Anda di halaman 1dari 4

F4.

Edukasi mengenai Pencegahan Obesitas terutama pada anak-anak di wilayah kerja


Puskesmas Babat Toman

Obesitas adalah keadaan dimana terdapat penimbunan kelebihan lemak di tubuh yang
berlebihan pada seseorang. Umumnya, obesitas ditentukan menggunakan indeks massa tubuh
(IMT)/ Body Mass Index (BMI), yaitu perbandingan berat badan (dalam kilogram) dengan
kuadrat tinggi badan (dalam meter). Pada usia 0-20 tahun, indeks massa tubuh ditentukan
dengan memplot IMT menggunakan grafik indeks-massa-tubuh CDC 2000, yaitu di atas
persentil 95th, sedangkan pada usia lebih dari 20 tahun, menurut kriteria WHO untuk
kawasan Asia Pasifik, obesitas ditentukan jika IMT > 25.Obesitas merupakan masalah
kesehatan yang banyak ditemui di seluruh dunia. Penelitian tentang obesitas telah banyak
dilakukan di luar negeri, namun di Indonesia masih sedikit. Hal ini disebabkan para peneliti
di Indonesia lebih disibukkan dengan masalah gizi kurang dibandingkan masalah gizi lebih.

Obesitas telah menjadi masalah kesehatan global, terutama di negara-negara maju. Obesitas
mempunyai korelasi yang kuat dengan morbiditas dan mortalitas, sehingga perlu
mendapatkan perhatian serius mengenai penyebab, tindakan pencegahan, dan upaya
pengobatannya
Konsumsi makanan cepat saji yang banyak mengandung energi dari lemak, karbohidrat, dan
gula akan mempengaruhi kualitas diet dan meningkatkan resiko obesitas. Meningkatnya
konsumsi fastfood diyakini merupakan satu masalah, karena masalah obesitas meningkat
pada masyarakat yang keluarganya banyak keluar mencari makanan cepat saji dan tidak
mempunyai waktu lagi untuk menyiapkan makanan di rumah.
Makanan jajanan yang umumnya disukai anak-anak adalah berupa kue-kue yang sebagian
besar terbuat dari tepung dan gula. Oleh karena itu, makanan jajanan tersebut hanya
memberikan sumbangan energi saja, sedangkan tambahan zat pembangun dan pengatur
sangat sedikit.

Penyuluhan ini dilakukan guna memberikan edukasi tentang obesitas. Obesitas pada anak
terjadi karena faktor keturunan dan lingkungan. Anak yang mengalami obesitas akan
mengakibatkan mudah terinfeksi, hipertensi, diabetes mellitus dan sindrom metabolik.
Beberapa akibat yang dikaitkan dengan obesitas akan memicu munculnya penyakit
kardiovaskuler.
Ada beberapa permasalahan yang dibahas yakni dampak obesitas, pencegahan dan
tatalaksana obesitas.

Pelaksanaan di lakukan di lingkungan kerja Puskesmas Babat Toman, melalui face to face ke
masyarakat terutama pada ibu dengan anak yang mengalami obesitas, dilakukan edukasi serta
tanya jawab kepada ibu, yang bertujuan untuk menilai pemahan ibu tentang obesitas.
sehingga di harapkan dapat mencegah terjadinya obseitas terutama pada anak-anak mulai dari
usia dini.

Melalui penyuluhan ini, diharapkan dapat memberikan manfaat masyarakat secara


umumnya agar dapat lebih mengetahui dan memahami lebih dalam mengenai obesitas.
Penanggulangan kegemukan dan obesitas perlu dilaksanakan secara komprehensif pada
semua jenjang pendidikan dan melibatkan semua pihak terkait seperti keluarga, guru,
lembaga pendidikan, masyarakat dan pusat pelayanan kesehatan.
F3
Konseling KB pada pasien pasca melahirkan

