Anda di halaman 1dari 3

Nama: Terbit Cahaya Asa Nusantara

Pertimbangan Terhadap Korupsi Yang Menjadi Kebudayaan

Atau Extraordinary Crime

Korupsi, jika dibandingkan dengan perbuatan pidana atau kriminal yang tercela lainnya
seperti pencurian, pembunuhan, dan sebagainya, korupsi merupakan salah satu tindak pidana
yang masuk dalam jajaran tindak pidana extraordinary crime. Tindak pidana korupsi atau yang
kerap juga disebut dengan tipikor ini termasuk ke dalam bagian dari extraordinary crime karena
berdampak negatif terhadap kehidupan orang banyak. Terlebih lagi jika korupsi tersebut menelan
dana yang sangat besar untuk bantuan terhadap warga kecil menengah, sehingga menurut saya
korupsi sangat mempengaruhi terhadap tercurinya dan ketidak terpenuhnya HAM masyarakat
oleh oknum yang tidak bertanggung jawab.

Korupsi sendiri memiliki beberapa pengertian oleh para ahli yang memiliki dasar sama,
yaitu cara seseorang individu atau kelompok yang ingin menguntungkan dirinya sendiri dengan
cara menyalahgunakan wewenang karena adanya jabatan yang ia duduki. Tidak sedikit manusia
yang diberi kekuasaan tinggi untuk dipercayakan wewenangnya dalam menyikapi sebuah
permasalahan tapi lebih memilih ego dari nafsunya. Serbuk sari korupsi sendiri sudah melekat
dan berkembang kepada orang yang memiliki kuasa dari zaman kolonialisme di Indonesia
sampai sekarang ini permasalahannya tak kunjung usai.

Kasus terakhir yang terjadi dan baru terungkap di Indonesia adalah kasus korupsi Bansos,
korupsi ASABRI, kasus Jaksa Pinangki, dan dugaan kasus suap terkait penetapan anggota DPR
periode 2019-2024 oleh Harun Masiku dan sampai saat ini belum ada angin segar terkait
informasi dirinya yang berusaha kabur meninggalkan Indonesia, bahkan data dan foto harun
masiku tidak ada dalam situs Interpol. Para penegak hukum Indonesia secara terang-terangan
memperlihatkan ketidakseriusannya terhadap pemberantasan korupsi di Indonesia ini, mulai dari
tuntutan JPU terhadap tersangka kasus korupsi yang terbilang cenderung ringan, dipangkasnya
hukuman para koruptor oleh hakim, dan pelemahan lembaga pemberantasan rasuah oleh
pemerintah.
Pernyataan Menko Polhukam Mahfud Md pada Sarasehan Online bertema Kembali
Pancasila Jati Diri Bangsa bahwa korupsi bukanlah budaya Indonesia, melainkan korupsi
merupakan sebuah kejahatan, "Jika (budaya korupsi) berkembang di dalam masyarakat, harus
diluruskan melalui politik kebudayaan dan politik hukum," sambung Mahfud Md. Menurut saya
konsep retorika oleh Mahfuf Md tersebut kurang tepat, bahkan cenderung kontra diktif
dikarenakan jika korupsi bukan sebuah kebudayaan yang dimiliki Indonesia, lalu mengapa
diperlukan pelurusan menggunakan pendekatan politik kebudayaan. Dalam kenyataanya, budaya
memiliki dua sisi yaitu baik seperti budaya adiluhung dan buruk seperti korupsi yang dapat
dikategorikan juga sebagai jenis kejahatan, maka dari itu saya berpendapat bahwa korupsi
merupakan sebuah fusi dari budaya buruk dengan kejahatan extraordinary crime yang berawal
serbuk bibit tertanam di diri dan mulai mematang saat seseorang diberikan wewenang tinggi
lebih dari orang lain, walaupun seorang itu memiliki opsi untuk memetik buah matangnya
(korupsi) atau mencabut sampai akar pohon tersebut.

Menurut Kant bahwa “Perbuatan bersifat moral jika dilakukan semata-mata karena
hormat terhadap hukum moral.”, landasan dari moralitas merupakan akal budi yang terdapat dari
seseorang (Tumpuan Keadilan Rawls, 2018: 50-51). Menurut saya, jika seluruh orang yang
diberikan wewenang tinggi memiliki rasa hormat terhadap hukum moralitas itu, khususnya
mengamalkan kewajiban imperatif kategoris sehingga memiliki kesadaran bahwa sebuah hukum
itu harus dilaksanakan tanpa adanya syarat untuk apa hukum itu ditegakkan. Melalui hal itulah
setidaknya bahwa kesadaran melakukan korupsi adalah tindakan yang harus dijauhi karena
hukum, tetapi tidak sesederhana itu untuk mengubah pemikiran dengan kualitas hukum yang
kurang memadaih.

Kualitas produk hukum mempengaruhi sebagian besar mengapa terjadinya sebuah


korupsi tersebut tidak memiliki titik henti, disisi lain hal yang mempengaruhi kualitas produk
hukum rendah adalah etika politik yang tidak dipakai, politik oligarki, politik balas budi, dll. Jika
kualitas hukum kurang baik, maka hukum positif hanya berfungsi sebagai kamus saja yang
menerangkan bahwa korupsi sebatas kata-kata extraordinary crime, tanpa akibat hukum yang
semestinya dan tidak berarti. Jika permasalahan pemberantasan korupsi ingin teratasi, maka
mulai dari sekarang kita harus membenahi keadaan politik agar menjadi sehat, memilih orang
yang berkompeten dalam pembuatan produk hukum dengan memperhatikan etika politik, asas,
dll.

Kesimpulannya, korupsi merupakan sebuah kejahatan extraordinary crime yang berasal


dari seseorang atau kelompok yang diberikan kuasa tapi menyalahi wewenangnya untuk
menguntungkan dirinya sendiri sehingga berakibat kerugian terhadap masyarakat banyak.
Korupsi merupakan gabungan dari budaya buruk dan kejahatan yang berpengaruh terhadap
ketidak terpenuhnya HAM. Hal yang mendasar dan harus dibenahi dalam proses pemberantasan
korupsi ini adalah perbaikan kualitas politik sehat yang bisa menghasilkan produk hukum yang
berkualitas demi putusnya ekor masalah rasuah.

Anda mungkin juga menyukai