Anda di halaman 1dari 19

ACUTE MIOKARD INFARK

Disusun Oleh :
IVON LILIANTRI IDA (711440120047)
Tingkat 2A

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MANADO


DIII KEPERAWATAN
TAHUN 2021
Landasan Teori (Acute miokard infark)

Teori Kecemasan

Kecemasan merupakan suatu respon terhadap situasi yang penuh dengan tekanan. Stres
dapat didefinisikan sebagai suatu persepsi ancaman terhadap suatu harapan yang mencetuskan
cemas. Hasilnya adalah bekerja untuk melegakan tingkah laku (Rawlins, at al, 1993). Stress
dapat berbentuk psikologis, sosial atau fisik. Beberapa teori memberikan kontribusi terhadap
kemungkinan faktor etiologi dalam pengembangan kecemasan. Teori-teori tersebut adalah
sebagai berikut :

a.Teori Psikodinamik
Freud (1993) mengungkapkan bahwa kecemasan merupakan hasil dari konflik psikis yang tidak
disadari.
Kecemasan menjadi tanda terhadap ego untuk mengambil aksi penurunan cemas. Ketika
mekanisme diri berhasil, kecemasan menurun dan rasa aman datang lagi. Namun bila konflik
terus berkepanjangan, maka kecemasan ada pada tingkat tinggi. Mekanisme pertahanan diri
dialami sebagai simptom, seperti phobia, regresi dan tingkah laku ritualistik. Konsep
psikodinamik menurut Freud ini juga menerangkan bahwa kecemasan timbul pertama dalam
hidup manusia saat lahir dan merasakan lapar yang pertama kali. Saat itu dalam kondisi masih
lemah, sehingga belum mampu memberikan respon terhadap kedinginan dan kelaparan, maka
lahirlah kecemasan pertama. Kecemasan berikutnya muncul apabila ada suatu keinginan dari Id
untuk menuntut pelepasan dari ego, tetapi tidak mendapat restu dari super ego, maka terjadilah
konflik dalam ego, antara keinginan Id yang ingin pelepasan dan sangsi dari super ego lahirlah
kecemasan yang kedua. Konflik-konflik tersebut ditekan dalam alam bawah sadar, dengan
potensi yang tetap tak terpengaruh oleh waktu, sering tidak realistik dan dibesar-besarkan.
Tekanan ini akan muncul ke permukaan melalui tiga peristiwa, yaitu : sensor super ego menurun,
desakan Id meningkat dan adanya stress psikososial, maka lahirlah kecemasan-kecemasan
berikutnya (Prawirohusodo, 1988).

b.Teori Perilaku
Menurut teori perilaku, Kecemasan berasal dari suatu respon terhadap stimulus khusus (fakta),
waktu cukup lama, seseorang mengembangkan respon kondisi untuk stimulus yang penting.
Kecemasan tersebut merupakan hasil frustasi, sehingga akan mengganggu kemampuan individu
untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

c.Teori Interpersonal
Menjelaskan bahwa kecemasan terjadi dari ketakutan akan penolakan antar individu, sehingga
menyebabkan individu bersangkutan merasa tidak berharga.

d Teori Keluarga
Menjelaskan bahwa kecemasan dapat terjadi dan timbul secara nyata akibat adanya konflik
dalam keluarga.

e. Teori Biologik
Beberapa kasus kecemasan (5 - 42%), merupakan suatu perhatian terhadap proses fisiologis
(Hall, 1980). Kecemasan ini dapat disebabkan oleh penyakit fisik atau keabnormalan, tidak oleh
konflik emosional. Kecemasan ini termasuk kecemasan sekunder (Rockwell cit stuart &
sundeens, 1998).

