Anda di halaman 1dari 4

Nama: Terbit Cahaya Asa Nusantara

NIM: 1900024335

Kelas: Hukum dan HAM C

PEMBAHASAN

A. Sejarah Israel
Pengaruh terbesar berdirinya negara Israel tidak lepas dari pemikiran dan ideologi
dari Zionisme. “Zionisme” sendiri berasal dari Zion atau Sion yang merupakan
persamaan kata dari Yerussalem. Zion berasal dari pengucapan Bahasa Inggris, istilah
sion dalam Bahasa latin, dan dalam bahasa Ibrani merupakan tsyon yang memiliki arti
dari konsep teokrasi yahudi bersimbol bukit suci Jerussalem yang didirikan oleh nabi
Sulaiman (King Solomon). Zion juga memiliki arti sebagai “kota rahasia”, kota
Allah/Yahweh. Terdapat dua doktrin zionisme yang dikembangkan dalam pendirian
sebuah negaranya melalui kolonisasi terhadap Palestina, yaitu Israel sebagai “bangsa
pilihan Tuhan” dan “tanah yang dijanjikan Tuhan”, doktrin ini berasal dari kitab Talmud
dan Taurat, dan diformulasikan kembali dalam kitab “Protokolat”.
Terbentuknya Zionisme dikarenakan antara lain yaitu hak sosial, ekonomi,
politik, agama, dan budaya mereka ditindas oleh beberapa negara dan berniat untuk
mengakhiri penderitaan mereka dengan cara kembali ke Palestina sebagai negeri leluhur
mereka. Pada tahun 1897 merupakan pondasi awal pergerakan Zionisme melalui kongres
Zionis I di Bazel, Swiss dan pada tahun 1917 dibentuklah Deklarasi Balfour sebagai
keberpihakan Inggris untuk menjanjikan tanah air Yahudi di Palestina. Pada tahun 1918,
Jendral Allenby merebut kekuasaan Palestina dari Khilafah Turki Utsmani, dan pada
tahun 1947, PBB membagi wilayah Palestina menjadi dua bagian, itulah dasar yang
menjadikan pendeklarasian negara Israel di tanah Palestina.
B. Posisi Negara Palestina Sebelum Adanya Israel
Dalam segi historis, pembentukan negara Israel menuai masalah panjang antara
Israel dan Palestina karena tanah Israel merupakan sebuah tanah Kan’an. Dengan kata
lain Israel mendirikan negaranya didalam kawasan Palestina yang akhirnya menjadi
masalah baru setelah perebutan wilayah Baitul Maqdis. Bangsa Kan’an datang pada
tahun 2500 SM dari jazirah Arab, yang pada akhirnya mereka membuat pemukiman yang
terdiri dari beberapa kota dan desa yang kurang lebih berjumlah 200. Bangsa Kan’an
menjadi cikal bakal pembentukan Palestina, dapat dilihat dari mayoritas penduduk
pedesaan dari Haifa, Alqolan, dll merupakan dari bangsa Kan’an. Nama Palestina sendiri
berasal dari bangsa pelaut yang berasimilasi dengan bangsa Umuriyah, Kan’an, dan
Filistin yang berada di kawasan pesisir.
C. Negara Israel Menurut Hukum Internasional

Kekuatan Inggris dalam pembentukan negara Israel sangatlah besar, dalam hal ini
sebagian unsur dalam syarat yang harus dipenuhi dalam pembentukan negara tercapai.
Pengakuan adanya negara Israel oleh Inggris dan Amerika sebagai negara adidaya dan
superior sangatlah berpengaruh kuat dalam politik Internasional, sehingga terdapat sekutu
negara tersebut yang terpengaruh dalam pengakuan negara Israel ini. Sehingga dalam
PBB pun otomatis tidak bisa mencampuri urusan ini terlalu dalam dikarenakan seperti
yang kita ketahui 2 negara tersebut menjadi dewan keamanan PBB.

