistem pasti mempunyai
tujuan, dan semua kegiatan dari semua komponen atau bagian-bagiannya
diarahkan untuk tercapainya tujuan tersebut.3 Dalam rangka mengkongkritkan
fase kenormalan baru dalam bidang jasa, upaya meningkatkan kualitas sumber
daya manusia terus menerus dilakukan pemerintah. Melalui kementerian
pendidikan dan kebudayaan, upaya tersebut terus dilakukan salah satunya dengan
merencanangkan reformasi sistem pendidikan Indonesia berupa kebijakan
“Merdeka Belajar”. Implementasi merdeka belajar yaitu memberikan kebebasan
setiap unit pendidikan untuk melakukan inovasi, disesuaikan dengan kondisi
daerah masingmasing, baik dari segi kearifan lokal, sosial ekonomi, budaya
maupun infrastruktur. Menurut Yusron Aminullah, memberikan aturan 80% saja
dan 20 % diserahkan oleh tiap satuan pendidikan sesuai kompleksitas keadaan.
Merdeka Belajar yang dipelopori oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
menambahkan fakta baru bahwa dalam kurun waktu kurang dari 10 tahun saja,
Indonesia telah melakukan pembaharuan kurikulum sebanyak 3 kali. Hal ini tidak
lain bertujuan untuk menjawab kebutuhan Indonesia yang selalu berubah sesuai
dengan kemajuan zaman, baik secara intern maupun ekstern. Dengan demikian,
Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik yang memiliki daya
saing di masa yang akan datang.

Konsep merdeka belajar di era digital dapat dilakukan kapan saja, tidak
terbatas ruang dan waktu. Meliputi: Free choice, peserta didik dapat memilih
teknik belajar yang nyaman sehingga kemampuan terus terasah. Personalized
learning, memecahkan permasalahan sesuai kemampuannya. Berbasis proyek,
peserta didik menggali keterampilan yang dimiliki untuk masa depannya.
Pengalaman lapangan, peserta didik dapat terlibat langsung di lapangan sehingga

3
Mutiani, dkk, Laporan Penelitian: Relevansi Modal Sosial Dalam Pembelajaran IPS (Studi Kasus
Dalam Sistem Zonasi Di Smp Negeri Kota Banjarmasin). 2019
pengalamannya lebih nyata. Interpretasi data, peserta didik akan lebih sering
bergelut dengan komputer. sehingga dengan pembelajaran dengan konsep
merdeka belajar akan tercipta smart education, smart learning, smart assessment,
smart classroom, smart content dan smart city.4

Sedangkan Ciri kegiatan belajar yang menunjang pencapaian kompetensi


siswa dalam merdeka belajar meliputi:

a. Pembalikan makna belajar


Pada makna belajar sebelumnya, seringkali diartikan sumber informasi
adalah guru dan buku pelajaran. Sedangkan merdeka belajar mempunyai
paradigma bahwa siswa sendiri yang membangun makna/pemahaman
terhadap informasi dan/atau pengalaman. Lie mengatakan pengetahuan
tidak dapat di transfer dari orang lain, tetapi siswa harus perlu memproses
dan menafsirkan sendiri, karena belajar bukanlah sesuatu yang dilakukan
terhadap siswa.5
b. Berpusat pada siswa
Setiap siswa memiliki perbedaan satu sama lain. Siswa berbeda denga
minat, bakat, kemampuan, kesenangan, pengalaman dan cara belajar.
Kegiatan pembelajaran harus menempatkan siswa sebagai subyek belajar.
Sudjana mengatakan “Hampir tidak pernah terjadi proses belajar tanpa
adanya keaktifan individu, siswa yang belajar.6
c. Mengembangkan keingintahuan imajinasi, dan fitra ber-Tuhan
Siswa dilahirkan dalam keadaan fitrah, keingintahuan yang tinggi terhadap
segala hal. Rasa ingin tahu dan berimajinasi merupakan modal dasar untuk
bersikap peka, kritis, mandiri dan kreatif.
d. Belajar sepanjang hayat
Dalam proses belajar perluh membekali siswa dengan keterampilan
belajar; pengembangan rasa percaya diri, keingintahuan, kemampuan

4
Mukri, Merdeka Belajar : Konsep dan Implementasi di Era Digital, 2020
5
A Lie, Cooperative Learning: Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang Ruang Kelas,
(Jakarta: PT Grasindo, 2002)
6
Sudjana, Cara Belajar Siswa Aktif dan Proses Mengajar, (Bandung: Sinar Baru 1998)
memahami orang lain, kemampuan berkomunikasi, dan bekerjasama
supaya mendorong dirinya untuk semangat dalam belajar.
e. Perpaduan kemandirian dan kerjasama
Dalam pembelajaran perlu memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengembangkan semangat berkompetensi sehat dan memperoleh
penghargaan, bekerjasama dan solidaritas. Dalam merdeka belajar perlu
menyediakan tugas-tugas yang memungkinkan siswa bekerja secara
mandiri.