Faktor Predisposisi Kecemasan


Setiap perubahan dalam kehidupan atau peristiwa kehidupan yang dapat menimbulkan keadaan
stres disebut stresor. Stres yang dialami seseorang dapat menimbulkan kecemasan, atau
kecemasan merupakan manifestasi langsung dari stres kehidupan dan sangat erat kaitannya
dengan pola hidup (Wibisono, 1990).
Berbagai faktor predisposisi yang dapat menimbulkan kecemasan (Roan, 1989) yaitu faktor
genetik, faktor organik dan faktor psikologi. Pada pasien yang akan menjalani operasi, faktor
predisposisi kecemasan yang sangat berpengaruh adalah faktor psikologis, terutama ketidak
pastian tentang prosedur dan operasi yang akan dijalani.
Gejala Kecemasan
Penderita yang mengalami kecemasan biasanya memiliki gejala-gejala yang khas dan terbagi
dalam beberapa fase yaitu:

a. Fase 1 
Keadan fisik sebagaimana pada fase reaksi peringatan, maka tubuh mempersiapkan diri
untuk fight (berjuang), atau flight (lari secepat-cepatnya). Pada fase ini tubuh merasakan tidak
enak sebagai akibat dari peningkatan sekresi hormon adrenalin dan nor adrenalin.
Oleh karena itu, maka gejala adanya kecemasan dapat berupa rasa tegang di otot dan kelelahan,
terutama di otot-otot dada, leher dan punggung. Dalam persiapannya untuk berjuang,
menyebabkan otot akan menjadi lebih kaku dan akibatnya akan menimbulkan nyeri dan spasme
di otot dada, leher dan punggung. Ketegangan dari kelompok agonis dan antagonis akan
menimbulkan tremor dan gemetar yang dengan mudah dapat dilihat pada jari-jari tangan (Wilkie,
1985).  Pada fase ini kecemasan merupakan mekanisme peningkatan dari sistem syaraf yang
mengingatkan kita bahwa system syaraf fungsinya mulai gagal mengolah informasi yang ada
secara benar (Asdie, 1988).

b. Fase 2 

Disamping gejala klinis seperti pada fase satu, seperti gelisah, ketegangan otot, gangguan
tidur dan keluhan perut, penderita juga mulai tidak bisa mengontrol emosinya dan tidak ada
motifasi diri (Wilkie, 1985).
Labilitas emosi dapat bermanifestasi mudah menangis tanpa sebab, yang beberapa saat kemudian
menjadi tertawa. Mudah menangis yang berkaitan dengan stres mudah diketahui. Akan tetapi
kadang-kadang dari cara tertawa yang agak keras dapat menunjukkan tanda adanya gangguan
kecemasan fase dua (Asdie, 1988). Kehilangan motivasi diri bisa terlihat pada keadaan seperti
seseorang yang menjatuhkan barang ke tanah, kemudian ia berdiam diri saja beberapa lama
dengan hanya melihat barang yang jatuh tanpa berbuat sesuatu (Asdie, 1988).

c. Fase 3

Keadaan kecemasan fase satu dan dua yang tidak teratasi sedangkan stresor tetap saja
berlanjut, penderita akan jatuh kedalam kecemasan fase tiga. Berbeda dengan gejala-gejala yang
terlihat pada fase satu dan dua yang mudah di identifikasi kaitannya dengan stres, gejala
kecemasan pada fase tiga umumnya berupa perubahan dalam tingkah laku dan umumnya tidak
mudah terlihat kaitannya dengan stres.  Pada fase tiga ini dapat terlihat gejala seperti : intoleransi
dengan rangsang sensoris, kehilangan kemampuan toleransi terhadap sesuatu yang sebelumnya
telah mampu ia tolerir, gangguan reaksi terhadap sesuatu yang sepintas terlihat sebagai gangguan
kepribadian (Asdie, 1988).

Klasifikasi Tingkat Kecemasan

Ada empat tingkat kecemasan, yaitu ringan, sedang, berat dan panik (Townsend, 1996).