Penting untuk merencanakan kehamilan dan menentukan jumlah anak dari sejak awal
pernikahan melalui program Keluarga Berencana (KB). Pengaturan jarak kehamilan dan
perencanaan jumlah anak dapat dilakukan dengan mengikuti program Keluarga Berencana
(KB). Salah satu tujuan ber‒KB untuk menghindari "empat terlalu", yaitu terlalu sering
melahirkan (lebih dari 2 anak), terlalu dekat jarak antar kehamilan (kurang dari 2 tahun), usia
terlalu muda saat hamil (kurang dari 20 tahun), dan usia terlalu tua saat hamil (lebih dari 35
tahun).
Salah satu program KB yang sedang digiatkan oleh Pemerintah adalah KB Pasca Persalinan
(KB-PP) dimana metode kontrasepsi ini diterapkan segera setelah persalinan (0-42 hari
setelah melahirkan). Dengan KB-PP seorang ibu lebih dimudahkan utuk mendapat pelayanan
KB, karena pelayanan tersebut dapat diberikan sebelum ibu pulang dari fasilitas pelayanan
kesehatan setelah melahirkan. Penting bagi pasangan suami istri untuk memperoleh konseling
KB Pasca Persalinan sejak masa kehamilan (saat ibu mendapat pemeriksaan kehamilan),
karena masih banyak pasangan yang kurang mengerti pentingnya KB-PP. Jika ibu, suami dan
keluarganya sudah memahami mengenai KB, diharapkan mereka dapat segera memutuskan
KB apa yang akan digunakan, sehingga dapat mencegah terjadinya komplikasi yang tidak
diharapkan (baik pada ibu maupun anaknya). Dengan ibu mendapat pelayanan KB-PP,
diharapkan ibu dapat menjaga jarak kehamilan sehingga memberikan kesempatan untuk
memulihkan kondisi rahim pasca melahirkan, pemberian ASI Eksklusif selama 6 bulan (dan
lanjutannya s.d. 2 tahun), serta ibu dapat memberikan perhatian kepada bayi secara optimal.
Ada beberapa metode KB Pasca Persalinan yang dapat dipilih dan disesuaikan dengan
kondisi kesehatan pasien. Metode–metode tersebut diantaranya Metode Amenore Laktasi
(MAL), metode kondom (barier), metode kontrasepsi pil, metode kontrasepsi suntikan,
metode kontrasepsi implan, metode operasi wanita (MOW), metode operasi pria (MOP), serta
metode Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR). AKDR merupakan alat kontrasepsi yang
dapat dipasang di dalam rahim. Saat ini, AKDR dapat dipasang segera (dalam 10 menit)
setelah plasenta/ari-ari lahir. Selanjutnya, AKDR juga dapat dipasang dalam masa 10 menit –
48 jam pasca persalinan. Pemasangan segera setelah persalinan ini dapat menghindarkan ibu
dari missed opportunity ber-KB.

- Kurangnya pengetahuan dan pemahaman (ibu, suami, keluarga) mengenai pentingnya KB


serta manfaat⁄ kegunaan KB bagi ibu dan bayi pasca persalinan.
- Ibu dan keluarganya masih takut/enggan menggunakan KB.
Berdasarkan permasalahan di atas, maka intervensi yang dilakukan berupa edukasi kembali
mengenai KB pada ibu post-partum dan keluarganya. Jelaskan mengenai manfaat⁄ kegunaan
KB bagi ibu dan bayi pasca persalinan, serta seberapa penting penggunaan KB ini. Jelaskan
pula mengenai macam‒macam jenis KB, serta keuntungan dan kerugian (dampak positif dan
negatif) penggunaan KB. Kedua dampak tersebut (positif dan negatif) harus dijelaskan, agar
ibu dan keluarganya dapat memikirkan matang‒matang mengenai KB apa yang akan
digunakan. Diharapkan ibu dan keluarganya dapat memilih KB yang paling tepat untuk
kondisinya.Berdasarkan permasalahan di atas, maka intervensi yang dilakukan berupa
edukasi kembali mengenai KB pada ibu post-partum dan keluarganya. Jelaskan mengenai
manfaat⁄ kegunaan KB bagi ibu dan bayi pasca persalinan, serta seberapa penting penggunaan
KB ini. Jelaskan pula mengenai macam‒macam jenis KB, serta keuntungan dan kerugian
(dampak positif dan negatif) penggunaan KB. Kedua dampak tersebut (positif dan negatif)
harus dijelaskan, agar ibu dan keluarganya dapat memikirkan matang‒matang mengenai KB
apa yang akan digunakan. Diharapkan ibu dan keluarganya dapat memilih KB yang paling
tepat untuk kondisinya.

Konseling dilakukan terhadap ibu (pasca melahirkan) dan keluarganya, sembari dilakukan
pemeriksaan fisik dan post partum care. Konseling dilakukan oleh dokter internship, Ibu dan
keluarganya menyimak dengan seksama hal-hal yang disampaikan selama konseling.

Kegiatan berlangsung secara kondusif. Pada saat diberikan konseling, ibu dan keluarganya
mengaku masih ingin memikirkan terlebih dahulu mengenai penggunaan KB ini, sehingga
monitoring dan evaluasi direncanakan dilaksanakan pada saat ibu dan keluarganya kembali
berkunjung ke puskesmas untuk kontrol ulang.

Anda mungkin juga menyukai