Selain itu, proses pembelajaran dengan sistem pembelajaran daring atau e-


learning. E-learning yaitu bentuk teknologi informasi yang bisa kita terapkan
didalam bidang pendidikan di dunia maya. Dengan melalui e-learning belajar tak
lagi dibatasi oleh ruang maupun waktu. Tentunya kegiatan belajar bisa kita
lakukan dimana saja bahkan kapan saja. Belajar mandiri melalui elearning dapat
mendorong peserta didik agar melakukan sebuah analisa pengetahuan, dapat
menggali, mengolah, serta memanfaatkan informasi, menghasilkan tulisan
berdasarkan informasi dan juga pengetahuan sendiri. Peserta didik dirangsang
untuk melakukan eksplorasi ilmu pengetahuan secara mandiri.7

Pembelajaran dengan menggunakan E-learning, tentu disampaikan dengan


menggunakan media elektronik yang terhubung langsung dengan Internet dengan
Intranet. Jika kita mempunyai komputer yang tersambung dengan Internet, kita
bisa berpartisipasi dalam e-learning. Dengan cara ini juga, jumlah siswa yang
dapat mengikut partisipasi akan jauh lebih besar dari pada cara belajar secara
konvensional di ruang kelas. Teknologi ini dapat menyampaikan pelajaran dengan
kualitas yang melebih standar dari pada pembelajaran yang hanya di kelas yang
tergantung sesuai pada “mood” dan kondisi fisik dari guru. Dalam e-learning,
bahan ajar yang sama bisa diakses dalam bentuk yang sama juga oleh semua
pembelajar yang mengaksesnya, sedangkan dalam pembelajaran konvensional di
kelas, karena adanya alasan kesehatan ataupun masalah pribadi, seorang guru bisa
memberikan pelajaran di beberapa kelas dengan kualitas yang berbeda-beda.

7
Onno W. Purbo, Teknologi e- Learning, (Jakarta: Elex Media Komputindo 2002)
pembelajaran e-learning bisa dijadikan sebagai acuan alat bantu pada
pembelajaran di sekolah kejuruan yang mempunyai persentase teori yang lebih
sedikit daripada persentase praktek. E-learning bisa dimanfaatkan guna
meningkatkan pemahaman materi serta memperluas sumber bahan ajar ataupun
menambah aktivitas belajar dan juga membantu seorang guru dalam
mengefisienkan waktu pembelajaran di dalam kelas. E-learning bisa juga
dimanfaatkan untuk proses pembelajaran sera meningkatkan aktivitas belajar
siswa, juga dapat dimanfaatkan sebagai media promosi sekolah di publik dan juga
media pembelajaran yang bisa dimanfaatkan juga sebagai fasilitas pembelajaran
online. Adapun aplikasi Google Apps For Education (GAFE) juga berpengaruh
terhadap aktifitas mahasiswa dalam perkuliahan, baik antara untuk interaksi
perkuliahan, maupun mengerjakan tugas-tugas, dan juga bahkan evaluasi terhadap
proses perkuliahan.8

Adaptasi penggunaan metode pembelajaran melalui e-learning dalam


menghadapi era new normal ini diharapkan tetap bisa mengajarkan penanaman
nilai. Bisa dilakukan dengan meminta peserta didik melihat foto dan video
biografi seseorang. Seperti dengan memberikan contoh biografi para pemimpin
lokal.9 Metode e-learning diharapkan tidak menganggu sistem pembelajaran
dengan tetap melakukan kebiasaan kebiasaan sebelum pandemi, seperti kebiasaan
menulis yang dijadikan sebagai tugas keseharian. Hal ini dapat dilakukan dalam
penyesuaian melakukan pembelajaran melalui e-learning dalam menghadapi new
normal.