1. Kecemasan ringan; Kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan dalam


kehidupan sehari-hari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan lahan
persepsinya. Kecemasan ringan dapat memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan dan
kreatifitas. Manifestasi yang muncul pada tingkat ini adalah kelelahan, iritabel, lapang persepsi
meningkat, kesadaran tinggi, mampu untuk belajar, motivasi meningkat dan tingkah laku sesuai
situasi.
2.  Kecemasan sedang;  Memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada masalah yang
penting dan mengesampingkan yang lain sehingga seseorang mengalami perhatian yang selektif,
namun dapat melakukan sesuatu yang terarah. Manifestasi yang terjadi pada tingkat ini yaitu
kelelahan meningkat, kecepatan denyut jantung dan pernapasan meningkat, ketegangan otot
meningkat, bicara cepat dengan volume tinggi, lahan persepsi menyempit, mampu untuk belajar
namun tidak optimal, kemampuan konsentrasi menurun, perhatian selektif dan terfokus pada
rangsangan yang tidak menambah ansietas, mudah tersinggung, tidak sabar,mudah lupa, marah
dan menangis.
3. Kecemasan berat;  Sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang dengan
kecemasan berat cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik, serta tidak
dapat berpikir tentang hal lain. Orang tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk dapat
memusatkan pada suatu area yang lain. Manifestasi yang muncul pada tingkat ini adalah
mengeluh pusing, sakit kepala, nausea, tidak dapat tidur (insomnia), sering kencing, diare,
palpitasi, lahan persepsi menyempit, tidak mau belajar secara efektif, berfokus pada dirinya
sendiri dan keinginan untuk menghilangkan kecemasan tinggi, perasaan tidak berdaya, bingung,
disorientasi.
4. Panik;  Panik berhubungan dengan terperangah, ketakutan dan teror karena mengalami
kehilangan kendali. Orang yang sedang panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan
pengarahan. Tanda dan gejala yang terjadi pada keadaan ini adalah susah bernapas, dilatasi pupil,
palpitasi, pucat, diaphoresis, pembicaraan inkoheren, tidak dapat berespon terhadap perintah
yang sederhana, berteriak, menjerit, mengalami halusinasi dan delusi.

Respon Fisiologis terhadap Kecemasan

 Kardio vaskuler;  Peningkatan tekanan darah, palpitasi, jantung berdebar, denyut nadi
meningkat, tekanan nadi menurun, syock dan lain-lain.

 Respirasi;  napas cepat dan dangkal, rasa tertekan pada dada, rasa tercekik.

 Kulit:  perasaan panas atau dingin pada kulit, muka pucat, berkeringat seluruh tubuh,
rasa terbakar pada muka, telapak tangan berkeringat, gatal-gatal.

 Gastro intestinal;  Anoreksia, rasa tidak nyaman pada perut, rasa terbakar di


epigastrium, nausea, diare.

 Neuromuskuler;  Reflek meningkat, reaksi kejutan, mata berkedip-kedip, insomnia,


tremor, kejang, , wajah tegang, gerakan lambat.
Respon Psikologis terhadap Kecemasan

 Perilaku;  Gelisah, tremor, gugup, bicara cepat dan tidak ada koordinasi, menarik diri,
menghindar.

 Kognitif;  Gangguan perhatian, konsentrasi hilang, mudah lupa, salah tafsir, bloking,
bingung, lapangan persepsi menurun, kesadaran diri yang berlebihan, kawatir yang berlebihan,
obyektifitas menurun, takut kecelakaan, takut mati dan lain-lain.

 Afektif;  Tidak sabar, tegang, neurosis, tremor, gugup yang luar biasa, sangat gelisah dan
lain-lain.
1.Pengertian
Infark Miokard Akut ( IMA ) atau Acute Miocard Infark (AMI) adalah suatu keadaan
dimana otot jantung tiba-tiba tidak mendapat suplai darah akibat penyumbatan mendadak arteri
koroner oleh gumpalan darah karena pecahnya plak. ( Kabo, 2008 )
IMA adalah kematian sel-sel miokardium yang terjadi akibat kekurangan oksigen
berkepanjangan. ( Corwin, 2009 )
Infark Miokard Akut adalah kematian jaringan miokard akibat oklusi akut pembuluh
darah koroner. ( Suryono, Bambang dkk. 2005 : 120 )
Menurut Smeltzer dan Bare ( 2008 : 788 ) Infark Miokard Akut mengacu pada proses
masuknya proses rusak jaringan jantung akibat suplai darah yang tidak adekuat sehingga aliran
darah koroner berkurang. Penyebab penurunan suplai darah mungkin akibat penyempitan kritis
arteri koroner karena aterosklerosis atau penyumbatan total arteri oleh emboli atai trombus.