D. Peran Yang Seharusnya Negara Islam Ambil

Menurut saya, seharusnya semua negara di dunia mengambil langkah benar dalam
penyelesaian konflik ini, mengingat bahwa Israel melakukan pelanggaran HAM yang
menjerumus ke kejahatan genosida yang berawal dari pembunuhan terhadap warga sipil,
pemutihan kejahatan yang dilakukan militer palestina terhadap anak, dll. Banyak negara
yang naif tidak mendukung Palestina dikarenakan kepentingan politik yang berbeda,
ataupun karena negara tersebut tidak berani mengambil langkah dalam penyelesaian
HAM di Palestina. Kita ambil contoh negara Arab Saudi tidak berani mengambil langkah
keras terhadap Israel karena mereka terikat akan hubungan politik dengan Amerika
selaku sekutu Israel paling kuat. Konflik ini bukan saja menjadi masalah bagi negara
Islam, tetapi masalah dari semua negara di dunia, karena bukan sebatas konflik tentang
kepentingan agama saja, tetapi konflik atas pemenuhan HAM yang terjadi di Palestina.

E. Langkah PBB Dalam Penyelesaian Konflik


Sebelumnya, PBB pada tahun 1947 telah mengambil langkah melalui Resolusi
Majelis Umum PBB No. 181 (II) pada tanggal 14 mei 1948 yang menetapkan wilayah
darat negara Israel terdiri dari wilayah Saffad, Aifa, Tiberias, Mkarm, Negeb, Remlet,
Jaffa, dan Sahara. Banyak instrumen hukum internasional dibuat untuk perdamaian dunia
yang tidak berpengaruh besar terhadap Israel dalam misinya merebut seluruh tanah
Palestina, seperti Resolusi Nomor 338 tahun 1973 untuk gencatan senjata dan
perundingan damai di Timar Tengah. Resolusi DK-PBB No. 1860 pada tanggal 8 Januari
sebagai Langkah dalam pemberhentian aksi brutal yang dilakukan oleh Israel kepada
wilayah Palestina dalam konflik Gaza. Banyak genjatan senjata yang dilakukan, tetapi
tidak membawakan hasil untuk penyelesaian masalah ini.
F. Sikap Indonesia Dilihat Dari Sejarah dan Politik Luar Negeri
Sikap Indonesia dalam keikutsertaan dalam penyelesaian masalah konflik antara
Palestina dan Israel dapat kita lihat dengan komitmen terselenggarakannya Konferensi
Tingkat Tinggi Luar Biasa Organisasi Konferensi Islam (OKI) yang dilaksanakan tanggal
6-7 Maret 2016 di Jakarta dan acara pertemuan Conference on the Question of Jerusalem
pada 14-16 Desember 2015 di Jakarta.
G. Cara Penyelesaian Konflik Palestina-Israel
Dalam penyelesaian masalah ini, diperlukan keterlibatan negara besar dalam
mempengaruhi perdamaian antara Palestina dan Israel selagi tidak ada keikut sertaan
kepentingan politik tertentu. PBB memiliki instrumen hukum yang kuat untuk memberi
sanksi pelanggar HAM seperti Israel, tetapi sangat disayangkan bahwa masih terdapat
kepentingan politik yang membuat Israel kebal akan hukum Internasional. Satu-satunya
harapan adalah adanya negara adidaya yang berpihak pada yang benar, independen, dan
bisa mengimbangi kekuatan Amerika dan sekutunya untuk melakukan mediasi dan audit.
Daftar Pustaka

Satrianingsih, Andi, and Zaenal Abidin. "Sejarah Zionisme dan Berdirinya


Negara Israel." Jurnal Adabiyah 16.2 (2016): 172-184.

Pesik, Lady Afny Surya. "PENERAPAN HUKUM INTERNASIONAL DALAM


MENYELESAIKAN SENGKETA INTERNASIONAL ISRAEL DAN
PALESTINA." LEX PRIVATUM 6.10 (2019).

Wibowo, Hilaria Ananda. "Keterlibatan Pemerintah Indonesia dalam Proses


Perdamaian Konflik Israel-Palestina." Damai dan Resolusi Konflik 3.1 (2017).

Anda mungkin juga menyukai