Pembelajaran melalui model daring atau elearning diharapkan tetap


mencapai keberhasilan pembelajaran, karena keberhasilan pembelajaran
ditentukan dari berbagai komponen yang saling berinteraksi. Komponen
pembelajaran, di antaranya dosen, mahasiswa, tujuan, materi, metode, dan strategi

8
N.S Hanum, Keefetifan E-Learning sebagai Media Pembelajaran (Studi Evaluasi Model
Pembelajaran E-Learning SMK Telkom Sandhy Putra Purwokerto), Jurnal Pendidikan Vokasi, vol 3
No 1, 2013
9
Wahyuningsih, dkk, Implementation of Leadership Value of Rudy Resnawan as a Learning
Resources on Social Studie,. The Innovation of Social Studies Journal, vol 1, No 2, 2020, hlm 169-
177.
pembelajaran. Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
bahwa kompetensi pedagogik adalah ”kemampuan mengelola pembelajaran
mahasiswa”. Kompetensi pedagogik merupakan jenis kompetensi yang perlu
dikuasai dosen. Kemampuan tersebut terlihat dari pengelolaan pembelajaran
meliputi; pemahaman karakteristik mahasiswa, perencanaan dan pelaksanaan,
evaluasi, dan pengembangan berbagai potensi mahasiswa.10 Hal ini berarti seorang
guru harus mengelola pembelajaran dengan maksimal meskipun dalam kondisi
apapun, baik itu pembelajaran tatap muka langsung maupun melalui daring.

SIMPULAN

Pemerintah telah berupaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia,


melalui kementerian Pendidikan dan kebudayaan, yaitu merencanakan reformasi
sistem pendidikan Indonesia berupa kebijakan "Merdeka Belajar" yang bertujuan
untuk menjawab kebutuhan Indonesia yang selalu berubah sesuai dengan
kemajuan zaman, baik secara intern maupun ekstern. Adapun konsep Merdeka
belajar di era new normal ini dapat dilakukan kapan saja tidak terbatas ruang dan
waktu. Salah satu contoh Merdeka belajar yaitu dengan sistem pembelajaran
daring atau E-learning. Tentunya kegiatan belajar tersebut dapat dilakukan kapan
saja dan dimana saja. Untuk itu para pendidik atau yang didik berusaha agar bisa
beradaptasi menggunakan metode pembelajaran melalui e-learning yang tentunya
diharapkan mencapai keberhasilan pembelajaran, karena keberhasilan
pembelajaran tidak lepas dari komponen yang saling berinteraksi. Komponen di
sini yang dimaksud adalah dosen, mahasiswa, tujuan, materi, metode, dan strategi
pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA

10
Rahman, dkk, Pengaruh kompetensi pedagogik dosen terhadap motivasi belajar mahasiswa
pendidikan IPS, Jurnal Darussalam: Jurnal Pendidikan, Komunikasi dan Pemikiran Hukum Islam,
2019, hlm 375-387.
Rahmat. 2017. PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MULTIDISIPLINER Telaah Teori
dan Praktik Pengembangan PAI di Sekolah dan Perguruan Tinggi, In Fathorrazi
(Ed.). LKiS 1st ed., Vol. 1.
Rahmat. 2019. Pendidikan Agama Islam Berwawasan Interdisipliner sebagai
Corak dan Solusi Pendidikan Agama Islam Era 4.0 Rahmat 1 1. Tribakti: Jurnal
Pemikiran Keislaman. Vol 2. No. 30
Mutiani. Dkk. 2019. Laporan Penelitian: Relevansi Modal Sosial Dalam
Pembelajaran IPS (Studi Kasus Dalam Sistem Zonasi Di Smp Negeri Kota
Banjarmasin
Mukri. 2020. Merdeka Belajar : Konsep dan Implementasi di Era Digital
A Lie. 2002. Cooperative Learning: Mempraktikkan Cooperative Learning di
Ruang Ruang Kelas. Jakarta: PT Grasindo.
Sudjana. 1998. Cara Belajar Siswa Aktif dan Proses Mengajar. Bandung: Sinar
Baru.
Purbo. W. Onno. 2002. Teknologi e- Learning. Jakarta: Elex Media Komputindo
Hanum N.S. 2013. Keefetifan E-Learning sebagai Media Pembelajaran (Studi
Evaluasi Model Pembelajaran E-Learning SMK Telkom Sandhy Putra
Purwokerto. Jurnal Pendidikan Vokasi. Vol. 3 No. 1
Wahyuningsih. Dkk. 2020. Implementation of Leadership Value of Rudy
Resnawan as a Learning Resources on Social Studie,. The Innovation of Social
Studies Journal. Vol. 1. No. 2
Rahman. Dkk. 2019. Pengaruh kompetensi pedagogik dosen terhadap motivasi
belajar mahasiswa pendidikan IPS. Jurnal Darussalam: Jurnal Pendidikan.
Komunikasi dan Pemikiran Hukum Islam.

Anda mungkin juga menyukai