      2.Etiologi
Terlepasnya suatu plak aterosklerosis dari salah satu arteri koroner dan kemudian
tersangkut dibagian hilir yang menyumbat aliran darah keseluruh miokardium yang diperdarahi
oleh pembuluh tersebut, dapat menyebabkan infark miokardium. Infark miokardium juga dapat
terjadi apabila lesi trombotik yang melekat ke suatu arte yang rusak menjadi cukup besar untuk
menyumbat secara total aliran darah ke bagian hilir, atau apabila suatu ruang jantung mengalami
hipertfrofi berat sehingga kebutuhan oksigen tidak dapat terpenuhi. ( corwin, 2000 ).
Infark miokard dapat disebabkan oleh :
a.       Penyempitan kritis arteri koroner,
b.      Oklusi arteri komplit,
c.       Syok hemoragik,
d.      Ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen,
e.      Stenosis aorta/aorta inufisiensi,
f.        Hipertensi,
g.       Lesi trombolik,
h.      Hipertrofi ruang jantung.

3.Manifestasi Klinis
Walaupun sebagian individu tidak memperlihatkan tanda-tanda jelas infark miokardium
(suatu serangan jantung tersamar), biasanya timbul manifestasi klinis yang bermakna:
a.    Nyeri dengan awitan yang (biasanya) mendadak, sering digambarkan memiliki sifat meremukan
dan parah. Nyeri dapat menyebar kebagian atas tubuh mana saja, tapi sebagian besar menyebar
ke lengan kiri, leher, atau rahang. Nitrat dan istirahat dapat menghilangkan iskemia di luar zona
nekrotik dengan menurunkan beban kerja jantung.
b.   Timbul mual dan muntah yang mungkin berkaitan dengan nyeri yang hebat.
c.   Perasaan lemas yang berkaitan dengan penurunan aliran darah ke otot-otot rangka.
d.   Kulit yang dingin, pucat akibat vasokontriksi simpatis.
e.    Pengeluaran urin berkurang karena penurunan aliran darah ginjal serta peningkatan aldosteron
dan ADH.
f.    Takikardia akibat peningkatan stimulasi simpatis jantung.
g.   Keadaan mental berupa rasa cemas besar disertai perasaan mendekati kematian. (Corwin, 2000).
AMI biasanya disertai nyeri dada substernum yang parah dan terasa menekan, yang
mungkin menyebar keleher, rahang, epigastrium, bahu, atau lengan kiri. Pada sekitar 50%
pasien, AMI didahului oleh serangan-serangan angina pektoris. Namun, berbeda pada nyeri dada
angina pektoris, nyeri dada AMI biasanya berlangsung beberapa jam sampai hari dan tidak
banyak berkurang dengan nitrogliserin. Nadi biasanya cepat dan lemah, dan pasien sering
mengalami diaforesis. Sering timbul sesak dan hal ini diakibatkan oleh gangguan kontraktilitas
miokardium yang iskemik, yang menyebabkan kongesti dan edema paru. Pada AMI masif yang
mengenai lebih dari 40% ventrikel kiri, timbul syok kardiogenik. Pada sebagian kecil pasien
(20% sampai 30%), AMI tidak menimbulkan nyeri dada. AMI “silent” ini terutama terjadi pada
pasien dengan diabetes melitus dan hipertensi serta pada pasien berusia lanjut. (Kumar, Cortan,
& Robins, 2007).
     4.Penatalaksanaan Medik / Terapi Pengobatan
a.    Bedrest total
b.    Diit makanan lunak / saring serta rendah garam ( bila gagal jantung ).
c.    Pasang infus Dekstrosa 5% untuk persiapan pemberian obat IV.
d.   Atasi nyeri :
1)   Morfin 2,5 – 5 Mg IV atau Petidin 25 – 50 Mg IM.
2)   Lain-lain : Nitrat, Antagonis Kalsium, dan Beta Bloker.
3)   Oksigen 2 – 4 liter / hari.
4)    Sedatif sedang seperti Diazepam 3 -4 x 2,5 Mg / oral. Pada insomnia dapat ditambah
Flurazepam 15 – 30 Mg.
e.    Antikoagulan :
1)   Heparin 20.000 – 40.000 U/24 Jam IV, tiap 4 – 6 jam atau drip IV dilakukan atas indikasi.
2)   Asetakumoral dan atau Warparin.
3)   Streptokinase / Trombolisis.
f.     Pengobatan ditujukan sedapat mungkin memperbaiki kembali aliran pembuluh darah koroner.
Bila ada tenaga terlatih, trombolisis dapat dibesrikan sebelum dibawa ke RS. Dengan
trombolisis, kematian dapat diturunkan sebesar 40 %.
5.Pathways
Tinjauan Kasus
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Acute Miokard Infark

A.   Pengkajian
1.    Identitas
a.     Klien                                                                                          Penanggung Jawab
Inisial Klien                  :     Tn. K                                            b.      Nama             : Fatmawati
Umur                           :     65 Tahun                                           Umur              : 35 Tahun
Jenis Kelamin             :     Laki-laki                                              Pekerjaan    :  Petani
Suku/Bangsa             :     Manado/Indonesia                         Pendidikan    :  SMP
Agama                         :    Kristen                                              Alamat           :  Jln. Manibang
Pekerjaan                   :      Petani                                                    
Pendidikan                 :      SMP                                      Hubungan
Alamat                          :     Jln. Manibang                                        keluarga        :  anak

Tanggal Masuk RS   :      3 november 2021                          Diagnosa Medis :


No. MR                        :     11.45.10                                           Acute Myocard Infark(AMI)

2.    Riwayat Perawatan
a.    Keluhan Utama       :     Nyeri dada bagian kanan dan kiri, sesak nafas.
b.    Riwayat Penyakit
1)    Riwayat Kesehatan / Keperawatan Sekarang
Pasien masuk rumah sakit dengan keluhan nyeri dada dan sesak nafas. Pasien pernah berobat di
Puskesmas Kawua, namun dirujuk karena keterbatasan alat dan oksigen serta Tekanan Darah Tinggi.
Terpasang Infus NaCl 10 tetes/menit. Oksigen lewat Nasal Kanul 4 Liter/menit.

2)    Riwayat Kesehatan / Keperawatan Dahulu


Pasien menyatakan bahwa keluhan nyeri dada dan sesak nafas sudah muncul sejak 1 tahun yang lalu.
Pasien hanya sesekali berobat ke Puskesmas dan lebih rutin menggunakan obat tradisional.

3)   Riwayat Kesehatan / Keperawatan Keluarga


Pasien menyatakan tidak ada keluarga yang memilki penyakit sama seperti yang dialami pasien.
                                           
4)   Riwayat Kesehatan Lingkungan
Pasien menyatakan bahwa dirinya tinggal di lingkungan dengan kondisi yang baik.

5)  Riwayat Psikososial


Pasien tidak mengalami gangguan dalam hubungan keluarga. Pasien berinteraksi terhadap lingkungan
dengan baik.

c.   Pola Fungsi Kesehatan


1)   Pola Persepsi – Pemeliharaan Kesehatan
Pasien memiliki lingkungan yang bersih. Lantai rumah terbuat dari kayu. Tersedia tempat pembuangan
sampah dan WC di rumah pasien. Rumah selalu dobersihkan secara teratur.

2)   Pola Aktivitas – Latihan


Pasien tidak memiliki aktivitas yang berat / keras. Pasien jarang olahraga.

3)   Pola Nutrisi – Metabolik


Pasien mengalami penurunan nafsu makan.
Sebelum masuk rumah sakit : Makan 1 piring nasi + lauk. Minum 7 – 10 gelas per hari.
Sesudah masuk rumah sakit  : Makan ½ porsi yang diberikan. Minum 2 – 3 gelas per hari.

4)   Pola Eliminasi
Tidak ada gangguan pada pola eliminasi pasien.
BAK
Warna : Kuning, Bau : Amoniak, Frekuensi : 3 Kali / hari.
BAB
Warna :Kuning, Konsistensi : Lunak, Frekuensi : 1 kali / hari.

5)   Pola Tidur – Istirahat


Pasien tidur 6 – 8 jam / hari sebelum masuk rumah sakit. Sesudah masuk rumah sakit pasien hanya tidur 3
– 4 jam per hari.
6)   Pola Persepsi – Perseptual
Pasien tidak mengalami gangguan citra diri maupun sistem indera. Pasien merespon secara kooperatif.

7)   Pola Toleransi – Koping Sress


Pasien dapat menerima apa yang dialaminya sekarang, klien menghadapi masalah dan penyakitnya
dengan baik.

8)   Pola Persepsi Diri / Konsep Diri


Pasien mengetahui penyakitnya cukup parah dan menyatakan akan berobat secara teratur serta akan mulai
berolahraga.

9)   Pola Seksual – Reproduktif


Pasien tidak mengalami gangguan pada pola seksual dan reproduktif.

10) Pola Hubungan – Peran


Pasien memiliki hubungan yang baik terhadap lingkungan dan keluarga. Pasien berperan sebagai kepala
rumah tangga dan seorang ayah.

11) Pola Nilai dan Keyakinan


Pasien menyatakan memiliki kepercayaan dan berjanji akan merubah pola hidup dengan olahraga ringan
secara teratur dan menghindari konsumsi daging.

d.   Observasi dan Pemeriksaan Fisik


1)   Keadaan Umum           :     Pasien tampak lemah, Kesadaran Compos Mentis ( CM ),
                                                  Terpasang Infus NaCl 10 Tetes / menit di tangan kiri.

2)   Tanda – tanda Vital     :     TD : 104/64 mmHg,   N : 70 x/m ,   S : 36,2 °C,  RR : 26 x/m.

3)   Pemeriksaan Kulit, Rambut, dan Kelenjar Getah Bening


Kulit berwarna sawo matang, turgor kulit baik, tidak ada edema dan asites. Rambut lurus dan lembab.
Tidak ada gangguan / pembengkakkan pada kelenjar getah bening.
4)   Pemeriksaan Kepala dan Leher
Bentuk kepala oval. Ada bekas luka 6 jahitan pada kepala bagian kiri dan 14 jahitan pada kepala bagian
kanan. Tidak ada cacat atau gangguan pada leher.

5)  Pemeriksaan Dada


Bentuk dada simetris. Pola nafas normal setelah 2 hari MRS. Sebelum MRS pasien mengaku sesak nafas.
( Normal frekuensi nafas : 16 – 20 kali/menit ).
Bunyi jantung I : Lup
Bunyi jantung II : Dup

6)   Pemeriksaan Abdomen
Bentuk dan ukuran perut normal. Tidak ada nyeri tekan. Tidak ada bising usus. Tidak ada asites.

7)   Pemeriksaan Anggota Gerak dan Neurologis

Respon Motorik                  :        6  ( menurut perintah )

Respon Verbal                  :        5  ( orientasi baik )                               Jumlah : 15


Respon Membuka Mata   :        4  ( spontan )

e.       Terapi
Oksigen 4 Liter/Menit,                                                  Vaclo Tablet 1 x 1,              Lipnoav 2 x 1,
Infus NaCl 500cc/24 Jam,                  Aspirel Tablet 1 x 1,                    Sucralfat 3 x 1 SM,
Injeksi Ranitidin 2 x 1 ampul,          Suenalfar 3 x 1 SM,                      Codipron k/p
Simvastatin 20mg 1 x 1,                     I S D N 3 x 1.

Analisis Data
No Tanggal Data masalah Masalah Etiologi
1. 03/11/2021 DS Ansietas Ancaman terhadap
 Klien kematian
mengatakan
cemas dengan
keadaan
penyakitnya.

 Klien
mengatakan
bahwa hidupnya
akan segera
berakhir karna
penyakit yang
dialaminya.
 Klien
mengatakan
khawatir dengan
keluarganya,
karna dialah
tulang punggung
keluarga
DO
 Ekspresi wajah
nampak cemas.
TTV
 TD : 104/64
mmHg, 
  N : 70 x/m ,
   S : 36,2 °C,  
RR : 26 x/m.

Diagnosa Keperawatan

a. Ansietas (D.0080) b.d ancaman terhadap kematian d.d Klien mengatakan cemas dengan
keadaan penyakitnya, mengatakan bahwa hidupnya akan segera berakhir karna penyakit yang
dialaminya, mengatakan khawatir dengan keluarganya, karna dialah tulang punggung keluarga,
Ekspresi wajah nampak cemas.
Intervensi

Diagnosa Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi


Ansietas (D.0080) Tingkat ansietas L.09093 Reduksi ansietas I.09314
b.d ancaman terhadap Setelah di lakukan tindakan Observasi
kematian d.d Klien keperawatan di harapakan  Identifikasi saat
mengatakan cemas tingkat ansietas menurun. tingkat anxietas
dengan keadaan Ekspetasi:Menurun berubah (mis. Kondisi,
penyakitnya, Kriteria hasil: waktu, stressor)
mengatakan bahwa  Verbalisasi  Identifikasi
hidupnya akan segera khawatir menurun kemampuan
berakhir karna 5 mengambil keputusan
penyakit yang  Perilaku gelisah  Monitor tanda anxietas
dialaminya, menurun 5 (verbal dan non
mengatakan khawatir verbal).
dengan keluarganya, Teraupeutik
karna dialah tulang  Motivasi
punggung keluarga, mengidentifikasi
Ekspresi wajah situasi yang memicu
nampak cemas. kecemasan.
Edukasi
 Anjurkan keluarga
untuk tetap bersama
pasien, jika perlu
 Anjurkan melakukan
kegiatan yang tidak
kompetitif, sesuai
kebutuhan
 Anjurkan
mengungkapkan
perasaan dan persepsi
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian
obat anti anxietas, jika
perlu

Implementasi dan Evaluasi Keperawatan

No Diagnosa Hari/Tgl Implementasi Evaluasi


1. Ansietas Rabu,03/11/2021 Reduksi ansietas I.09314 S:
(D.0080) b.d Observasi  Klien
ancaman  Mengidentifikasi mengatakan

terhadap saat tingkat anxietas cemas

kematian d.d dengan


berubah (mis.
keadaan
Klien Kondisi, waktu,
penyakitnya.
mengatakan stressor)
cemas dengan  Mengidentifikasi
 Klien
keadaan kemampuan mengatakan
penyakitnya, mengambil bahwa
mengatakan keputusan hidupnya
bahwa  Memoonitor tanda akan segera
hidupnya akan anxietas (verbal dan berakhir
segera non verbal). karna

berakhir karna penyakit


Teraupeutik
penyakit yang yang
 Memotivasi
dialaminya.
dialaminya, mengidentifikasi
mengatakan situasi yang memicu
 Klien
khawatir kecemasan.
mengatakan
dengan Edukasi khawatir
keluarganya,  Mengajurkan dengan
karna dialah keluarga untuk tetap keluarganya,
tulang bersama pasien, jika karna dialah
punggung perlu tulang
keluarga,  Menganjurkan punggung
Ekspresi wajah melakukan kegiatan keluarga

nampak yang tidak O:

cemas. kompetitif, sesuai Ekspresi wajah nampak

kebutuhan cemas.

 Mengajurkan
mengungkapkan A:

perasaan dan Masalah belum teratasi


persepsi
P:
Kolaborasi
 Mengkolaborasi Interverensi
dilanjutkan.
pemberian obat anti
anxietas, jika perlu.

A.      Kesimpulan
IMA (infark miokard akut) Merupakan salah satu penyakit yang di akibatkan karena
berkurangnya suplai oksigen ke jaringan .sehingga kematian sel-sel miokardium yang terjadi
akibat kekurangan oksigen berkepanjangan .
Selain itu ,serangan jantung terjadi jika ada suatu sumbatan pada arteri koroner
menyebabkan terbatasnya atau terputusnya aliran darah kesuatu bagian dari jantung .dimana
arteri koroner kiri memperdarahi sebagian besar ventrikel kiri, septum dan arteri kiri serta arteri
kanan memperdarahi sisi diafragmatik ventrikel kiri sedikit bagian posterior septum dan vetrikel
serta antrium kanan .
Akan tetapi , IMA (infark miokard akut) bisa diatasi .apabila ,perawat atupun tim medis
segera melakukan tindakan kepada kliennya untuk cepat tanggap terhadap gejala-gejala yang
ditimbulkan dalam IMA ini .

B.      Saran
Sebaiknya, untuk menghindari penyakit IMA ini, maka hindarilah hal-hal yang dapat
menyebabkan fungsi otot jantung terganggu ,dengan melakukan pola nafas efektif dengan baik
karena penyakit ini cukup membahayakan bagi tubuh dalam menjalankan aktivitas sehari-hari,
menjaga pola makan dan jenis makanan yang dikonsumsi juga perlu memperhatikan gizi yang
seimbang.

Anda mungkin juga menyukai